BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN
Seuntai Kata
S
ensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari FAO yang menetapkan “The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015”. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada Mei-Oktober 2014. Buku Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013 (Pencacahan Lengkap) ini merupakan hasil pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013. Buku ini disusun untuk memberikan gambaran rinci mengenai kondisi usaha pertanian Sulawesi Selatan tahun 2013 menurut subsektor. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada website http://st2013.bps.go.id. Publikasi ini merupakan persembahan kedua setelah publikasi Hasil Sensus Pertanian 2013 (Angka Sementara) yang sebelumnya dirilis pada awal September 2013. Kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas bantuan semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah ikut berpartisipasi dalam menyukseskan Sensus Pertanian 2013.
Makassar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan
Nursam Salam, SE.
1
Laporan Hasil Sensus Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan 2013
Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013
S
ensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang menetapkan “The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015”. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada Mei-Oktober 2014. Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, data jumlah rumah tangga usaha pertanian 2003 dihitung dari data mentah ST2003 dengan menggunakan konsep ST2013 yang tidak menggunakan Batas Minimal Usaha (BMU) dan master wilayah ST2013 untuk rumah tangga usaha pertanian. A. Jumlah Usaha Pertanian menurut Jenis Usaha di Sulawesi Selatan Hasil ST2013 menunjukkan bahwa usaha pertanian di Sulawesi Selatan didominasi oleh rumah tangga. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau pelaku usaha lainnya yaitu selain rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2013 tercatat sebanyak 980.946 rumah tangga, mengalami penurunan sebesar 9,36 persen dari tahun 2003 yang tercatat sebanyak 1.082.251 rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Tahun 2013 tercatat sebanyak 80 perusahaan dan pelaku usaha lainnya sebanyak 129 unit. Kabupaten Bone tercatat sebagai kabupaten/kota dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di Sulawesi Selatan tahun 2013, yaitu sebanyak 114.2 ribu rumah tangga. Sedangkan pada periode yang sama, Kabupaten Barru tercatat sebagai kabupaten/kota dengan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum terbanyak, sebesar 13 perusahaan dan Kabupaten Maros serta Kabupaten Luwu tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah usaha pertanian lainnya terbanyak, sebesar 18 usaha. Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di Kota Makassar, dengan penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian sebesar 55,76 persen.
Tabel 1 Jumlah Usaha Pertanian menuruT Kabupaten/Kota dan Pelaku Usaha Tahun 2003 dan 2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian (RumahTangga) Kabupaten/Kota
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan)
Pertumbuhan Absolut %
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
[01] SELAYAR
21.545
19.871
-1.674
-7,77
1
[02] BULUKUMBA
70.498
63.786
-6.712
-9,52
8
[03] BANTAENG
29.662
29.803
141
0,48
[04] JENEPONTO
63.482
59.247
-4.235
-6,67
[05] TAKALAR
43.839
39.478
-4.361
-9,95
12
8
-4
-33,33
2
[06] GOWA
89.966
78.737
-11.229
-12,48
5
10
5
100,00
12
[07] SINJAI
39.506
38.919
-587
-1,49
0
1
[08] MAROS
43.450
39.505
-3.945
-9,08
7
7
0
0,00
18
[09] PANGKEP
46.735
39.060
-7.675
-16,42
2
8
6
300,00
4
[10] BARRU
26.811
20.035
-6.776
-25,27
12
13
1
8,33
[11] BONE
123.899
114.216
-9.683
-7,82
4
3
-1
-25,00
5
[12] SOPPENG
43.123
36.608
-6.515
-15,11
4
-4
-100,00
3
[13] WAJO
63.703
58.313
-5.390
-8,46
5
5
0
0,00
6
[14] SIDRAP
39.596
33.670
-5.926
-14,97
6
6
0
0,00
4
[15] PINRANG
53.229
47.748
-5.481
-10,30
5
2
-3
-60,00
2
[16] ENREKANG
33.431
34.670
1.239
3,71
1
2
[17] LUWU
55.847
52.335
-3.512
-6,29
4
[18] TANA TORAJA
41.809
40.359
-1.450
-3,47
7
[22] LUWU UTARA
53.886
52.206
-1.680
-3,12
7
[25] LUWU TIMUR
33.751
36.066
2.315
6,86
0
4
[26] TORAJA UTARA
35.428
30.222
-5.206
-14,69
0
1
[71] MAKASSAR
14.753
6.527
-8.226
-55,76
41
4
[72] PARE-PARE [73] PALOPO [73] SULAWESI SELATAN
6
2013
(6)
(7)
Pertumbuhan Absolut %
2003 (1)
2003
Usaha Pertanian Lainnya 2013 (Unit) (10)
(8)
(9) -1
-100,00
1
-4
-50,00
7
1
-1
-100,00
3
2
-2
-100,00
2
3.713
2.375
-1.338
-36,04
1
10.589
7.190
-3.399
-32,10
0
1.082.251
980.946
-101.305
-9,36
135
4
2
8
1
100,00
6
-4
-100,00
18
-5
-71,43
4
-7
-100,00
4 9 1
-37
-90,24
4
-1
-100,00
2 4
80
-55
-40,74
129
980,9460
2003 2013
94,8090
180,3450
50,7850
200,00
153,2270
111,8380
400,00
98,8850
576,2470
493,3060
272,5140
600,00
477,6560
637,7080 446,2650
800,00
711,3600
1000,00 707,7460
Jumlah Rumah Tangga (Ribu)
1200,00
1082,2510
Gambar 1 Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di Sulawesi Selatan, Tahun 2003 dan 2013
,00 Sulawesi Selatan
Tanaman Pangan
Hortikultura Perkebunan Peternakan
Subsektor
Perikanan
Kehutanan
Jasa Pertanian
Gambar 2 Peta Sebaran Usaha Pertanian, Tahun 2013
7
Subsektor Tanaman Pangan terlihat mendominasi usaha pertanian di Sulawesi Selatan. ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di Sulawesi Selatan adalah di Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Peternakan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Tanaman Pangan adalah sebanyak 711,4 ribu rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Peternakan adalah sebanyak 493,3 ribu rumah tangga. Subsektor Perikanan ternyata merupakan subsektor yang memilki jumlah rumah tangga usaha pertanian paling sedikit, diikuti oleh Subsektor Kehutanan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perikanan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 98,9 ribu rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Kehutanan tercatat sebanyak 180,3 ribu rumah tangga.
94,8090
50,7850
180,3450
111,8380
153,2270
576,2470
493,3060
637,7080
200,00
98,8850
400,00
477,6560
446,2650
600,00
272,5140
800,00
711,3600
1082,2510
1000,00
2003 2013 707,7460
Jumlah Rumah Tangga (Ribu)
1200,00
980,9460
Gambar 3 Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Pertanian di Sulawesi Selatan Menurut Subsektor, Tahun 2003 dan 2013
,00 Sulawesi Selatan
Tanaman Pangan
Hortikultura Perkebunan Peternakan
Subsektor
Perikanan
Kehutanan
Jasa Pertanian
Tidak semua subsektor mengalami penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian. Terdapat dua subsektor yang mengalami peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan yaitu Subsektor Tanaman Pangan meningkat sebesar 3,6 ribu rumah tangga (0,51 %) dan subsektor Kehutanan meningkat sebesar 27,1 ribu rumah tangga (17,70 %). Usaha pertanian ditinjau dari banyaknya perusahaan pertanian berbadan hukum, terlihat didominasi oleh Subsektor Peternakan dan Subsektor Perikanan. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Subsektor Peternakan adalah sebanyak 26 perusahaan, sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Subsektor Perikanan adalah sebanyak 22 perusahaan.
Jumlah Perusahaan
150,0
135,0
Gambar 4 Perbandingan Jumlah Perusahaan Berbadan Hukum di Sulawesi Selatan Menurut Subsektor, Tahun 2003 dan 2013
2003
20,0 1,0
22,0
44,0
26,0
23,0
33,0
13,0
9,0
8,0
6,0
50,0
10,0
100,0
80,0
2013
,0 Sulawesi Selatan
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Subsektor
Secara keseluruhan jumlah perusahan pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2013 mengalami penurunan di bandingkan tahun 2003 sebanyak 55 perusahaan (40,74 %). Penurunan terbesar terjadi di Subsektor Kehutanan sebanyak 19 perusahaan (95 %), disusul subsektor perkebunan sebanyak 20 perusahaan (60,61 %). Hanya perusahaan di subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan yang dapat eksis dan mengalami peningkatan jumlah unit usaha, masing-masing sebesar 4 perusahaan untuk tanaman pangan dan 3 perusahaan untuk peternakan.
Tabel 2 Jumlah Usaha Pertanian menurut Subsektor dan Pelaku Usaha Tahun 2003 dan 2013
Rumah Tangga Usaha Pertanian (RumahTangga)
Absolut
%
Usaha Pertanian Lainnya 2013 (Unit)
(8)
(9)
(10)
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan)
Usaha
(1)
2003
2013
(2)
(3)
Pertumbuhan Absolut
%
(4)
(5)
2003
2013
(6)
(7)
Pertumbuhan
1,082,251
980,946
-101,305
-9.36
135
80
-55
-40.74
129
707,746
711,360
3,614
0.51
6
10
4
66.67
10
PADI
577,944
596,365
18,421
3.19
5
6
1
20.00
7
PALAWIJA
370,350
288,329
-82,021
-22.15
1
5
4
400.00
7
2. HORTIKULTURA
446,265
272,514
-173,751
-38.93
9
8
-1
-11.11
15
3. PERKEBUNAN
637,708
477,656
-160,052
-25.10
33
13
-20
-60.61
12
4. PETERNAKAN
576,247
493,306
-82,941
-14.39
23
26
3
13.04
99
5. PERIKANAN
111,838
98,885
-12,953
-11.58
44
22
-22
-50.00
22
49,050
62,050
13,000
26.50
37
22
-15
-40.54
22
SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR: 1. TANAMAN PANGAN
BUDIDAYA IKAN PENANGKAPAN IKAN 6. KEHUTANAN 7. JASA PERTANIAN
69,987
46,439
-23,548
-33.65
7
0
-7
-100.00
1
153,227
180,345
27,118
17.70
20
1
-19
-95.00
14
94,809
50,785
-44,024
-46.43
5
Usaha pertanian lainnya di Subsektor Peternakan memiliki jumlah usaha pertanian terbanyak pada tahun 2013, yaitu sebanyak 99 usaha, diikuti oleh Subsektor Perikanan yang tercatat memiliki jumlah usaha pertanian sebanyak 22 usaha. Sedangkan subsektor Tanaman Pangan pada tahun 2013 merupakan subsektor dengan jumlah usaha pertanian lainnya paling sedikit (10 usaha). B. Rumah Tangga Pengguna Lahan dan Petani Gurem Apabila diklasifikasikan menurut golongan luas lahan, pada tahun 2013 terlihat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan lebih dari 5.000 m2 mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan. Pada Tabel 3 terlihat bahwa pada tahun 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan <1.000 m2 adalah sebesar 104,3 ribu rumah tangga, mengalami
penurunan sebesar 40,41 persen dibandingkan tahun 2003, yang tercatat sebanyak 175 ribu rumah tangga. Usaha pertanian dengan luas lahan antara 1.000–1.999 m2 pada tahun 2013 adalah sebanyak 70 ribu rumah tangga, menurun sebesar 2,61 persen bila dibandingkan dengan tahun 2003 yang tercatat sebanyak 71,9 ribu rumah tangga. Rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan sebagian besar memiliki luas lahan antara 10.000–19.999 m2 sebanyak 227,7 ribu rumah tangga pada tahun 2013. Terlihat kecenderungan bahwa rumah tangga usaha pertanian mengalami peningkatan penguasaan luas lahan pertanian. Yakni terlihat pada tahun 2003 sebanyak 66,1 ribu rumah tangga yang menguasai lahan di atas 30.000 m2, mengalami peningkatan sebanyak 8 ribu rumah tangga (12,19 %) pada tahun 2013. Hal tersebut juga terlihat dari menurunya jumlah rumah tangga petani gurem, menurun sebesar 70,6 ribu rumah tangga atau turun sebesar 17,27 persen.
Gambar 5. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai, Tahun 2003 dan 2013 di Sulawesi Selatan
Jumlah Rumah Tangga
300000,0 2003
250000,0
2013
200000,0 150000,0 100000,0 50000,0 ,0 <1000
1000-1999
2000-4999
5000-9999
10000-19999 20000-29999
Golongan Luas Lahan (m2)
≥30000
Tabel 3 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai, Tahun 2003 dan 2013 di Sulawesi Selatan Rumah Tangga Usaha Pertanian
Golongan Luas Lahan (m2) (1) <1000
Pertumbuhan
2003
2013
Absolut
%
(2)
(3)
(4)
(5)
175,004
104,283
-70,721
-40.41
1000-1999
71,866
69,987
-1,879
-2.61
2000-4999
193,828
194,008
180
0.09
5000-9999
241,941
223,943
-17,998
-7.44
10000-19999
241,709
227,663
-14,046
-5.81
20000-29999
91,756
86,853
-4,903
-5.34
≥30000
66,147
74,209
8,062
12.19
JUMLAH
1,082,251
980,946
-101,305
-9.36
Gambar 6 Perbandingan Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan dan Petani Gurem, Tahun 2013
3% 36% 64%
97% Penggunan Lahan Bukan Pengguna Lahan
Petani Gurem Bukan Petani Gurem
Tabel 4 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan dan Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Provinsi Tahun 2003 dan 2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan Kabupaten/Kota
(1)
2003
2013
(2)
(3)
Pertumbuhan Absolut % (4) (5)
Rumah Tangga Usaha Pertanian Gurem 2003
2013
(6)
(7)
Pertumbuhan Absolut % (8) (9)
[01] SELAYAR
19,309
17,279
-2,030
-10.51
5,599
4,183
-1,416
-25.29
[02] BULUKUMBA
68,524
61,941
-6,583
-9.61
24,592
19,916
-4,676
-19.01
[03] BANTAENG
28,881
28,323
-558
-1.93
11,588
14,320
2,732
23.58
[04] JENEPONTO
62,598
56,764
-5,834
-9.32
29,403
23,446
-5,957
-20.26
[05] TAKALAR
40,667
36,856
-3,811
-9.37
27,038
24,212
-2,826
-10.45
[06] GOWA
89,153
78,653
-10,500
-11.78
47,355
40,015
-7,340
-15.50
[07] SINJAI
38,206
37,655
-551
-1.44
12,270
15,926
3,656
29.80
[08] MAROS
42,577
38,890
-3,687
-8.66
20,737
18,283
-2,454
-11.83
[09] PANGKEP
42,927
33,591
-9,336
-21.75
27,112
17,507
-9,605
-35.43
[10] BARRU
25,013
19,036
-5,977
-23.90
13,695
8,112
-5,583
-40.77
[11] BONE
121,494
112,403
-9,091
-7.48
33,185
27,651
-5,534
-16.68
[12] SOPPENG
42,573
36,301
-6,272
-14.73
11,717
8,445
-3,272
-27.93
[13] WAJO
62,309
56,575
-5,734
-9.20
14,228
9,114
-5,114
-35.94
[14] SIDRAP
38,872
33,489
-5,383
-13.85
13,228
7,410
-5,818
-43.98
[15] PINRANG
50,596
45,721
-4,875
-9.64
16,336
11,587
-4,749
-29.07
[16] ENREKANG
33,372
34,668
1,296
3.88
6,495
10,031
3,536
54.44
[17] LUWU
55,004
51,345
-3,659
-6.65
12,851
10,216
-2,635
-20.50
[18] TANA TORAJA
41,616
40,356
-1,260
-3.03
24,002
27,280
3,278
13.66
[22] LUWU UTARA
53,478
51,836
-1,642
-3.07
8,848
8,323
-525
-5.93
[25] LUWU TIMUR
32,737
35,369
2,632
8.04
6,304
5,599
-705
-11.18
[26] TORAJA UTARA
35,327
30,216
-5,111
-14.47
26,597
20,389
-6,208
-23.34
[71] MAKASSAR
10,951
4,300
-6,651
-60.73
8,813
2,839
-5,974
-67.79
[72] PARE-PARE
3,335
2,005
-1,330
-39.88
2,448
1,037
-1,411
-57.64
[73] PALOPO [73] SULAWESI SELATAN
14
9,930
6,669
-3,261
-32.84
4,232
2,267
-1,965
-46.43
1,049,449
950,241
-99,208
-9.45
408,673
338,108
-70,565
-17.27
Gambar 7 Peta Sebaran Rumah Tangga Petani Gurem, Tahun 2013
15
Rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan ternyata mendominasi rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan. Dari sebanyak 980,9 ribu rumah tangga usaha pertanian di Sulawesi Selatan, sebesar 97% merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (950,2 ribu rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 3 %, atau sebanyak 30,7 ribu rumah tangga. Rumah tangga pertanian pengguna lahan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian yang menguasai kurang dari 5.000 m 2 lahan) dan rumah tangga petani nongurem (rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lebih dari atau sama dengan 5.000 m2 lahan). Hasil ST2013 menunjukkan bahwa rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan didominasi oleh rumah tangga petani nongurem. Dari sebanyak 950,2 ribu rumah tangga pertanian pengguna lahan di Sulawesi Selatan, sebesar 64 persen (612,1 ribu rumah tangga) merupakan rumah tangga petani nongurem. Sedangkan rumah tangga petani gurem tercatat sebesar 36 persen, atau sebanyak 338,1 ribu rumah tangga. C. Demografi Rumah Tangga Pertanian Dilihat dari kondisi demografi petani menurut jenis kelamin, hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah petani dengan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kondisi ini terjadi di seluruh subsektor. Subsektor Tanaman Pangan dan Perkebunan merupakan subsektor yang memiliki jumlah petani berjenis kelamin laki-laki tertinggi, yaitu sebanyak 690,7 ribu petani untuk Subsektor Tanaman Pangan dan sebanyak 435,3 ribu petani untuk Subsektor Perkebunan Subsektor Peternakan dan Subsektor Tanaman Pangan merupakan subsektor yang memiliki jumlah petani berjenis kelamin perempuan tertinggi, yaitu sebanyak 140,3 ribu petani untuk Subsektor Peternakan dan sebanyak 97,9 ribu petani untuk Subsektor Tanaman Pangan. Sedangkan untuk subsektor kehutanan, jumlah petani laki-laki adalah sebanyak 167,8 ribu petani, lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah petani perempuan yang tercatat hanya sebanyak 20,8 ribu petani.
Gambar 8 Perbandingan Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013 800000,0
Laki-Laki Perempuan
jumlah Petani
700000,0 600000,0 500000,0 400000,0 300000,0 200000,0 100000,0 ,0 Tanaman Pangan
Hortikultura Perkebunan Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Subsektor
Tabel 5 Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Laki-laki
Sektor/Subsektor (1) SEKTOR PERTANIAN
Perempuan
Jumlah
Absolut
%
Absolut
%
Absolut
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
942,570
80.29
231,384
19.71
1,173,954
100.00
1. TANAMAN PANGAN
690,722
87.58
97,915
12.42
788,637
100.00
2. HORTIKULTURA
245,428
82.43
52,317
17.57
297,745
100.00
3. PERKEBUNAN
435,328
82.84
90,168
17.16
525,496
100.00
4. PETERNAKAN
421,741
75.04
140,309
24.96
562,050
100.00
62,621
94.80
3,438
5.20
66,059
100.00
47,985
97.88
1,041
2.12
49,026
100.00
167,763
88.96
20,819
11.04
188,582
100.00
SUBSEKTOR:
5. PERIKANAN BUDIDAYA IKAN PENANGKAPAN IKAN 6. KEHUTANAN
Kelompok usia produktif, yaitu kelompok umur 15–64 tahun terlihat mendominasi jumlah kepala rumah tangga usaha pertanian. Tercatat sebanyak 844 ribu rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur kepala rumah tangganya antara 15–64 tahun. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur kepala rumah tangga kurang dari 15 tahun, yaitu sebanyak 0,2 ribu rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur kepala rumah tangga di atas 65 tahun adalah sebanyak 136,8 ribu rumah tangga. Rumah tangga usaha pertanian dengan kepala rumah tangga laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga perempuan. Kecenderungan ini terjadi serupa di masingmasing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur kurang dari 15 tahun dengan kepala rumah tangga laki-laki tercatat sebesar 0,1 ribu rumah tangga, lebih tinggi daripada kepala rumah tangga perempuan yang tercatat sebesar 0,03 ribu rumah tangga. Gambar 9 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga Tahun 2013 300000,0 Laki-Laki
Perempuan
<15
15-24
Jumlah Rumah Tangga
250000,0 200000,0
150000,0 100000,0 50000,0 ,0 25-34
35-44 Kelompok Umur
45-54
55-64
65+
Hal serupa terjadi di kelompok umur 15–64 tahun. Jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur 15–64 tahun dengan kepala rumah tangga laki-laki tercatat sebesar 757,4 ribu rumah tangga, lebih tinggi daripada kepala rumah tangga perempuan yang tercatat sebesar 86,6 ribu rumah tangga. Untuk kelompok umur di atas 65 tahun, kepala rumah tangga laki-laki tercatat sebesar 106,8 ribu rumah tangga, lebih tinggi daripada kepala rumah tangga perempuan yang tercatat sebesar 30 ribu rumah tangga. Tabel 6.a Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga Tahun 2013 Kelompok Umur Petani Utama (1) <15
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Absolut
%
Absolut
%
Absolut
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
%
144
83.24
29
16.76
173
(7) 100.00
15-24
7,653
94.17
474
5.83
8,127
100.00
25-34
112,961
96.14
4,538
3.86
117,499
100.00
35-44
258,310
93.64
17,535
6.36
275,845
100.00
45-54
226,670
87.58
32,159
12.42
258,829
100.00
55-64
151,813
82.65
31,862
17.35
183,675
100.00
65+
106,807
78.08
29,991
21.92
136,798
100.00
JUMLAH
864,358
88.11
116,588
11.89
980,946
100.00
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin petani utama, terlihat bahwa jumlah petani utama laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Konsep petani utama dimaksud disini adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian. Sama halnya bila dirinci menurut kelompok umur kepala rumah tangga, kelompok usia produktif (kelompok umur petani utama 15-64 tahun) terlihat mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian. Tercatat sebanyak 866,9 ribu rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya antara 15-64 tahun. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utama kurang dari 15 tahun, yaitu sebanyak 0,3 ribu rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur petani utama di atas 65 tahun adalah sebanyak 113, 8 ribu rumah tangga.
Tabel 6.b Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama Tahun 2013 Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Kelompok Umur Petani Utama
Absolut
%
Absolut
%
Absolut
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
276
89.90
31
10.10
307
100.00
15-24
<15
15,043
95.51
708
4.49
15,751
100.00
25-34
132,490
95.64
6,040
4.36
138,530
100.00
35-44
268,932
93.34
19,199
6.66
288,131
100.00
45-54
225,252
88.76
28,531
11.24
253,783
100.00
55-64
145,669
85.34
25,016
14.66
170,685
100.00
65+
93,208
81.93
20,551
18.07
113,759
100.00
JUMLAH
880,870
89.80
100,076
10.20
980,946
100.00
Rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masing-masing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur kurang dari 15 tahun dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 0,3 ribu rumah tangga, lebih tinggi daripada petani utama perempuan yang tercatat sebesar 31 rumah tangga. D. Ternak Jumlah sapi dan kerbau pada tahun 2013 tercatat sebanyak 1.076,1 ribu ekor, terdiri dari 1,4 ribu sapi perah, 984 ribu ekor sapi potong, dan 90, 6 ribu ekor kerbau. Jumlah sapi dan kerbau betina lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah sapi dan kerbau jantan. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi dan kerbau betina sebanyak 760,7 ribu ekor dan jumlah sapi dan kerbau jantan sebanyak 315,4 ribu ekor.
Gambar 10
Jumlah Sapi dan Kerbau dan Jenis Kelamin Tahun 2013 di Sulawesi Selatan Sapi Potong
Sapi Perah
Jantan; 292,0
Jantan, 278,917 Betina, 705,119
Kerbau
Betina; 1118,0
Betina; 54499, 0
Jantan, 36,143
Kabupaten dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kabupaten Bone, dengan jumlah sapi dan kerbau sebanyak 262,7 ribu ekor. Sedangkan Kota Palopo adalah Kabupaten/Kota dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (3,1 ribu ekor). Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di Kabupaten Bone, yaitu sebanyak 259,8 ribu ekor, dan jumlah sapi perah terbanyak adalah Kabupaten Enrekang, dengan jumlah sapi perah sebanyak 1,1 ribu ekor. E. Penguasaan Lahan Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan yang dimiliki rumah tangga pertanian pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika pada tahun 2003 rata-rata lahan yang dikuasai sebesar 0,68 ha, maka pada tahun 2013 rata-rata lahan yang dikuasai meningkat menjadi 1,12 ha untuk setiap rumah tangga pertanian. Peningkatan rata-rata lahan yang dikuasai terutama berasal dari peningkatan pengusaan lahan pertanian dari 0,62 ha pada tahun 2003 menjadi 1,09 ha pada tahun 2013. Sebaliknya pada penguasaan lahan bukan pertanian terjadi penurunan penguasaan lahan yang dimiliki oleh rumah tangga pertanian dari 0,05 ha pada tahun 2003 menjadi hanya 0,03 ha pada tahun 2013. Rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga pertanian terbesar tahun 2013 terdapat di Kabupaten Wajo seluas 1,99 ha, sedangkan rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga terkecil terdapat di Kota Makassar seluas 0,42 ha. Kabupaten dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terbesar adalah
Tabel 7 Jumlah Sapi dan Kerbau Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, Tahun 2013 Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kabupaten/Kota
(1) [01] SELAYAR
Jantan
Betina
Jumlah
Jantan
Betina
Jumlah
Jantan
Betina
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Jumah Sapi dan Kerbau (11)
3.792
11.564
15.356
0
2
2
878
3.100
3.978
19.336
15.642
39.245
54.887
0
1
1
267
836
1.103
55.991
[03] BANTAENG
7.200
13.151
20.351
23
54
77
38
131
169
20.597
[04] JENEPONTO
5.492
15.808
21.300
0
0
0
699
1.691
2.390
23.690
[05] TAKALAR
9.228
27.131
36.359
0
0
0
833
2.402
3.235
39.594
[06] GOWA
25.048
62.707
87.755
3
51
54
303
662
965
88.774
[07] SINJAI
22.281
48.046
70.327
16
125
141
216
486
702
71.170
[08] MAROS
17.422
43.183
60.605
0
0
0
338
1.014
1.352
61.957
9.341
24.579
33.920
6
13
19
461
1.684
2.145
36.084
[10] BARRU
14.066
37.242
51.308
0
5
5
77
252
329
51.642
[11] BONE
73.930
185.836
259.766
2
1
3
767
2.162
2.929
262.698
8.103
19.149
27.252
0
0
0
11
53
64
27.316
[13] WAJO
17.184
58.152
75.336
0
0
0
1.035
2.865
3.900
79.236
[14] SIDRAP
9.316
21.843
31.159
0
0
0
452
1.267
1.719
32.878
[15] PINRANG
5.840
17.280
23.120
1
16
17
541
1.543
2.084
25.221
[02] BULUKUMBA
[09] PANGKEP
[12] SOPPENG
[16] ENREKANG
15.112
30.138
45.250
239
844
1.083
997
2.274
3.271
49.604
[17] LUWU
4.520
11.793
16.313
0
0
0
1.778
3.931
5.709
22.022
[18] TANA TORAJA
1.796
4.815
6.611
0
0
0
9.617
12.831
22.448
29.059
[22] LUWU UTARA
6.383
16.323
22.706
0
0
0
2.616
8.063
10.679
33.385
[25] LUWU TIMUR
4.251
9.894
14.145
0
0
0
390
442
832
14.977
[26] TORAJA UTARA
51
108
159
0
0
0
13.537
6.393
19.930
20.089
[71] MAKASSAR
1.236
2.023
3.259
2
6
8
82
156
238
3.505
[72] PARE-PARE
975
3.131
4.106
0
0
0
17
26
43
4.149
[73] PALOPO
708
1.978
2.686
0
0
0
193
235
428
3.114
278.917
705.119
984.036
292
1.118
1.410
36.143
54.499
90.642
1.076.088
[73] SULAWESI SELATAN
22
Gambar 11 Peta Sebaran Jumlah Sapi dan Kerbau Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2013
23
Kabupaten Wajo seluas 1,96 ha dan kabupaten dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terkecil adalah Kota Makassar seluas 0,41 ha. Sementara itu, pengusaan lahan sawah terbesar terdapat di Kabupaten Wajo sebesar 1,06 ha dan terkecil terdapat di Kabupaten Selayar sebesar 0,07 ha per rumah tangga pertanian. Sedangkan untuk penguasaan lahan pertanian bukan sawah terbesar berada di Kabupaten Luwu Timur yaitu sebesar 1,50 ha dan terkecil berada di Kabupaten Takalar sebesar 0,17 ha per rumah tangga pertanian.
Gambar 12 Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Lahan, Tahun 2003 dan 2013 di Sulawesi Selatan (Hektar)
12000,000 10000,000 8000,000 6000,000 4000,000 2000,000 ,000 2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013
Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah Lahan Bukan Pertanian
Lahan Pertanian
Jumlah Lahan yang Dikuasai
Tabel 8 Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Provinsi dan Jenis Lahan Tahun 2013 (Ha), Tahun 2013 Kabupaten/Kota
(1)
Lahan Bukan Pertanian
Lahan Pertanian Lahan Sawah
Lahan yang Dikuasai
Lahan Bukan Sawah
Jumlah
2003
2013
2003
2013
2003
2013
2003
2013
2003
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
[01] SELAYAR
0.08
0.02
0.03
0.07
0.81
1.33
0.85
1.40
0.93
1.42
[02] BULUKUMBA
0.03
0.02
0.19
0.28
0.51
0.66
0.70
0.94
0.73
0.96
[03] BANTAENG
0.03
0.02
0.14
0.18
0.55
0.53
0.69
0.71
0.72
0.72
[04] JENEPONTO
0.03
0.02
0.23
0.47
0.37
0.42
0.60
0.89
0.63
0.90
[05] TAKALAR
0.04
0.03
0.22
0.32
0.14
0.17
0.36
0.49
0.40
0.52
[06] GOWA
0.04
0.02
0.22
0.34
0.29
0.47
0.51
0.81
0.55
0.84
[07] SINJAI
0.04
0.02
0.21
0.26
0.52
0.52
0.73
0.77
0.76
0.79
[08] MAROS
0.05
0.03
0.26
0.40
0.32
0.45
0.58
0.85
0.63
0.88
[09] PANGKEP
0.04
0.03
0.17
0.30
0.31
0.52
0.48
0.81
0.52
0.84
[10] BARRU
0.05
0.03
0.21
0.42
0.23
0.39
0.45
0.81
0.50
0.84
[11] BONE
0.05
0.03
0.40
0.57
0.48
0.63
0.89
1.20
0.94
1.22
[12] SOPPENG
0.06
0.03
0.24
0.43
0.59
0.78
0.83
1.22
0.90
1.25
[13] WAJO
0.06
0.03
0.61
1.06
0.56
0.89
1.18
1.96
1.24
1.99
[14] SIDRAP
0.07
0.04
0.41
0.88
0.35
0.52
0.75
1.40
0.83
1.44
[15] PINRANG
0.05
0.03
0.34
0.65
0.48
0.66
0.82
1.31
0.88
1.34
[16] ENREKANG
0.10
0.02
0.12
0.11
0.91
0.95
1.03
1.06
1.13
1.08
[17] LUWU
0.09
0.04
0.26
0.37
0.73
0.99
0.98
1.36
1.08
1.39
[18] TANA TORAJA
0.06
0.02
0.16
0.14
0.40
0.33
0.56
0.47
0.62
0.49
[22] LUWU UTARA
0.13
0.05
0.18
0.26
1.05
1.40
1.24
1.66
1.37
1.71
[25] LUWU TIMUR
0.19
0.10
0.21
0.36
0.79
1.50
1.01
1.86
1.20
1.96
[26] TORAJA UTARA
0.04
0.03
0.16
0.28
0.15
0.19
0.31
0.48
0.35
0.51
[71] MAKASSAR
0.01
0.01
0.01
0.23
0.01
0.18
0.02
0.41
0.03
0.42
[72] PARE-PARE
0.03
0.03
0.02
0.22
0.04
0.42
0.06
0.64
0.09
0.67
[73] PALOPO
0.04
0.03
0.05
0.19
0.28
0.90
0.33
1.09
0.38
1.11
[73] SULAWESI SELATAN
0.05
0.03
0.22
0.42
0.41
0.67
0.62
1.09
0.68
1.12
25
Gambar 13 Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian Menurut Sub Sektor, Tahun 2013 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
40922,0
1789,0 Tanaman Pangan
4313,0
1884,0
Hortikultura Perkebunan Peternakan
2347,0 Perikanan
4551,0
Kehutanan
Subsektor tanaman pangan merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian terbanyak. Hasil ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga jasa pertanian subsektor tanaman pangan tahun 2013 adalah sebesar 40,9 ribu rumah tangga. Sedangkan jumlah rumah tangga jasa pertanian paling sedikit tercatat pada subsektor hortikultura, yaitu sebanyak 1,8 ribu rumah tangga jasa pertanian. Subsektor perkebunan tercatat memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian sebanyak 4,3 ribu rumah tangga, sedangkan subsektor peternakan, perikanan, dan kehutanan memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian masing-masing sebanyak 1,9 ribu, 2,3 ribu, dan 4,6 ribu rumah tangga. Apabila dikaji per kabupaten, terlihat bahwa Kabupaten Bone merupakan Kabupaten dengan jumlah rumah tangga jasa pertanian terbanyak, yaitu sebanyak 9,1 ribu rumah tangga, sedangkan Kota Pare-Pare merupakan Kabupaten/Kota dengan jumlah rumah tangga jasa pertanian paling sedikit, yaitu hanya sebesar 32 rumah tangga.
Tabel 9 Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian Menurut Provinsi dan Sub Sektor, Tahun 2013
Kabupaten/Kota
(1) [01] SELAYAR
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian (2) 91
Subsektor Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
43
6
37
7
10
11
3.852
2.962
99
325
155
131
553
348
270
8
10
17
35
30
[04] JENEPONTO
2.232
1.978
96
47
91
126
88
[05] TAKALAR
2.156
2.051
170
11
32
18
81
[06] GOWA
4.413
3.986
269
149
76
54
362
[07] SINJAI
2.477
1.587
96
362
115
209
401
[08] MAROS
1.566
1.340
9
28
56
26
198
825
613
16
23
37
119
54
[02] BULUKUMBA [03] BANTAENG
[09] PANGKEP [10] BARRU
854
774
12
15
20
25
35
9.111
7.846
90
628
189
460
549
880
729
4
33
21
5
98
[13] WAJO
2.344
2.048
9
99
20
32
177
[14] SIDRAP
2.785
2.209
150
400
111
92
137
[15] PINRANG
4.841
4.337
87
154
46
255
130
[16] ENREKANG
1.017
580
216
103
33
24
129
[17] LUWU
2.374
1.467
31
420
14
146
337
[18] TANA TORAJA
3.725
2.939
329
798
457
124
472
[22] LUWU UTARA
1.624
1.142
38
152
47
38
283
[25] LUWU TIMUR
1.230
1.036
23
146
31
36
16
[26] TORAJA UTARA
1.547
724
18
348
280
198
347
[71] MAKASSAR
257
134
3
4
17
161
7
[72] PARE-PARE
32
21
0
4
4
2
2
[11] BONE [12] SOPPENG
[73] PALOPO [73] SULAWESI SELATAN
204
106
10
17
8
21
54
50.785
40.922
1.789
4.313
1.884
2.347
4.551
27
Gambar 14 Peta Sebaran Usaha Pertanian Rumah Tangga Jasa Pertanian, Tahun 2013
Gambar 15 Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian Menurut Sub Sektor, Tahun 2013
Jumlah Rumah Tangga
30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 Tanaman Pangan
Hortikultura Perkebunan Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Subsektor
Subsektor tanaman pangan merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian terbanyak. Jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian subsektor tanaman pangan tahun 2013 tercatat sebesar 21,7 ribu rumah tangga. Sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian paling sedikit tercatat pada subsektor perikanan, yaitu sebanyak 3,1 ribu rumah tangga. Subsektor perkebunan tercatat memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian sebanyak 26,2 ribu rumah tangga, sedangkan subsektor peternakan, hortikultura, dan kehutanan memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian masing-masing sebanyak 5,1 ribu, 3,1 ribu, dan 6,3 ribu rumah tangga.
29
Tabel 10 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian Menurut Kabupaten/Kota dan Subsektor, Tahun 2013
Kabupaten/Kota
(1) [01] SELAYAR [02] BULUKUMBA [03] BANTAENG [04] JENEPONTO [05] TAKALAR [06] GOWA [07] SINJAI [08] MAROS [09] PANGKEP [10] BARRU [11] BONE [12] SOPPENG [13] WAJO [14] SIDRAP [15] PINRANG [16] ENREKANG [17] LUWU [18] TANA TORAJA [22] LUWU UTARA [25] LUWU TIMUR [26] TORAJA UTARA [71] MAKASSAR [72] PARE-PARE [73] PALOPO [73] SULAWESI SELATAN
Jumlah RTUP yang Melakukan Pengolahan dari hasil pertanian Produksi Sendiri
(2) 7.826 4.093 1.338 4.518 1.376 4.337 3.227 1.566 3.071 1.223 7.533 2.489 1.929 1.264 2.523 2.183 1.898 2.340 2.976 2.511 1.040 120 56 154 61.591
Subsektor
Tanaman Pangan
(3) 1.075 1.056 684 3.283 469 1.794 921 548 1.193 445 3.956 638 631 695 1.062 452 572 712 633 404 404 28 15 17 21.687
Hortikultura
(4) 547 240 76 171 82 202 183 69 266 35 316 56 53 46 151 123 86 85 150 128 14 8 15 9 3.111
Perkebunan
(5) 5.955 1.829 308 618 87 1.100 1.872 182 653 249 2.594 1.322 731 435 845 1.306 849 1.157 1.879 1.817 366 2 1 62 26.219
Peternakan
(6) 58 365 180 454 284 452 179 210 471 83 505 129 150 78 300 313 115 322 153 89 212 36 6 2 5.146
Perikanan
(7) 1.121 29 31 97 114 7 75 37 640 96 190 37 146 7 88 8 86 26 45 90 30 46 13 35 3.094
Kehutanan
(8) 470 747 110 124 388 954 180 582 159 352 412 386 261 42 187 91 251 229 269 64 46 3 6 30 6.343
Gambar 16 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian , Tahun 2013
31
S
etiap pembangunan, termasuk pula pembangunan di bidang pertanian, bila diharapkan berhasil baik maka memerlukan perencanaan yang matang dan teliti serta didasarkan atas angka-angka statistik khususnya di bidang pertanian yang lengkap, aktual, dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya Sensus Pertanian 2013 ini, diharapkan dapat memberi solusi dan pencerahan dari berbagai kalangan baik pemerintah maupun swasta sebagai bahan untuk membuat kebijakan dan evaluasi program pembangunan pertanian. Semoga dengan tema “Menyediakan Informasi untuk Masa Depan Petani yang Lebih Baik”, kiranya dapat menjadi penyemangat bagi semua kalangan pengambil kebijakan demi terwujudnya masa depan petani yang lebih baik.
32
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Jl. Haji Bau No. 6 Makassar Sulawesi Selatan 90125 Telp. : (0411) 854838, 872879 , Fax. : (0411) 851225 Homepage : http://sulsel.bps.go.id E-mail :
[email protected]