Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
BAB VIII PENGELOLAAN KELAS A. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami definisi pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas, pendekatan pengelolaan kelas, masalah pengelolaan kelas, dan prosedur pemecahan masalah pengelolaan kelas. B. Uraian 1. Definisi dan Tujuan Pengelolaan Kelas Ada beberapa adefinisi tentang pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas ditinjau dari pengertian lama dan pengertian baru sebagai berikut: 1) Pengertian lama, pengelolaan kelas adalah mempertahankan ketertiban kelas. 2) Pengertian baru, pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan menggunakan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki,
dan
memelihara
organisasi
kelas
sehingga
individu
dapat
memanfaaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual (Pidarta, 1970:11). Pengelolaan kelas merupakan rangkaian tingkah laku kompleks yang digunakan oleh guru untuk memelihara suasana kelas, sehingga memungkinkan siswa belajar dengan hasil yang efisien dan berkualitas tinggi. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat utama untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Pengelolaan kelas dapat dianggap sebagai tugas yang paling pokok dan sekaligus paling sulit yang harus dilakukan oleh guru (Suparno dan Efendy, 1988:74-5).
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
Definisi lain mengetengahkan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggung jawab kelas dan seleksi penggunaan alatalat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi. Jadi, pengelolaan kelas sebenarnya merupakan upaya mendayagunakan seluruh potensi kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:104). Menurut Hadari Nawawi (Djamarah dan Zain 2006:177) bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan terencana dan berkesinambungan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif, yakni suasana kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan mudah, aman, dan tenang sehingga memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran yang efisien dan efektif. Tujuan pengelolaan kelas juga didefinisikan secara beragam. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran akan tercapai jika tercapainya tujuan pembelajaran (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:104). Senada dengan pendapat Sudirman N., Djamarah dan Zain,
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
2006:178) mengatakan bahwa secara
umum tujuan pengelolaan kelas menurut
Sudirman N. adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana social yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. Menurut Suhersimi Arikunto bahwa tujuan diadakannya pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien, sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah: a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang berhenti karena tidak tahu akan tugas yang diberikan padanya b. Setiap anak harus melakukan pekerjaan tanpa mrmbuang waktu, artinya tiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya (Arikunto, 1992:68). Pendapat ini menekankan ketertiban pada diri siswa karena dengan ketertiban siswa dapat belajar dengan tenang. Menurut Wijaya dan Rusyan (1994:114), tujuan dari pengelolaan kelas itu antara lain: a. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. b. Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya. c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang. Pendapat lain dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (1997) bahwa tujuan pengelolan kelas pada hakekatnya
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
mengandung tujuan pengajaran, karena pengajaran merupakan salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya proses belajar mengajar dalam kelas. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual belajar dan bekerja, terciptanya
suasana
sosial
yang
memberikan
kepuasan
suasana
disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi pada siswa (Djamarah dan Zain, 1997:199-200). PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) yang dikutip Rachman (1998/1999:15) mengetengahkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah: a. Mewujudkan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan berkembangnya kemampuan masing-masing siswa. b. Menghilangkan berbagai hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif. c. Menyediakan fasilitas atau peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya. d. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan keindividualannya. Berdasarkan beberapa pemikiran tentang tujuan pengelolaan kelas di atas dapat dirumuskan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi/mengevaluasi, dan melakukan tindak lanjut terhadap penciptaan suasana pembelajaran menjadi kondusif dalam rangka mencapaai tujuan pembelajaran secara efisien dan efektif. Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan kelas yang baik memiliki tiga ciri, yaitu: 1) Speed, artinya anak dapat belajar dalam percepatan
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
proses dan progress, sehingga membutuhkan waktu yang relative singkat. 2) Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kelas kondusif. 3) Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:104). Ini bisa dilihat pada kesiapan mereka untuk mengikuti pembelajaran terutama kesiapan secara psikologis. Ada rasa percaya diri dan keberanian untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan aspirasi. Ini terjadi jika para siswa merasa aman dan puas pada saat mereka mengeluarkan pendapat-pendapatnya dan dalam mengajukan berbagai pertanyaan dan mungkin sanggahan-sanggahan atas ide-ide atau pandangan-pandangan lain yang berbeda. Ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengelola kelas bagaimana membangun suasana kelas yang memungkinkan para siswa siap dalam mengikuti pembelajaran dengan perasaan aman, tenang, dan senang. 2. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas Untuk melaksanakan pengelolaan kelas yang efektif hendaknya didasarkan pada asumsi-asumsi dan prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas. Kita mulai dengan beberapa asumsi untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum suatu pengelolaan kelas yang baik. Asumsi berikut dikembangkan oleh Good dan Brophy (1991:199), yaitu: 1. Anak-anak itu suka mengikuti aturan karena memang mereka itu mengerti dan menerimanya. 2. Masalah disiplin kelas dapat dikurangi manakala si anak terlibat secara teratur dalam aktivitas (belajar) yang bermakna yang mendorong minat dan sikapnya. 3. Manajemen atau pengelolaan (kelas) hendaklah lebih didekati dari tujuan
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
memaksimalkan atau menghabiskan banyaknya waktu anak untuk terlibat dalam kegiatan produktif; daripada mendasarkan pada sudut pandangan yang negatif menekankan pengawasan atas perilaku anak yang menyimpang, dan 4. Tujuan guru adalah mengembangkan self control dalam diri anak dan bukan semata-mata melakukan pengawasan yang menekan atas diri mereka. Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, dapatlah dikembangkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut: a. Bahwa setiap aturan dan prosedur yang mengikat dan ditempuh haruslah direncanakan terlebih dahulu sebelum hal itu dapat dillangsungkan. b. Aturan-aturan yang ditetapkan dan prosedur yang ditempuh itu harus jelas dan dibutuhkan. c. Biarkan anak mengasumsikan tanggung jawabnya secara independent. d. Kurangi gangguan dan keterlambatan atau penundaan. e. Rencanakan kegiatan belajar yang independent atau individual dan juga kegiatan belajar kelompok. Menurut Djamarah dan Zain, 2006) bahwa untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, perlu dikuasai oleh guru prinsip-prinsip pengelolaan kelas, yang meliputi: a. Hangat dan Antusias. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
b. Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan
munculnya
tingkah
laku
yang
menyimpang,
selanjutnya akan menambah menarik parrhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar peserta didik. c. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Kevariasian dalam penggunaannya merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. d. Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didk serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. e. Penekanan pada hal-hal yang positif Penekanan yang dilakukan guru tarhadap tingkahlaku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negative.penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan positif, dankesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. f. Penanaman disiplin diri. Anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Oleh karena itu, guru selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
diri sendiri dan guru menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab (Djamarah dan Zain, 2006:185). Prinsip-prinsip lainnya dikembangkan Bolla (1985:5-6), yaitu: a. Dalam setiap kegiatan pengelolaan kelas (termasuk belajar mengajar), antusias dan kehangatan guru harus ditunjukkan. b. Setiap tutur kata, tindakan dan tugas-tugas yang diberikan kepada anak menantang; tidak menimbulkan kebosanan tetapi justeru menimbulkan gairah belajar yang produktif. c. Penggunaan variasi dalam alat, media, metoda dan gaya berinteraksi adalah kunci sukses pengelolaan kelas. d. Kewaspadaan akan jalannya proses kegiatan belajar-mengajar dari kemungkinan terjadinya berbagai gangguan mengharuskan guru bersikap dan bertindak luwes. e. Biasakanlah pemusatan pikiran secara positif dan menghindar pada hal-hal yang negatif. f. Pengelolaan kelas tidak bisa lepas dari kepentingan anak untuk berdisiplin atas dirinya sendiri. Karena itu guru sepantasnya berdisiplin pada dirinya sendiri agar di hadapan anak menjadi teladan. Beberapa prinsip di atas menjadi dasar penting dalam melaksanakan pengelolaan kelas sehingga mencapai tujuan sebagaimana diharapkan. Dari semua prinsip di atas maka kepentingan murid menjadi titik tumpu dalam pengelolaan kelas, di mana semua pemikiran atau perencanaan dan penanganan masalah pengelolaan kelas pada intinya adalah bagaimana para siswa dapat belajar dengan tenang, aman, dan
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
menyenangkan, sehingga mereka dapat menyerap materi pembelajaran mudah dan cepat serta semakin termotivasi atau bersemangat untuk terus belajar. 3. Pendekatan Pengelolaan Kelas Memahami jenis-jenis pendekatan dalam pengelolaan kelas merupakan bagian penting dalam rangka memecahkan masalah dalam pengelolaan kelas. Pemecahan masalah pengelolaan kelas menjadi efektif jika menerapkan pendekatan yang tepat sesuai dengan persoalan yang terjadi. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyadi (2009:26) bahwa untuk dapat memperoleh alternatif-alternatif pemecahan tersebut, hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen kelas dan juga memahami cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan pendekatan masing-masing. Ada beberapa pendekatan yang dapat ditempuh dalam pengelolaan kelas. Beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas dijabarkan dalam uraian berikut. a. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate) (Mulyadi, 2009:46). Proses Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan sosioemosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis antar guru dengan guru, guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif (Mulyadi, 2009:46). Pendekatan ini diangkat dari anggapan dasar bahwa suasana yang mendukung proses balajar dan mengajar yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang positif antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Oleh sebab itu, tugas guru dalam mengelola kelas
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
adalah membangun hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosioemosional yang positif di sekolah (Muljani, 1983:183). b. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification). Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapat bahwa semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar (Mulyadi, 2009:35). Ini menunjukkan bahwa tingkah laku buruk atau menyimpang yang ditunjukkan oleh siswa dapat diubah dan diperbaiki melalui proses belajar. c. Pendekatan penghukuman atau ancaman. Yaitu kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan dengan melakukan hukuman atau ancaman. Kegiatan ini dapat berupa tindakan guru yang menghukum siswa dengan kekerasan, melarang atau mengusir siswa dari kegiatan tertentu, mengancam siswa bila melakukan sesuatu yang dilarang, menghardik, mencemooh, mentertawakan, menghukum seorang siswa untuk contoh siswa yang lain, atau mungkin memaksa siswa meminta maaf karena perbuatan yang tercela (Muljani, 1983:175). d. Pendekatan penguasaan atau penekanan. Yaitu pengelolaan kelas yang dilakukan dengan menunjukkan kekuasaan seorang guru terhadap siswa sehingga tindakannya untuk mengatasi penyimpangan tingkah laku dilakukan dengan tekanan-tekanan. Contoh dari pendekatan ini misalnya memerintah, tindakan memarahi, menggunakan kekuasaan orang tua atau kepala sekolah untuk pengelolaan kelas, melakukan tindakan kekerasan atau mendelegasikan kepada salah seorang siswa untuk melakukan penguasaan terhadap kelas (Muhammad,
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
1993:93). Pendekatan ini walaupun sebenarnya kurang efektif, namun dalam situasi tertentu dipandang diperlukan untuk digunakan demi tercapainya tujuan pembelajaran. e. Pendekatan Proses Kelompok (Group Process). Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah: 1) Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial. 2) Tugas pokok guru yang utama dalam manajemen kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif (Mulyadi, 2009:55). Menurut Nawawi (1989:140-142) bahwa pendekatan proses kelompok/Dasar dari pendekatan ini adalah Psikologi sosial dan dinamika kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut: (1) Pengalaman belajar di sekolah bagi murid berlangsung dalam konteks kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas dalam pengelolaan kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas. Dengan kata lain kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama dan sedikit mungkin kegiatan yang bersifat individual. (2) Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini berarti seorang wali/guru kelas harus mampu membentuk dan mengaktifkan murid dan bahkan juga guru untuk bekerja sama dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi murid proses belajar dalam kelompok (group studies) harus dilaksanakan secara efekfif agar hasilnya lebih baik daripada bilamana murid belajar sendiri-sendiri (produktif). Dari pemikiran di atas menyiratkan
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
bahwa keiutsertaan para siswa dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran merupakan cara yang efektif untuk membangun suasana belajar yang memungkinkan mereka untuk saling bagi pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan sehingga menunjang kecepatan mereka dalam memahami materi pembelajaran dan sekaligus membangun kebersamaan diantara mereka. Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007:105-106) bahwa pendekatan dalam pengelolaan kelas antara lain sebagai berikut: a. Pendekatan Kekuasaan Pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturan yang melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku. b. Pendekatan Kebebasan. Pengelolaan kelas bukan membiarkan anak belajar laisses-faire, tetapi memberikan suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas, nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar. c. Pendekatan Keseimbangan Peran. Pendekatan ini dilakukan dengan memberi seperangkat aturan yang disepakati guru dan murid. Isi aturan berkaitan dengan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas dan aturan yang boleh atau tidak boleh dilakukan murid selama belajar. d. Pendekatan Pengajaran . Pendekatan ini menghendaki lahirnya peran guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang menguntungkan
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
proses
pembelajaran.
Peranan
guru
adalah
merencanakan
dan
mengimplementasikan pengajaran yang baik. e. Pendekatan Suasana Emosi dan Sosial. Pendekatan ini merupakan proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana hati yang saling mencintai antara guru-murid dan muridmurid penting dalam menciptakan hubungan sosial pembelajaran. f. Pendekatan Kombinasi. Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa pilihan tindakan untuk mempertahankan dan menciptakan suasana belajar yang baik. Guru memiliki peran penting untuk menganalisis kapan dan bagaimana tindakan itu tepat dilakukan. Semua orang mudah melakukan tindakan, tetapi bertindak pada waktu yang tepat, dengan cara yang akurat dan pada tujuan yang bermanfaat adalah tidak mudah, dan guru harus dapat mencermati hal itu. Wilford (Suyanto & Djihad, 2012:117) mengemukakan pandangan tentang ragam pendekatan pengelolaan kelas sebagai berikut: a. Pendekatan otoriter. Pandangan ini menekankan pada perlunya pengawasan dan pengaturan siswa. b. Pendekatan intimidasi. Pandangan ini memberikan peluang besar guru untuk mengawasi dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi. c. Pendekatan permisif. Pendekatan ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan apa yang ingin dilakukan, guru hanya memantau apa yang dilakukan oleh siswa tersebut.
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
d. Pendekatan “resep makanan”. Pendekatan ini menekankan kepada uru untuk melihat dan mengawasi sejauh mana siswa mengikuti dengan tertib dan tepat halhal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. e. Pendekatan pengajaran. Pendekatan ini memberi kesempatan pada guru untuk menyusun rencana penhajaran dengan tepat sehingga dapat menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan. f. Pendekatan modifikasi perilaku. Dalam pendekatan ini menekankan guru mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa. g. Pendekatan iklim sosio-emosional. Dalam konteks ini guru menekankan pada terjadinya hubungan yang positif antara guru-siswa. h. Pendekatan siswam proses kelompok/dinamika kelompok. Pendekatan ini uru untuk meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yan efektif dan produktif. Dari kedelapan pendekatan tersebut yang mengoptimalisasikan pengelolaan kelas adalah pendekatan modifikasi perilaku, iklim sosio-emosional, dan system proses kelompok/dinamika kelompok. 4. Masalah Pengelolaan Kelas Yang dimaksud dengan masalah adalah adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan atau antara tujuan dan capaian. Dengan demikian masalah pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai perbedaan antara pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dengan apa yang terjadi dalam pembelajaran. Harapan dalam pengelolaan kelas adalah agar suasana pembelajaran itu kondusif sehingga memungkinkan tujuan pembelajaran dicapai secara efisien dan efektif. Kalau kenyataannya pelaksanaan
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
pembelajaran tidak berlangsung secara efisien dan efektif maka berarti ada gelaja yang menunjukkan adanya gangguan dalam pelaksanaan pembelajaran baik gangguan yang berasal dari diri siswa, dari diri guru, atau lingkungan fisik dalam kelas. Ada dua macam masalah dalam pengelolaan kelas, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Masalah individual adalah masalah yang berkenaan dengan perorangan, sedangkan masalah kelompok adalah masalah yang berkenaan dengan perilaku kelompok. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan bahwa bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat individual, yaitu: 1) Tingkah laku menarik perhatian. Siswa mencari kesempatan pada waktu yang tepat untuk melakukan perbuatan yang dianggapnya dapat menarik perhatian orang lain. Sehingga diberi bantuan ekstra. 2) Tingkah laku mencari kekuasaan. Siswa berperilaku yang dapat menguasai orang lain seperti mendebat, marah, dan selalu lupa pada peraturan kelas yang disepakati sebelumnya. 3) Tingkah laku membalas dendam. Siswa yang berperilaku seperti ini biasanya merasa lebih kuat, misalnya mengancam, menendang, dan sebagainya. 4) Peragaan ketidakmampuan. Siswa biasanya sangat apatis terhadap pekerjaan apapun (Djamarah dan Zain, 2006:201). Masalah kelompok dalam pengelolaan kelas dikemukakan oleh Louis V Johson dan Mary A. Bany ada tujuh kategori, yaitu sebagai berikut: a. Kelas kurang kohesif lantaran alasan karena jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
b. Penyebalan terhadap norma-norma tingkah laku
yang telah disepakati
sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca perpustakaan. c. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara, menyanyi dengan suara sumbang. d. Pembimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pembinaan semangat kepada badut kelas. e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan. f. Semangat kerja rendah atau melakukan semacam aksi protes kepada guru karena menganggap yang diberikan kurang fair. g. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain dan sebagainya (Louis V Johson dan Mary A. Bany dalam Mulyadi, 2009:15). Pengenalan masalah-masalah dalam pengelolaan kelas itu penting untuk membantu pencarian alternatif solusi yang tepat. Masalah individual dipecahan melalui pendekatan individual, dan masalah kelompok pemecahannya dengan pendekatan kelompok. 5. Pemecahan Masalah Pengelolaan Kelas Yang dimaksud dengan pemecahan masalah pengelolaan kelas adalah usahausaha yang dilakukan secara sengaja, terencana, dan berkesinambungan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
Pemecahan masalah pengelolaan kelas ada dua prosedur, yakni usaha pencegahan (prefentif), yakni usaha yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya perilaku siswa yang menyimpang. Pada sisi lain pemecahan masalah pengelolaan kelas dapat dilakukan padaat saat terjadinya perilaku siswa yang menyimpang. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyadi (2009:19) bahwa prosedur manajemen kelas ini dapat dilakukan secara preventif (pencegahan) maupun kuratif (penyembuhan). Usaha pencegahan itu dimaksudkan agar siswa memahami aturan atau tata tertib yang berlaku serta akibat-akibat yang akan terjadi apabila siswa melakukan pelanggaran. Sedangkan yang dimaksud dengan manajemen kelas secara kuratif adalah langkah-langkah tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu kondisi-kondisi optimal dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung (Mulyadi, 2009:25). Usaha pencegahan lebih efektif daripada penyembuhan (kuratif), oleh sebab itu guru harus mampu merencanakan dan melaksanakan pengelolaan kelas yang efektif. Suatu langkah yang mendasar dalam strategi manajemen kelas yang bersifat preventif adalah meningkatkan kesadaran diri pendidik sebagai guru. Dalam kedudukannya sebagai guru, seorang pendidik harus menyadari bahwa dirinya memiliki tugas dan fungsi yaitu sebagai fasilitator bagi siswanya yang sedang belajar (Saroni, 2006:112). Pendapat lain mengemukakan bahwa prosedur pengelolaan kelas secara preventif akan meliputi langkah-langkah peningkatan kesadaran guru sebagai pendidik, peningkatan kesadaran siswa, penampilan sikap guru, pengenalan terhadap tingkah laku siswa, penemuan alternatif pengelolaan kelas, dan pembuatan kontrak
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
sosial dalam proses belajar mengajar (Muljani, 1983:164). Dari pernyataan tersebut menekankan betapa pentingnya peningkatan kesadaran bersama antara guru dan siswa untuk menampilkan perilaku yang baik dan menghindari perilaku yang menyimpang. Prosedur kuratif adalah suatu hasaha memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang terjadi. Prosedur ini diambil jika ditemukan adanya persoalan-persoalan empiris dalam pengelolaan kelas baik masalah yang bersifat individual maupun kelompok. Tindakan kuratif ini sangat penting agar siswa tidak mengulangi tingkah laku yang menyimpang dan berusaha mengubah diri menjadi lebih baik. C. Rangkuman Pengelolaan merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Keberhasilan pembelajaran bukan hanya ditentukan oleh kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, melainkan juga oleh kemampuan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif yang memungkinkan para siswa belajar dengan mudah, aman, dan senang. Guru harus mampu membuat perencanaan dan implementasi pengelolaan kelas secara efisien dan efektif. Dalam rangka melaksanaan pengelolaan kelas guru harus mengenal tentang masalah-masalah pengelolaan kelas baik masalah yang bersifat individual maupun kelompok. Guru juga harus memahami prinsip-prinsip dan pendekatan dalam pengelolaan kelas, serta mampu mencari dan menerapkan alternatif-alternatif solusi terhadap persoalan pengelolaan kelas. D. Pertanyaan
Profesi Keguruan – Rulam Ahmadi
1. Kemukakan definisi pengelolaan kelas berdasarkan definisi-definisi pengelolaan kelas yang Anda baca! 2. Kemukakan pentingnya pengelolaan kelas dalam pelaksanaan pembelajarn di kelas! 3. Jelaskan apa yang dimaksud: 1) Penguatan positif, dan 2) penguatan negative dan sertai dengan contoh. 4. Suasana kelas selama pembelajaan berlangsung hendaknya kondusif, yakni aman dan menyenangkan. Kemukakan argumentasi Anda apa yang akan terjadi pada peserta didik apabila pembelajaran berlangsung dalam suasana aman dan menyenangkan? 5. Kalau Anda mengetahui ada peserta didik yang menunjukkan perilaku menyimpang pada waktu pembelajaran berlangsung, apa yang akan Anda lakukan?