BAB VIII KESIMPULAN
Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik karena isinya berupa sebuah upaya membangkitkan kesadaran umat manusia di dunia, khususnya bangsa Palestina, untuk melawan segala bentuk penjajahan di muka bumi. Diksi dalam puisi perlawanan Maḥmūd Darwīsy secara simbolis menggambarkan keprihatinan, kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. Puisi perlawanan Maḥmūd Darwīsy juga menggambarkan pendudukan Israel dan tragedi kemanusiaan di dunia Arab yang telah membangunkan kesadaran para sastrawan Palestina, terutama penyair angkatan 1936 dan angkatan 1948. Kedua angkatan itu dipandang sebagai penyair pejuang dan telah menjadi sumber inspirasi bagi semangat perlawanan atas pendudukan Israel terhadap Palestina. Para penyair kedua angkatan ini dalam puisi-puisinya tergambar semangat penolakan terhadap kolonialisme Inggris. Dari kedua angkatan penyair inilah kemudian muncul embrio perlawanan (al-muqāwamah) yang pada akhirnya melahirkan sastra perlawanan (adab al-muqāwamah) dan salah satunya adalah karya-karya Maḥmūd Darwīsy. Kemunculan Maḥmūd Darwīsy di dunia sastra Arab sebagai salah seorang penggagas sastra perlawanan telah melahirkan suatu tegangan sosial-politik sehingga ia menjelma menjadi subjek kolektif yang mendorong terbentuknya daya
485
486
juang yang kuat bagi bangsa Palestina untuk kemerdekaan bangsanya dan mengajak rakyat Palestina serta seluruh bangsa di dunia untuk menghapus segala bentuk penjajahan dengan segala manifestasinya dengan membangun ingatan kolektif tentang bangsa dan tanah air. Puisi perlawanan Maḥmūd Darwīsy termasuk dalam kategori almalḥamah, yaitu genre sastra Arab yang berfungsi mencatat sejarah orang Arab atau mendokumentasi peristiwa-peristiwa besar. Karena karya sastra merupakan dokumen sosial dan sejarah masyarakatnya, maka puisi perlawanan Maḥmūd Darwīsy termasuk dokumen sosial dan gambaran sejarah perjuangan bangsa Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaannya dari Israel. Jadi, puisi perlawanan Maḥmūd Darwīsy berisi catatan peristiwa-peristiwa besar yang menimpa bangsa dan tanah air Palestina, yaitu pendudukan Israel dan hilangnya bangsa dan tanah Palestina. Puisi Maḥmūd Darwīsy mampu menyuguhkan sejarah Palestina dalam sastra. Bahkan, puisi Maḥmūd Darwīsy mengandung gagasangagasan tentang humanisme, konsep-konsep dunia baru, dan gagasan sosial yang baru. Maḥmūd Darwīsy sebagai sosok penyair Palestina generasi pertama setelah pendudukan Israel adalah aktor intelektual penting dalam transformasi sosial dan yang berperan menghidupkan keautentikan bangsa dan tanah Palestina dalam
sastra.
Dalam
puisi-puisi
perlawanannya,
Maḥmūd
Darwīsy
mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan bangsa dan tanah air Palestina, baik sebelum pendudukan Israel maupun sesudahnya. Kedudukan Maḥmūd Darwīsy
sebagai
penyair
generasi
pertama
mempunyai
tugas
untuk
487
mendokumentasikan bangsa dan tanah Palestina serta membangun kembali kesadaran akan eksistensi bangsa dan tanah itu untuk generasi berikutnya agar mempunyai kesadaran akan perlunya perjuangan. Penulisan puisi perlawanan Maḥmūd Darwīsy dalam rentang waktu yang panjang menjadikan puisi Maḥmūd Darwīsy memuat peristiwa-peristiwa sejak mulainya pendudukan Israel. Dalam perjalanan penulisan puisi itu, Maḥmūd Darwīsy mengalami berbagai fase pemikiran. Fase pertama berkaitan dengan Palestina di masa-masa awal pendudukan. Pemikiran yang menonjol pada fase ini adalah resistensi terhadap Israel. Pada fase kedua, pemikiran Maḥmūd Darwīsy meluas ke negara-negara Arab yang lain karena sikap Israel yang memperluas aneksasi kolonialismenya ke negara-negara tersebut. Puncak pemikirannya tidak terbatas pada nasib bangsa Palestina dan Arab, melainkan terhadap nilai kemanusiaan secara universal. Pemikiran-pemikiran Maḥmūd Darwīsy yang tertuang dalam puisi perlawanannya menjadi penting bagi perjuangan Palestina, Arab, dan seluruh dunia. Perjalanan pemikiran Maḥmūd Darwīsy adalah bagian integral dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Palestina, bangsa Arab, dan bangsa di seluruh dunia yang mengalami ketertindasan yang diformulasikan dalam karya sastra sebagai sebuah proses kreatif dan imajinatif. Oleh karena sastra sebagai produk kreatif dan imajinatif, bukan produk mekanik yang dikuasai oleh pasar, puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan produk kebudayaan yang memuat suatu gagasan baru, yaitu gagasan muqāwamah yang memuat gagasan yang matang tentang pertahanan bangsa dan tanah air Palestina dan perlawanan terhadap penjajahan Israel. Di samping itu, puisi Maḥmūd
488
Darwīsy juga memuat gagasan-gagasan baru dalam metafora yang belum digunakan oleh penyair Arab lainnya. Dalam konteks teori sastra Arab, kebaruan gagasan dan kedalaman isi puisinya, Maḥmūd Darwīsy disebut penyair san’ah dan puisinya dikategorikan sebagai puisi san’ah. Selain kebaruan gagasan dan kedalaman isinya, puisi Maḥmūd Darwīsy merefleksikan secara langsung realitas sosio-historis Palestina berupa penderitaan yang menimpa bangsa Palestina dan merekonstruksi peristiwa historis yang terjadi di masa lalu menjadi sebuah realitas yang bersifat ideologis. Oleh karena itu, puisi Maḥmūd Darwīsy termasuk puisi realis dalam sejarah sastra Arab. Puisi Maḥmūd Darwīsy menekankan pada perjuangan berinstrumen puisi. Kata-kata dalam puisi dapat menjadi sebuah senjata dalam sebuah perjuangan karena dalam setiap perjuangan diperlukan senjata untuk mencapai hasil yang memberi pengaruh terhadap pembacanya. Puisi Maḥmūd Darwīsy dapat menjadi sumber inspirasi bagi perjuangan kemanusiaan yang melintasi ruang dan waktu. Perlawanan dilakukan tidak dengan mengedepankan kebencian terhadap Israel, tetapi lebih menegaskan eksistensi bangsa dan negara Palestina. Bentuk perlawanan puisi Maḥmūd Darwīsy adalah bentuk perlawanan melalui pemikiran, tidak melalui kekerasan sebagaimana yang terjadi dalam perlawanan secara militer. Maḥmūd Darwīsy mengekspresikan dalam puisi-puisinya akan pentingnya sebuah keluarga. Puisi-puisinya menyiratkan bahwa politik pecah belah yang dilakukan Israel tidak boleh menghancurkan kesatuan keluarga, bagaimanapun keadaannya. Keluarga adalah sistem satuan inti dalam suatu tatanan masyarakat
489
dan menjadi penggerak primer dalam hal sosial, ekonomi, bahkan politik sehingga keluarga menjadi elemen terpenting dalam membangun bangsa. Dari sebuah keluarga pula lahir generasi demi generasi. Oleh karena itu, eksistensi bangsa Palestina akan terjaga apabila keluarga-keluarga Palestina sebagai unit terkecil bangsa yang melahirkan generasi muda itu juga terjaga. Generasi muda Palestina adalah harapan bangsa dalam menjaga dan menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan tanah air Palestina. Penelitian-penelitian mengenai puisi Maḥmūd Darwīsy yang terdahulu mengungkapkan peran Maḥmūd Darwīsy sebagai penyair Palestina yang menjadi juru bicara bagi Palestina. Sementara puisi-puisi perlawanannya mengandung nilai-nilai kesastraan, mengandung nilai-nilai kemanusiaan, menandai suasana kultural Palestina dan negara-negara Arab lainnya, dan menggambarkan kesuraman Arab dengan ungkapan yang jujur dan sederhana. Penelitian-penelitian tersebut membahas puisi Maḥmūd Darwīsy secara parsial dan puisi-puisi yang terbit dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu, penelitian ini membahas puisi Maḥmūd Darwīsy mulai dari masa awal hingga akhir sehingga tampak evolusi perjuangan Maḥmūd Darwīsy dalam sumbangannya terhadap ide perdamaian, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan bagi seluruh manusia. Puisi perlawanan Maḥmūd Darwīsy merupakan refleksi dari pengalaman manusia Palestina yang hidup dalam tragedi pendudukan Israel dan kristalisasi ideologi perlawanan untuk membebaskan diri dari penjajahan Israel. Puisi perlawanan Maḥmūd Darwīsy merupakan narasi simbolik atas masa lalu dan sekaligus impian-impian masa depan Palestina dalam membangun memori sosial
490
dan identitas bersama Palestina sebagai sebuah bangsa yang harus dibedakan dari Israel, sang penjajah. Kata demi kata yang ada pada puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan roh penjaga yang mampu menghidupkan terus optimisme Palestina tentang hidup merdeka di tengah-tengah kenyataan tekanan yang paling berat dan kesempatan yang paling kecil sekalipun, yang berhak atas tanah, tumbuhan, air, dan seluruh ruang yang melingkupi beserta isinya. Bangsa Palestina yang mengalami ketertindasan masih berkeyakinan bahwa mereka adalah bangsa yang mempunyai martabat sehingga perlawanan itu adalah perjuangan mempertahankan martabatnya. Oleh karena itu, mereka tidak pernah surut dalam melakukan perjuangan, baik secara individu maupun secara kelompok. Atas keyakinan itu pula, perjuangan kemerdekaan bangsa dan tanah air Palestina dilakukan dengan semangat yang terus menyala. Akan tetapi, kemerdekaan Palestina itu tidak bisa diupayakan oleh bangsa Palestina sendiri karena
penjajahan
Israel
atas
Palestina
merupakan
kesepakatan
rezim
internasional sehingga untuk menghentikannya diperlukan perlawanan bersama dari bangsa-bangsa di seluruh dunia. Perjuangan bangsa Palestina melalui sarana sastra tidak bisa dianggap kecil karena hakikat sastra, antara lain, adalah memuliakan manusia melalui bahasa. Bahasa puisi perlawanan Maḥmūd Darwīsy merupakan gambaran nyata atas keinginan luhur dan kuat bangsa Palestina untuk menjadi bangsa mulia, bebas dari segala bentuk penjajahan, merdeka dalam menentukan nasib sendiri, dan hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara Arab lainnya khususnya dan dengan negara-negara di dunia pada umumnya.
491
Sumbangsih Maḥmūd Darwīsy dalam kesusastraan Arab modern adalah pemunculan ideologi perlawanan dalam puisi yang bertumpu pada fondasi sosiohistoris yang menumbuhkan kesadaran sosio-politik bangsa Palestina dan membuka mata dunia terhadap strategi besar kolonialisme Israel di dunia Arab. Ideologi perlawanan Maḥmūd Darwīsy ini tentu akan terus menguat sepanjang sejarah kehidupan bangsa Palestina sampai negara Palestina memperoleh kemerdekaannya. Maḥmūd Darwīsy bukan hanya sebagai representasi Palestina secara eksklusif, melainkan secara insklusif yang menjadi representasi seluruh Arab, bahkan manusia secara keseluruhan. Perjuangannya tidak hanya untuk kemerdekaan Palestina atau Arab saja, tetapi untuk kemerdekaan manusia seluruhnya. Posisi Maḥmūd Darwīsy dalam konteks sastra Palestina pasca pendudukan Israel mempunyai kedudukan yang tinggi sehingga bergelar amīru asy-syuʻarāˋu ‘pemimpin para penyair’. Pemikirannya tentang sastra perlawanan menyebar ke para penyair Palestina yang hidup semasa dengannya hingga ke penyair penerus masa-masa selanjutnya. Pemikirannya tersebut juga menyebar ke para penyair di negara-negara Arab lainnya sehingga melahirkan generasi baru penyair perlawanan.