BAB VIII HUBUNGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DENGAN PERILAKU MEREKA Rumah singgah merupakan suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Tujuan khusus rumah singgah yaitu (1) membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, (2) mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau di panti dan lembaga pengganti lainya jika diperlukan dan (3) memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak (Munajat, 2001). Tujuan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi yaitu (1) mengembangkan sikap mental positif, (2) membangun akhlak al-karimah, (3) menggali serta memberdayakan potensi yang dimiliki warga belajar dan (4) Memberikan gambaran akan kepastian masa depan dengan berbekal berbagai keterampilan kerja dan pengembangan usaha mandiri, serta penempatan kerja. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelaksanaan rumah singgah difokuskan pada dua hal, memberdayakan anak jalanan dan mengubah perilaku mereka agar sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan oleh RSBAP melalui dua aras pembedayaan, yaitu aras mikro dan mezzo. Pada aras mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap anak jalanan secara individu melalui bimbingan dan konsultasi. Hal ini dilakukan untuk membimbing anak jalanan untuk dapat menyelesaikan setiap tugas-tugas dalam kehidupannya. Pada aras mezzo, pemberdayaan dilakukan kepada anak jalanan secara berkelompok dengan memberikan pendidikan dan pelatihan. Dinamika kelompok dalam proses pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan sikap anak jalanan agar memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Keadaan dan perilaku mereka yang berbeda dari masyarakat umum sering dipandang sebagai deviant (penyimpang). Mereka sering kurang dihargai dan dicap sebagai orang yang kumuh, malas dan pembuat onar, yang disebabkan oleh
93
dirinya sendiri. Penilaian negatif ini mendorong anak jalanan untuk berperilaku negatif. Pemberdayaan yang dilakukan RSBAP salah satunya ialah untuk mengubah perilaku anak jalanan yang menyimpang agar sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
8.1
Hubungan Penilaian Anak Jalanan Terhadap Pelayanan Rumah Singgah dengan Perilaku Anak Jalanan Pelayanan sosial yang diberikan RSBAP kepada anak jalanan harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi. Fungsi rumah singgah harus dijalankan sebaik mungkin agar tujuan rumah singgah dapat tercapai. Penilaian mengenai keberfungsian rumah singgah dapat diketahui dengan melihat tingkat kepuasan anak jalanan terhadap pelayanan yang diberikan rumah singgah. Penilaian tersebut diduga akan mempengaruhi perilaku anak jalanan yang dibina oleh RSBAP. Semakin positif penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah diduga semakin baik perilaku mereka. Tabel 17 menggambarkan penilaian anak jalanan terhadap rumah singgah dan perilaku mereka. H0
: Tidak terdapat hubungan antara penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah dengan perilaku mereka.
H1
: Terdapat hubungan antara penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah dengan perilaku mereka.
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, 2010. Penilaian terhadap Pelayanan Rumah Singgah Perilaku
Sangat tidak puas n
%
Tidak puas n
%
Puas n
Total
Sangat puas %
n
%
n
%
Buruk
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kurang baik
0
0
5
50
3
16,7
0
0
8
26,7
Baik
0
0
5
50
11
61,1
2
100
18
60
Sangat Baik
0
0
0
0
4
22,2
0
0
4
13,3
Total
0
0
10
100
18
100
2
100
30
100
94
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 50 persen anak jalanan yang merasa tidak puas terhadap pelayanan rumah singgah dan berperilaku kurang baik. Anak jalanan yang merasa puas dengan pelayanan rumah singgah dan berperilaku kurang baik sebanyak 16,7 persen. Tidak anak jalanan yang merasa sangat puas dengan pelayanan rumah singgah dan memiliki perilaku kurang baik. Data tersebut menunjukkan semakin negatif penilaian mereka maka perilaku mereka semakin kurang baik. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan nilai Asymp.Sig (2-side) sebesar 0,031 lebih kecil dari α (0,05) sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah mempengaruhi perilaku anak jalanan. Nilai koefisian korelasi sebesar 0.395 yang berarti hubungan antara dua variabel tersebut rendah tetapi pasti. Artinya, semakin positif penilaian anak jalanan dalam pelayanan rumah singgah maka semakin baik perilaku anak jalanan. Anak jalanan yang memiliki penilaian positif terhadap pelayanan rumah singgah memiliki tingkat interaksi dalam rumah singgah yang tinggi. Hal ini terbukti dalam hasi uji korelasi pada bab sebelumnya. Interaksi yang tinggi di dalam rumah singgah menyebabkan mereka memperoleh manfaat yang banyak bagi kehidupan mereka. Kegiatan yang diselenggarakan RSBAP memberikan perubahan perilaku anak jalanan. Kegiatan tersebut membangkitkan kesadaran dan pengetahuan yang kemudian diharapkan berpengaruh dalam perilaku mereka. Bimbingan agama diberikan pembina untuk membangkitkan kesadaran mereka mengenai keberadaan Allah dalam hidupnya. Pembangkitan kesadaran anak jalanan secara edukatif perlu dilakukan oleh lingkungan sekitarnya sehingga diharapkan dapat menimbulkan perubahan perilaku yang bertahan lama (Sugiharto, 2004). Diajarkan pula mengenai tata cara beribadah dan perilaku sesuai dengan aturan Agama Islam. Kemudian, pembina memberi contoh dan mengajak anak binaan untuk mempraktekkan hal yang telah diajarkan. Hal ini terkait dengan konsep penguatan utama yang dapat membantu dalam upaya mengubah perilaku, yakni penjadwalan (Hersey dan Blanchard yang dikutip Sugiharto, 2004). Pembina melakukan kegiatan keagamaan bersama anak binaan secara rutin agar anak binaan terbiasa untuk beribadah.
95
Selain itu, anak jalanan juga memberikan pendidikan formal, informal maupun non-formal. Pengajaran dirancang untuk menjadikan anak jalanan menjadi manusia yang terpelajar. Pengajaran yang dilakukan di dalam rumah singgah dalam suasana kekeluargaan, karena metode pengajaran disesuaikan dengan karakteristik anak jalanan. Hal ini bertujuan agar materi yang diberikan kepada anak jalanan dapat mudah dipahami oleh anak jalanan. Apabila sudah dipahami anak jalanan diharapkan dapat mempengaruhi perilakunya. Memberikan pelayanan yang memuaskan anak jalanan sangatlah penting demi terwujudnya tujuan rumah singgah. Penelitian ini membuktikan bahwa penilaian anak jalanan dalam penelitian ini mempengaruhi perilaku mereka.
8.2
Perubahan Perilaku Anak Jalanan Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan perilaku anak jalanan
ketika sebelum dan sesudah mendapatkan pelayanan sosial yang diberikan RSBAP. Ketika anak jalanan belum menjadi anak binaan RSBAP, sebagian dari mereka memiliki perilaku yang kurang baik, yaitu sebanyak 53,3 responden. Sedangkan anak jalanan yang memiliki perilaku yang baik sebanyak 46,7 persen. Setelah anak jalanan dibina oleh RSBAP, terdapat perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Sebanyak 60 persen responden berperilaku baik dan 13,3 persen responden berperilaku sangat baik. Persentase anak jalanan yang berperilaku kurang baik menurun menjadi 26,7 persen. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Anak Jalanan Sebelum dan Setelah Menjadi Anak Binaan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, 2010. Perilaku Anak Jalanan Buruk
Sebelum menjadi anak binaan RSBAP n
Setelah menjadi anak binan RSBAP
%
n
%
0
0
0
0
Kurang baik
16
53,3
8
26,7
Baik
14
46,7
18
60
0
0
4
13,3
30
100
30
100
Sangat Baik Total
96
H0
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku responden sebelum menjadi anak binaan RSBAP dengan setelah menjadi anak binaan RSBAP.
H1
: Terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku responden sebelum menjadi anak binaan RSBAP dengan setelah menjadi anak binaan RSBAP. Berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney diperoleh nilai Asymp.Sig (2-side)
sebesar 0,001 lebih kecil dari α (0,05) sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara perilaku anak jalanan sebelum menjadi anak binaan RSBAP dengan setelah menjadi anak binaan RSBAP. Berbagai pelayanan sosial yang diberikan RSBAP mengarahkan anak jalanan untuk berperilaku lebih baik. Pemenuhan kebutuhan anak jalanan seperti: kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal dan uang saku menyebabkan berkurangnya keberadaan mereka di jalanan. Anak jalanan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalanan dengan tujuan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika rumah singgah mememenuhi berbagai kebutuhan anak jalanan tersebut maka membuat anak jalanan mengurangi intensitas bekerja di jalanan karena bebannya untuk memenuhi kebutuhan telah berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan anak binaan di jalanan telah berkurang. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah singgah. “Sekarang saya udah jarang ngamen lagi kak. Kalo di rumah singgah bawaannya males keluar. Makan ada, tiduran enak. Pokoknya jadi males kerja kak” (SYN, 18 tahun). Pembinaan mental dan spiritual yang dilakukan pembina kepada anak jalanan dalam kehidupan sehari-hari ditujukan untuk dapat merubah tingkah laku mereka dalam hal kebiasaan hidup. Maksudnya, mengajarkan anak jalanan untuk dapat hidup teratur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan perilaku anak jalanan dalam hal kebiasaan mandi dan berganti pakaian. Anak jalanan sebelum menjadi anak binaan RSBAP, mereka jarang mandi teratur dua kali sehari. Terdapat anak jalanan yang mandi tiga hari sekali bahkan dua minggu sekali. Setelah mereka mandi biasanya mereka menggunakan baju yang sama. Hal ini disebabkan mereka tidak memiliki pakaian yang cukup.
97
Upaya pembina untuk mengurangi mengkonsumsi rokok, minuman keras dan narkoba dilakukan dengan cara memberitahu mengenai akibat dan memberlakukan peraturan untuk melakukan hal tersebut di dalam rumah singgah. Anak binaan yang tertangkap tangan sedang mengkonsumsi minuman keras dan narkoba akan dikenakan sanksi oleh pembina. Anak binaan tidak boleh tinggal dan mengikuti kegiatan di RSBAP. Pemberian sanksi ini pun efektif untuk mengurangi perilaku negatif tersebut. Hal ini terkait dengan konsep penguatan utama yang dapat membantu dalam upaya mengubah perilaku, yakni hukuman (punishment) ((Hersey dan Blanchard yang dikutip Sugiharto, 2004). “Dulu saya pernah ketauan lagi minum sama pembina, terus saya dihukum ga boleh tinggal di rumah singgah selama sepuluh hari. Saya kapok kak.” (SHR, 16 tahun). Terdapat anak binaan RSBAP yang pada awalnya hidup terpisah dengan keluarga kemudian tinggal kembali bersama keluarganya. Pembinaan tidak hanya diberikan kepada anak binaan, jika memungkinkan pembinaan diberikan pula kepada orang tuanya. Pembinaan yang diberikan kepada orang tua biasanya dilakukan dengan pemberian modal usaha. Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa sebagian besar anak turun ke jalana karena ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhannya. Pembinaan dilakukan agar keluarga dapat merangkul anak mereka dan mengajaknya untuk tinggal bersama kembali.
8.3
Ikhtisar Pelayanan yang diberikan oleh rumah singgah merupakan upaya
pemberdayaan anak jalanan yang diharapkan berdampak pada perilaku mereka. Oleh karena itu, memberikan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan anak jalanan sangatlah penting. Tujuan pelaksanaan rumah singgah yakni mengubah perilaku anak jalanan dan mengembalikan mereka untuk tinggal kembali bersama keluarganya. Kegiatan yang dilaksanakan RSBAP mampu mengubah perilaku anak jalanan ke arah yang lebih baik. Waktu yang digunakan anak jalanan untuk berkeliaran di jalanan menjadi berkurang. Anak jalanan menjadi lebih sering melakukan ibadah dan teratur dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Mereka juga sudah dapat
98
memilih teman baik dalam hubungan sosialnya di jalanan. Selain itu, terdapat beberapa anak binaan RSBAP yang kembali tinggal bersama keluarganya. Oleh karena itu, dapat dikatakan rumah singgah berhasil untuk menangani permasalahan anak jalanan.