BAB VI PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH Rumah singgah merupakan lembaga yang memfasilitasi anak jalanan untuk dapat berhubungan dengan keluarganya atau pihak-pihak yang dapat memberikan manfaat bagi diri mereka. Selain itu rumah singgah berperan sebagai lembaga pelayanan sosial yang memberikan proses pembinaan yang bersifat kekeluargaaan kepada anak jalanan mengenai nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Departemen Sosial RI merumuskan delapan fungsi rumah singgah, yaitu: sebagai tempat pertemuan (meeting point) pekerja sosial dengan anak jalanan, pusat asesmen dan rujukan, fasilitator, perlindungan, pusat informasi, kuratif-rehabilitatif, akses terhadap pelayanan dan resosialisasi. Fungsi rumah singgah sebaiknya dilaksanakan secara efektif agar tujuan rumah singgah dapat tercapai, yakni membantu anak jalanan mengatasi masalahmasalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Penelitian ini mengungkapkan bagaimana penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Penilaian tersebut didasarkan pada kepuasan yang dirasakan oleh anak jalanan dalan setiap pelayanan yang mereka terima. Kotler sebagaimana dikutip Rangkuti (2008) menjelaskan bahwa kepuasan adalah “… a person’s feeling of pleasure or disappointment resulting from the comparing a product’s received performance (or outcome) in relations to the persons’s expectation”. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kekecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkan.
6.1
Tempat Pertemuan (Meeting Point) Rumah singgah merupakan tempat bertemu antara pekerja sosial dengan
anak jalanan untuk menciptakan persahabatan dan kegiatan. Rumah singgah seharusnya memiliki bangunan yang permanen dan layak sehingga memudahkan anak jalanan untuk tinggal dan melaksanakan kegiatan yang terkait dengan proses pembelajaran. Tidak hanya anak jalanan yang tinggal di rumah singgah namun
63
pembina pun ikut tinggal di rumah singgah. Proses tatap muka yang terjadi setiap hari antara pembina dan anak binaan membuat hubungan mereka menjadi dekat. Hubungan dekat yang terjalin antara pembina dan anak binaan memudahkan pembina dalam mendidik anak jalanan. 7% 3%
43%
47%
Sangat tidak puas Tidak puas Puas Sangat puas
Gambar 7. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah Sebagai Tempat Pertemuan
Berdasarkan gambar di atas, terdapat 43 persen responden yang puas dan tujuh persen responden yang merasa sangat puas dengan fungsi rumah singgah sebagai tempat pertemuan. Artinya sebagian dari responden memiliki penilaian yang positif terhadap fungsi rumah singgah tersebut. Mereka melaksanakan berbagai kegiatan bersama pembina di RSBAP, seperti sholat berjamaah, curhat bersama, pengajian, kerja bakti, pelatihan keterampilan dan kegiatan lainnya. “… iya kak di sini kalo ada kegiatan pasti bareng sama kakak pembina. Kalo solat berjamaan, imamnya kakak pembina. Terus klo lagi belajat juga yang ngajar kakak pembina.” JNR (18 tahun). Terdapat 47 responden yang merasa tidak puas dan tiga persen responden merasa sangat tidak puas dengan fungsi rumah singgah sebagai tempat pertemuan. Beberapa responden menyatakan bahwa setiap hari mereka melakukan interaksi tatap muka dengan para pembina, namun hanya beberapa pembina yang dekat dengan mereka. Hal inilah yang menyebabkan mereka merasa tidak puas dalam hal menjalin hubungan dekat dengan para pembina. “Kita deket sama pembina di sini kak, tapi ga semuanya. Ada pembina yang cuek aja sama kita, sikapnya beda-beda sama anakanak, jadi saya suka ngerasa nggak adil” (ADS, 20 tahun).
64
Berbeda dengan pernyataan tersebut, para pembina merasa sudah berusaha untuk memperlakukan anak binaan dengan adil. Pendekatan yang dilakukan berbeda-beda sesuai dengan karakteristik masing-masing anak jalanan karena tidak semua anak binaan terbuka dengan para pembina di RSBAP. Jika anak binaan melakukan kesalahan pasti akan ditegur atau dimarahi. Namun, jika perilaku anak binaan dinilai baik maka pembina tidak segan-segan memberikan kepercayaan yang lebih kepadanya. Hal inilah yang menyebabkan munculnya kecemburuan diantara anak binaan.
6.2
Pusat Asesmendan Rujukan Rumah singgah berfungsi sebagai pusat asesmen dan rujukan. Asesmen
adalah penelaah dan pengungkapan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Dalam asesmen, dikemukakan permasalahan yang mendasar yang bersifat segera untuk ditangani (Departemen Sosial RI, 2005). Setelah melakukan asesmen, maka dilakukan rujukan pelayanan sosial bagi anak jalanan tersebut. Sehingga pelayanan sosial yang diterima oleh anak jalanan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi.
7%
13% Sangat tidak puas Tidak puas 80%
Puas Sangat puas
Gambar 8. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah Sebagai Pusat Asesmen dan Rujukan
Gambar di atas menunjukkan 80 persen responden merasa tidak puas dengan fungsi rumah singgah dalam melakukan asesmen dan rujukan. Terdapat tujuh persen responden yang merasa puas dan 13 responden yang merasa sangat puas. Artinya sebagian besar responden memiliki penilaian yang negatif terhadap fungsi rumah singgah sebagai pusat asesmen dan rujukan yang dilakukan RSBAP.
65
Beberapa responden yang merasa tidak puas beranggapan bahwa asesmen yang dilakukan tidak diikuti dengan upaya pemenuhan kebutuhan mereka dengan segera. Besarnya harapan mereka terhadap RSBAP untuk dapat memenuhi semua kebutuhan dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapai menyebabkan mereka merasa tidak puas akan upaya yang dilakukan RSBAP untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembina melakukan pemetaan kebutuhan dan permasalahan anak jalanan dengan berbagai cara, yakni mengobrol dengan anak binaan hingga mendatangi keluarga yang bersangkutan untuk mengetahui lebih jelas bagaimana kehidupan anak jalanan yang dibina. Setelah melakukan asesmen maka mereka merumuskan tindakan apa yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan anak jalanan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh pimpinan RSBAP sebagai berikut. “Kami melakukan pemetaan kebutuhan setiap anak binaan yang mendaftar di rumah singgah. Setelah itu barulah kami menyusun tindakan apa yang harus diberikan kepada anak tersebut. Kita mencoba untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar yang diperlukan anak tersebut. Kami mencoba memberikan pelayanan semaksimal mungkin.” Sebagian besar anak binaan memiliki status pendidikan yang rendah. Maka setiap anak binaan dapat mengakses program pendidikan yang diselenggarakan oleh RSBAP. Selain itu, RSBAP berupaya untuk kebutuhan pangan, sandang dan papan yang dirasakan anak binaan. Permasalahan yang dihadapi oleh anak binaan sangatlah beragam. Tidak semua kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu anak binaan dapat diatasi oleh RSBAP. Hal ini dikarena keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh RSBAP.
6.3
Fasilitator Rumah singgah berfungsi sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga,
keluarga pengganti, dan lembaga lainnya. Hal ini dilakukan agar anak binaan tinggal kembali bersama keluarganya atau memiliki keluarga baru sehingga anak binaan tidak lagi hidup di jalanan. Kerjasama yang dilakukan pihak rumah singgah dengan lembaga lainnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan akan pendidikan.
66
Dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator, RSBAP menghubungkan anak binaan dengan berbagai pihak yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup anak jalanan dilakukan melalui rumah singgah. Anak binaan mendapatkan pelatihan keterampilan atau pun bantuan pendidikan dari pemerintah. Sebagai contoh, anak binaan melakukan pelatihan montir motor, pelatihan wirausaha atupun mendapatkan program beasiswa “Tabunganku” dari Kementrian Sosial RI. Selain itu, pihak swasta pun mengadakan pelatihan keterampilan kepada anak binaan RSBAP seperti pelatihan teknisi ponsel yang diselenggarakan oleh Telkomsel. Rumah singgah pula berupaya untuk menghubungkan anak binaan dengan keluarganya. Terdapat beberapa anak binaan yang menjalin hubungan baik dengan kelurganya bahkan kembali tinggal bersama oran tuanya. Namun tidak semua anak jalanan dapat dihubungkan kembali dengan keluarganya. Pembina RSBAP menyatakan bahwa terdapat anak jalanan yang memang tidak tahu keberadaan keluarganya. Selain itu, ada pula anak binaan yang memang tidak ingin untuk dihubungkan kembali anak jalanan. 7% 17%
Sangat tidak puas
20%
Tidak puas 56%
Puas Sangat puas
Gambar 9. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah sebagai Fasilitator
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 56 persen responden yang tidak puas dan tujuh persen responden yang merasa sangat tidak puas akan peran RSBAP sebagai fasilitator. Beberapa responden mengatakan bahwa tidak ada upaya rumah singgah untuk menghubungkan kembali dengan orang tuanya. Mereka menghubungi keluarganya tanpa ada bantuan dari pihak rumah singgah. Terdapat 20 persen responden yang merasa puas dan 17 persen responden yang merasa sangat puas akan peran RSBAP sebagai fasilitator. Kebanyakan
67
responden merasa sangat senang dengan peran RSBAP dalam menghubungkan mereka dengan lembaga lainnya seperti Kementrian Sosial, Dinas Sosial DKI Jakarta, Puskesmas dan lain-lain. Pelatihan dan pelayanan yang diberikan oleh lembaga-lembaga tersebut diakui menambah keterampilan dan memperbaiki kehidupan mereka.
6.4
Perlindungan Rumah singgah merupakan tempat perlindungan anak dari kekerasan dan
pelecehan seksual yang terjadi di jalanan. Keberadaan rumah singgah memungkinkan anak jalanan untuk tinggal dan terhindar dari segala bentuk penindasan yang biasanya terjadi di jalanan.
3% 13%
27%
Sangat tidak puas Tidak puas
57%
Puas
Sangat puas
Gambar 10. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah Sebagai Tempat Perlindungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 57 persen responden merasa puas dan 13 persen responden merasa sangat puas dengan perlindungan yang diberikan RSBAP. Artinya sebagian besar anak jalanan memiliki penilaian yang positif terhadap upaya perlindungan yang dilakukan RSBAP. Keberadaan RSBAP yang dijadikan sebagi tempat persinggahan oleh anak binaan, membuat mereka merasa aman. Ketika mereka berada di dalam rumah singgah, mereka terlindungi dari kekerasan di jalan seperti dipalak preman ataupun dipukul oleh anak jalanan lainnya. Sebelum masuk RSBAP sebagian besar anak binaan tidur di jalan, pasar, kolong jembatan atau tempat umum lainnya. Saat mereka tidur, tidak jarang uang mereka hilang diambil orang yang tidak dikenal. Selain itu, jika mereka tidur di daerah wilayah yang dikuasai oleh preman biasanya mereka
68
disuruh membayar atau membelikan minuman keras. Jika tidak memberikan uang, maka mereka akan dipukul oleh preman tersebut. Selain itu, pelecehan seksual terkadang mereka terima ketika hidup di jalanan. AMR (18 tahun) sebelum tinggal di RSBAP, ia tinggal di pasar. Ia mengaku bahwa ketika ia tidur ia pernah dipegang alat kelaminnya oleh seorang pria homo seksual. Ketika ia bangun, ia langsung kabur karena merasa ketakutan. Namun sekarang ia merasa aman untuk tinggal di RSBAP. Menurutnya hidup di RSBAP jauh lebih aman dibanding ketika ia tinggal di jalanan. Terdapat 27 persen responden yang merasa tidak puas dan tiga persen responden yang merasa sangat tidak puas dengan perlindungan yang diberikan RSBAP. Hal ini disebabkan mereka merasa tidak ada tindakan nyata yang dilakukan pembina RSBAP ketika mereka sedang memiliki masalah dengan temannya, sebagimana yang diungkapkan oleh ADS (18 tahun). “saya ngerasa aman sih kak kalo tinggal di sini tapi kalo saya lagi ada slek sama temen saya, saya ngerasa ga ada perlindungan yang diberikan oleh rumah singgah. Biasanya temen-temen saya yang bantuin bukan pembina.” Mereka merasa aman apabila tinggal di rumah singgah. Namun ada keinginan dari beberapa responden agar pembina turut melakukan perlindungan dari pihak-pihak di luar rumah singgah yang mencoba mengancam diri mereka.
6.5
Pusat Informasi Rumah singgah melakukan pembinaan terhadap anak jalanan, salah
satunya dengan memberikan informasi dan pengetahuan kepada anak jalanan agar mereka menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas. Selain itu, pembina berharap dengan memberikan pengetahuan kepada anak binaan, mereka dapat mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibanding menjadi anak jalanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 56 persen responden yang merasa puas dan 17 persen responden yang merasa sangat puas akan upaya pembina RSBAP dalam memberikan informasi dan pengetahuan. Artinya sebagian besar responden memiliki penilaian yang positif dalam fungsi RSBAP sebagai pusat informasi. RSBAP mengadakan pelatihan keterampilan kepada anak
69
binaan sebagai bekal mereka untuk bekerja. Pelatihan yang diberikan antara lain: pelatihan kewirausahaan, pelatihan montir motor, pelatihan pembuatan sepatu dan sandal, pelatihan agribisnis dan lain-lain. Pelatihan yang diselenggarakan merupakan hasil kerjasama RSBAP dengan pemerintah maupun swasta. Selain itu, RSBAP mengadakan program Pendidikan Layanan Khusus (PLK) anak jalanan. Ini merupakan program pendidikan formal namun dilaksanakan di rumah singgah. Kegiatan PLK ini diikuti oleh anak binaan dengan usia sekolah namun tidak memungkinkan disekolahkan di sekolah umum. Sedangkan bagi anak binaan yang ingin menamatkan pendidikan formal namun usianya sudah terlalu dewasa dapat mengikuti program pendidikan kejar paket A, B dan C. Terdapat pula program bea siswa bagi anak jalanan yang berperilaku baik dan memungkinkan disekolahkan di sekolah umum. Fasilitas untuk menambah pengetahuan anak jalanan juga tersedia di RSBAP, seperti televisi dan internet. Pada awalnya disediakan televisi di ruang berkumpul anak binaan namun tidak dirawat oleh mereka hingga rusak. Hal ini membuat kecewa para pembina, sehingga sekarang televisi hanya ada di ruang administrasi pembina. Anak binaan dapat menggunakan televisi tersebut di bawah pengawasan pembina. Anak binaan juga dapat menggunakan internet di ruang administrasi dengan pengawasan pembina.
17%
27%
Sangat tidak puas Tidak puas Puas
56%
Sangat puas
Gambar 11. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah Sebagai Pusat Informasi
Sebanyak 27 persen responden merasa tidak puas dengan upaya RSBAP dalam memberikan informasi kepada mereka. Menurut responden yang memiliki penilaian negatif terhadap fungsi rumah singgah tersebut, banyak pelatihan keterampilan yang diberikan kepada mereka namun sayangnya tidak ada tindak
70
lanjutnya. Mereka menginginkan setelah diberikan keterampilan, mereka disalurkan untuk bekerja. Selain itu, mereka merasa akses yang diberikan pembina untuk menggunakan televisi dan internet sangat terbatas. Oleh karena itu mereka merasa tidak puas.
6.6
Kuratif-Rehabilitatif Rumah singgah berfungsi untuk mengatasi permasalahan anak jalanan.
Rumah singgah juga berupaya untuk memperbaiki sikap dan perilaku sehari-hari yang akhirnya akan dapat menumbuhkan keberfungsian anak. Oleh karena itu diperlukan proses pembinaan dengan suasana kekeluargaan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 60 persen responden yang merasa puas dan 13 persen responden yang merasa sangat puas dengan fungsi kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan RSBAP. Sebaliknya, terdapat 17 persen responden yang tidak puas dan sepuluh responden yang merasa sangat tidak puas dengan fungsi kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan RSBAP. Data tersebut mengindikasikan sebagian besar responden memiliki penilaian positif terhadap fungsi RSBAP dalam hal kuratif-rehabilitatif.
13% 10% 17%
60%
Sangat tidak puas Tidak puas Puas Sangat puas
Gambar 12. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah dalam Upaya Kuratif-Rehabilitatif
Anak binaan yang merupakan anak jalanan dengan perilaku yang dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Hidup di jalanan tanpa ada yang mengatur mereka mendorong mereka untuk berperilaku menyimpang dari norma di masyarakat. Oleh karena itu, RSBAP berupaya untuk mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik. Upaya yang dilakukan untuk mengubah perilaku anak binaan yaitu dengan mengadakan bimbingan mental dan spiritual dalam
71
kehidupan sehari-hari. Anak binaan selalu dinasehati jika melakukan kesalahan karena itulah konsekuensi jika menjadi anak binaan RSBAP. Mereka harus mengikuti peraturan yang diterapkan di RSBAP agar kehidupan mereka lebih baik dan teratur. Kebanyakan responden menyatakan bahwa setelah menjadi binaan RSBAP terjadi perubahan dalam perilaku mereka. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya kebiasaan negatif yang biasa mereka lakukan di jalanan yaitu mengonsumsi narkoba dan minuman keras. Jika anak binaan terbukti mengonsumsi, maka mereka akan dikenai sanksi oleh pembina RSBAP. “Saya pernah ketauan lagi minum sama kakak pembina, terus saya diskors ga boleh tinggal sepuluh hari di rumah singgah. Saya kapok kak. Sepuluh hari kemudian saya balik lagi ke rumah singgah ini kak.” (SHR, 16 tahun) RSBAP mengadakan layanan konsultasi kepada anak binaan yang sedang menghadapi permasalahan. Konsultasi yang dilakukan dapat dilakukan secara pribadi yaitu dengan cara seorang anak binaan mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi dengan pembina. Konsultasi ini pun dapat dilakukan secara publik, yaitu dengan diadakan curhat bersama. Curhat bersama ini dihadiri oleh para anak binaan dan pembina dan dilakukan di aula RSBAP. Terkadang anak binaan dapat terbuka terhadap pembina namun tidak bisa terbuka dengan temantemannya,
begitu
juga sebaliknya.
Oleh karena
itu pembina RSBAP
memposisikan diri di banyak pihak. Pembina RSBAP berperan sebagai orang tua agar anak binaan menghormati pembina dan pembina menghargai kebutuhan anak binaan. Pembina juga harus berperan sebagai teman agar bisa lebih akrab dengan anak binaan. Ketika pembina memposisikan diri sebagai teman, maka akan lebih mudah untuk mengetahui
permasalahan
yang
sedang
mereka
hadapi.
Pembina
juga
memposisikan diri sebagai kakak/adik sehingga bisa meminta sesuatu lebih leluasa bahkan juga bisa bertengkar layaknya saudara, sehingga interaksi yang terjadi antara pembina dan anak binaan seperti sebuah keluarga.
72
6.7
Akses terhadap Pelayanan Rumah singgah menyediakan akses kepada berbagai pelayanan sosial.
Pelayanan sosial yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang dirasakan anak binaan. Kebutuhan dasar anak jalanan meliputi: kebutuhan makan, tempat tinggal, pelayanan kesehatan, kasih sayang, uang saku dan pakaian. 3% 10%
57%
30%
Sangat tidak puas Tidak puas Puas Sangat puas
Gambar 13. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah Sebagai Akses terhadap Pelayanan
Sebanyak 57 persen responden merasa puas dan sepuluh persen responden merasa sangat puas dengan pelayanan sosial yang diberikan RSBAP. Data tersebut menunjukkan mayoritas responden memiliki penilaian yang positif dalam pelaksanaan fungsi tersebut. RSBAP menyediakan kebutuhan makan dua kali sehari, yakni siang dan malam hari. Beberapa responden menyatakan tempat tinggal yang disediakan RSBAP sangat nyaman dibandingkan tinggal di jalanan. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh RKW (18 tahun). “… iya kak, di sini walaupun cuma pake karpet aja tapi nyaman. Tadinya ada kasur tapi rusak kak sama anak-anak. Kalo udah disini jadi males kerja di jalan lagi kak..” RSBAP juga memberikan pelayanan kesehatan bagi anak binaan beserta keluarganya. Anak binaan yang sakit akan dirujuk ke puskesmas pasar minggu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis. Apabila anak binaan mengidap penyakit yang serius maka akan dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang lebih intensif. ABQ (22 tahun) merupakan anak binaan RSBAP yang mengidap sakit paru-paru. Ia melakukan perawatan selama 18 bulan dengan dua minggu dirawat di UGD Rumah Sakit Fatmawati. Sekarang ABQ sedang melakukan rawat jalan dan tinggal di RSBAP.
73
Selain itu, RSBAP memberikan uang saku kepada anak binaan. Beberapa responden mengaku bahwa uang saku yang diberikan pembina dinilai kurang dan tidak adil. Sebagian anak binaan ada yang mendapat program Tabunganku dari Kementrian Sosial RI dan sebagian tidak. Hal inilah yang menimbulkan kecemburuan di antara anak binaan. Anak binaan yang mendapat program ini adalah anak binaan dengan usia sekolah, yaitu tujuh hingga 17 tahun. Pemenuhan kebutuhan sandang dengan memberikan baju kepada anak binaan pun dilakukan oleh RSBAP. Sebagian responden merasa kebutuhan akan pakaian kurang dipenuhi oleh RSBAP. Mereka mendapat baju ketika lebaran atau jika ada kegiatan pelatihan saja. Hal ini dinilai kurang memuaskan bagi sebagian anak binaan.
6.8
Resosialisasi Resosialisasi yang dilakukan rumah singgah yaitu dengan mengenalkan
kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Lokasi bangunan RSBAP yang berdiri di tengah kawasan pemukiman penduduk membawa anak jalanan untuk dapat hidup berdampingan dengan masyarakat. Pembina RSBAP mengajarkan kembali mengenai norma yang berlaku di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari anak jalanan. Resosialisasi ini dilakukan agar anak binaan dapat menjadi berperilaku layaknya seorang anak dan tetangga yang baik bagi lingkungan di sekitarnya.
10% 7% 27%
Sangat tidak puas Tidak puas
56%
Puas Sangat puas
Gambar 14. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah Melakukan Resosialisasi
74
Sebanyak 56 persen reponden merasa puas dan sepuluh persen responden merasa sangat puas akan upaya resosialisasi yang dilakukan RSBAP. Mereka yang memiliki penilaian positif ini menyatakan bahwa pembina mengajarkan mereka bagaimana bertingkah laku dengan tetangga di sekitar RSBAP. Apabila mereka membuat kegaduhan seperti bernyanyi dengan keras, akan ditegur oleh pembina karena dapat menganggu tetangga. Selain itu, pembina juga mengajarkan mengenai norma yang berlaku di masyarakat. Salah satu peraturan yang terdapat di RSBAP ialah tidak boleh membawa masuk wanita yang tidak dikenal karena akan mengundang keresahan warga sekitar. Anak binaan juga diajarkan untuk berlaku sopan dan menyapa tetangga sekitar. Namun terdapat 27 persen responden yang merasa tidak puas dan tujuh persen responden yang merasa sangat tidak puas dengan upaya resosialisasi yang dilakaukan RSBAP. Bagi mereka yang memiliki penilaian negatif terhadap fungsi RSBAP dalam melakukan resosialisasi, pembinaan yang diberikan pembina tidak dilakukan secara intensif. Terdapat beberapa pembina yang bersikap acuh tak acuh terhadap perilaku anak binaan, namun ada pula yang peduli dengan perilaku mereka. Inilah yang membuat mereka merasa tidak puas karena tidak semua pembina peduli akan perbuatan yang dilakukan oleh mereka. 6.9
Ikhtisar Penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah dilihat dari
kepuasan anak jalanan terhadap keberfungsian rumah singgah. Terdapat delapan fungsi rumah singgah, yaitu sebagai tempat pertemuan, pusat asesmen dan rujukan, fasilitator, perlindungan, pusat informasi, kuratif-rehabilitatif, pelayanan sosial dan resosialisasi. Gambar 15 menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan memiliki penilaian positif terhadap fungsi rumah singgah sebagai tempat pertemuan, perlindungan, pusat informasi, kuratif-rehabilitatif, pelayanan sosial dan resosialisasi. Namun, terdapat dua fungsi rumah singgah yang dinilai tidak memuaskan anak jalanan yaitu fungsi rumah singgah sebagai pusat asesmen dan fasilitator.
75
100% 90% 80% 70%
Sangat Puas
60%
Puas
50%
Tidak Puas
40%
Sangat Tidak Puas
30% 20% 10% 0%
Gambar 15. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Pelayanan Rumah Singgah
Rumah singgah melakukan asesmen terhadap setiap anak binaan untuk mengetahui pemasalahan mendasar yang dihadapi anak binaan Namun, asesmen yang diakukan tidak diserta dengan rujukan yang cepat. Rumah singgah dinilai kurang tanggap dalam menyelesaikan permasalahan mendasar dari setiap anak jalanan. Fungsi rumah singgah sebagai fasilitator dinilai kurang memuaskan anak binaan RSBAP. Rumah singgah memiliki fungsi sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, panti, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya. Anak jalanan diharapkan tidak terus-menerus bergantung pada rumah singgah, melainkan dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik melalui atau setelah proses yang dijalani. Menurut anak binaan yang tidak memiliki keluarga, mereka tidak dirujuk untuk mendapatkan orang tua angkat atau keluarga penganti. Rumah singgah dalam melakukan upaya menghubungkan anak jalanan dengan lembaga yang bermanfaat bagi kehidupannya dinilai kurang. Sebenarnya RSBAP telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk membantu
76
kegiatan pembinaan terhadap anak jalanan. Namun, upaya rumah singgah tersebut dinilai belum maksimal oleh anak binaan. Upaya pembinaan yang dilakukan untuk mengubah perilaku mereka agar sesuai dengan norma yang berlaku diwujudkan dengan melakukan perlindungan, memberi pendidikan dan keterampilan serta menghadirkan suasana kekeluargaan di dalam rumah singgah. Upaya tersebut telah dilaksanakan dengan baik sehingga memberikan kepuasan yang tinggi kepada anak binaan.