BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan Unit Pengolahan Kelapa Terpadu (UPKT) Sun Coco Desa Petanahan merupakan unit usaha BUMDes Desa Petanahan yang melakukan diversifikasi vertikal dengan mengolah, menampung dan menjual hasil olahan kelapa dan turunannya. Pada awal pembentukan jenis produk UPKT Sun Coco hanya nata de coco, VCO dan arang tempung. Dalam perkembangannya jenis produk yang diproduksi dalam jumlah banyak meliputi nata de coco, VCO, HCO, arang tempurung, asap cair, tier, cocofiber, cocodust/cocopeat, dan pupuk organik. Produksi keset dan sapu baru dimulai dan jumlah produksinya masih sedikit. UPKT Sun Coco Desa Petanahan dapat eksis dan berkembang sampai sekarang ini karena dibentuk dan dikembangkan tidak hanya dengan modal ekonomi dan modal alam. Masyarakat Desa Petanahan mempunyai modal sosial yang berperan dalam pengelolaan UPKT Sun Coco. Modal sosial yang ada dalam UPKT Sun Coco secara umum meliputi kepercayaan, partisipasi dalam jaringan, resiprocity, nilai-nilai, norma sosial dan tindakan proaktif. Modal sosial tersebut ada dalam pembentukan maupun perkembangan UPKT Sun Coco.
120
121
Pada proses pembentukan UPKT Sun Coco yang merupakan hasil kemitraan antara pemerintah dan swasta (UGM) diawali dengan kegiatan pelatihan pembuatan VCO, nata de coco dan arang tempurung. Pada kegiatan pelatihan, semua unsur modal sosial berperan sehingga kegiatan pelatihan berjalan lancar dan masyarakat mempunyai ketrampilan pengolahan kelapa menjadi VCO, nata de coo, arang tempurung dan asap cair. Setelah
mendapat
pelatihan
pengolahan
kelapa
dan
bisa
memproduksi, maka dibentuk koperasi sebagai wadah memasarkan produk. Pembentukan koperasi ini merupakan inisiasi dari Bapak Bambang dan difasilitasi oleh mahasiswa. Pada saat pembentukan koperasi ini, masyarakat yang hadir cukup banyak namun yang berpendapat hanya beberapa. Tetapi partisipasi masyarakat dalam memproduksi setelah adanya koperasi sangat baik. Unsur modal sosial lainnya yang berperan adalah kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma, reciprocity dan tindakan proaktif. Secara tipologi, masyarakat Desa Petanahan mempunyai bridging social capital dengan bersikap terbuka, cenderung memiliki jaringan yang fleksibel, mempunyai banyak alternatif penyelesaian masalah, akomodatif untuk menerima perubahan, cenderung memiliki sikap altruistik, humanitarian dan universal. Setelah enam bulan UPKT Sun Coco dikelola oleh masyarakat, UPKT Sun Coco mengalami kevakuman. Dengan bantuan instansi
122
pemerintah, masyarakat bekerja keras membangun usaha produktif kembali dan sampai sekarang UPKT Sun Coco bisa eksis bahkan mengalami banyak kemajuan. UPKT Sun Coco mengalami perkembangan baik dari sisi kelembagaan, jenis produk yang dihasilkan maupun keuangannya. Awal pembentukan UPKT Sun Coco berbentuk koperasi dan selanjutnya diubah kelembagaannya menjadi BUMDes. Modal sosial yang berperan dalam pengembangan kelembagaan adalah kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma sosial. Sedangkan partisipasi dalam penentuan bentuk kelembagaan sangat rendah. Unsur reciprocity dan tindakan proaktif juga rendah karena inisiatif pembentukan bukan berasal dari masyarakat atau anggota UPKT Sun Coco. Namun semua unsur modal sosial ada pada saat produksi apapun bentuk lembaga yang memayungi UPKT Sun Coco. Dalam pengembangan produk semua unsur modal sosial berperan. Pengurus maupun pengrajin saling mempercayai, tidak ada rasa curiga dan prasangka jelek. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan UPKT Sun Coco juga baik. Adanya reciprocity atau imbalbalik diantara para pengrajin maupun
pengrajin
dan
pengurus
juga
mampu
mengembangkan
pemberdayaan di UPKT Sun Coco. Nilai-nilai, norma-norma dan tindakan proaktif masyarakat mampu mendorong kegiatan pengolahan kelapa terpadu. Perkembangan keuangan UPKT Sun Coco juga tidak lepas dari peran modal sosial. Adanya kepercayaan atau trust antara masyarakat dan
123
pengurus UPKT, partisipasi, reciprocity, nilai-nilai, norma-norma sosial dan tindakan proaktif masyarakat dalam upaya pemberdayaan. Modal sosial tersebut mampu mengembangkan keadaan keuangan UPKT Sun Coco sehingga mengalami kemajuan dan dapat menjadi modal usaha bagi para pengrajinnya. Secara tipologi modal sosial, dalam perkembagan UPKT Sun Coco masyarakat desa Petanahan mempunyai bridging social capital. Sikap terbuka dari masyarakat, memiliki jaringan yang lebih fleksibel, memiliki banyak alternatif penyelesaian masalah, akomodatif untuk menerima perubahan, cenderung memiliki sikap altruistik, humanitarian dan universal. Dengan bridging social capital mereka mampu menerima mahasiswa KKN yang melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi. Masyarakat Desa Petanahan mempunyai linking social capital sehingga mampu menjalin kerjasama dengan organisasi formal yaitu instansi-instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, BPTP, Balai PMD, Dinas Kesehatan, KPPTPM dan lain-lain. Linking social capital memberi solusi bagi persoalan modal usaha, peralatan, peningkatan
kapasitas,
pemasaran,
sertifikasi
produksi
maupun
kelembagaan.
B. Saran Pemberdayaan masyarakat bukan hal mudah, maka setelah pemberdayaan masyarakat itu berhasil, upaya pengembangan harus terus
124
dilakukan. Pemberdayaan tetap harus dijalankan sampai masyarakat benarbenar mencapai kemandirian dan menjadi masyarakat yang dewasa (maturity).
Kemandirian
masyarakat
tetap
harus
dilindungi
oleh
pemerintah. Pemerintah dalam hal ini bisa pemerintah pusat, pemerintah daerah ataupun pemerintah desa. Pemerintah Desa Petanahan sebagai pihak yang paling dekat dengan masyarakat harus senantiasa melindungi kemandirian masyarakatnya. Vakumnya kegiatan usaha pada akhir tahun 2010 menunjukkan bahwa masyarakat belum menjadi masyarakat yang dewasa. Secara umum modal sosial di UPKT Sun Coco telah berperan baik, namun
dalam
setiap
pengambilan
keputusan
penting
partisipasi
masyarakatnya masih rendah. Untuk itu perlu upaya meningkatkan partisipasi
masyarakat
dengan
memberikan
kesempatan
kepada
masyarakat yang lebih besar. Modal sosial yang sudah berkembang dengan baik di masyarakat terus dikembangankan, jangan sampai tergerus bahkan hilang. Modal sosial dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan asosiasi atau organisasi baik formal maupun informal yang ada di Desa Petanahan. Linking social capital dikembangkan lebih baik lagi sehingga hambatan proses sertifikasi produksi untuk produk nata de coco kemasan bisa
dihilangkan.
Misalnya
menjalin
kerjasama
dengan
Kantor
Lingkungan Hidup untuk mendapat bimbingan penyusunan dokumen lingkungannya.