BAB VII. PENGERJAAN AKHIR PRODUK (FINISHING)
Apabila pengerjaan utama suatu produk dianggap cukup dan tinggal meakukan penyelesaian pengerjaan akhir produk yang biasa disebut dengan finishing, maka ada macam-macam kegiatan yang hams dilakukan yaitu penyiapan kondisi permukaan produk dan pemolesan atau pengecatan. Pada uraian berikut tidak termasuk pekerjaan meiengkapi produk tersebut dengan aseseris keiengkapan lain).
A. Penyiapan Kondisi Permukaan Istilah ini biasa disebut penggarapan atau pengerjaan awal finishing produk mebel dan keraiinan kayu. Uraian berikut dimulai untuk produk-produk yang permukaannya datar (rata, lurus). Kegiatan yang dilakukan dimulai denan pengetaman. Untuk pengetaman pada permukaan kayu digunakan alat atau mesin ketarn (planer) agar diperoleh permukaan kayu yang rata, halus, lurus dan tepat tebal. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai biasanya dipeksa kelumsannya dengan alat siku. Apabila sudah sesuai, dilakukan pemeriksaan kondisi permukaan bahan atau produk dan adanya cacat-cacat lobang, retak, pecah, lekukan dan sebagainya. Bagianbagian yang cacat ini kemudian dilakukan pendempulan. Jika cacatnya relatif besar bisa ditambal dengan serbuk kayu yang dicampur 1 cm kemudian digunakan untuk mendempul. Keuntungan pendempulan dengan serbuk kayu yang dicampur lem disamping mendapatkan ornamen permukaan yang kompak juga tidak mudah lepas apabila sudah mengering. Jenis lem (perekat) yang digunakan dapat dibaca pada uraian derekatan di depan. Apabila proses pendempulan (penambalarn sudah selesai diteruskan dengan penghalusan permukaan kayu dengan cara diampelas (sanding). Pada produk-pruduk mebel dan kerajinan yang tidak rata permukaannya seperti ukiran, bubutan, patting, topeng dan sebagainya pekeriaan penyiapan kondisi permukaan bisa langsung dirnu1ai dan pendempulan langsung penghalusan (perempelasan). Produk yang sudah rata dan halus dapat dilanjutkan untuk difinishing dengan pemolesan atau pengecatan. Universitas Gadjah Mada
46
B. Pemolesan dan Pengecatan Perlakuan ini dapat dilakukan salah satu saja yaitu pemolesan saja atau permecatan saja. bertujuan untuk menutup perrnukaan kavu agar tidak terkena permaruh cuaca, serangan jamur dan sekaligus memperindah kenampakan permukaan kayu tersebut. 1. Pemolesan Pemolesan adalah perlakuan terhadap permukaan kayu atau produk dan kayu dengan cara mernoles atau melapis permukaan kayu tersebut dengan melamic, wax, minyak jati (teak oil), bahan politur atau vernis. •
Memoles dengan melamic, dimulai dengan menghaluskan permukaan kayu, kemudian memhersihkanriya dengan sikat, mengkuas atau melapis dengari melamic berulang-ulang. Pengkuasan ke dua, ke tiga, dan seterusnya dilakukan setelab basil pengkuasan sebelumnya sudah mulai kering dan diampelas pelanpelan dengan ampelas halus. Untuk meningkatkan mutu hasil polesan sebelum melarnic diberikan permukaan kayu yang telah bersih ditutup (dilapis) dulu dengan melamc clear yaitu semacam cat yang berasal dan campuran melamic urea dan alkyn resin, kemudian diampelas pelan-pelan dengan ampelas halus sebelum dipoles dengan melamic. Apabila pemolesan dilakukan dengan wax keuntungan tambahan yang diperoleh yaitu permukaan kayu akan lebih tahan terhadap perubahan (kelembaban) karena pengaruh cuaca.
•
Cara pemolesan dengan wax sama seperti pemolesan aengan melamic yaitu permukaan kayu dihaluskan dengan ampelas kemudian dibersihkan dengan sikat, baru kemudian dipoles (dikuas) dengan wax sampai rata. Pemolesan dengan wax bisa berulang-ulang sesuai dengan keinginan, bahkan hasilnya mempunyai komposisi wama asli kayu (serat kayu) yang lebih baik.
•
Pemolesan dengan teak oil (minyak jati). Teak oil adalah semacam politer, untuk melindungi permukaan kayu dan pengaruh luar (termasuk cuaca). Teak oil mempunyai warna muda dan tua dan dapat digunakan sesuai dengan keinginan. Penggunaannva. setelah permukaan kayu memenuhi syarat, teak oil dapat langsung dikuaskan berulanguang. Jangan lupa penakuasan berikutnya harris menunagu kondisi kering dan pengkuasan sebelurnnva. Apabila kurang rata hasil penukuasan boleh diampelas secara ringan dulu sebelum diberikan penguasaan berikutnya. Penggunaan poles dengan leak oil lebih mudah, cepat, murah dan hasilnya cukup baik. Universitas Gadjah Mada
47
•
Pemolesan dengan politur sudah berumur tua dan memberikan basil baik. Para pengrajin dan tukang kayu telah lama mengenal politur. Untuk memoles permukaan kayu dengan politur digunakan shellac yang diiarutkan dalam spiritus dengan perbandingan l 6. Untuk melanitkannya memeriukan waktu lama sehingga
untuk
mempercepat
bisa
dibantu
nanas
seperlunya.
Untuk
mendapatkan warna tertentu bisa dicampurkan zat warna (oker) sebagai berikut : Warna natural kekuningan : 1 liter politur 1 gram warna kuning Warna kuning eitroen
: 1 liter politur ± 10 gram warna durine
Warna merah tua
: 1 liter politur 5 gram warna merah tua
Warna merah darah
: 1 liter politur 10 gram wama sapranine
Warna kelabu
: 1 liter politur 10 gram warna induline
Warna gelap (tua)
: 1 liter politur ± 30 gram warna lak.
Proses pemelituran sama seperti pemolesan iainnya, yaitu setelab permukaan kavu rata, didempul dan dihaluskan kemudian dipoles dengan politur dasar. Selanjutnya digosok dengan barn kambang sampai rata (tak ada lobanglobang atau hagian yang tidak rata) dan dihersihkan dengan eara digosok dengan kain kaos. Seteiah itu politur yang sudah siap dikuaskan pada permukaan kayu pelan-pelan, merata, sesuai dengan arah seratnya. Selanjutnya diangin-anginkan sampai kering, kemudian digosok dengan kain kaos, dipolitur lagi, digosok lagi dan seterusnya sampai pada tingkat hasil pemolesan politun yang memadai. Disamping dapat memperindah permukaan kayu, pemelituran dapat menghindarkan permukaan kayu dan penganth cuaca dan serangan bubuk kayu. •
Pemolesan dengan vernis sangat : cara ini prakus, artinya bila permukaan kayu (mebel atau kerajinan) sudah siap, vernis dapat langsung dikuaskan. Apabila vernis sudah kental dapat diencerkan lagi dengan menambah minyak cat (tiner, terpenting). Pekerjaan pemolesan dengan vernis juga dapat diberikan berulangulang setelah hasil pem-vernisan sebelumnya telah kering.
Universitas Gadjah Mada
48
2. Pewarnaan atau pengecatan Pengecatan banyak dilakukan pada produk kelompok mebel dan kerajinan tertentu saia yaitu pada mebel rumah tangga, mebel antik, topeng, aneka wayang kayu dan mainan anak-anak. Namun demikian juga bisa dilakukan secara terbatas pada kelompok kerajinan ukiran, bubutan, patung dan aneka souvenir dan kayu. Umumnya pewarnaan atau pengecatan dilakukan pada produk kayu yang cacatnya cukup hanyak atau pada produk-produk lainnya yang menggunakan hahan kayu lain dengan kualitas kurang. Dengan demikian dua tujuan sekaligus dapat diperoleh yaitu perbaikan dan penutupan permukaan kayu dah pengaruh cuaca dan organisme perusak kayu serta memberikan ciri, gambar dan keindahan produk yang dihasilkan. Berdasarkan teori yang ada warna dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu: a. Warna primer (pokok) seperti : merah, kuning, biru b. Warna skonder (campuran pertama) : orange, hijau, ungu c. Warna tersier (campuran kedua) : coklat kekuningan, coklat kemerahan coklat kebiruan dan sebagainya. Warna skonder biasanya berasal dan campuran dua warna yang berbeda sedang warria tersier berasal dan campuran Iebih dan dua warna atau campuran warna primer dan skonder. Pewarnaan produk kayu juga dapat digunakan cat dan broni. Didalam menggunakan cat dapat digunakan pelarut minyak cat (tiner, terpenting) sedang dengan broni dapat menggunakan vernis. Didalam menggunakannya, pengecatan dapat dilakukan dengan satu, dua, tiga atau iebih macam warna yang masing-masing diberikan pada bagian-bagian yang terpisah jelas, tetapi ada puia yang diberikan pada bagian-bagian yang tidak terpisah dengan jeias yang disebut dengan menyungging. Pengecatan pada bagianbagian kayu atau produk kayu disebut dengan pewarnaan datar
Universitas Gadjah Mada
49
•
Pewarnaan datar Pewarnaan datar dengan cat dibedakan atas: a. pengecatan dengan satu macam warna b. pengecatan dengan dua macam warna c. pengecatan dengan brom. Pewarnaan atau pengecatan dengan satu macam wama dilakukan pada bahan atau produk mebel dan kerajinan yang sudah siap kemudian dikuas atau disemprot dengan cat dasar warna putih sampai rata. Apabila sudah kering dan dilakukan penggosokan seperkinya haru dilakukan pengecatan dengan cat yang diingin kait Pengecatan dapat dulang lagi sesuai dengan basil pengecatan yang diinginkan. Penecatan denan dua warna atau lebih dilakukan satu persatu (bagian per bagian) sesuai dengan warna cat yang diinginkan pada permukaan kayu yang suaah siap dicat. Pengecatan dua warna atau lebih harus hati-hati pada tiap-tiap bagian, berurutan yaitu setelah satu warna selesai pada satu bagian dan kering, barn dilanjutkan dengan warna yang lain pada bagian permukaan kayu yang lain, begitu seterusnya. Pengecatan yang demikian lebih baik digunakan dengan kuas ukuran kecil. Apahila digunakan brom, hiasanva jarang diberikan pada seluruh bagian kayu tetapi hanya pada bagian-bagian
tertentu
saja
dan masih bisa
dikombinasikan dengan cat yang warnanya berbeda-beda. Pengecatan dengan brom dimulai dengan pengecatan dasar dengan cat warna putih, setelah kering kemudian dicat dengan brom baru diteruskan dengan warna-warna cat lainnya sesuai dengan keinginan. Antara pengecatan dengan brom dan cat warna lainnya dapat dikombinasikan pada tiap-tiap gambar ornamen produk mebel dan kerajinan kayu tersebut, misainya gambar daun seluruhnya tidak di brorn sedang tepi-tepi dan sulur-sulurnya dicat dengan brom, atau sebaliknya. Pengecatan yang dilakukan selalu mengacu pada keinginan produk mebel dan kerajinan yang dipesan atau yang dihasilkan.
Universitas Gadjah Mada
50
•
Pewarnaan Sungging Prinsipnya mirip seperti pengecatan dengan dna macam warna atau Iebih. Bedanya kaiau pewamaan dengan sungging dilakukan pada satu bagian permukaan kayu dengan wama bermacam-macam dan tebal tipisnya atau warna tua mudanya berurutan atau bertingkat-tingkat. Biasanya pada tempat yang sama dapat diberikan sampai 4 tingkatan perbedaari warna cat. Pewarnaan sungging lebih sulit dilakukan, harus teliti hati-hati dan memakan waktu lama. Sunggingan biasa dilakukan pada produk-produk dengan permukaan tidak rata, mungkin pada bentuk-bentuk timbul (cembung) atau lekukan (cekung). Apabila terdapat bagianbagian yang cembung dan cekung, maka pada bagian yang cembunu (lebih tinggi diberikan sunngingan dengan warna muda sedang pada bagian van dalam (lekukan) diberikan sunguingan warna lebih tua. Sebagai contoh : ukiran kayu terdapat iengkungan cembung yang akan disungging, maka urutan sunggingan (dari atas ke bawah) dimulai dengan warna putih-kuning-hijau muda-hijau-hijau tua. Jenis-jenis mebel dan kerajinan kayu yang bias dilakukan pewarnaan dengan swigging adalah produk mebel dan ukiran dan topeng. Selain dengan cat, pewamaan dengan sungging dapat pula digunakan bahan politur dengan warna yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan warna tertentu, bahan politur dapat diberikan campuran warna putih ink white : singwit) atau oker apabila menginginkan warna kuning, merah, biru dan hitam. Banyaknya campuran oker yang dibenikan disesuaikan dengan warna yang diinginkan, untuk wama-warna standar biasanya digunakan perbandingan campuran 1 : 1. Penyunggingan dengan politur lebih sulit dan pada dengan warna cat. Selain itu pewarnaan permukaan produk kerajinan kayu selain dengan cat dan brom dapat pula dengan brom berwarna kuning emas. Cara menyungging dengan brom (lihat di depan), dapat dilakukan dengan rnelekatkan kertas prado (brom berwarna kuning ernas) dengan arah terbalik yaitu kertas prado yang ada brom warna kuning emasnya iangsung rnengenai permukaan kayunya. Untuk melekatkannya dapat digunakan 1cm ancur (lem transparan) dan setelah kertas prado bener-bener telah melekat kemudian pelan-pelan baru dilepaskan dan akhimya gambar atau bagian pada kertas yang ada brom warna kuning ernasnya akan melekat dan melapis permiikaan kayu tersebut.
Universitas Gadjah Mada
51