BAB VII KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN MUSEUM TELEKOMUNIKASI SELULER DI KOTA SURAKARTA Konsep perencanaan dan konsep perancangan merupakan tahap akhir penjabaran dari hasil olah data dan informasi dari bab-bab sebelumnya. Bagian inilah yang menjadi penyelesaian dari penulisan konsep perencanaan dan konsep perancangan desain yang dimaksudkan sebagai acuan dalam mendesain. A. Konsep Perencanaan (Building Performance Concept) Berkenaan dengan konsep perencanaan dan perancangan Museum Telekomunikasi Seluler di Surakarta, dari berbagai gambaran di bahasan sebelumnya maka dapat dirumuskan dalam beberapa tema sebagai konsekuensi desain dalam menentukan konsep perencanaan dan konsep perancangan Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta, antara lain: 1. Perencanaan peruangan yang menitik beratkan kenyamanan ruang, yang dicapai dengan penentuan organisasi ruang, pola hubungan ruang, dan sirkulasi yang jelas dan efisien. 2. Pemilihan tapak dengan aksesibilitas yang tinggi dalam artian mudah dijangkau oleh masyarakat banyak dan berada dipusat kota, selain itu tapak yang dipilih juga memiliki sarana dan prasarana utilitas publik yang lengkap, memiliki luasan yang cukup untuk mewadahi ruang-ruangnya serta rendah polusi udara maupun air. 3. Perencanaan tata massa Museum Telekomunikasi seluler berfokus pada unsur-unsur teknologi telekomunikasi seluler, dengan batasan penggunaan unsur
yang
terkait
pada
batasan
simbol-simbol
pada
teknologi
telekomunikasi seluler, bukan perangkat telekomunikasi selulernya sendiri. 4. Pemilihan Sistem utilitas bangunan didasarkan kebutuhan barang koleksi museum yang rawan kerusakan serta memenuhi kenyamanan pengguna Museum Telekomunikasi Seluler.
VII-1
B. Konsep Perancangan (Building Performance Criteria) 1. Konsep Peruangan dan kegiatan a. Pelaku kegiatan Pelaku kegiatan pada bangunan museum telekomunikasi seluler dibagi menjadi tiga yaitu: 1) Kelompok pengunjung utama Kelompok pengunjung meliputi masyarakat umum, yang terdiri dari pelajar hingga masyarakat awam serta golongan masyarakat lainnya yang memiliki ketertarikan secara khusus terhadap telekomunikasi seluler seperti kolektor, komunitas, maupun seniman. 2) Kelompok pengunjung pendukung Kelompok pengunjung pendukung terdiri dari pihak pengunjung museum yang bersifat mendukung kegiatan didalam museum ini, kelompok pengunjung ini antara lain lembaga, sponsor dan juga pengurus kantin. 3) Kelompok pengelola museum Kelompok pengelola museum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian administrasi, teknis dan servis, ketiga bagian kelompok tersebut bekerja sama dalam pengadaan Museum Telekomunikasi Seluler di Surakarta. b. Kelompok kegiatan Kegiatan pada bangunan Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta terdiri dari 7 kelompok kegiatan/ruang, antara lain: 1) Kelompok kegiatan ruang luar 2) Kelompok kegiatan ruang pameran 3) Kelompok kegiatan ruang publik 4) Kelompok kegiatan ruang administrasi 5) Kelompok kegiatan ruang teknis 6) Kelompok kegiatan ruang perpustakaan 7) Kelompok kegiatan ruang servis
VII-2
c. Kebutuhan ruang Kebutuhan ruang pada Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta dikelompokkan berdasarkan kelompok ruang yang ada, yaitu: 1) Kelompok kegiatan ruang luar Tabel 7.1. Besaran Kelompok Ruang Luar Kebutuhan Ruang Luas Parkir pengguna - Mobil 125 m2 Parkir pengguna - Motor 50 m2 Parkir pengguna - Bis 72 m2 Parkir pengelola - Mobil 50 m2 Parkir pengelola - Motor 20 m2 Parkir servis - Truk 36 m2 Pos jaga 48 m2 Drop-off 32,5 m2 Ruang Antri Tiket 28 m2 Loket Tiket 8 m2 Total 469,5 m2 Sirkulasi 50% 234,75 m2 Jumlah Total + Sirkulasi 704,25 m2
2) Kelompok kegiatan ruang pameran Tabel 7.2. Besaran Kelompok Ruang Pameran Kebutuhan Ruang Luas Ruang pamer 1 – periode 105,16 m2 0g Ruang pamer 2 – periode 105,52 m2 1g Ruang pamer 3 – periode 107,18 m2 2g 1 Ruang pamer 4 – periode 118,6 m2 2g 2 Ruang pamer 5 – periode 121,6 m2 3g 1 Ruang pamer 6 – periode 118,6 m2 3g 2 Ruang pamer 7 – periode 120,64 m2 4g Ruang pamer sementara 110 m2 Total Sirkulasi 40% Jumlah Total + Sirkulasi
897,59 m2 359,036 m2 1256,626 m2
VII-3
3) Kelompok kegiatan ruang publik Tabel 7.3. Besaran Kelompok Ruang Pelayanan Publik Kebutuhan Ruang Luas Lobby 101,8 m2 Ruang informasi 17,2 m2 Penitipan barang 14,4 m2 Ruang teater 48 m2 Ruang serbaguna 1228 m2 Ruang seminar 100m2 Ruang workshop 50 m2 Ruang istirahat 400 m2 Retail 80 m2 Km/wc 124,8 m2 Musholla 24 m2 Ruang wudhu 12 m2 Jumlah 2199,2 m2 Sirkulasi 40% 879,68 m2 Jumlah Total 3078,88 m2
4) Kelompok kegiatan ruang administrasi Tabel 7.4. Besaran Kelompok Ruang Administrasi Kebutuhan Ruang Luas Ruang Kepala Museum 12 m2 Ruang Tata Usaha 12 m2 Ruang Kabag. Konservasi 12 m2 Ruang Kabag. Kurasi 12 m2 Ruang Kabag. Preparasi 12 m2 Ruang Kabag. 12 m2 Humas/informasi Ruang rapat 80 m2 Ruang tamu 20 m2 Ruang pegawai 40 m2 administrasi KM/WC pegawai 62,4 m2 Jumlah 274,4 m2 Sirkulasi 40% 109,76 m2 Jumlah Total 384,16 m2
5) Kelompok kegiatan ruang teknis Tabel 7.5. Besaran Kelompok Ruang Teknis Kebutuhan Ruang Luas Ruang restorasi 18,4 m2 Ruang perawatan 18,4 m2 Studio preparasi 21,2 m2 Ruang penerimaan koleksi 7,2 m2 Ruang registrasi koleksi 14,2 m2 Ruang penyimpanan 24,8 m2 sementara Ruang penyimpanan utama 52,4 m2
VII-4
Ruang penyimpanan karantina Ruang studi koleksi Ruang staff teknis Gudang peralatan Loading dock Jumlah Sirkulasi 40% Jumlah Total
28,4 m2 20 m2 80 m2 80 m2 8 m2 375 m2 150 m2 525 m2
6) Kelompok kegiatan ruang perpustakaan Tabel 7.6. Besaran Kelompok Ruang Perpustakaan dan Arsip Kebutuhan Ruang Luas Perpustakaan 239 m2 Ruang arsip koleksi 136,4 m2 Penitipan barang 4,6 m2 Jumlah 380 m2 Sirkulasi 40% 152 m2 Jumlah Total 532 m2
7) Kelompok kegiatan ruang servis Tabel 7.7. Besaran Kelompok Ruang Servis Kebutuhan Ruang Luas (M2) Ruang CCTV 16 m2 Ruang Penyimpanan 8 m2 kebersihan Ruang panel MEE 8 m2 Ruang mesin AC 8 m2 Ruang Genset 8 m2 Kantin pengelola 80 m2 Dapur kantin pengelola 20 m2 Jumlah 148 m2 Sirkulasi 30% 44,4 m2 Jumlah Total 192,4 m2
d. Hubungan dan organisasi ruang Konsep pola hubungan ruang pada Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta dikelompokkan berdasarkan kelompok ruang yang ada, yaitu:
VII-5
Gambar 7.1, Hubungan Kelompok Ruang Museum Per Lantai
: Hubungan ruang dekat : Hubungan ruang cukup dekat : Tidak ada hubungan ruang Gambar 7.2, Matriks Hubungan Ruang Makro
VII-6
K. Ruang Admin.
K. Ruang Servis
K. Ruang Publik
K. Ruang Teknis
K. Ruang Pameran
K. Ruang Perpus
K. Ruang Luar : Hub ruang dekat : Hub ruang cukup dekat
Gambar 7.3, Skema Hubungan Ruang Makro
e. Kebutuhan luasan ruang Kebutuhan luasan ruang pada Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta dikelompokkan berdasarkan kelompok ruang yang ada, yaitu: Tabel 7.8. Besaran Ruang Total Kelompok Ruang Besaran Ruang (M2) Kelompok Ruang Luar 704,25 m2 Kelompok Ruang Pameran 1256,626 m2 Kelompok Ruang Pelayanan Publik 3078,88 m2 Kelompok Ruang Administratif 384,16 m2 Kelompok Ruang Teknis 525 m2 Kelompok Ruang Perpustakaan dan Arsip 532 m2 Kelompok Ruang Servis 192,4 m2 TOTAL 6673,316 m2 +Sirkulasi 40% 2669,3264 m2 TOTAL LUAS TERBANGUN 9282,6424 m2
Dari perhitungan diatas bangunan Museum Telekomunikasi Seluler direncanakan terdiri dari tiga lantai dengan rasio perlantai 50% luas total untuk lantai pertama, 30% untuk lantai kedua dan 20% untuk lantai ketiga, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut: Perhitungan luas lantai 1 = 50% luas ruang dari 9282,6424 m2 = 4641,3212 m2
VII-7
Perhitungan luas lantai 2 = 30% luas ruang dari 9282,6424 m2 = 2784,79272 m2 Perhitungan luas lantai 3 = 20% luas ruang dari 9282,6424 m2 = 1856,52848 m2 Perhitungan luas di atas juga memberikan gambaran luasan area pengembangan yang digunakan sebagai perluasan bangunan museum untuk menampung materi koleksi dari masa depan, mengingat materi koleksi dari Museum Telekomunikasi Seluler masih dapat berkembang. Luasan area pengembangan yang diperhitungkan seluas 100% dari area terbangun dengan rincian luas perlantai sama dengan bangunan utama sehingga luasan area pengembangan yang disediakan seluas 4641,3212 m2 Dari perhitungan diatas maka diperolehlah luasan tapak minimal yaitu sebesar 9282,6424 m2 2. Konsep Penyimpanan dan Penyajian Materi Koleksi Museum a. Jenis dan kapasitas Penyimpanan 1) Penyimpanan utama Penyimpanan utama merupakan penyimpanan materi koleksi ketika tidak digunakan, kapasitas penyimpanan utama sebesar 3000 unit dengan rincian 2720 unit sebagai kapasitas utama dan 280 unit atau sekitar 10 persen dari kapasitas sebagai kapasitas tambahan jika terjadi overflow. 2) Penyimpanan karantina Penyimpanan karantina berfungsi untuk menyimpan materi koleksi yang masih di dalam tahap restorasi atau perbaikan, Penyimpanan karantina mewadahi 600 unit materi koleksi dengan rincian 460 unit sebagai kapasitas utama dan 140 unit sebagai kapasitas tambahan 3) Penyimpanan sementara Penyimpanan sementara berfungsi sebagai wadah penyimpanan tambahan dimana barang yang baru saja didapat belum di registrasi
VII-8
dan dikatalogkan, Penyimpanan sementara mewadahi 240 unit materi koleksi. b. Sistem Penyimpanan
Meja kerja pada ruang penyimpanan koleksi untuk pekerjaan persiapan koleksi sebelum dipamerkan atau sebelum di simpan
Materi koleksi disimpan pada lemari khusus yang kedap udara
Gambar 7.4, Penyimpanan Materi Koleksi Museum
c. Sistematika Pameran Pameran pada Museum Telekomunikasi Seluler dibagi menjadi dua yaitu pameran tetap yang berisi telepon seluler sebagai produk utama teknologi seluler yang kemudian dibagi berdasarkan periode masa dibuat dan pameran sementara yang berisi perangkat seluler selain yang dipamerkan di pameran tetap, lebih lanjut pembagian pameran pada Museum Telekomunikasi Seluler antara lain: •
Pameran Tetap -
Periode 0G (Periode Pra-analog/Radio) jumlah 30 unit
-
Periode 1G (Periode Analog) jumlah 40 unit
-
Periode 2G era 90an (Periode Digital-Awal) jumlah 160 unit
-
Periode 2G era 2000 (Periode Multimedia) 400 unit
-
Periode 3G era 2000 (Periode Digital-Modern) 600 unit
-
Periode 3G era 2010 (Periode Ponsel Pintar) 400 unit
-
Periode 4G (Periode Broadband) 200 unit
VII-9
•
Pameran Sementara
d. Penyajian Materi Koleksi Terdapat empat cara dalam penyajian materi koleksi museum yang direncanakan dengan perhitungan per unit materi koleksi membutuhkan tempat 0,1 meter persegi dengan pengecualian pada penyajian interaktif yang membutuhkan ruang 0,15 meter persegi per unitnya. Tabel 7.9. Teknis Penyajian Materi Koleksi Jenis Penyajian
Ukuran Bidang
Kapasitas (unit)
Horizontal
1m×1,2m
Maksimal 12
Interaktif
2m×0,6m
Maksimal 8
0,6m×0,6m
Maksimal 4/ tingkat
1,2m×1,2m
Maksimal 14/ tingkat
Vertikal Bertingkat
2m×0,6m (tinggi 2 meter)
Penyajian Horizontal
Maksimal 40
Penyajian Interaktif
Penyajian Vertikal
Penyajian Bertingkat
Gambar 7.5, Penyajian Materi Koleksi
VII-10
Gambar 7.6, Penyajian Materi Koleksi
3. Konsep Tata Massa dan Tampilan Bangunan Bangunan Museum Telekomunikasi Seluler yang direncanakan memiliki tata massa bangunan dengan bentuk dasar persegi yang ditransformasikan menjadi persegi enam sama sisi. Bentuk dasar ini kemudian ditata dengan menempelkan satu sama lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang mirip dengan visualisasi daripada teknologi cell yang merupakan asal nama dari teknologi seluler.
Gambar 7.7, Konsep Tata Massa
VII-11
Massa tambahan dua modul digunakan untuk menyamakan bentuk dengan massa yang hendak ditumpuk
Sumbu bangunan imajiner
Gambar 7.8, Konfigurasi Massa Gabungan Bangunan Utama
Massa Bangunan Servis
Massa Bangunan Serbaguna Bersifat publik sehingga penataan massa yang jelas dan terbuka diperlukan
Gambar 7.9, Konfigurasi Massa Bangunan Pendukung
Massa Servis Massa publik ruang serbaguna Massa Utama
Gambar 7.10, Konsep Gubahan Massa
VII-12
Privat Semi-publik Tampak Selatan
Publik
Gambar 7.11, Konsep tampak Massa
Penggunaan secondary skin sebagai penutup tampak dan juga ornamentasi tampak bangunan Gambar 7.12, Konsep tampilan Massa
4. Konsep Tapak a. Eksisting Tapak Tapak yang digunakan berada pada tepi jalan Dr. Wahidin, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, menurut RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031, tapak berada pada sub wilayah 2 yang memiliki kesesuaian untuk pembangunan museum, tapak berbentuk tak beraturan dengan sisi terpanjangnya sepanjang 160 meter, sisi timurnya berhadapan langsung dengan jalan Dr. Wahidin sepanjang 121 meter, tapak memiliki ukuran seluas 22.263,5 meter persegi dan memiliki batas sebagai berikut: o Utara
: Jalan Parang Gantel (jalan gang)
o Timur
: Jalan Dr. Wahidin dan sungai (kali kecil)
o Barat
: Jalan gang dan pemukiman warga
o Selatan
: Permukiman Warga, jalan gang
VII-13
Gambar 7.13, Ukuran dan Batas Tapak Sumber: maps.google.com
Selain itu menurut Perda Kota Surakarta no.8 tahun 2009 penggunaan lahan di tepi jalan Dr. Wahidin dengan luas lahan 22.263,5m2 memiliki ketentuan sebagai berikut: •
Tinggi maksimal 124 meter (30 lapis)
•
KDB max 60% (60% × 22.263,5m2 =13.358,1m2)
•
KLB max 1800% (1800% × 22.263,5m2 = 400.743m2)
•
KDH min 20% (20% × 22.263,5m2 = 4.452,7m2)
•
ARP min 20% (20% × 22.263,5m2 = 4.452,7m2)
•
GSB/GSJ: 4 meter/4 meter Eksisting tapak saat ini merupakan tanah kosong dengan
campuran sedikit dari permukiman low-density sehingga tapak dapat dengan mudah diolah tanpa atau dengan sedikit gangguan dari eksisting yang telah ada, rencananya rumah yang ada pada area eksisting tapak direlokasikan ke tanah kosong lainnya yang berada 200 meter selatan tapak sekarang. Tapak juga berada pada daerah campuran antara permukiman dan pertokoan yang berada pada pusat kota, dan juga berada dekat dengan jalan utama Slamet Riyadi yang berjarak sekitar
VII-14
kurang lebih 300 meter dari tapak sehingga aksesibilitas dan juga letak daripada tapak ini sendiri yang merupakan point penting dari perencanaan museum sangatlah sesuai. b. Konsep Pencapaian Konsep pencapaian tapak mempertimbangkan kondisi dari lalulintas di sekitar tapak, mengingat terdapat beberapa peraturan lalulintas yang mengikat pada jalan Dr. Wahidin yang merupakan jalan akses utama menuju tapak.
Jalan Dr. Wahidin Side Entrance/Exit Main Exit 2 Jalan gang
Jalan gang
Main Exit 1
Main Entrance
Gambar 7.14, Konsep Pencapaian Tapak
Konsep pencapaian tapak mempertimbangkan kondisi dari lalulintas di sekitar tapak, mengingat terdapat beberapa peraturan lalulintas yang mengikat pada jalan Dr. Wahidin yang merupakan jalan akses utama menuju tapak, Selain itu pemisahan Main Entrance dan Side Entrance serta penambahan gerbang keluar kedua dimaksudkan untuk memecah intensitas lalulintas agar tidak terjadi penumpukan pada persimpangan jalan yang terdapat di dekat tapak. c. Konsep Sirkulasi 1) Sirkulasi di luar bangunan
VII-15
Sirkulasi pada luar bangunan tapak dibagi menurut kelompok pengguna dengan hal yang paling penting yaitu pemisahan antara sirkulasi servis yang bersifat mengganggu dari sirkulasi lainnya.
Gambar 7.15, Konsep Sirkulasi Pada Tapak
2) Sirkulasi di dalam bangunan Sirkulasi di dalam bangunan dibedakan menjadi tiga yaitu sirkulasi horizontal secara umum, sirkulasi ruang pamer dan vertikal a) Sirkulasi horizontal Sirkulasi horizontal yang digunakan pada bangunan museum menggunakan sistim sirkulasi memusat dan jalur tunggal dengan tipe sirkulasi menembus ruang-ruang dan melewati ruang
VII-16
: Sirkulasi melalui koridor : Sirkulasi menembus ruang : Sirkulasi vertikal : Akses keluar
Massa Utama lt.1
Massa Utama lt.3
Massa Utama lt.2
Massa servis 1
Massa bangunan serbaguna
Massa servis 2
Gambar 7.16, Konsep Sirkulasi Dalam Bangunan
VII-17
b) Sirkulasi vertikal Sirkulasi vertikal menggunakan tiga jenis sirkulasi yaitu •
Lift ukuran barang utamanya untuk pengelola
•
Tangga o Tangga utama dengan lebar tangga 180-240 cm untuk mengakomodasi 3-4 lajur sekaligus dengan kemiringan maksimal 35o o Tangga pengelola dengan lebar 120-180 cm dengan kemiringan 35o
o Tangga darurat Lebar tangga 180 cm dengan kemiringan maksimal 35o
•
Ramp untuk difabel dengan Sudut kemiringan sekitar 7o
d. Konsep Respon Klimatologis Konsep respon klimatologis dibagi menjadi dua yaitu terhadap matahari dan terhadap angin 1) Respon klimatologis terhadap matahari Barisan pohon sebagai penghalang sinar matahari dan penghias tapak
• Penggunaan overhang sebagai penghalang sinar matahari langsung
Penggunaan secondary skin sebagai penghalang sinar matahari langsung
U Gambar 7.17, Konsep Klimatologis Terhadap Matahari
VII-18
2) Respon klimatologis terhadap angin
Gambar 7.18, Konsep klimatologis terhadap angin
e. Konsep Zonasi Tapak Zonasi pada tapak didasarkan oleh tingkat privasi kegiatan yang telah dilakukan analisisnya pada bab sebelumnya, yaitu: Privat Semi-publik Publik
Gambar 7.19, Konsep Zoning Horizontal Pada Bangunan
Area ini terdiri dari beberapa kelompok ruang berikut ini: Publik:
Kelompok ruang luar, kelompok ruang pameran, kelompok ruang pelayanan publik
Semi privat:
Kelompok ruang perpustakaan dan arsip, musholla,
Privat:
Kelompok ruang administrasi, Kelompok ruang teknis, Kelompok ruang servis
VII-19
3. Konsep Sistim Bangunan a. Konsep Struktur Konstruksi 1) Konsep sub-structure Sistem struktur pondasi (sub-structure) menggunakan sistem sumuran dengan pertimbangan tinggi bangunan dan keadaan tanah pada tapak. 2) Konsep super structure Sistem struktur super structure menggunakan sistem rangka beton. 3) Konsep struktur atap Sistem atap menggunakan sistem komposit beton dan plat bondek.
Atap Komposit
Rangka Beton Pondasi Sumuran Atap Komposit
Rangka Beton
Pondasi Sumuran Gambar 7.20, Konsep Struktur Bangunan
b. Konsep Sistem Utilitas Sistem
utilitas
yang
digunakan
pada
bangunan
Museum
Telekomunikasi seluler adalah sebagai berikut.
VII-20
1) Sistem utilitas pencahayaan Bangunan
Museum
Telekomunikasi
Seluler
menggunakan
pencahayaan buatan sebagai pencahayaan utamanya, pencahayaan buatan ini dimaksudkan untuk pencegahan pemaparan materi koleksi dari radiasi UV dan juga digunakan untuk penciptaan suasana dimana cahaya alami yang selalu berubah-ubah tidak sesuai. Pengaturan pencahayaan pada ruang pamer diperlakukan secara khusus yaitu pengaturan tingkat intensitas dan juga warna lampu yang tidak terlalu terang tetapi masih dapat menciptakan penekanan pada materi koleksi, dimana standar 50-200 lux dengan warna warmneutral white (2500-4000 oK) optimal untuk pencahayaan pada ruang pamer dapat dicapai dengan penggunaan lampu LED tanpa menimbulkan kerusakan pada materi koleksi. Selain penggunaan lamu LED, lampu TL dan SL juga dipakai untuk penerangan secara umum pada bangunan.
Pencahayaan Langsung
Pencahayaan Satu Sumber
Pencahayaan Tidak Langsung
Pencahayaan Dua Sumber
Gambar 7.21, Konsep Pencahayaan Ruang Pamer
VII-21
2) Sistem utilitas listrik Pengadaan listrik pada bangunan Museum Telekomunikasi Seluler didapat dari dua sumber yaitu: •
PLN Sumber tenaga utama dari PLN sebagai penyedia listrik utama di Indonesia.
•
Genset diesel Genset diesel berfungsi sebagai sumber darurat dan cadangan jika suatu saat listrik dari sumber utama (PLN) gagal memenuhi.
Gambar 7.22, Skema Konsep Sistem Distribusi Listrik
3) Sistem utilitas air bersih Sistem penyediaan air bersi yang digunakan adalah sistem downfeed dengan PDAM sebagai penyedia utama air bersih.
VII-22
Gambar 7.23, Skema Konsep Sistem Distribusi Air bersih
4) Sistem utilitas sanitasi Sanitasi pembuangan limbah dibedakan menjadi dua yaitu limbah cair dan limbah padat, limbah cair ini termasuk air kotor bersabun dari dapur dan wastafel yang harus di olah terlebih dahulu sebelum dapat dibuang ke riol kota, sedangkan limbah padat yang juga termasuk limbah cair yang khusus dari KM/WC dimasukkan ke septic tank.
VII-23
Gambar 7.24, Skema Konsep Sistem Sanitasi
5) Sistem utilitas drainase Drainase air hujan meliputi kelancaran pengairan air hujan dari tapak dan bangunan hingga pengembaliannya ke tanah.
Gambar 7.25, Skema Konsep Sistem Drainase
VII-24
6) Sistem utilitas komunikasi Sistem komunikasi menggunakan jaringan telepon kabel internal maupun eksternal ditambah dengan jaringan intranet nirkabel Wi-Fi sebagai sarana yang digunakan oleh pengunjung
Gambar 7.26, Skema Konsep Sistem Komunikasi
7) Sistem utilitas penghawaan Penghawaan dibagi menjadi dua yaitu penghawaan alami dan buatan, penggunaan penghawaan alami dibatasi pada ruang-ruang servis dan ruang-ruang selain ruang pameran. Penghawaan buatan digunakan pada ruang-ruang publik khususnya pada ruang pameran dimana suhu udara dan kelembaban dijaga agar tetap konstan agar tidak merusak materi koleksi, sistem AC yang digunakan adalah Sistem Sentral AHU.
VII-25
Gambar 7.27, Skema Konsep Sistem Penghawaan
8) Sistem utilitas penanganan kebakaran Peralatan penanganan kebakaran pada Museum Telekomunikasi Seluler adalah: •
Fire Alarm
•
Sprinkler Air
•
Sprinkler Gas
•
Fire Extinguiser
•
Indoor Hydrant
•
Outdoor Hydrant
9) Sistem utilitas penangkal petir Penangkal petir yang digunakan pada bangunan Museum Telekomunikasi Seluler menggunakan sistem faraday dan franklin
VII-26
Gambar 7.28, Skema Konsep Sistem Penangkal Petir
10) Sistem utilitas pembuangan sampah Pembuangan
sampah
pada
bangunan
Museum
Telekomunikasi Seluler dilakukan secara manual dengan tenaga kebersihan, pembuangan sampah dilakukan dari pengumpulan sampah pada tempat sampah terpisah ke bak penampung sementara hingga pada akhirnya diangkut ke TPA menggunakan truk sampah kota. 11) Sistem utilitas deteksi pengamanan Sistem deteksi keamanan (CCTV) pada bangunan Museum Telekomunikasi Seluler menggunakan gabungan dari kamera CCTV digital, indoor dan outdoor camera, serta motorized camera CCTV dengan penggunaan recorder dan ruang CCTV sebagai pusat pemantauan keamaan bangunan.
VII-27
c. Konsep pemilihan bahan bangunan 1. Bahan penutup lantai indoor Material utama pembentuk lantai pada bangunan museum dapat menggunakan lantai keramik baik polos maupun pola dengan perpaduan bahan marmer dan granit untuk variasi. 2. Bahan penutup lantai Outdoor a) Softcover Penggunaan softcover pada area luar bangunan menggunakan grass block yang dapat ditumbuhi rumput, penggunaan grass block dipusatkan pada area hijau. b) Hardcover Bahan hardcover meliputi penggunaan aspal pada area parkir untuk sirkulasi kendaraan dan juga paving block untuk area pejalan kaki. 3. Bahan penutup dinding Bahan penutup dinding pada bangunan Museum Telekomunikasi Seluler adalah cat dinding, bata ekspos keramik, dan batu alam. 4. Vegetasi Vegetasi
pada
bangunan
Museum
dipilih
berdasarkan
kegunaannya sebagai respon terhadap iklim dan juga penghias tapak. •
Vegetasi penyejuk Pohon yang dipilih adalah jenis angsana, tanjung dan mahoni.
•
Vegetasi pengarah Pohon yang dipilih adalah palem raja dan semak tehtehan.
•
Vegetasi Ornamental Tanaman ornamentasi yang dipilih adalah rumput gajah mini, rumput jepang, semak melati, asoka, pohon pandan bali dan pucuk merah.
VII-28
DAFTAR PUSTAKA Literatur Akbar, Ali, Museum di Indonesia, Kendala dan Harapan, Jakarta, 2010. Allan, D.A, et,al. The Organization of Museums: Practical Advice, Unesco, France, 1960 Badan Pusat Statistik, Statistik Daerah Kota Surakarta 2014. Surakarta, 2013 Badan Pusat Statistik, Kota Surakarta dalam angka 2014. Surakarta, 2013 Buxton, Pamela, Metric Handbook Planning and Design Data Fifth Edition, Routledge. New york, 2015 Ching, Francis D.K, Arsitektur; Bentuk, Ruang, dan Tatanan, Erlangga. Jakarta, 2007 de Chiara, Joseph, et,al. Time Saver Standard Second Edition, McGraw-Hill Book Co Singapore, Singapore, 1987 Direktorat Museum, Ayo Kita Mengenal Museum, Direktorat Museum. Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta, 2009 Direktorat
Museum,
Himpunan
Peraturan
Perundang-Undangan
Republik Indonesia Tentang Museum, Direktorat Museum. Jakarta, 2009 Direktorat
Museum,
Pedoman
Museum
Indonesia,
Direktorat
Museum,
Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta, 2008
Direktorat Permuseuman, Kecil Tetapi Indah: Pedoman Pendirian Museum. Jakarta:
Pro yek
Pembinaan
Permuseuman
Jakarta,
Depdikbud.
1999/2000 Direktorat Permuseuman, Pedoman Standarisasi Pengadaan Sarana Peralatan Pokok Museum Umum Tingkat Provinsi. Depdikbud, 1986 Gary Edson, et.al. The Handbook for Museums, Routledge. USA and Canada, 1996 Neufert, Ernest, Architect’s Data Third Edition. Blackwell Science. New Jersey, 2000 Pemerintah Kota Surakarta, Perda Kota Surakarta no.1 tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Pemerintah Kota Surakarta, Perda Kota Surakarta no.8 tahun 2009 Tentang Bangunan Pemerintah Republik Indonesia, Undang-undang RI No.36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi Sutaarga, Moh. Amir, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Pro yek
Pembinaan
Permuseuman
Jakarta,
Direktorat
Jenderal
Kebudayaan, Depdikbud. 1997/1998 Turnbull, Joanna, Oxford Advanced Learner's Dictionary (8th Edition), Oxford Universit y Press, 2010 Internet Mobile-cellular
telephone
subscriptions,
Anonim. http://data.un.org/Data.aspx?q=telephone&d=ITU&f=ind1Cod e%3aI271, 2013 (Diakses 2 November 2014)
How
Cell
Phone
Work,
Marshall
Brain,
et,
al. http://electronics.howstuffworks.com/cell-phone1.htm (Diakses 2 November 2014) Daftar
museum
di
Kota
Surakarta,
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_museum_di_Kota_Surakar ta (Diakses 19 November 2014) All Nokia Phones, Anonim. http://nokiamuseum.com/ (Diakses 26 November 2014) Sejarah Perkembangan Museum di
Indonesia, Tim Direktorat Museum
http://arkeologi.web.id/articles/permuseuman/478-sejarahperkembangan-museum-di-indonesia (Diakses 30 November 2014) Mobile
phone
recycling
statistics,
Anonim.
cycle.com/tag/mobile-phone-recycling-statistics/
http://www.e-
(Diakses
1
Maret
Abdullah
Badri
2015) Museum
dan
Ironi
Transformasi
Peradaban,
M
http://nasional.kompas.com/read/2010/03/13/14141925/museum.dan.iro ni.transformasi.peradaban (Diakses 11 Maret 2014) http://thebiggestsundial.com/ http://www.tamanmini.com/museum/museum-telekomunikasi Google Images Dokumentasi Pribadi