BAB VI ANALISIS PERENCANAAN DAN ANALISIS PERANCANGAN MUSEUM TELEKOMUNIKASI SELULER DI KOTA SURAKARTA
Analisis perencanaan dan perancangan Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan konsep perancangan Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta. Analisis perencanaan dan perancangan Museum Telekomunikasi Seluler di Kota Surakarta yang dilakukan meliputi Analisis peruangan, analisis tapak, analisis tata massa bangunan dan analisis sistem bangunan.
A. Analisis Perencanaan Perencanaan Museum Telekomunikasi Seluler diawali dengan penentuan analisis yang menjadi acuan selanjutnya dalam perancangan Museum Telekomunikasi Seluler, terdapat beberapa point yang menjadi perencanaan daripada Museum Telekomunikasi Seluler, yaitu: 1. Peruangan Sebagai
bangunan
publik
maka
perencanaan
Museum
Telekomunikasi Seluler harus berkiblat pada kenyamanan ruang, hal ini dicapai dengan penentuan organisasi ruang, pola hubungan ruang, dan sirkulasi yang jelas dan efisien. 2. Tapak Analisis tapak yang memenuhi sebagai tempat dari bangunan Museum Telekomunikasi Seluler utamanya diharapkan terletak dalam jangkauan pusat kota, dan memiliki aksesibilitas ke tapak yang tinggi, hal ini menjadi penting sebagai salah satu kriteria tapak yang sesuai untuk Museum Telekomunikasi Seluler karena sebagai bangunan publik, Museum Telekomunikasi Seluler ini harus dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat banyak. Tapak yang digunakan diharapkan dapat memenuhi berbagai kriteria yang sudah disediakan seperti lengkapnya utilitas publik, rendah
VI-1
polusi dan cukup luas untuk memenuhi kebutuhan ruang dari Museum Telekomunikasi Seluler, kemudian, perencanaan Museum Telekomunikasi Seluler juga hendaknya memenuhi peraturan tata guna lahan yang berlaku di Kota Surakarta. 3. Tata Massa Perencanaan tata massa pada Museum Telekomunikasi Seluler memiliki
analisis
sebagai
berikut,
penggunaan
unsur
teknologi
telekomunikasi seluler sebagai fokus tata massa bangunan Museum Telekomunikasi Seluler, baik bentuk bangunan dan ornamentasi, penggunaan unsur dari teknologi telekomunikasi seluler sebagai tata massa bangunan dibatasi hanya pada simbol-simbol yang digunakan pada telekomunikasi seluler, bukan perangkat telekomunikasi selulernya sendiri. 4. Sistim Utilitas Bangunan Sebagai bangunan publik dan juga museum yang menangani materi koleksi yang dapat dibilang rentan terhadap kerusakan, maka analisis sistem utilitas bangunan yang harus dipenuhi antara lain memberikan kenyamanan pada pengguna Museum Telekomunikasi Seluler dan tidak merusak materi koleksi dari Museum Telekomunikasi Seluler.
B. Analisis Perancangan 1. Analisis Peruangan dan Kegiatan a. Analisis Kegiatan 1) Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan pada bangunan museum telekomunikasi seluler dibagi menjadi tiga yaitu, a) Kelompok pengelola •
Kepala Museum
•
Pegawai Administrasi
•
Pegawai Teknis
•
Pegawai Keamanan
•
Pegawai Maintenance
VI-2
•
Pegawai Keperpustakaan
•
Pegawai Informasi/Resepsionis
b) Kelompok pengunjung utama •
Masyarakat umum
•
Komunitas
c) Kelompok pengunjung pendukung •
Lembaga atau yayasan
•
Sponsor
•
Pegawai Kantin
2) Pola Kegiatan a) Pola kegiatan pengunjung museum
Datang Membeli tiket
KEGIATAN EDUKASI Seminar Diskusi Workshop restorasi
LAIN – LAIN KM/WC Ibadah Membeli cinderamata Penitipan Barang
Parkir Masuk MELIHAT PAMERAN Melihat koleksi Melihat video Mencari informasi Menggunakan alat peraga
Selesai PERPUSTAKAAN Membaca buku Mencari referensi
Parkir
Kegiatan Sponsor
Pulang
Gambar 6.1, Skema Pola Kegiatan Pengunjung Museum
b) Pola kegiatan kepala museum Datang
Parkir
Masuk
KM/WC
KEGIATAN PEMIMPINAN Mengawasi Pengelolalan Menerima Tamu Penting Memimpin Rapat
Selesai
Parkir
Pulang Ibadah
Kafetaria
Gambar 6.2, Skema Pola Kegiatan Kepala Museum
VI-3
c) Pola kegiatan pengelola administrasi Datang
Parkir
Masuk
KM/WC
KEGIATAN KANTOR Administrasi Museum Rapat Pencarian Sponsor
Selesai
Parkir
Pulang Ibadah
Kafetaria
Gambar 6.3, Skema Pola Kegiatan Pengelola Administrasi Museum
d) Pola kegiatan pengelola teknis Datang
Parkir
KM/WC
Ibadah
Masuk
KEGIATAN KONSERVASI Restorasi materi koleksi Perawatan materi koleksi Memberikan materi workshop
Pulang
Kafetaria
Selesai
Parkir
KEGIATAN KURASI Studi koleksi Pemeriksaan koleksi Pengawasan barang koleksi Memberikan materi diskusi/seminar
KEGIATAN PREPARASI Preparasi tata pameran Penataan koleksi
Gambar 6.4, Skema Pola Kegiatan Pengelola Teknis Museum
e) Pola kegiatan pegawai keamanan Datang
Parkir
Masuk
KM/WC
KEGIATAN PENJAGAAN Memonitor dari ruang CCTV Memonitor dari pos parkir Membantu parkir pengguna
Selesai
Parkir
Pulang Ibadah
Kafetaria
Gambar 6.5, Skema Pola Kegiatan Pegawai Keamanan Museum
VI-4
f) Pola kegiatan pegawai maintenance Datang
Parkir
Masuk
KM/WC
KEGIATAN PERAWATAN Membersihkan bangunan Membuang sampah Memonitor Sistem ME Bangunan
Selesai
Parkir
Pulang Ibadah
Kafetaria
Gambar 6.6, Skema Pola Kegiatan Pegawai Maintenance Museum
g) Pola kegiatan pegawai keperpustakaan Datang
Parkir
KM/WC
Ibadah
Pulang
Kafetaria
Masuk
Selesai
KEGIATAN PERPUSTAKAAN Menjaga perpustakaan Melayani pengunjung Menata buku perpustakaan
Parkir
KEGIATAN KEARSIPAN Mendata materi koleksi Mencatat keluar-masuk barang koleksi
Gambar 6.7, Skema Pola Kegiatan Pegawai Keperpustakaan Museum
h) Pola kegiatan pegawai informasi Datang
Parkir
Masuk
KM/WC
KEGIATAN PENYEDIAAN INFORMASI Menjaga front desk Tanya jawab
Selesai
Parkir
Pulang Ibadah
Kafetaria
Gambar 6.8, Skema Pola Kegiatan Pegawai Penyedia Informasi Museum
VI-5
i) Pola kegiatan pengunjung pendukung •
Kegiatan lembaga dan sponsor
Datang
Parkir
KEGIATAN LEMBAGA DAN SPONSOR Menjaga stan pameran Memberikan materi seminar Tanya jawab
Masuk
Selesai
Parkir
Pulang
KM/WC
Ibadah
Kafetaria
Gambar 6.9, Skema Pola Kegiatan Lembaga dan Sponsor Museum
•
Kegiatan pegawai kafetaria
Datang
Parkir
KEGIATAN KAFETARIA Menjaga Kafetaria Melayani pengguna
Masuk
KM/WC
Selesai
Parkir
Pulang Ibadah
Kafetaria
Gambar 6.10, Skema Pola Kegiatan Pegawai Kafetaria Museum
3) Karakter Kegiatan Sifat kegiatan pada Museum Telekomunikasi Seluler dibedakan berdasarkan kebutuhan ruang, antara lain: •
Publik
•
Semi publik
•
Privat
•
Servis
b. Analisis Peruangan 1) Kebutuhan Ruang Kriteria:
VI-6
Kriteria kebutuhan ruang ditetapkan dari analisis pola kegiatan pengguna Analisis: Tabel 6.1. Kebutuhan Ruang Museum Pengguna
Pengunjung
Kepala Museum
Jenis Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Parkir Membeli tiket
Parkir Pengunjung Ticket Booth
Tipe Kegiatan Publik Publik
Mencari informasi
Front Desk
Publik
Menitipkan barang
Penitipan Barang
Publik
Melihat koleksi
Ruang Pamer
Publik
Menonton video
Ruang Teater
Publik
Membaca buku
Perpustakaan
Publik
Seminar/Diskusi
Ruang Seminar
Publik
Workshop
Ruang Workshop
Publik
Metabolisme
KM/WC
Privat
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Membeli oleh-oleh/snack Istirahat/ Interaksi antar pengunjung Melihat stan sponsor
Retail
Privat
Ruang Istirahat
Publik
Ruang Serbaguna
Publik
Meminta izin penelitian
Ruang Tamu
Semi-Publik
Parkir
Parking Pengelola
Privat
Mengawasi Pengelolaan
Ruang Kepala Museum
Privat
Menerima Tamu Penting
Ruang Tamu
Semi-Publik
Memimpin Rapat
Ruang Rapat
Privat
Metabolisme
KM/WC
Privat
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Makan
Kafetaria
Privat
Parkir
Parkir Pengelola
Privat
Kegiatan Administrasi
Privat
Hubungan Masyarakat
Ruang Tata Usaha Ruang Kabag. Konservasi Ruang Kabag. Kurasi Ruang Kabag. Preparasi Ruang Humas
Privat
Rapat
Ruang Rapat
Privat
Pengawasan Konservasi Pengelola Administrasi
Pengawasan Kurasi Pengawasan Preparasi
Privat Privat Privat
VI-7
Metabolisme
KM/WC
Privat
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Makan
Kafetaria
Privat
Parkir
Parkir Pengelola
Privat
Restorasi materi koleksi
Ruang Workshop
Publik
Perawatan materi koleksi
Ruang Perawatan
Privat
Preparasi tata pameran
Studio Preparasi
Privat
Sirkulasi Koleksi
Loading Dock Ruang Penerimaan koleksi Ruang Registrasi Koleksi Ruang Penyimpanan Sementara Ruang Penyimpanan Ruang Penyimpanan Karantina
Privat
Penerimaan kolesi Pemeriksaan koleksi
Pengelola Teknis
Penyimpanan sementara koleksi Penyimpanan koleksi Karantina koleksi
Pegawai Maintenance
Privat Privat Privat Privat
Studi koleksi
Ruang Studi
Privat
Memberikan materi diskusi/seminar
Ruang Seminar
Publik
Ruang Workshop
Publik
Ruang Rapat
Privat
Metabolisme
KM/WC
Privat
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Makan
Kafetaria
Privat
Parkir
Parkir Pengelola
Privat
Pengawasan CCTV
Ruang CCTV
Servis
Pengawasan Parkir
Pos Jaga
Servis
Penjagaan barang
Penitipan Barang
Publik
Metabolisme
KM/WC
Privat
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Makan
Kafetaria
Privat
Parkir
Parkir Pengelola
Privat
Menyimpan alat kebersihan Memonitor sistem MEE bangunan
Gudang Penyimpanan
Servis
Ruang Panel MEE
Servis
KM/WC
Privat
Memberikan materi Workshop Rapat
Pegawai Keamanan
Privat
Metabolisme
VI-8
Pegawai Keperpustakaan
Pegawai Informasi
Lembaga / Sponsor
Pegawai Kafetaria
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Makan
Kafetaria
Privat
Parkir
Parkir Pengelola
Privat
Menata buku perpustakaan
Perpustakaan
Publik
Mencatat kearsipan koleksi
Ruang Arsip
Privat
Metabolisme
KM/WC
Privat
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Makan
Kafetaria
Privat
Parkir
Parkir Pengelola
Publik
Memberikan informasi
Front Desk
Publik
Menyambut pengunjung
Lobby
Publik
Metabolisme
KM/WC
Privat
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Makan
Kafetaria
Privat
Parkir
Parkir Pengunjung
Publik
Menjaga stan
Ruang Serbaguna
Publik
Memberi materi diskusi/seminar
Ruang Seminar
Publik
Metabolisme
KM/WC
Privat
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Makan
Kafetaria
Privat
Parkir
Parkir Pengelola
Privat
Menjaga Kafetaria
Dapur Kafetaria
Privat
Metabolisme
KM/WC
Privat
Ibadah
Musholla
Semi-Publik
Makan
Kafetaria
Privat
2) Analisis Besaran Ruang Kriteria: Dasar yang digunakan dalam penentuan besaran ruang adalah Buku referensi arsitektural seperti Neufert Architect’s Data dan Time Saver Standard, serta asumsi pribadi yang didasarkan oleh perhitungan tersendiri pada ruang-ruang
VI-9
berkebutuhan khusus yang tidak tercantum di kedua referensi tersebut. Analisis: Besaran ruang ditentukan oleh persyaratan kuantitatif yang meliputi volume kegiatan, besaran, tata ruang furniture, kenyamanan sirkulasi, dan flow (area gerak). Sebagian besar pertimbangan penentuan besarnya flow gerak atau sirkulasi yang dibutuhkan untuk masing-masing ruang adalah: •
5 – 10 % = standar minimum
•
20 % = kebutuhan keleluasaan fisik
•
30 % = tuntutan kenyamanan fisik
•
40 % = tuntutan kenyamanan psikologis
•
50 % = tuntutan spesifik kegiatan
•
70 – 100 % = keterkaitan dengan banyak kegiatan
Dasar pertimbangan standar perhitungan: •
Architect’s Data, Ernest Neufert
•
Time Saver Standard, Joseph de Chiara & John Callendar
•
Metric Handbook Planning and Design Data Fifth Edition, Pamela Buxton, 2015
•
Pedoman Standarisasi Pengadaan Sarana Peralatan Pokok Museum Umum Tingkat Provinsi
•
Asumsi pribadi dengan dasar pengamatan data
Hasil: Tabel 6.2. Besaran Kelompok Ruang Luar Kebutuhan Ruang Standar/ Kapasitas Jumlah Ukuran1 Parkir pengguna - Mobil 12,5 m2 10 unit 1 Parkir pengguna - Motor 2 m2 25 unit 1 Parkir pengguna - Bis 18 m2 4 unit 1 Parkir pengelola - Mobil 12,5 m2 4 unit 1 Parkir pengelola - Motor 2 m2 10 unit 1 Parkir servis - Truk 18 m2 2 unit 1 Pos jaga 4 m2 4 orang 3 Drop-off 0,65 m2 50 orang 1
Luas 125 m2 50 m2 72 m2 50 m2 20 m2 36 m2 48 m2 32,5 m2
VI-10
0,28 m2 100 orang 4 m2 2 orang Total Sirkulasi 50% Jumlah Total + Sirkulasi
Ruang Antri Tiket Loket Tiket
1 1
Tabel 6.3. Besaran Kelompok Ruang Pameran Kebutuhan Ruang Standar/ Kapasitas Jumlah Ukuran1 RUANG PAMER 1 – 5 m2 20 orang 1 Periode 0G Display horizontal Display vertikal Display bertingkat RUANG PAMER 2 – Periode 1G Display horizontal Display vertikal Display bertingkat RUANG PAMER 3 – Periode 2G 1 Display horizontal Display vertikal Display bertingkat 1 Display bertingkat 2 Display interaktif RUANG PAMER 4 – Periode 2G 2 Display horizontal Display vertikal Display bertingkat 1 Display bertingkat 2 Display interaktif RUANG PAMER 5 – Periode 3G 1 Display horizontal
(1×1,2m) 1,2 m2 (2×0,6m) 1,2 m2 0,36 m2 5 m2
(1×1,2m) 1,2 m2 (2×0,6m) 1,2 m2 0,36 m2 5 m2
(1×1,2m) 1,2 m2 (2×0,6m) 1,2 m2 0,36 m2 1,44 m2 (2×0,6m) 1,2 m2 5 m2
(1×1,2m) 1,2 m2 (2×0,6m) 1,2 m2 0,36 m2 1,44 m2 (2×0,6m) 1,2 m2 5 m2
1×1,2m) 1,2 m2
28 m2 8 m2 469,5 m2 234,75 m2 704,25 m2
Luas 100 m2
4 Unit MK
2
2,4 m2
8 Unit MK
2
2,4 m2
6 Unit MK 20 orang
1 1
0,36 m2 100 m2
6 Unit MK
2
2,4 m2
12 Unit MK 8 Unit MK
2
2,4 m2
2
0,72m2
20 orang
1
100 m2
12 Unit MK 30 Unit MK 8 Unit MK 42 Unit MK 8 Unit MK
3
2,6 m2
2
1,2 m2
2 1
0,72 m2 1,44 m2
1
1,2 m2
20 orang
1
100 m2
12 Unit MK 40 Unit MK 8 Unit MK 42 Unit MK 8 Unit MK
3
3,6 m2
5
6 m2
3 3
1,08 m2 4,32 m2
3
3,6 m2
20 orang
1
100 m2
12 Unit MK
3
3,6 m2
VI-11
(2×0,6m) 1,2 m2 0,36 m2 1,44 m2 (2×0,6m) 1,2 m2
40 Unit MK 8 Unit MK 42 Unit MK 8 Unit MK
6
7,2 m2
4 4
1,44 m2 5,76 m2
3
3,6 m2
RUANG PAMER 6 – Periode 3G 2
5 m2
20 orang
1
100 m2
Display horizontal
1×1,2m) 1,2 m2 (2×0,6m) 1,2 m2 0,36 m2 1,44 m2
12 Unit MK 40 Unit MK 8 Unit MK 42 Unit MK 8 Unit MK
3
3,6 m2
5
6 m2
3 3
1,08 m2 4,32 m2
3
3,6 m2
1
100 m2
4
4,8 m2
2
2,4 m2
3 1 1
1,08 m2 1,44 m2 1,2 m2
20 orang
1
100 m2
1
1
10 m2 897,59 m2 359,036 m2 1256,626 m2
Display vertikal Display bertingkat 1 Display bertingkat 2 Display interaktif
Display vertikal Display bertingkat 1 Display bertingkat 2 Display interaktif RUANG PAMER 7 – Periode 4G Display horizontal Display vertikal Display bertingkat 1 Display bertingkat 2 Display interaktif RUANG PAMER SEMENTARA Display (asumsi total)
(2×0,6m) 1,2 m2 5 m2
1×1,2m) 1,2 m2 (2×0,6m) 1,2 m2 0,36 m2 1,44 m2 (2×0,6m) 1,2 m2 5 m2
20 orang
12 Unit MK 40 Unit MK 8 Unit MK 42 Unit MK 8 Unit MK
10 m2 Total Sirkulasi 40%
Jumlah Total + Sirkulasi
Tabel 6.4. Besaran Kelompok Ruang Pelayanan Publik Kebutuhan Ruang Standar/ Kapasitas Jumlah Ukuran1 LOBBY 1 m2 100 orang 1
Luas 100 m2
RUANG INFORMASI
(0,6x3m) 1,8 m2 4
3 orang 4
1 1
1,8 m2 16 m2
Meja+kursi PENITIPAN BARANG
1,2 m2 4 m2
1 3 orang
1 1
1,2 m2 12 m2
Lemari penitipan Ruang teater
0,6 m2 0,48 m2
4 unit 100 orang
1 1
2,4 m2 48 m2
front desk
VI-12
RUANG SERBAGUNA Gudang peralatan Ruang persiapan Ruang seminar Ruang workshop Ruang istirahat Retail Km/wc Musholla Ruang wudhu
4 m2
300 orang
1
1200 m2
4 m2 2 orang 4 m2 5 orang 2 m2 50 orang 5 m2 10 orang 4 m2 100 orang 2 m2 20 orang 10,4 m2 1 orang 0,6 m2 20 orang 0,3 m2 20 orang Jumlah Sirkulasi 40% Jumlah Total
1 1 1 1 1 2 12 2 2
8 m2 20 m2 100m2 50 m2 400 m2 80 m2 124,8 m2 24 m2 12 m2 2199,2 m2 879,68 m2 3078,88 m2
Tabel 6.5. Besaran Kelompok Ruang Administrasi Kebutuhan Ruang Standar/ Kapasitas Jumlah Ukuran1 Ruang Kepala Museum 4 m2 3 orang 1 Ruang Tata Usaha 4 m2 3 orang 1 Ruang Kabag. Konservasi 4 m2 3 orang 1 Ruang Kabag. Kurasi 4 m2 3 orang 1 Ruang Kabag. Preparasi 4 m2 3 orang 1 Ruang Kabag. 4 m2 3 orang 1 Humas/informasi Ruang rapat 4 m2 20 orang 1 Ruang tamu 4 m2 5 orang 1 Ruang pegawai 4 m2 10 orang 1 administrasi KM/WC pegawai 10,4 m2 1 orang 6 Jumlah Sirkulasi 40% Jumlah Total Tabel 6.6. Besaran Kelompok Ruang Teknis Kebutuhan Ruang Standar/ Kapasitas Jumlah Ukuran1 RUANG RESTORASI 4 m2 4 orang 1
Luas 12 m2 12 m2 12 m2 12 m2 12 m2 12 m2 80 m2 20 m2 40 m2 62,4 m2 274,4 m2 109,76 m2 384,16 m2
Luas 16 m2
Meja kerja RUANG PERAWATAN
1,2 m2 4 m2
1 unit 4 orang
2 1
2,4 m2 16 m2
Meja kerja STUDIO PREPARASI
1,2 m2 5 m2
1 unit 4 orang
2 1
2,4 m2 20 m2
Meja kerja RUANG PENERIMAAN KOLEKSI
1,2 m2 4 m2
1 unit 2 orang
2 1
1,2 m2 8 m2
Meja kerja
1,2 m2
1 unit
1
1,2 m2
VI-13
RUANG REGISTRASI KOLEKSI
6 m2
2 orang
1
12 m2
Meja kerja Lemari katalog RUANG PENYIMPANAN SEMENTARA
1,2 m2 0,6 m2 5 m2
1 unit 1 unit 4 orang
1 1 1
1,6 m2 0,6 m2 20 m2
Lemari penyimpanan
(2×0,6) 1,2 m2 1,2 m2 5 m2
120 unit MK 1 unit 4 orang
2
2,4 m2
2 1
2,4 m2 20 m2
(2×0,6m) 1,2 m2 1,2 m2 5 m2
120 unit MK 1 unit 4 orang
25
30 m2
2 1
2,4 m2 20 m2
(2×0,6) 1,2 m2
120 unit MK
5
6 m2
1 unit 5 orang 20 orang 5 orang 2 orang
2 1 1 4 1
2,4 m2 20 m2 80 m2 80 m2 8 m2 375 m2 150 m2 525 m2
Meja kerja RUANG PENYIMPANAN Lemari penyimpanan Meja kerja RUANG PENYIMPANAN KARANTINA Lemari penyimpanan
Meja kerja Ruang studi koleksi Ruang staff teknis Gudang peralatan Loading Dock
1,2 m2 4 m2 4 m2 4 m2 4 m2 Jumlah Sirkulasi 40% Jumlah Total
Tabel 6.7. Besaran Kelompok Ruang Perpustakaan dan Arsip Kebutuhan Ruang Standar/ Kapasitas Jumlah Luas Ukuran1 PERPUSTAKAAN 5 m2 40 orang 1 200 m2 Rak buku Meja+kursi baca RUANG ARSIP KOLEKSI
2,4 m2 0,75 m2 8 m2
1 unit 1 unit 10 orang
10 20 1
24 m2 15 m2 80 m2
Rak Arsip Mesin fotocopy Meja kerja PENITIPAN BARANG
2,4 m2 1,2 m2 1,2 m2 4 m2
1 unit 1 unit 1 orang 1 orang
20 2 5 1
48 m2 2,4 m2 6 m2 4 m2
1 unit
1
0,6 m2 380 m2 152 m2 532 m2
Lemari penitipan
0,6 m2 Jumlah Sirkulasi 40% Jumlah Total
VI-14
Tabel 6.8. Besaran Kelompok Ruang Servis Kebutuhan Ruang Standar/ Kapasitas Jumlah Luas (M2) 1 Ukuran Ruang CCTV 4 m2 4 orang 1 16 m2 2 Ruang Penyimpanan 4m 2 orang 1 8 m2 kebersihan Ruang panel MEE 4 m2 2 orang 1 8 m2 2 Ruang mesin AC 4m 2 orang 1 8 m2 2 Ruang Genset 4m 2 orang 1 8 m2 2 Kantin pengelola 4m 20 orang 1 80 m2 2 Dapur kantin pengelola 5m 4 orang 1 20 m2 Jumlah 148 m2 Sirkulasi 30% 44,4 m2 Jumlah Total 192,4 m2 1 Keterangan : jika yang dicantumkan berada dalam tanda kurung berarti ukuran, maka kapasitas yang di cantumkan merupakan kapasitas total MK: Materi Koleksi Tabel 6.9. Analisis Besaran Ruang Total Kelompok Ruang Besaran Ruang (M2) Kelompok Ruang Luar 704,25 m2 Kelompok Ruang Pameran 1256,626 m2 Kelompok Ruang Pelayanan Publik 3078,88 m2 Kelompok Ruang Administratif 384,16 m2 Kelompok Ruang Teknis 525 m2 Kelompok Ruang Perpustakaan dan Arsip 532 m2 Kelompok Ruang Servis 192,4 m2 TOTAL 6673,316 m2 +Sirkulasi 40% 2669,3264 m2 TOTAL LUAS TERBANGUN 9282,6424 m2
Perhitungan luas lantai 1 = 50% luas ruang dari 9282,6424 m2 = 4641,3212 m2 Perhitungan luas lantai 2 = 30% luas ruang dari 9282,6424 m2 = 2784,79272 m2 Perhitungan luas lantai 3 = 20% luas ruang dari 9282,6424 m2 = 1856,52848 m2
Perhitungan luas di atas juga memberikan gambaran luasan area pengembangan yang digunakan sebagai perluasan bangunan museum untuk menampung materi koleksi dari masa depan, mengingat materi koleksi dari Museum Telekomunikasi Seluler masih dapat berkembang. Luasan
VI-15
area pengembangan yang diperhitungkan seluas 100% dari area terbangun dengan rincian luas perlantai sama dengan bangunan utama sehingga luasan area pengembangan yang disediakan seluas 4641,3212 m2
3) Pola Hubungan Ruang a) Pola Hubungan Ruang Makro Tujuan: menyusun sifat fisik ruang yang dibutuhkan sehingga mendapatkan pola peletakkan ruang bagi bangunan. Kriteria: •
Pelaku dan proses kegiatan keseluruhan dan tiaptiap unit kegiatan.
•
Kegiatan yang diwadahi, sifat kegiatan, dan hubungan antar kegiatan
•
Tuntutan dan persyaratan ruang.
•
Sifat dan karakter ruang.
Analisis: Pola hubungan ruang makro mencakup matriks dan juga skema hubungan dari kelompok-kelompok ruang yang ada pada museum telekomunikasi seluler.
: Hubungan ruang dekat : Hubungan ruang cukup dekat : Tidak ada hubungan ruang Gambar 6.11, Matriks Hubungan Ruang Makro
VI-16
K. Ruang Admin.
K. Ruang Servis
K. Ruang Publik
K. Ruang Teknis
K. Ruang Pameran
K. Ruang Perpus
K. Ruang Luar : Hub ruang dekat : Hub ruang cukup dekat
Gambar 6.12, Skema Hubungan Ruang Makro
b) Pola Hubungan Ruang Mikro Pola hubungan ruang mikro merupakan pola hubungan yang dibatasi pada kelompok ruang yang dibagi berdasarkan kegiatan yang diwadahinya, pembagian hubungan ruang mikro ini di bagi menjadi: •
Hubungan kelompok ruang luar
: Hubungan ruang dekat : Hubungan ruang cukup dekat : Tidak ada hubungan ruang Gambar 6.13, Matriks Hubungan Ruang Luar
VI-17
Pos Jaga
Parkir Pengelola
Parkir Servis Parkir Pengguna
Drop-off
Ruang antri Loket Tiket
: Hub ruang dekat : Hub ruang cukup dekat
Gambar 6.14, Skema Hubungan Ruang Luar
•
Hubungan kelompok ruang pelayanan publik
: Hubungan ruang dekat : Hubungan ruang cukup dekat : Tidak ada hubungan ruang Gambar 6.15, Matriks hubungan ruang pelayanan publik
VI-18
Penitipan Barang R. Informasi
R. Pamer Sementara
Lobby Ruang Teater
R. Pamer Tetap
Ruang
Workshop
Serbaguna
Ruang Seminar
R. Wudhu R. Istirahat
Retail
Musholla
KM/WC
: Hub ruang dekat : Hub ruang cukup dekat Gambar 6.16, Skema Hubungan Ruang Pelayanan Publik
•
Hubungan kelompok ruang administratif
: Hubungan ruang dekat : Hubungan ruang cukup dekat : Tidak ada hubungan ruang
Gambar 6.17, Matriks Hubungan Ruang Administratif
VI-19
Ruang Rapat Ruang Tamu
R. Kabag Konservasi
R. Kabag. Preparasi
R. Kepala Museum
R. Kabag. Kurasi
R. Kabag Humas
R. Tata Usaha
KM/WC Pegawai
Ruang Pegawai
: Hub ruang dekat : Hub ruang cukup dekat
Gambar 6.18, Skema Hubungan Ruang Administratif
•
Hubungan kelompok ruang teknis
: Hubungan ruang dekat : Hubungan ruang cukup dekat : Tidak ada hubungan ruang Gambar 6.19, Matriks hubungan ruang teknis
VI-20
Simpan karantina
R. Restorasi
Simpan
Gudang peralatan
sementara
R. Simpan Utama
Perawatan
Ruang studi
R. Registrasi
Loading dock
R. penerimaan
Studio Preparasi
R. staff teknis
: Hub ruang dekat : Hub ruang cukup dekat Gambar 6.20, Skema Hubungan Ruang Teknis
•
Hubungan kelompok ruang perpustakaan dan arsip : Hubungan ruang dekat : Hubungan ruang cukup dekat : Tidak ada hubungan ruang
Gambar 6.21, Matriks Hubungan Ruang Perpustakaan dan Arsip Perpusta kaan
R. Arsip koleksi
Penitipan Barang
: Hub ruang dekat : Hub ruang cukup dekat Gambar 6.22, Skema Hubungan Ruang Perpustakaan dan Arsip
•
Hubungan kelompok ruang servis
: Hubungan ruang dekat : Hubungan ruang cukup dekat : Tidak ada hubungan ruang
Gambar 6.23, Matriks Hubungan Ruang Servis
VI-21
Kantin pegawai
Ruang CCTV
Dapur kantin
Gudang alat
Ruang panel
Ruang Genset
Ruang mesin AC
: Hub ruang dekat : Hub ruang cukup dekat Gambar 6.24, Skema Hubungan Ruang Servis
4) Kesimpulan Dari berbagai analisis peruangan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: •
Hubungan kelompok ruang yang digunakan tiap lantai sebagai berikut:
: Hub ruang dekat : Hub ruang jauh Gambar 6.25, Hubungan Kelompok Ruang Museum Per Lantai
VI-22
•
Pemisahan ruang serbaguna ke dalam massa tersendiri dan juga ruang genset/gudang alat ke massa tersendiri dari sisa ruang yang ada
2. Analisis Penyimpanan dan Penyajian Materi Koleksi Museum a. Jenis Penyimpanan Penyimpanan materi koleksi museum dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Penyimpanan utama Penyimpanan utama berfungsi untuk menyimpan materi koleksi ketika tidak sedang digunakan, materi koleksi yang disimpan disini adalam materi koleksi yang sudah diperiksa, dikatalogisasi, dan dibersihkan. 2) Penyimpanan karantina Penyimpanan karantina berfungsi untuk menyimpan materi koleksi yang masih di dalam tahap restorasi atau perbaikan, materi koleksi disimpan didalam penyimpanan terpisah dari penyimpanan utama agar tidak tercampur dengan materi koleksi yang sudah siap dipamerkan dn juga memudahkan teknisi perawatan untuk mengambil dan mengerjakannya tanpa harus membuka penyimpanan utama. 3) Penyimpanan sementara Penyimpanan
sementara
berfungsi
sebagai
wadah
penyimpanan tambahan dimana barang yang baru saja didapat belum di registrasi dan dikatalogkan, sehingga disimpan secara terpisah, kemudian materi koleksi dari penyimpanan sementara di alihkan ke penyimpanan karantina untuk di perbaiki sebelum dapat masuk ke penyimpanan utama.
VI-23
b. Kapasitas Penyimpanan Materi Koleksi Museum Kapasitas total dari penyimpanan materi koleksi Museum Telekomunikasi Seluler yaitu sebesar 60% dari 5300 unit total materi koleksi yang direncanakan, yaitu sekitar 3180 unit dengan total volume 3,2 meter kubik, dengan rincian sebagai berikut: 1) Penyimpanan utama Penyimpanan utama direncanakan menyimpan 3000 unit dengan rincian 2720 unit sebagai kapasitas utama dan 280 unit atau sekitar 10 persen dari kapasitas sebagai kapasitas tambahan jika terjadi overflow. 2) Penyimpanan karantina Penyimpanan karantina mewadahi 600 unit materi koleksi dengan rincian 460 unit sebagai kapasitas utama dan 140 unit sebagai kapasitas tambahan 3) Penyimpanan sementara Penyimpanan sementara mewadahi 240 unit materi koleksi. Kapasitas total dari penyimpanan materi koleksi pada Museum Telekomunikasi Seluler yaitu sejumlah 3840 unit materi koleksi dengan rincian 3180 unit sebagai jumlah awal materi koleksi yang disimpan, ditambah 420 unit sebagai kapasitas tambahan, dan 240 unit sebagai kapasitas penyimpanan sementara.
c. Sistem Penyimpanan Materi Koleksi Penyimpanan materi koleksi pada Museum Telekomunikasi Seluler didasarkan pada kebutuhan perangkat elektronik yang membutuhkan penyimpanan kedap udara sehingga memiliki kelembaban yang rendah untuk mencegah karat dan juga jamur, selain itu penyimpanan materi koleksi juga membutuhkan ruang dengan suhu yang konstan. Penggunaan lemari khusus untuk penyimpanan pada museum digunakan untuk ketiga ruang penyimpanan, dengan ukuran tinggi 2 meter lebar 1,2 meter
VI-24
kedalaman 60 cm diperhitungkan dapat memberikan ruang untuk 120 materi koleksi dengan ukuran rata-rata (19×13×4cm)
Gambar 6.26, Lemari Penyimpanan Materi Koleksi Museum Sumber: http://www.vikingmetal.com/
d. Jenis pameran Jenis pameran yang diselenggarakan di museum telekomunikasi seluler terdiri dari dua pameran yaitu: •
Pameran tetap Pameran
tetap
merupakan
pameran
utama
yang
diselenggarakan di museum telekomunikasi seluler, pameran tetap pada museum telekomunikasi seluler dibagi menjadi beberapa kategori sesuai dengan periodisasi materi koleksi, materi yang termasuk didalam pameran tetap adalah perangkat yang menggunakan teknologi seluler. •
Pameran sementara Merupakan pameran dalam jangka waktu tertentu, tema penataan materi koleksi dari pameran sementara berubah sesuai dengan tema dan kondisi pameran yang dirotasi setiap beberapa
bulan
sekali,
pameran
sementara
ini
diselenggarakan sebagai pendukung dari pameran tetap, materi koleksi yang menjadi materi pada pameran sementara adalah peralatan telekomunikasi lainnya seperti radio panggil.
VI-25
e. Metode penyajian pameran Metode penyajian pameran museum yang diterapkan pada Museum Telekomunikasi Seluler di antaranya adalah: •
Metode pendekatan estetis, merupakan metode penyajian benda – benda koleksi yang mengutamakan pengaturan estetika
•
Metode pendekatan romantik, merupakan metode penyajian materi koleksi yang dapat menciptakan suasana tertentu yang berhubungan dengan koleksi museum
•
Metode pendekatan intelektual, penyajian benda koleksi yang memberikan informasi ilmu pengetahuan
f. Sistematika pameran 1) Sistem periodisasi koleksi museum Koleksi yang dipamerkan di museum telekomunikasi seluler dibedakan menjadi beberapa periodisasi dengan materi koleksi utamanya adalah perangkat seluler, pembagian periodisasi perangkat seluler tersebut ialah: -
Periode 0G (Periode Pra-analog/Radio) jumlah 30 unit
-
Periode 1G (Periode Analog) jumlah 40 unit
-
Periode 2G era 90an (Periode Digital-Awal) jumlah 160 unit
-
Periode 2G era 2000 (Periode Multimedia) 400 unit
-
Periode 3G era 2000 (Periode Digital-Modern) 600 unit
-
Periode 3G era 2010 (Periode Ponsel Pintar) 400 unit
-
Periode 4G (Periode Broadband) 200 unit
Perangkat seluler yang tidak masuk kategori diatas menjadi koleksi pendukung dan ditempatkan pada pameran sementara yang dirotasi temanya setiap beberapa waktu
VI-26
2) Sistem penyajian objek koleksi Perletakan materi koleksi berdasarkan pengamatannya dalam museum telekomunikasi seluler dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: •
Diletakkan pada bidang datar pada lantai secara horizontal, materi koleksi ditata sedemikian rupa sesuai dengan tema pameran agar dapat dinikmati oleh pengunjung dari segala arah, penggunaan pelindung kaca dapat diaplikasikan atau tidak jika barang koleksi berfungsi juga sebagai materi peraga yang dapat berinteraksi dengan pengunjung, dengan perhitungan luas rata-rata materi koleksi sebesar 0,025m2 ditambah pernak pernik lainnya seperti label dan foto serta jarak per unit agar tidak berdesakan, setidaknya rata-rata per unit dibutuhkan luasan 0,1m2
dengan penyajian secara
horizontal ini, maka dari itu setidaknya dengan penggunaan display horizontal berukuran 1,2 m2 dapat memuat hingga 12 buah materi koleksi, dengan asumsi perangkat yang lebih lebar dari rata-rata materi koleksi membutuhkan jarak yang lebih satu sama lainnya
Gambar 6.27, Contoh Penyajian Koleksi Secara Horizontal
•
Penggunaan Security stand display sebagai sarana pengaman koleksi yang memungkinkan pengunjung dapat berinteraksi
dengan
materi
koleksi
museum
dan
VI-27
mendapatkan pengalaman yang berbeda dari hanya sekedar melihat-lihat barang koleksi dari balik kaca saja, penggunaan Security stand display ini membutuhkan ruang lebih per materi koleksi karena display interaktif ini dapat
menarik
perhatian
pengunjung,
sehingga
diasumsikan per materi koleksi membutuhkan 0,15 m2 luas ruang, sehingga display berukuran 1,2 m2 dapat menampung setidaknya 8 unit koleksi.
Gambar 6.28, Contoh Penyajian Koleksi Interaktif Penyajian materi koleksi dengan Security Stand Display di mana pengunjung museum dapat berinteraksi dengan materi koleksi
•
Diletakkan di bidang vertikal, kemudian diletakkan di dinding dan dilindungi oleh kaca, display vertikal berukuran 2×0,6 meter dengan ketinggian 2 meter dapat menampung hingga 40 unit tergantung dekorasi dan juga label yang dipakai untuk setiap barang kolekinya, perhitungan ini didasarkan bahwa materi koleksi dapat disusun secara vertikal menempel di bidang.
Gambar 6.29, Contoh Penyajian Koleksi Secara Vertikal
VI-28
•
Diletakkan di bidang horizontal bertingkat tembus pandang seperti vitrin kaca, kemudian diletakkan di titik titik tertentu, penggunaan vitrin kaca bertingkat ini memiliki keuntungan hemat tempat karena materi koleksi dapat ditumpuk satu sama lainnya dan tetap memberikan informasi yang ada, terdapat dua model vitrin kaca yang dipakai, yaitu ukuran 0,36 m2 dan ukuran 1,44 m2 sebuah vitrin kaca berbentuk kotak berukuran 0,36 m2 dapat menampung hingga empat koleksi per tingkatnya, dan yang berukuran 1,44 m2 dapat menampung 14-15 unit, vitrin kaca bertingkat ini cocok untuk penyajian barang koleksi yang besar karena keleluasaanya, jika vitrin kaca ini dibuat dua tingkat maka kapasitas materi koleksi akan berlipat ganda dan begitu pula seterusnya.
Gambar 6.30, Contoh Penyajian Koleksi Bertingkat
3) Kenyamanan pandangan a) Sudut pandang mata potongan vertikal -
Sudut pandangan normal (mata tidak bergerak) •
Sudut pandang di atas garis mata sebesar 30o
•
Sudut pandang di bawah garis tinggi mata sebesar 40o
VI-29
Gambar 6.31, Sudut Pandang Vertikal Nyaman Normal Manusia Sumber: Buxton, 2015
-
Sudut pandangan maksimum (bola mata bergerak) •
Sudut pandang di atas garis mata sebesar 60o
•
Sudut pandang di bawah garis tinggi mata sebesar 70o
Gambar 5.32, Sudut Pandang Vertikal Nyaman Maksimum Manusia Sumber: Buxton, 2015
b) Sudut pandangan mata pengamat pada potongan horizontal. Sudut pandangan mata pengamat terhadap objek ke samping kiri maupun kanan minimum sebesar 15o dan maksimum sebesar 30o
VI-30
Gambar 6.33, Sudut Pandang Horizontal Manusia Sumber: Buxton, 2015
Hasil: Dari analisis diatas ditemukanlah jarak pandang minimum yang nyaman untuk pengamatan barang koleksi dengan ratarata ukuran sebesar 19 kali 13 cm yaitu 18 hingga 37 cm
4) Kesimpulan •
Penyimpanan dan penyajian materi koleksi museum
Meja kerja pada ruang penyimpanan koleksi untuk pekerjaan persiapan koleksi sebelum dipamerkan atau sebelum di simpan
Materi koleksi disimpan pada lemari khusus yang kedap udara
Gambar 6.34, Penyimpanan Materi Koleksi Museum
VI-31
Penyajian Interaktif
Penyajian Bertingkat Penyajian Vertikal
Penyajian Horizontal
Gambar 6.35, Penyajian Materi Koleksi Museum
3. Analisis Tata Massa Bangunan a. Analisis bentuk massa dasar Kriteria: •
Karakter bangunan
•
Kondisi dan bentuk tapak
•
Efisiensi dan fleksibilitas baik fungsi maupun peruangannya
•
Nilai estetika bangunan
•
Pencerminan kegiatan yang ditampung
•
Integritas dengan tapak
•
Kemudahan sirkulasi dan pencapaian
Analisis: Tabel 6.10. Perbandingan Bentuk Dasar Massa Bentuk Massa
Karakteristik • • • •
Karakter: formal, teratur, modular, kuat, dan kokoh. Kesesuaian dengan bentuk tapak: sangat sesuai, karena dapat menyesuaikan dengan bentuk tapak yang ada. Efisiensi: efisien dan fleksibel terutama dari segi fungsi dan peruangannya. Estetika: bentuk tidak kaku, dapat menyesuaikan dengan bentuk lain.
VI-32
• •
Karakter: formal, teratur, kuat, dan kokoh. Kesesuaian dengan bentuk tapak: kurang sesuai, karena bentuk cenderung linear. Efisiensi: sangat efisien dan fleksibel terutama dari segi fungsi dan peruangannya. Estetika: bentuk tidak kaku, dapat menyesuaikan dengan bentuk lain.
• •
Sumber: Ching, 1996
Bentuk dasar massa disesuaikan dengan tapak objek rancangan yang memanjang dari arah utara ke selatan, maka dari itu dipilihlah massa dasar persegi. Bentuk persegi ini kemudian ditransformasikan kedalam bentuk segi enam dengan dasar pencapaian efisiensi dan fleksibilitas yang hendak dicapai, bentuk segi enam yang memiliki sisi yang beraturan ini dapat dengan mudah digabungkan sesamanya atau dengan bentuk lain dan masih dapat memiliki keefektifan ruang yang cukup sehingga sesuai dengan kegiatan permuseuman dimana kemudahan sirkulasi dan pencapaian. Transformasi subtraktif menjadi segi enam sama sisi
Bentuk segi enam lebih dinamis dan modular yang karena dapat di gabungkan sesamanya dari enam sisi
masih memiliki keefektifan ruang yang cukup karena masih menggunakan bentuk dasar persegi.
Gambar 6.36, Transformasi Massa Dasar Bangunan
Jika dibandingkan dengan bentuk segi empat, bentuk segi enam memiliki keuntungan dari segi fleksibilitasnya, baik dari penataannya dan juga lay-out internalnya, bentuk dasar persegi memiliki kecenderungan penataan yang linier, sedangkan bentuk segi enam dapat mengadopsi penataan linier dan juga memusat, hal ini memberikan nilai tambah kepada penggunaan massa segi enam karena dapat memberikan
VI-33
suasana penataan internal yang kontras dari satu ruang ke ruang lainnya yang diperlukan untuk pembawaan suasana ruang pamer yang sesuai dengan materi koleksi dan juga pembagiannya.
Gambar 6.37, Perbandingan Pengaturan Internal dan Sirkulasi Massa
b. Analisis pola massa Kriteria: •
Karakter bangunan
•
Kondisi peruangan yang telah ditetapkan
•
Pengaruh tata letak massa terhadap perilaku pengguna
Analisis: Penentuan peruangan yang telah dilakukan pada bahasan sebelumnya menentukan bahwa tata letak massa yang digunakan adalah peletakan massa majemuk, berikut analisis daripada penggunaan massa majemuk pada bangunan Museum Telekomunikasi Seluler.
Penggunaan pemisahan
massa
majemuk
kegiatan
dengan
memberikan
kemudahan
karakter-karakter
tertentu
VI-34
sehingga kegiatan pada satu massa tidak mengganggu yang lainnya.
Penggunaan massa majemuk memberikan tampilan bangunan yang lebih dinamis dan tidak monoton.
Penggunaan massa majemuk memberikan orientasi bangunan menyebar dan tidak membosankan.
Penggunaan
massa
majemuk
memungkinkan
adanya
eksplorasi desain yang lebih luas pada tiap-tiap unit.
Penggunaan massa majemuk membutuhkan ruang yang lebih untuk penataan massa dan sirkulasinya.
Space sebagai pengikat
Gambar 6.38, Ilustrasi Tata Massa Banyak
c. Analisis konfigurasi massa Dari modul yang ada ini maka bangunan disusun, satu sama lainnya, penyusunan ini didasarkan unsur teknologi seluler yaitu visualisasi seluler, sehingga modul prisma yang sudah dibentuk ditempelkan satu sama lainnya di sisi sisinya. •
Massa bangunan utama dibentuk dari tiga tumpuk modul segi enam yang diklasifikasikan perlantainya yang juga mewakili tiga zona kegiatan (publik-semi publik-privat) o Massa zona publik (lantai 1)dibuat memanjang dari modul yang ada, hal ini sejalan dengan sifat kegiatan yang ada pada zona publik museum dimana ruang dan kegiatan yang ada membutuhkan massa yang luas tetapi jelas penataannya.
VI-35
Gambar 6.39, Konfigurasi Massa Lantai 1 Bangunan Utama
o Massa zona semi publik (lantai 2) yang berada di atas zona publik ditata dari modul prisma secara memusat terdiri dari tujuh modul sehingga menghasilkan bentuk yang memusat tapi masih terlihat menyebar karena jumlah modul yang digunakan, hal ini mencerminkan sifat kegiatan dari zona semi publik yang membutuhkan ruang yang tertutup tetapi masih dalam taraf agak terbuka sehingga dapat diakses semua orang.
Gambar 6.40, Konfigurasi Massa Lantai 2 Bangunan Utama
o Massa zona privat (lantai 3) berada di atas zona semi publik ditata dari tiga modul secara memusat, hal ini mencerminkan sifat kegiatan dari zona privat yang membutuhkan ruang tertutup.
Gambar 6.41, Konfigurasi Massa Lantai 3 Bangunan Utama
VI-36
o Ketiga massa zona tersebut kemudian di tumpuk satu sama lainnya dengan sumbu imajiner sebagai pusat dari massa gabungan
Massa tambahan dua modul digunakan untuk menyamakan bentuk dengan massa yang hendak ditumpuk
Sumbu bangunan imajiner
Gambar 6.42, Konfigurasi Massa Gabungan Bangunan Utama
•
Massa bangunan tambahan (bangunan serbaguna dan servis) dibentuk dari massa zona semi-publik yang dipisah berdasarkan sifat kegiatan yang ditampung, bangunan serbaguna merupakan bangunan publik.
Massa Bangunan Servis
Massa Bangunan Serbaguna Bersifat publik sehingga penataan massa yang jelas dan terbuka diperlukan
Gambar 6.43, Konfigurasi Massa Bangunan Pendukung
VI-37
d. Analisis Pola Gubahan Massa Analisis: Tabel 6.11. Organisasi Ruang ORGANISASI RUANG Memusat
Linear
Radial
Cluster
Grid
KETERANGAN Sebuah ruang dominan yang terpusat dengan pengelompokan sejumlah ruang sekunder. Organisasi terpusat dengan bentuk yang relatif padat dan secara geometri teratur dapat digunakan untuk: 1). Menetapkan titik-titik yang menjadi point of interest dari suatu ruang. 2). Menghentikan kondisi-kondisi axial 3). Berfungsi sebagai suatu bentuk obyek di dalam daerah atau volume ruang yang tetap. Suatu urutan dalam satu garis dari ruang-ruang yang berulang. Bentuk organisasi linear bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam-macam kondisi tapak. Bentuk ini dapat disesuaikan dengan adanya perubahan-perubahan topografi, mengitari suatu badan air atau sebatang pohon, atau mengarahkan ruang-ruangnya untuk memperoleh sinar matahari dan pemandangan. Dapat berbentuk lurus, bersegmen, atau melengkung. Konfigurasinya dapat berbentuk horizontal sepanjang tapaknya, diagonal menaiki suatu kemiringan atau berdiri tegak seperti sebuah menara. Bentuk organisasi linear dapat digunakan untuk: 1). Menghubungkan ruang-ruang yang memiliki ukuran, bentuk dan fungsi yang sama atau berbeda-beda. 2). Mengarahkan orang untuk menuju ke ruang-ruang tertentu. Organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembangkan keluar lingkupnya serta memadukan unsur baik organisasi terpusat maupun linear. Variasi tertentu dari organisasi radial adalah pola baling-baling di mana lengan lengan linearnya berkembang dari sisi sebuah ruang pusat berbentuk segi empat atau bujur sangkar. Susunan ini menghasilkan suatu pola dinamis yang secara visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi pusatnya. Bentuk organisasi radial dapat digunakan untuk: 1). Membagi ruang yang dapat dipilih melalui entrance. 2). Memberi pilihan bagi orang untuk menuju ke ruang-ruang yang diinginkannya. Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama memanfaatkan satu ciri hubungan visual. Bentuk organisasi cluster dapat digunakan untuk: 1). Membentuk ruang dengan kontur yang berbeda-beda. 2). Mendapatkan view dari tapak dengan kualitas yang sama bagi masing-masing ruang. 3). Membentuk tatanan ruang yang memiliki bentuk, fungsi dan ukuran yang berbeda-beda. Kekuatan yang mengorganisir suatu grid dihasilkan dari keteraturan dan kontinuitas pola-polanya yang meliputi unsur yang diorganisir. Pola grid dapat diputus untuk membentuk ruang utama atau menampung bentuk-bentuk alami tapaknya. Sebagian grid dapat dipisahkan dan diputar terhadap sebuah titik dalam pola dasarnya. Bentuk organisasi grid dapat digunakan untuk: 1).Mendapatkan kejelasan orientasi dalam sirkulasi. 2).Memberi kemudahan dalam penyusunan struktur dan konstruksi bangunan. Sumber: Ching, 1996
VI-38
Pola gubahan massa yang digunakan gubahan massa cluster, hal ini dimaksudkan agar gubahan massa selaras dengan penggunaan massa dasar segi enam dan massa banyak. Bentuk massa dasar diolah secara cluster dan ditata sehingga menyerupai pola jaringan seluler
U Gambar 6.44, Penataan Massa Bangunan
4. Analisis Tampilan Bangunan a. Tampak bangunan Tampak bangunan museum mengadopsi unsur telekomunikasi seluler lainnya, yaitu indikator sinyal, penggunaan elemen dari telekomunikasi seluler ini diterapkan pada permainan tinggi bangunan secara sederhana, sehingga menghasilkan tampak bangunan yang dinamis dan memberikan gambaran pada masyarakat atau calon pengunjung secara halus tentang apa yang menjadi fokus dari museum ini.
b. Ornamentasi Bangunan Penggunaan ornamentasi bangunan di pusatkan pada penggunaan Secondary skin yang mengadopsi bentuk massa bangunan pula, yaitu segi enam.
VI-39
25-30 CM Secondary skin Taman Pembatas Sidewalk Parkir
1,2M 2M Secondary Skin
Parkir
Gambar 6.45, Secondary Skin Pada Bangunan Utama Secondary Skin Taman Pembatas Sidewalk
Segmen kisi-kisi Segmen solid
2-3M
Rangka baja Segmen solid
1,2M
VI-40
Gambar 6.46, Secondary Skin Pada Bangunan Serbaguna Plafond
Kaca double Overhang Kaca single
Gambar 6.47, Penggunaan Overhang Pada Museum
c. Kesimpulan Dari analisis massa dan tampilan bangunan yang telah dilakukan maka
diperoleh
hasil
penataan
massa
bangunan
museum
telekomunikasi seluler sebagai berikut:
Massa servis Massa utama
Massa bangunan serbaguna Perspektif massa Gambar 6.48, Penataan Massa Bangunan Massa servis
Massa bangunan serbaguna
Massa utama
Tampak Selatan Gambar 6.49, Tampak Massa Bangunan
VI-41
5. Analisis Tapak a. Kriteria Tapak Dasar pertimbangan: Tapak
yang
hendak
difungsikan
sebagai
Museum
Telekomunikasi Seluler harus memenuhi persyaratan
sebagai
berikut: 1)
Berada pada wilayah pembagian pembangunan Kota Surakarta yang sesuai dengan RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031 berikut ini: •
Wilayah I : Keraton Kasunan, Taman Sriwedari dan sekitarnya
•
Wilayah II : Manahan, Balekambang dan sekitarnya
•
Wilayah V: UNS, Jurug dan sekitarnya
•
Wilayah VI: Keraton Mangkunegaran, Balaikota dan sekitarnya
2)
Aksesibilitas (Bobot: 5) Sebagai sebuah museum, tapak yang dipilih haruslah dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat luas, berada di pusat kota atau di tepi jalan utama merupakan point penting, selain itu museum juga sebaiknya direncanakan berada pada tepi jalan yang dilalui oleh kendaraan umum kota, di mana hal ini dapat menjadikan nilai plus pada museum karena dapat diakses dengan lebih mudah bagi masyarakat luas.
3)
Tersedianya utilitas publik (Bobot: 3) Museum merupakan ruang publik di mana dibutuhkan utilitas penunjang yang memadai seperti air bersih, pembuangan limbah, listrik, telepon baik kabel maupun seluler, sehingga lokasi tapak yang dipilih harus tersedia utilitas tersebut.
4)
Luas lahan (Bobot: 4) Sebagaimana ruang publik, museum memiliki kebutuhan ruang yang cukup besar, terutama untuk lahan parkir dan ruang
VI-42
kosong untuk penambahan massa bangunan, mengingat materi koleksi dari museum ini dapat bertambah seiring berjalannya waktu. 5)
Eksisting tapak (Bobot: 3) Eksisting tapak dipilih sebaik mungkin dengan tujuan agar dapat memudahkan guna lahan, lahan-lahan kosong nonproduktif diutamakan untuk pemilihan tapak, lahan-lahan basah dan berlumpur seperti rawa dan sawah dihindari karena tidak sesuai dengan persyaratan museum, selain itu eksisting tapak yang berupa pertokoan, tempat publik, monumen, dan juga perkantoran dihindari pula agar mudah melakukan pembebasan lahan jika eksisting tapak sudah ada beberapa bangunan yang ada.
6)
Berada pada kontur lahan yang relatif datar (Bobot: 3) Kontur lahan yang datar memudahkan proses perancangan bangunan dan juga memberikan penghematan biaya karena tidak diperlukan metode cut and fill, selain itu dengan memilih lahan dengan kontur yang datar, juga dapat memudahkan navigasi pengunjung karena lahan yang berkontur memiliki kelemahan didalam kebatasan dalam penggunaan lahan yang ada.
7)
Bebas dari polusi udara dan air (Bobot: 4) Penempatan tapak untuk bangunan museum juga harus memperhatikan keadaan sekitarnya yang dapat memberikan potensi negatif pencemaran udara seperti adanya pabrik, kurangnya penghijauan dan juga daerah terbuka.
b. Pemilihan tapak Dari beberapa kriteria tersebut, dipilihlah tiga alternatif tapak yang dapat memenuhi kriteria-kriteria lokasi yang diberikan, ketiga lokasi tersebut dapat dilihat letak relatifnya terhadap satu sama lain dan dengan Kota Surakarta didalam peta di bawah ini:
VI-43
U
U
U
U Gambar 6.50, Lokasi Alternatif Tapak Museum Telekomunikasi Seluler (Dot A,B,C) Sumber: maps.google.com
VI-44
Tabel 6.12, Penilaian Alternatif Tapak Tapak
Alternatif A
Alternatif B
Alternatif C
Kriteria •
berada pada jangkauan
•
•
tidak ada akses langsung
•
berada di tepi jalan kolektor
dari tapak ke jalan
yang berhubungan langsung
protokol
dengan jalan protokol •
Aksesibilitas
berada pada jalan protokol
(<1km)
pusat kota(<2km), •
berada pada pusat kota
•
berada pada trayek transportasi publik
•
akses menuju tapak agak
berada pada trayek
rumit karena jalan di
transportasi publik
depan tapak terdapat
(Bobot:5)
median jalan yang memisahkan dua jalur dan jalur lambat. •
Jauh dari pusat kota (±5km)
Utilitas
•
Nilai:4
Nilai:5
Nilai:3
B×N:20
B×N:25
B×N:15
utilitas publik lengkap.
•
(Listrik, PDAM, Telepon)
Publik
(Listrik, PDAM, Telepon)
(Listrik, PDAM, Telepon) Nilai:5
B×N:15
B×N:15
B×N:15
•
Lahan cukup luas
Dari ketiga tapak, tapak ini
•
sangat luas (25.312,8m2)
yang paling sempit (22.263,5m2)
(Bobot:4)
• Eksisting
Nilai:4
Nilai:3
Nilai:5
B×N:16
B×N:12
B×N:20
•
tanah kosong nonproduktif
sebagian besar tanah kosong
•
tanah kosong nonproduktif
non-produktif dan
Tapak
perumahan low-density
(Bobot:3)
Kontur
utilitas publik lengkap.
Nilai:5
(23.011,5m2)
Luas Lahan
•
Nilai:5
(Bobot:3) •
utilitas publik lengkap.
•
Nilai:5
Nilai:4
B×N:15
B×N:12 •
kontur sangat datar
Nilai:5 B×N:15 •
kontur sangat datar
cukup datar
Tapak (Bobot:3)
Nilai:5
Nilai:5
Nilai:4
B×N:15
B×N:15
B×N:12
VI-45
•
Lahan berada pada dekat
•
pabrik
•
jalan di depan tapak
polusi saat macet
ditumbuhi banyak
Polusi
Jalan protokol berpotensi
•
pepohonan
sekitar
jalan di depan tapak ditumbuhi banyak
(Bobot:4)
pepohonan Nilai:3
Nilai:5
Nilai:4
B×N:12
B×N:20
B×N:16
TOTAL
99
93
BOBOT
93
(SITE TERPILIH)
×NILAI
Keterangan Nilai: 5:
Sangat Baik
4: Baik
3: Cukup
2: Kurang
1: Sangat Kurang
B×N: Bobot dikali Nilai
c. Eksisting tapak Dari pertimbangan penilaian diatas maka dipilihlah alternatif tapak B, berikut keterangan dari tapak terpilih: •
Koordinat tapak
:
7°34'2.60"LS
dan
110°48'22.38"BT
1 2
•
Luas tapak
: 22.263,5 meter persegi
•
Keliling tapak
: 620,75 meter
•
Ketinggian tapak
: 95mdpl
•
Kontur tapak
: 0%
•
Kelembaban udara rata-rata
: 75% 1
•
Suhu udara rata-rata tapak
: 26,95°C 2
•
Batas tapak o Utara
: Jalan Parang Gantel (jalan gang)
o Timur
: Jalan Dr. Wahidin dan sungai (kali kecil)
o Barat
: Jalan gang
Surakarta Dalam Angka 2014, Bappeda Surakarta Dalam Angka 2014, Bappeda
VI-46
o Selatan
: Permukiman Warga, jalan gang
Selain itu menurut Perda Kota Surakarta no.8 tahun 2009 penggunaan lahan di tepi jalan Dr. Wahidin dengan luas lahan 22.263,5m2 memiliki ketentuan sebagai berikut: •
Tinggi maksimal 124 meter (30 lapis)
•
KDB max 60% (60% × 22.263,5m2 =13.358,1m2)
•
KLB max 1800% (1800% × 22.263,5m2 = 400.743m2)
•
KDH min 20% (20% × 22.263,5m2 = 4.452,7m2)
•
ARP min 20% (20% × 22.263,5m2 = 4.452,7m2)
•
GSB/GSJ : 4 meter/4 meter
U
U Gambar 6.51, Ukuran dan Lokasi Tapak Terpilih Sumber: maps.google.com
VI-47
U
Gambar 6.52, Eksisting dan Batas Tapak Terpilih Sumber: maps.google.com
VI-48
Secara administratif, tapak berada pada Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan dan merupakan Wilayah II dari pembagian wilayah pengembangan Kota Surakarta menurut RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031
d. Analisis Pencapaian 1) Pencapaian ke tapak Tujuan: Sebagai pertimbangan ME/SE dan menghindari kemacetan di sekitar tapak. Jalan Slamet Riyadi Arah pencapaian motor
Jalan Dr. Wahidin selebar 8 meter menjadi akses utama masuk kedalam tapak, jalan ini tidak diperbolehkan untuk dilewati mobil dari arah utara maka dari itu pencapaian utama mobil dan bus datang dari arah selatan
Jalan kampung selebar 5 meter
Jalan kampung selebar 4 meter
Jalan Kebangkitan Nasional menjadi arah utama kedatangan mobil menuju tapak
Jalan KH. Samanhudi selebar 7 meter menjadi rute alternatif untuk kedatangan ke tapak
U Arah pencapaian mobil
Gambar 6.53, Pencapaian ke Tapak
VI-49
2) ME dan SE a) Main entrance tapak Kriteria: •
Letak akses tidak mengganggu sirkulasi lalu lintas umum
•
Letak akses menunjang interaksi kegiatan akomodasi
•
Letak
akses
menunjang
keamanan
dan
juga
kenyamanan pengguna yang hendak menuju ke tapak b) Service entrance tapak Kriteria: •
Aman
•
Dapat di akses kendaraan besar
•
Ditempatkan sedemikian rupa agar tidak cross circulation
dengan
sirkulasi
utama
museum
telekomunikasi seluler. Analisis: Berdasarkan data eksisting tentang jalan dan lalulintas di atas dapat diperkirakan bahwa jalan Dr. Wahidin berpotensi macet, karena volume kendaraan dari arah selatan kadang menumpuk di dekat pertigaan tugu lilin dan perempatan gendengan utara tapak, hal ini memberikan opsi untuk pemecahan main entrance dan main exit dengan jarak keduanya 10-20 meter dengan harapan jika terjadi penumpukan kendaraan, maka masih dapat ruang untuk main entrance/main exit untuk beroperasi. Terdapat opsi lainnya tentang pemecahan main entrance dan main exit yaitu dengan penambahan exit kedua di sisi jalan gang yang menghadap ke arah jalan KH. Samanhudi, sayangnya jalan gang ini termasuk kecil untuk dilalui mobil, sehingga penggunaannya terbatas untuk exit motor. Service Entrance/exit terbatas untuk penggunaan kendaraan servis saja, SE dipisah jauh dari ME sehingga sisi barat tapak
VI-50
dapat dijadikan SE dengan begini pemisahan kendaraan servis dan pengunjung dapat memberikan akses leluasa lebih untuk keduanya. ME pada sisi jalan Dr. Wahidin harus dipecah agar tidak terjadi penumpukan kendaraan lebih lanjut yang dapat memperparah kemacetan
SE diletakkan jauh dari ME agar akses pada jalan Dr. Wahidin lebih leluasa Main Exit kedua khusus motor untuk alternatif kendaraan ke arah timur Kota Surakarta
Jalan Dr. Wahidin memiliki volume kendaraan yang tinggi dari arah selatan sehingga berpotensi macet
U Gambar 6.54, Analisis ME & SE Tapak
Arah dominan lalulintas
Hasil: •
Main Entrance/Exit pada sisi jalan Dr. Wahidin dibuat terpisah dengan jarak 10-20 meter
•
Main Exit 2 khusus motor pada sisi selatan tapak menghubungkan tapak dengan jalan KH.Samanhudi
•
SE dibuat di sisi barat tapak melewati jalan kampung SE
ME dibuat tersamar dengan tujuan untuk mempermudah sirkulasi masuk dan keluar kebangunan dengan menggunakan pembelokan jalur masuk daripada penggunaan jalur lurus saja, mengingat kondisi lalu lintas di sekitar tapak
Exit 2
Main Entrance
Main Exit 1
Gambar 6.55, Hasil Analisis ME & SE Tapak
U
VI-51
e. Analisis Sirkulasi 1) Sirkulasi di luar bangunan Tujuan: Sebagai pertimbangan dasar penentuan zona parkir kendaraan pada tapak di luar bangunan Dasar pertimbangan: •
Pelaku kegiatan
•
Letak ME dan SE
•
Kemudahan dan keleluasaan pencapaian
•
Jenis transportasi yang digunakan
Analisis: Sirkulasi pada luar bangunan Museum Telekomunikasi Seluler ini pada utamanya adalah sirkulasi kendaraan bermotor baik pengunjung dan servis, jenis kendaraan yang bervariasi pula dari motor hingga truk, dengan mempertimbangkan sirkulasi pengguna utama (pengelola dan pengunjung) terdapat pemisahan sirkulasi keduanya, hal ini menghasilkan pemisahan atau setidaknya sebagian besar terpisah, antara sirkulasi servis dan pengguna. Penggunaan parkir kendaraan bermotor di pertimbangkan dari letak ME dan SE museum serta massa bangunan, pengunjung museum diharapkan menempuh jarak jalan kaki seminimal mungkin dari parkir ke bangunan, sedangkan parkir pengelola membutuhkan tempat yang aman karena jangka waktu parkir yang lebih lama dari pengunjung, dan tidak perlu harus sedekat mungkin dengan massa bangunan.
VI-52
Servis Entrance Estimasi arah jalan Kendaraan servis
Area potensial untuk Zona parkir pengelola Estimasi arah jalan Kendaraan pengguna
Exit 2 Estimasi arah jalan Pejalan kaki
Area potensial untuk Zona parkir pengguna
Entrance
Main Entrance
Exit 1
U
Gambar 6.56, Analisis Sirkulasi di Dalam Tapak
Hasil: •
Pemisahan sebagian besar sirkulasi servis dan sirkulasi pengguna.
•
Penempatan zona parkir pengunjung sedekat mungkin dengan massa bangunan, sisi timur massa bangunan, dekat ME.
•
Penempatan zona parkir pengelola pada sisi bangunan yang agak tersembunyi, tidak harus dekat dengan massa bangunan, yaitu pada sisi selatan dekat dengan Exit 2.
VI-53
Keterangan : Zona Sirkulasi servis : Zona Sirkulasi parkir pengelola : Zona Sirkulasi parkir pengunjung : Estimasi Massa Bangunan : Sirkulasi kendaraan pengguna : Sirkulasi kendaraan servis : Area Pengembangan : Sirkulasi Pejalan kaki
U Gambar 6.57, Hasil Analisis Sirkulasi di Dalam Tapak
2) Sirkulasi dalam bangunan Tujuan: Mendapatkan sistem sirkulasi di dalam bangunan baik secara horisontal maupun vertikal. Dasar pertimbangan: •
Jenis kegiatan yang berlangsung
•
Efisiensi dan efektivitas pencapaian
Analisis: Sirkulasi di dalam bangunan museum telekomunikasi seluler dibedakan menjadi tiga yaitu a) Sirkulasi horizontal secara umum Terdapat dua pilihan sistem sirkulasi, yaitu: - Sistem memusat
VI-54
Ruang
Entrance
Ruang
Hall
Ruang Gambar 6.58, Skema Sirkulasi Memusat Sumber: Ching, 1996
Sistem yang menjadikan hall sebagai pusat entrance dari berbagai ruang utama. Sistem ini memiliki kelebihan akan estetika dari tatanan ruangnya dan juga volume sirkulasi yang dapat ditampung, karena menggunakan ruang sebagai elemen dari sirkulasinya, kelemahannya yaitu sistem sirkulasi ini tidak memberikan privasi terhadap penggunanya dan fleksibilitas sirkulasi yang minim - Sistem jalur tunggal Kelompok Ruang Entrance
Hall
Selasar
Gambar 6.59, Skema Sirkulasi Jalur Tunggal Sumber: Ching, 1996
Penggunaan koridor sebagai penghubung antar ruangruang utama dan hall berada di ujung koridor tersebut, penggunaan
sistem
sirkulasi
ini
memungkinkan
fleksibilitas dan privasi yang lebih karena ruang dihubungkan dengan koridor yang dapat dibentuk sedemikian rupa, kelemahannya volume sirkulasi lebih kecil dan tidak semenarik sirkulasi memusat. Selain
VI-55
sistem sirkulasi horizontal tersebut, terdapat tiga tipe sirkulasi horizontal yang dapat digunakan pula
Tabel 6.13. Tipe Sirkulasi Horisontal TIPE SIRKULASI HORISONTAL Melewati Ruang-Ruang
KETERANGAN •
Integritas ruang dipertahankan
•
Konfigurasi jalan lurus
•
Ruang-ruang perantara dapat dipergunakan untuk menghubungkan jalan dengan ruangruangnya
• Menembus Ruang-Ruang
Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya, miring atau sepanjang sisinya
•
Dalam
memotong
sebuah
ruang,
jalan
menimbulkan pola-pola istirahat dan gerak di dalamnya Berakhir Dalam Ruang
•
Lokasi yang menentukan jalan
•
Hubungan jalan-ruang ini digunakan untuk mencapai dan memasuki secara fungsional atau melambangkan ruang-ruang yang penting
Sumber: Ching, 1996
Hasil: Pada
museum
telekomunikasi
seluler,
dengan
mempertimbangkan kegiatan dan juga fungsi bangunan, sistem sirkulasi horizontal yang dapat dipakai ialah gabungan dari kedua sistem sirkulasi dan tipe sirkulasi melewati serta menembus ruang, hal ini dibuat agar dapat memaksimalkan sirkulasi selagi mempertahankan privasi bagi pengelola tetapi tetap memberikan kebebasan akan pengunjung untuk berpindah dari satu ruang ke ruang lainnya.
VI-56
Ruang
Kelompok Ruang Entrance
Hall Selasar
Ruang Gambar 6.60, Skema Sirkulasi Gabungan yang Digunakan
b) Sirkulasi ruang pamer Sirkulasi pada ruang-ruang pamer disesuaikan dengan periodisasi materi koleksi, sehingga sirkulasi ruang pamer dibuat beruntutan dari ruang pamer 1 hingga 7 ditambah ruang pamer sementara. Kemudian delapan ruang pamer tersebut dibagi menjadi dua dan diletakkan pada dua lantai terpisah, hal ini dimaksudkan agar pengolahan kedua lantai seimbang dan dikunjungi oleh pengunjung secara keseluruhan
Ke LT.2 Dari LT.1
R.Pamer 5
R.Pamer 4
R.Pamer 2
R.Pamer Sementara
R.Pamer 3
R.Pamer 6
Arah jalan Pengunjung
Dari Lobby
R.Pamer 1
R.Pamer 7
Gambar 6.61, Skema Sirkulasi Ruang Pamer
VI-57
c) Sirkulasi vertikal - Lift Lift pada bangunan museum telekomunikasi seluler utamanya digunakan untuk mengangkut barang dan juga pengelola ke lantai atas tanpa mengganggu kegiatan pengunjung, maka dari itu lift yang digunakan merupakan lift berukuran standar untuk barang dimana troli dan juga palet-palet barang dapat masuk dan dipindahkan dengan cukup leluasa dan juga masih dapat mengakomodasi pengelola dengan cukup kenyamanan. - Tangga Terdapat tiga set tangga yang digunakan, yang pertama yaitu tangga utama yang digunakan untuk pengunjung dengan lebar tangga 180-240 cm untuk mengakomodasi 3-4 lajur sekaligus dengan kemiringan maksimal 35o, tangga kedua yaitu tangga pengelola dengan lebar 120180 cm dengan kemiringan 35o Tangga yang terakhir digunakan untuk keadaan darurat. Lebar tangga 180 cm dengan kemiringan maksimal 35o. - Ram Sirkulasi vertikal secara umum ditujukan untuk kaum difabel. Sudut kemiringan ram untuk difabel sekitar 7o.
d) Kesimpulan Dari penjelasan yang sudah dipaparkan maka dapat disimpulkanlah sirkulasi pada bangunan museum yang direncanakan
VI-58
: Sirkulasi melalui koridor : Sirkulasi menembus ruang : Sirkulasi vertikal : Akses keluar Gambar 6.62, Skema Sirkulasi Bangunan Utama Lantai 1
: Sirkulasi melalui koridor : Sirkulasi menembus ruang : Sirkulasi vertikal Gambar 6,63, Skema Sirkulasi Bangunan Utama Lantai 2
: Sirkulasi melalui koridor : Sirkulasi menembus ruang : Sirkulasi vertikal Gambar 6.64, Skema Sirkulasi Bangunan Utama Lantai 3
VI-59
: Sirkulasi melalui koridor : Sirkulasi menembus ruang : Akses ke luar Gambar 6.65, Skema Sirkulasi Bangunan Serbaguna
: Sirkulasi melalui koridor : Sirkulasi menembus ruang : Akses ke luar Gambar 6.66, Skema Sirkulasi Bangunan Servis 1
: Sirkulasi melalui koridor : Sirkulasi menembus ruang : Akses ke luar Gambar 6.67, Skema Sirkulasi Bangunan Servis 2
f. Analisis Klimatologis Matahari Tujuan: Sebagai dasar pertimbangan peletakan bangunan pada tapak Dasar pertimbangan: Arah datangnya sinar matahari
VI-60
Gambar 6.68, Diagram Perlintasan Matahari di Atas Tapak (Polar Sun Path Diagram)
Analisis: Berada pada iklim tropis membuat bangunan relatif mendapatkan sinar matahari yang besar setiap tahunnya, hal ini dapat memberikan keuntungan dan juga beberapa kerugian, sisi timur bangunan yang merupakan orientasi utama diuntungkan karena berada pada sisi timur dan tidak terlalu terhalang oleh bangunan disekitarnya, di mana sinar matahari pagi yang bersifat hangat dan menyehatkan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pencahayaan alami, penggunaan cahaya alami sebagai pencahayaan harus di perhatikan agar sinar yang masuk tidak membawa panas yang dapat membuat ruangan tidak nyaman. Sisi barat dan timur tapak dapat berpotensi menjadi panas dan tidak nyaman karena sinar matahari langsung dapat bersifat menyilaukan, untuk menghalaunya dapat digunakan secondary skin atau penghalang seperti balkon/overhang dan vegetasi pada bukaan yang berfungsi sebagai peneduh, penggunaan vegetasi, secondary skin dan overhang dapat digunakan pada sisi timur bangunan tanpa merusak view bangunan, tetapi pada sisi barat bangunan, pemberian
VI-61
ketiga elemen ini harus direncanakan secara hati-hati agar tidak merusak tampilan bangunan. Sinar matahari dari barat (sore) berpotensi panas
Sekitar tapak merupakan bangunan rendah, sehingga sepanjang hari sinar matahari tidak terhalangi
Sinar matahari tengah hari membawa panas dan menyilaukan
Arah pergerakan matahari
Sinar matahari dari timur (pagi) bersifat hangat, tetapi berpotensi menyilaukan
U Gambar 6.69, Analisis Sinar Matahari Pada Tapak
Hasil: •
Bukaan
Bukaan pada sisi timur berpotensi panas, sehingga diminimalisir Bukaan pada sisi barat dapat dimanfaatkan sebagai penghasil cahaya matahari yang hangat dan menyehatkan
Bukaan pada sisi utara dan selatan tidak terlalu dipengaruhi oleh sinar matahari.
U Gambar 6.70, Hasil Analisis, Respon Bukaan Bangunan
VI-62
• Penghalang Penggunaan overhang sebagai penghalang sinar matahari langsung
Barisan pohon sebagai penghalang sinar matahari dan penghias tapak
Penggunaan secondary skin sebagai penghalang sinar matahari
U
Gambar 6.71, Hasil Analisis, Respon Penghalang Sinar Matahari
g. Analisis Klimatologis Angin Tujuan: Sebagai dasar pertimbangan peletakan massa bangunan Dasar pertimbangan: •
Arah datangnya pergerakan angin (timur laut ke barat daya)
•
Keadaan bangunan dan juga penghalang lainnya dari sekitar tapak
Analisis: Arah pergerakan angin pada negara Indonesia menurut BMKG, khususnya di pulau jawa yang berada pada selatan khatulistiwa bergerak dari arah timur laut ke barat daya. Sedangkan letak tapak memanjang dari arah utara ke selatan, hal ini menjadi patokan dalam penempatan massa bangunan, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ruang mati dimana angin tidak mengalir di space antar bangunan yang menyebabkan panas.
VI-63
Sekitar tapak tidak terdapat bangunan maupun pohon tinggi yang dapat mengganggu arah pergerakan angin
Arah Pergerakan Angin
U Gambar 6.72, Analisis Pergerakan Angin Melalui Tapak
Hasil: •
Penempatan massa bangunan
U
Arah Pergerakan Angin
Penempatan massa bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga angin mengalir ke semua space ditapak dan mengenai semua massa bangunan
Gambar 6.72. Hasil Analisis, Respon Bangunan Terhadap Angin
VI-64
h. Analisis Zonasi Tapak Tujuan: Mendapatkan analisis penzoningan dari ruang-ruang yang akan berpengaruh terhadap sirkulasi di dalam tapak. Dasar pertimbangan: Analisis pencapaian, orientasi, sirkulasi, view, kebisingan, matahari, dan angin.
Hasil: Zoning Horizontal
Zoning Vertikal
Keterangan : Zona Publik : Zona Semi-Privat : Zona Privat : Tapak
U
Gambar 6.73, Peletakan Zoning Tapak Secara Horizontal dan Vertikal
i. Kesimpulan Dari berbagai analisis tapak yang telah dijabarkan, maka diperolehlah penempatan bangunan yang sesuai dengan kondisi tapak.
VI-65
U Gambar 6.75, Peletakan Bangunan Pada Tapak
6. Analisis Sistim Bangunan a. Analisis Struktur Konstruksi Analisis struktur konstruksi dibagi menjadi tiga yaitu Analisis substructure, analisis super-structure, dan analisis atap Kriteria: •
Kesesuaian jenis struktur dengan karakter bangunan
•
Kesesuaian struktur dengan bentuk dan tampilan bangunan
•
Kondisi tanah pada tapak yang terpilih.
•
Kemudahan pemasangan saat konstruksi.
•
Keawetan material.
VI-66
1) Analisis sub-structure Pemilihan
struktur
untuk
pondasi
bangunan
berdasarkan pertimbangan kondisi tanah di tapak normal, efisien untuk bangunan 3-4 lantai, dan pelaksanaannya tidak mengganggu masyarakat sekitar.
Tabel 6.14, Penilaian Jenis Pondasi (Sub Structure) Kriteria
Pelaksanaan
Jenis Pondasi Footplat
Kekuatan
• Pelaksanaan cepat
• Efisien
• Murah
bila
digunakan
untuk
bangunan tingkat rendah • Daya dukung kurang Nilai: 4
Nilai: 5 Pondasi Sumuran • Pelaksanaan relatif cepat
• Efisien
• Murah
bila
digunakan
untuk
bangunan tingkat rendah • Daya dukung sesuai dengan semua jenis tanah Nilai: 5
Nilai: 5
Dari penilaian di atas, penggunaan struktur pondasi yang sesuai dengan bangunan museum telekomunikasi adalah pondasi sumuran. 2) Analisis super structure Merupakan struktur utama bangunan, sebagai bangunan (seperti plat balok dan kolom). pemilihan sistem super structure bangunan museum dipilih berdasarkan kriteria berikut:
sesuai
dengan
kegiatan
museum,
mudah
pengaplikasiannya, dapat digubah menjadi berbagai bentuk dan efisien untuk bangunan tingkat rendah
VI-67
Tabel 6.15, Penilaian Jenis Super Structure Kriteria
Pelaksanaan
Jenis Sistem Rangka
• Pelaksanaan cepat
Baja
• Biaya lebih mahal
Aplikasi pada bangunan • Kekuatan dapat diandalkan • Kurang
• Kurang efisien jika digunakan Nilai: 4
Beton
dijadikan
bermacam bentuk
• Membutuhkan ahli khusus
Sistem Rangka
mudah
untuk bangunan tingkat rendah Nilai: 3
• Pelaksanaan relatif lama
• Kekuatan kurang lebih sama
• Biaya lebih murah
• Lebih
• Tidak membutuhkan ahli khusus
mudah
untuk
dibentuk
menjadi bermacam bentuk • Efisien
jika
digunakan
untuk
bangunan tingkat rendah Nilai: 4
Nilai: 5
Dari penilaian di atas, penggunaan super structure yang sesuai dengan bangunan museum telekomunikasi adalah sistem rangka beton. 3) Analisis struktur atap Ketentuan dalam pemilihan upper structure: kekuatan dan keamanan, dapat mengatasi pengolahan ruang, kesesuaian dengan iklim setempat serta dengan tata massa bangunan, dan efisiensi
energi
dalam
proses
produksi,
pemasangan,
pemeliharaan, dan pemusnahan. Alternatif struktur atap yang sesuai digunakan dengan bangunan museum telekomunikasi seluler adalah struktur baja ringan, dan struktur komposit plat bondek.
VI-68
Tabel 6.16, Penilaian Jenis Struktur Atap Kriteria
Pelaksanaan
Jenis Sistem Atap Baja
Aplikasi pada bangunan
• Pelaksanaan cepat
• Kekuatan dapat diandalkan
• Biaya cukup mahal
• Kurang sesuai dengan bentuk museum yang direncanakan • Lebih cocok digunakan untuk atap kanopi Nilai: 5
Nilai: 3 • Kekuatan dapat diandalkan • Mudah
• Pelaksanaan lama Sistem Atap
• Biaya relatif murah
menyesuaikan
bentuk
Komposit Plat
museum
dengan yang
direncanakan
Bondek
• Dapat digunakan pula sebagai plat lantai • Efisien Nilai: 4
jika
digunakan
untuk
bangunan tingkat rendah Nilai: 5
Dari penilaian di atas, penggunaan struktur atap yang sesuai dengan bangunan museum telekomunikasi adalah atap komposit dengan menggunakan plat baja dan beton.
b. Kesimpulan Dari penjelasan tentang struktur bangunan diatas diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut
Atap Komposit
Rangka Beton Pondasi Sumuran
VI-69
Atap Komposit
Rangka Beton Pondasi Sumuran Gambar 6.76, Struktur Bangunan yang Direncanakan
c. Analisis Sistem Utilitas 1) Sistem utilitas pencahayaan Kriteria: •
Fungsi bangunan sebagai museum
•
Materi koleksi museum
•
Kenyamanan dan keamanan pengguna
•
Bebas dari radiasi ultraviolet
Analisis: Jenis penghawaan yang dapat dipakai ialah: -
Pencahayaan alami Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari.
-
Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan
VI-70
buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Selain itu ada pula sistem yang memadukan antara langsung dan tidak langsung, pencahayaan ini juga akan ditentukan oleh bermacam-macam alat pencahayaan, seperti lampu TL, lampu SL, lampu halogen, lampu mercury, lampu LED Sistem pencahayaan berpengaruh terhadap suasana ambien ruang yang diciptakan pada museum telekomunikasi seluler -
Warna dari temperatur Warm
= 2500 – 3000 oK
Neutral white
= 3000 – 4000 oK
Cool White
= 4000 – 5000 oK
Daylight
= 5000 – 6000 oK
Cool Daylight
= >6000 oK
Kuning
Semakin putih
Ukuran oK (derajat Kelvin) diukur berdasarkan alat ukur khusus, bukan panas pada lampu -
Color Rendering (Ra) Cool
= 30-59
Moderate
= 60-99
Excelent
= 100
Semakin besar nilai Ra, semakin memperjelas warna atau tekstur objek yang disinari. Lebih lanjut terdapat beberapa point tentang penggunaan pencahayaan yang merupakan point
penting
yang
dapat
menjadikan
museum
telekomunikasi seluler sesuai dengan kebutuhan dan juga standar museum yang ada yaitu: •
Pencahayaan buatan dimaksimalkan pada area pamer untuk memelihara materi koleksi dan menciptakan suasana yang sesuai dengan karakter perangkat seluler
VI-71
sebagai materi koleksi, dimana standar 50-200 lux dengan warna warm-neutral white (2500-4000 oK) optimal untuk pencahayaan pada ruang pamer, angka ini dapat dicapai dengan penggunaan lampu LED tanpa menimbulkan kerusakan pada materi koleksi. •
Untuk ruang-ruang lainnya pencahayaan didasarkan atas tuntutan kebutuhan penerangan seperti yang telah disebut diatas.
Hasil: Tipe-tipe pencahayaan yang digunakan •
Pencahayaan langsung
- Memberikan sinar merata, intesitas di seluruh ruangan - Monoton
Gambar 6.77, Pencahayaan Langsung pada Ruang
•
Pencahayaan tak langsung - Memberikan efek cahaya lembut - Tak
cukup
memberikan
penekanan Gambar 6.78 Pencahayaan Tidak Langsung pada Ruang
•
Pencahayaan terarah Pencahayaan terarah yang dibuat tidak terlalu terang dan berkesan redup dengan warna cahaya yang cenderung kekuningan dengan pencahayaan warm dapat memberikan penekanan pada materi koleksi Gambar 6.79, Pencahayaan dari satu sumber
VI-72
-
Menonjolkan benda koleksi
-
Menyatukan
bentuk
dan
tekstur -
Membentuk bayangan yang kontras Gambar 6.80, Pencahayaan dari dua sumber
2) Sistem utilitas listrik Kriteria: •
Kebutuhan daya bangunan museum
•
Kenyamanan pengguna museum
•
Fungsi bangunan sebagai museum
Analisis: Kebutuhan akan sistem listrik sangat diperlukan sebagai salah satu fasilitas penunjang yang ada pada bangunan museum. Listrik yang digunakan pada bangunan museum berasal dari PLN serta tersedia juga genset apabila sewaktu-waktu terjadi masalah dalam pendistribusian listrik dari PLN. Hasil:
Gambar 6.8q, Skema Sistem Distribusi Listrik yang Direncanakan
VI-73
3) Sistem utilitas air bersih Kriteria: •
Ketersediaan air dari sekitar tapak
•
Tinggi bangunan bertingkat
•
Fungsi bangunan sebagai museum
Analisis: Terdapat dua jenis system penyediaan air bersih yang dapat digunakan yaitu: -
Up feed distribution Air ditampung di bak penampung setelah disaring kemudian dipompakan langsung ke keran-keran
-
Down feed distribution Air ditampung di bak penampung setelah disaring kemudian dipompakan ke tangki air di atap, lalu baru didistribusikan ke keran-keran air di bawah menggunakan gravitasi atau dengan bantuan pompa
Karena bangunan museum ini dirancang sebagai ruang publik maka kenyamanan penggunanya harus diperhatikan terlebih dahulu, penggunaan air di bangunan publik seperti museum sedikit banyak digunakan oleh pengunjung untuk membersihkan diri atau untuk wudhu sebelum beribadah, penggunaan sistem down feed distribution dapat memastikan distribusi air konstan untuk bangunan publik berskala besar seperti museum. Hasil:
VI-74
Gambar 6.82, Skema Sistem Distribusi Air yang Direncanakan
4) Sistem utilitas sanitasi Kriteria: •
Tinggi bangunan bertingkat 3-4 lantai
•
Fungsi bangunan sebagai museum
•
Kelancaran pembuangan
Analisis: Merupakan sistem pembuangan air yang berasal dari KM/WC, dapur atau kantin, dan tempat wudhu yang sebelumnya telah dinetralisir. Dengan ketentuan yang perlu diperhatikan ialah kesehatan lingkungan dan kelancaran pembuangan. Hasil:
VI-75
Gambar 6.83, Skema Sistem Sanitasi yang Direncanakan
5) Sistem utilitas drainase Kriteria: •
Kesehatan lingkungan
•
Tinggi bangunan bertingkat 3-4 lantai
•
Fungsi bangunan sebagai museum
•
Kelancaran pembuangan
Analisis: Sistem drainase bangunan meliputi pembuangan air hujan yang berasal dari atap bangunan maupun tapak sekitar bangunan, air hujan disalurkan kemudian di masukkan kedalam sumur peresapan agar air dapat dikembalikan siklusnya ke dalam tanah. Hasil:
VI-76
Skema 6.84, Skema Sistem Drainase yang Direncanakan
6) Sistem utilitas komunikasi Kriteria: •
Kemudahan komunikasi
•
Kenyamanan pengguna museum
Analisis: Bangunan museum memiliki kebutuhan komunikasi baik internal maupun eksternal, komunikasi internal digunakan untuk koordinasi antara pengelola museum, sedangkan komunikasi eksternal digunakan untuk komunikasi ke luar bangunan secara umum, sistem komunikasi yang digunakan antara lain saluran telepon, faksimile, dan internet atau Wi-Fi. Untuk saluran telepon pada museum menggunakan jaringan internal yang hanya dapat digunakan pada kawasan museum. Sistem komunikasi yang diperuntukkan untuk pengelola antara lain saluran telepon, faksimile dan internet atau Wi-Fi. Sedangkan sistem komunikasi yang diperuntukkan untuk pengunjung merupakan akses internet melalui Wi-Fi Hasil:
VI-77
Gambar 6.85, Skema Sistem Komunikasi yang Direncanakan
7) Sistem utilitas penghawaan Kriteria: •
Kenyamanan pengguna
•
Materi koleksi museum
•
Besaran ruang
•
Efektivitas sistem
•
Kriteria ruang tertentu
Analisis: Jenis penghawaan yang dapat dipakai ialah: •
Sistem Penghawaan Alami Sistem Penghawaan Alami memanfaatkan semaksimal mungkin potensi angin lingkungan untuk mendapatkan kenyamanan termal di dalam bangunan. Untuk merespon hal tersebut dapat dilakukan dengan cara : -
Pengaturan orientasi bangunan
-
Pengaturan bukaan vertikal dengan jendela dan ventilasi, bukaan horizontal dengan void atau saluran udara
VI-78
•
Sistem Penghawaan Buatan Sistem Penghawaan Buatan menggunakan alat bantu untuk mendapatkan kenyamanan termal di dalam bangunan. Alat bantu penghawaan yang digunakan antara lain : -
AC (Air Conditioner) Jenis-jenis AC yang dapat dipakai ialah: o Sistem tunggal Sistem AC Tunggal menggabungkan kondensor dan unit AC menjadi satu mesin, contoh yang paling umum adalah AC Window yang dipasang di bukaan jendela o Sistem split AC Sistem AC Split menggunakan Kondensor dan Unit AC yang dipisah, Kondensor diletakkan di luar bangunan sedangkan Unit AC berada di dalam ruangan menempel di dinding (Split Wall), plafon (Cassette) atau berada di lantai (Floor Standing) o Sistem AC memusat
Sistem AHU Sistem AHU menggunakan satu unit sentral besar yang dapat melayani satu bangunan penuh, kemudian udara dingin di salurkan melalui ventilasi
Sistem VRV Sistem VRV (Variable Refrigerant Volume) merupakan sistem kerja refrigerant yang berubah-ubah, sistem VRV memiliki skala yang lebih kecil daripada sistem AHU tetapi lebih hemat energi karena menggunakan sistem terkomputerasi.
VI-79
Dari kebutuhan dan juga kriteria yang ada, sistem penghawaan yang digunakan ialah sistem penghawaan alami dan juga sistem penghawaan buatan AC AHU. Hasil:
Gambar 6.86, Skema Penghawaan Buatan yang Direncanakan
8) Sistem utilitas penanganan kebakaran Kriteria: •
Fungsi bangunan sebagai museum
•
Materi koleksi museum
•
Kenyamanan dan keamanan pengguna
Analisis: Sistem penanganan kebakaran pada bangunan museum mutlak harus ada karena sebagai ruang publik, bahaya kebakaran dapat berakibat fatal jika bangunan tidak memiliki sistem penanganan yang memadai, perlu di cermati pula sistem penanganan konvensional menggunakan air dapat merusak materi koleksi, maka perlu dipikirkan alternatif sistem penanganan
VI-80
kebakaran tanpa atau sedikit memberikan efek negatif terhadap materi koleksi yang ada. Sistem yang dapat digunakan antara lain: -
Sistem fire alarm. Berfungsi untuk mengetahui dan memperingatkan terjadinya bahaya kebakaran. Menggunakan dua sistem yaitu sistem otomatis menggunakan smoke and heat detector dan push button system. Di setiap detektor dan tombol dilengkapi sensor untuk mengetahui bahaya akan terjadinya kebakaran. Di setiap lantai jaringan detector, button dan sensor ini dipusatkan pada sebuah junction box yang kemudian diteruskan ke kontrol panel. Kontrol panel ini akan memberikan isyarat dalam bentuk indikasi yang dapat dilihat (lampu) dan didengar (alarm) serta mengaktifkan sprinkler.
-
Sistem sprinkler air. Berfungsi untuk mencegah terjadinya kebakaran pada radius tertentu untuk melokalisir kebakaran.
Dipicu dari heat and smoke detector serta langsung
+ Perawatan mudah – Dapat menimbulkan kerusakan tambahan terutama pada materi koleksi
Gambar 6.87, Ilustrasi Sistem Sprinkler Air Sumber: images.google.com
Sistem sprinkler dipasang di tempat-tempat yang paling memiliki bahaya kebakaran tinggi dan ruang publik seperti ruang workshop, dapur kantin, ruang serbaguna, teater, ruang kantor dan hall utama -
Sistem sprinkler gas.
VI-81
Alarm
+ Tidak menimbulkan kerusakan tambahan, sesuai untuk perlindungan materi koleksi – Dapat menimbulkan sesak napas – Lebih mahal baik perawatan maupun penggunaannya daripada sistem air
Penyemprot
Fire Detector
Tangki bahan pemadam Halon/Argon/CO2
Gambar 6.88, Ilustrasi Sistem Penanganan Api Dengan Sprinkler Gas Sumber: images.google.com
Penggunaan sprinkler gas dibatasi pada titik-titik vital tertentu dengan sistem bermuatan karbon dioksida digunakan di ruang penyimpanan materi koleksi dan ruang arsip, sedangkan sprinkler gas bermuatan argon atau halon dapat digunakan di ruang koleksi dan ruang perpustakaan bersamaan dengan sprinkler air agar dapat memadamkan api lebih cepat -
Fire extinguisher Berupa tabung karbondioksida portabel untuk memadamkan api secara manual oleh manusia. Ditempatkan di tempattempat strategis yang mudah dijangkau dan dikenali di seluruh ruang di museum secara umum
-
Hose rack dan indoor hydrant. Berupa gulungan selang dan hydrant sebagai sumber airnya untuk memadamkan api yang cukup besar. Diletakkan di tempat-tempat strategis yang mudah dijangkau dan dikenali. Sumber air hydrant diambil dari ground tank untuk kebutuhan air sehari-hari.
-
Outdoor hydrant. Dihubungkan dengan pipa PDAM untuk mendapatkan kepastian sumber air serta tekanan air yang memadai.
VI-82
Peletakan peralatan untuk pengamanan bahaya kebakaran ini hendaknya diletakkan di titik yang rentan terhadap bahaya kebakaran pada kompleks bangunan museum.
9) Sistem utilitas penangkal petir Kriteria: •
Penangkal petir mempunyai kemampuan tinggi untuk melindungi bangunan dari sambaran petir.
•
Sistem
penangkal
petir
tidak
menimbulkan
efek
elektromagnetik saat penangkal petir tersebut mengalirkan arus ke grounding sistem. •
Pemasangan penangkal petir tidak mengganggu fasad bangunan.
Analisis: Sistem penangkal petir pada bangunan bertingkat terdiri atas: -
Sistem Franklin Sistem ini berupa kerucut tembaga dengan daerah perlindungan berupa kerucut imajiner dengan sudut puncak 112o. Agar daerah perlindungan besar, Perangkat Franklin di pasang pada pipa besi (dengan tinggi 1-3 meter). Makin jauh dari Perangkat Franklin makin lemah perlindungan di dalam daerah perlindungan tersebut. Perangkat Franklin dapat di lihat berupa tiang-tiang di bubungan atap bangunan.
-
Sistem Faraday Sistem ini menggunakan jaringan tiang-tiang kecil yang dipasang di atas atap. Tinggi tiang yang digunakan tidak lebih dari 60cm. Sistem Faraday dimaksudkan untuk digunakan
bersamaan
dengan
sistem
Franklin
guna
mengeliminasi kelemahan sistem Franklin. -
Sistem Radioaktif
VI-83
Sistem ini menggunakan elemen radioaktif sebagai elemen penangkal petir. Meskipun merupakan sistem penarik petir terbaik, namun sudah dilarang penggunaannya karena radiasi yang dipancarkannya dapat mengganggu kesehatan manusia. Selain itu sistem ini akan berkurang radius pengamanannya bersama waktu sesuai dengan sifat radioaktif. -
Sistem Ionisasi Sistem ini bersifat menarik petir untuk menyambar ke kepalanya dengan cara memancarkan ion-ion ke udara. Kerapatan ion makin besar bila jarak ke kepalanya semakin dekat. Pemancaran ion dapat menggunakan generator listrik atau baterai cadangan (generated ionization) atau secara alamiah (natural ionization). Area perlindungan sistem ini berupa bola dengan radius mencapai sekitar 120 meter dan radius ini akan mengecil sejalan dengan bertambahnya umur. Sistem ini dapat dikenali dari kepalanya yang dikelilingi 3 bilah pembangkit beda tegangan dan di pasang pada tiang tinggi.
-
Sistem Proteksi EF Merupakan sistem penangkal petir modern. Ada 3 prinsip yang sangat penting dimiliki oleh EF : Penyaluran arus petir yang sangat kedap atau tertutup terhadap obyek sekitar dengan menggunakan terminal penerima dan kabel penghantar khusus yang memiliki sifat isolasi tegangan tinggi Menciptakan elektron bebas awal yang besar sebagai streamer emission pada bagian puncak dari sistem terminal Penggabungan EF Terminal dengan EF Carier yang memiliki isolasi tegangan tinggi memberikan jaminan keamanan terhadap obyek yang dilindungi.
VI-84
Penggunaan sistem yang efektif lagi tidak menimbulkan efek negatif pada bangunan dan pengunjungnya menjadi point utama dalam pemilihan sistem penangkal petir yang ada, karenanya dipilihlah gabungan dari sistem faraday dan franklin untuk perlindungan bangunan dari petir. Hasil:
Gambar 6.89, Skema Sistem Penangkal Petir yang Direncanakan
10) Sistem utilitas pembuangan sampah Kriteria: •
Tinggi bangunan bertingkat 3-4 lantai
•
Fungsi bangunan museum sebagai ruang publik
•
Menjaga kebersihan pada ruang-ruang museum
Analisis: Sampah yang dihasilkan oleh kegiatan pengguna museum dapat dibedakan menjadi dua yaitu: •
Sampah organik Sampah organik merupakan sisa-sisa bahan makanan seperti potongan sayuran atau buah-buahan, minyak sisa
VI-85
gorengan, dedaunan maupun sisa makanan yang tidak habis, sampah jenis ini terurai dengan cepat dan bersifat lembab dan bau •
Sampah anorganik Sampah anorganik terdiri dari berbagai macam material yang tidak terurai secara cepat, contoh yang paling umum adalah bahan sintesis seperti plastik, stirifoam dan kertas, sampah ini bersifat kering dan tidak mudah berbau seperti sampah organik.
Hasil: Solusi dari pembuangan sampah pada bangunan museum adalah dengan memisahkan sampah organik dan anorganik yang ada, sampah dikumpulkan dari bak-bak sampah terpisah yang ditempatkan di tempat-tempat strategis, kemudian dikumpulkan di tempat pembuangan sementara yang terdapat di luar bangunan dengan cara di bawa manual dengan tenaga kebersihan, tempat pembuangan sementara ini berfungsi untuk menampung sampah dari bangunan sambil menunggu truk sampah yang datang untuk mengambil sampah yang dihasilkan.
11) Sistem utilitas deteksi pengamanan Kriteria: •
Kebutuhan keamanan
dan kenyamanan pengunjung
museum •
Fungsi bangunan museum sebagai ruang publik
•
Menjaga pengelola dan bangunan museum dari tindak kejahatan
Analisis: Bangunan museum merupakan sarana publik yang perlu di perhatikan sistem deteksi keamanannya dengan cara mencegah
VI-86
tindak kejahatan melalui kamera pengawas CCTV, jenis kamera pengawas CCTV dapat dibedakan sebagai berikut: •
Kamera CCTV berdasarkan jenis output -
Kamera CCTV Analog Kamera
yang
mengirimkan continuous
streaming video melalui Kabel Coaxial -
Kamera CCTV Digital Kamera
yang
mengirimkan discrete
streaming video melalui Kabel UTP. Camera CCTV Digital umumnya dilengkapi dengan IP Address sehingga sering pula dikenal sebagai IP (Network) Camera. Dengan adanya IP, kamera bisa dapat langsung diakses melalui jaringan LAN/WAN tanpa harus menggunakan tambahan converter. •
Kamera CCTV berdasarkan lokasi penempatan -
Indoor Camera Kamera yang ditempatkan di dalam bangunan, umumnya berupa Dome Camera, Standard Box Camera.
-
Outdoor Camera Kamera yang ditempatkan di luar bangunan dan memiliki casing yang dapat melindungi kamera terhadap hujan, debu, maupun temperatur yang extreme. Umumnya berupa Bullets camera yang telah dilengkapi dengan Infra-Red Led (Infra-Red Kamera). Disamping outdoor camera, standard box camera juga sering kali ditempatkan di luar dengan menggunakan tambahan Outdoor Housing.
•
Kamera CCTV berdasarkan mekanisme kontrol -
Motorized Camera CCTV
VI-87
Kamera
yang dilengkapi dengan motor untuk
menggerakkan sudut pandang ataupun fokus dari jarak jauh. Motorized camera meliputi beberapa jenis kamera seperti: zoom camera dan speed dome camera -
Fixed Camera CCTV Kamera yang sudut pandang dan fokusnya harus disetting secara manual pada saat instalasi.
Hasil: Melalui pendekatan dan analisis yang telah dilakukan, maka sistem deteksi keamanan yang digunakan pada bangunan museum merupakan gabungan dari kamera CCTV digital, indoor dan outdoor camera, serta motorized camera CCTV.
d. Analisis pemilihan bahan bangunan Kriteria: •
Kesesuaian dengan tema bangunan museum
•
Kesesuaian dengan sistem konstruksi yang dipilih
•
Daya tahan bahan
Analisis: Pemilihan material bangunan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: •
Bahan bangunan dinding Bahan bangunan pembentuk dinding dapat merupakan bata ekspos, kayu, batu alam, marmer, granit atau keramik.
•
Bahan penutup lantai Bahan bangunan pembentuk lantai dibagi menjadi tiga yaitu: - Bahan lantai indoor Material pembentuk lantai pada bangunan museum dapat menggunakan lantai keramik yang bersifat universal dalam artian dapat digunakan di mana saja, selain itu lantai keramik juga mudah dipasang, memiliki berbagai macam ukuran dan motif yang dapat digunakan sebagai penghias
VI-88
bangunan, selain keramik, material yang dapat digunakan sebagai penutup lantai antara lain marmer, granit, dan kayu, ketiga bahan tersebut dapat di padukan dengan lantai keramik
sehingga
dapat
memberikan
variasi
dan
menghilangkan efek monoton pada bangunan - Bahan softcover outdoor Penggunaan softcover pada area luar bangunan berkisar dari pemilihan paving block yang dapat ditumbuhi rumput, paving block jenis ini ditempatkan pada area parkir di mana selain menjadi penunjuk arah bagi pengguna bangunan, juga berfungsi sebagai elemen perantara dari area parkir ke area hijau di tapak. - Bahan hardcover outdoor Bahan hardcover meliputi penggunaan aspal pada area parkir untuk sirkulasi kendaraan dan juga paving block yang menyerap air, penggunaan blok paving yang menyerap air berfungsi untuk mempermudah peresapan air ke tanah.
Gambar 6.90, Bahan Penutup Lantai Indoor dan Outdoor Sumber: images.google.com
•
Vegetasi Pemilihan vegetasi didasarkan fungsinya terhadap respon matahari dan angin serta sebagai penghias tapak, untuk vegetasi pohon terutama dibuat tiga jenis yaitu vegetasi penyejuk, pengarah, dan juga ornamental.
VI-89
o Vegetasi penyejuk dipilih pohon yang rindang dan lebat, guna mengurangi paparan langsung sinar matahari ke bangunan dan menyejukkan pengguna o Vegetasi pengarah dipilih jenis yang tidak rindang seperti palem atau kelapa atau semak perdu dengan tinggi kurang dari 1,2 m o Vegetasi ornamental terdiri dari berbagai pohon, perdu, semak,
maupun
rumput
yang
dapat
menambah
menambah nilai estetis pada bangunan.
e. Kesimpulan Dari berbagai analisis yang telah dijabarkan, maka sistem bangunan pada museum yang digunakan adalah sebagai berikut. Struktur Atap komposit
Sistem penangkal petir faraday dan franklin Sistem penghawaan sentral AHU
Superstructure sistem rangka beton Penutup dinding bata, keramik, marmer, dan granit Penutup lantai indoor keramik, dan kayu
Sistem pemadaman api air dan gas Sistem air bersih down-feed
Penutup lantai outdoor paving block dan aspal Substructure sumuran
Gambar 6.91, Sistem Bangunan Museum Telekomunikasi Seluler
C. Kesimpulan Dari
analisis
yang
sudah
dilakukan,
dapat
disimpulkan
museum
telekomunikasi seluler yang hendak dibangun sebagai berikut:
VI-90
Overhang
Secondary Skin
Area Pengembangan Massa Servis Parkir Pengelola
Massa Servis
Kanopi drop off
Secondary Skin
Sistem Utilitas Massa Utama
Struktur Konstruksi
Massa Bangunan Serbaguna
Parkir Pengunjung
Gambar 6.92, Kesimpulan Analisis Museum Telekomunikasi Seluler
VI-91