BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)
6.1
Uraian Umum Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban
transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan dari pelat. Pada proyek Taman Anggrek Residence, pengecoran plat lantai menggunakan 2 sistem yaitu :
6.1.1
1.
Sistem Plat dan Balok (Sistem Konvensional)
2.
Sistem Lantai Flat Slab.
Sistem Plat dan Balok (Sistem Konvensional) Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh
balok-balok monolit, yang umumnya ditempatkan pada jarak 3,0m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang sistem pelat lantai yang tidak beraturan. Dalam pelaksanaanya seluruh struktur plat lantai dikerjakan ditempat,
bekisting menggunakan plywood dengan
perancah
scaffolding. Pada proyek Taman Anggrek Residence penggunaan sistem lantai plat dan balok digunakan pada lantai tower typical.
VI - 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
VI - 1
BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
Gambar 6.1 struktur plat dan balok
Gambar 6.2 struktur plat dan balok
6.1.2
Sistem Lantai Flat Slab Flat slab merupakan salah satu metode konstruksi yang hanya
menggunakan kolom dan slab sebagai media pemikul beban dari bangunan. Flat slab yang digunakan pada pemodelan tugas akhir ini adalah flat slab dua arah karena mendistribusikan beban yang diterimanya ke dalam dua arah. Slab dua arah merupakan suatu bentuk konstruksi yang unik untuk memperkuat beton. Selain itu, slab dua arah juga merupakan sistem struktur yang efisien, ekonomis, dan sudah meluas pemakaiannya. VI - 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
Flat slab termasuk pelat beton dua arah dengan kapital, drop panel, atau juga keduanya. Flat slab sangat sesuai untuk beban berat dan bentang panjang, flat slab akan memerlukan beton dan tulangan yang lebih sedikit
jika
dibandingkan dengan struktur bangunan yang menggunakan balok. Pada struktur flat slab, transfer beban kolom diselesaikan oleh ketebalan pelat di dekat kolom menggunakan drop panel atau mengembangkan bagian atas kolom membentuk coloum capital. Drop panel biasanya sampai seperenam dari panjang tiap arah bentang dari tiap kolom, memberikan kekuatan lebih pada daerah kolom sehingga meminimalkan jumlah beton di bagian tengah. Pada proyek Taman Anggrek Residence penggunaan sistem lantai flab slab hanya untuk area parkir lantai basemen.
Gambar 6.1 struktur flat slab
VI - 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
Gambar 6.2 struktur flat slab 6.2
Kelebihan dan Kekurangan
6.2.1
Sistem Plat dan Balok (Sistem Konvensional) beton konvensional adalah suatu komponen struktur yang paling utama
dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom dirancang untuk bisa menahan beban aksial tekan. Beton konvensional dalam pembuatannya direncanakan terlebih dahulu, semua pekerjaan pembetonan dilakukan secara manual dengan merangkai tulangan pada bangunan yang dibuat. Pembetonan konvensional memerlukan biaya bekisting, biaya upah pekerja yang cukup banyak. Adapun keunggulan dari beton konvensional : a.
Mudah dan umum dalam pengerjaan di lapangan
b.
Mudah dibentuk dalam berbagai penampang
c.
Perhitungan relatif mudah dan umum
d.
Sambungan balok, kolom dan plat lantai bersifat monolit (terikat penuh.
Beton konvensional mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut: VI - 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
a.
diperlukan tenaga buruh lebih
b.
banyak, relatif lebih mahal
c.
Pemakaian bekisting relatif lebih banyak
d.
Pekerjaan dalam pembangunan agak lama karena pengerjaannya
e.
Berurutan saling tergantung dengan pekerjaan lainya
f.
Terpengaruh oleh cuaca, apa bila hujan pengerjaan pengecoran tidak dapat dilakukan.
6.2.2
Sistem Lantai Flat Slab Membangun konstruksi dengan menggunakan sistem pelat datar banyak
kelebihan yang didapat. Perencana mendapat keuntungan dari desain bangunan yang memiliki tinggi bebas yang lebih besar dibanding dengan sistem rangka pemikul momen. Hal ini dikarenakan pada sistem pelat datar, antar kolom tidak menggunakan balok penghubung, sehingga dapat menambah tinggi bebas dalam ruangan tersebut. Bila memilih dengan pembesaran pada kepala kolom yang dapat dimodifikasi,
maka
perencana
juga
mendapat
keuntungan
yaitu
dapat
memperindah interior bangunan. Selain itu dengan mengaplikasikan sistem pelat datar dalam pelaksanaan akan mempermudah dan mempercepat pelaksanaan pembangunan.
Beberapa kelebihan penggunaan struktur pelat datar adalah sebagai berikut : a.
Fleksibilitas terhadap pengaturan tata letak ruang.
b.
Waktu pengerjaan yang lebih cepat.
c.
Instalasi utilitas mekanikal dan elektrikal yang lebih mudah.
d.
Mengurangi tinggi bangunan.
VI - 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
e.
Pelaksanaan konstruksi begisting dan penulangan yang sederhana.
f.
Begistingnya lebih sedikit.
g.
Secara estetika dan arsitektur jauh lebih bagus dibandingkan dengan struktur lantai biasa.
h.
Lebih ekonomis.
Disamping beberapa kelebihan yang diberikan, pelat datar juga memiliki beberapa kekurangan antara lain adalah :
a.
Merupakan bagian konstruksi yang tipis.
b.
Tegangan geser (punching shear) yang besar pada daerah hubungan pelat-kolom.
c.
Defleksinya yang relatif besar terutama pada daerah pembebanan.
d.
Lemah terhadap gaya lateral.
6.3
Metode Pelaksanaan
6.3.1
Sistem Plat dan Balok (Sistem Konvensional) Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut : 1.
Pemeriksaan bekisting meliputi : a. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi) b. Pemeriksaan elevasi dan kelurusan bekisting c. Pemeriksaan sambungan pada bekisting
2.
Pengecekan elevasi bekisting
VI - 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
Setelah pemasangan bekisting plat lantai selesai dilaksanakan, kemudian dilakukan pengecekan elevasi dengan menggunakan alat waterpass dan posisi as balok dengan alat theodolite. Pengecekan elevasi plat dan balok adalah sebagai berikut : a. Pengecekan elevasi balok dilakukan dengan menempatkan alat waterpass dimana tinggi alat adalah setinggi marking pada kolom (1,00 m dari permukaan plat lantai di bawahnya). b. Bak ukur ditempatkan pada bagian bawah bekisting balok (bottom). c. Oleh pelaksana pengukuran ketepatan elevasi bottomdi cek dengan alat waterpass. d. Apabila pembacaan alat waterpass belum menunjukkan elevasi yang sesuai dengan gambar rencana, maka screwjack diputar untuk menaikkan atau menurunkan posisi bottom balok. 3.
Pemeriksaan penulangan meliputi : a. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama. b. Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang. c. Pemeriksaan panjang overlapping dan penjangkaran pada tulangan. d. Pemeriksaan kekuatan bendrat. e. Pemeriksaan decking (tebal selimut beton).
4.
Pengecoran Setelah semua pemeriksaan dilakukan dengan hasil yang baik, maka bekisting dibersihkan dengan menggunakan air compressor. Kemudian pelaksanaan pengecoran balok dan plat lantai, dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut : VI - 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
a. Pasang batas pengecoran dengan menggunakan kawat ayam. Pengecoran dihentikan pada jarak ΒΌ bentang dari tumpuan, karena pada lokasi tersebut momen yang dipikul balok dan plat lantai adalah nol. b. Beton ready mix dengan mutu yang disyaratkan dituang dari concrete mixer truck ke dalam gerobak untuk dilakukan pengujian slump. Slump yang digunakan adalah 12+-2. c. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix dituang dari concrete mixer truck ke dalam bucket pada concrete pump truck dan disalurkan dengan pipa baja. d. Sebelumnya sambungan beton lama dengan beton baru di siram dengan calbond (super bonding agent). e. Setelah beton ready mix keluar dari pipa baja, langkah selanjutnya adalah meratakan beton ready mix dengan penggaruk dan dipadatkan dengan menggunakan concrete vibrator. f. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dimana setiap lapis dipadatkan dengan concrete vibrator
dengan maksud agar
terbentuk beton yang benar-benar padat. g. Pengecoran dihentikan pada batas zona pengecoran. h. Setelah itu adukan diratakan dengan kayu perata sesuai denga tinggi peil yang sudah ditentukan. i. Setelah beton setengan kaku angkat relat dan ratakan bekas relat dengan menggunakan ruskam.
VI - 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
5.
Standar hasil : a. Menghasilkan produk beton pada balok dan pelat lantai sesuai dengan rencana, mutu, dan bentuk yang presisi, tidak bocor, tidak lendut, dan tidak retak. b. Jika ada yang menyimpang maka diperlukan pekerjaan perbaikan.
6.3.2
Sistem Lantai Flat Slab Metode pelaksanaan pengecoran sistem lantai flab slab dengan metode
plat dan balok (konvensional), secara urutan pengecoran hampir sama. Perbedaan utama dari kedua metode sistem tersebut adalah pada penggunaan kombinasi struktur penopang plat lantai tersebut. Pada struktur flat slab, transfer beban kolom diselesaikan oleh ketebalan pelat di dekat kolom menggunakan drop panel atau mengembangkan bagian atas kolom membentuk coloum capital, sedangkan sistem plat dan balok (konvensional) ditumpu oleh balok-balok monolit.
6.4
Simpulan Jika dilihat dari metode pelaksanaan kedua metode tersebut diatas dapat di
simpulkan : 1.
Sistem flat slab dapat digunakan pada area yang luas seperti area parkir basemen dengan modul plat yang seragam sehingga dalam pelaksanaan akan mempermudah dan mempercepat pelaksanaan pembangunan. Secara estetika dan arsitektur jauh lebih bagus dibandingkan dengan struktur lantai biasa. Pada proyek Taman Anggrek Residence ini, penggunaan sistem flab slab pada lokasi parkir area basemen.
VI - 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI Tinjauan Khusus Perbandingan Sistem Plat Lantai
2.
Sistem plat dan balok (konvensional) ini banyak dipakai, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang sistem pelat lantai yang tidak beraturan. Pada proyek Taman Anggrek Residence ini, penggunaan sistem ini digunakan pada area tower typical yang mana modul pelat lantai mempunyai luasan yang variasi.
3.
Perbedaan utama dari kedua metode sistem tersebut terletak pada penggunaan kombinasi struktur penopang plat lantai tersebut. Pada struktur flat slab, transfer beban kolom diselesaikan oleh ketebalan pelat di dekat kolom menggunakan drop panel atau mengembangkan bagian atas kolom membentuk coloum capital, sedangkan sistem plat dan balok (konvensional) ditumpu oleh balok-balok monolit.
VI - 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/z