LPPM Politeknik Bengkalis
ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau
[email protected] dan
[email protected]
Abstrak Laminasi adalah suatu teknologi pengeleman kayu dimana bahan kayu tersebut dapat dibentuk sesuai dengan keinginan yang kita kehendaki, walaupun itu dibagian kapal yang sangat sulit sekalipun sebab sistem pengolahan dilaminasi akan menyesuaikan bentuk konstruksi yang akan kita inginkan. Sebagai contoh kalau dipembangunan kapal kayu tradisional untuk pembuatan keel harus mencari kayu yang lurus sesuai dengan panjang kapal yang dibuat dan tidak boleh bersambung, namun pada pembangunan dilaminasi kayu-kayu tersebut kita susun sesuai dengan yang kita inginkan baik bentuk maupun panjang yang kita kehendaki selanjutnya baru dilakukan pengeleman dan pengovenan. Kata kunci : Konstruksi, Kayu, Laminasi, Tradisional, Pengawetan.
1. PENDAHULUAN Pembuatan kapal kayu secara tradisional selama ini pekerjaannya hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sifatnya turun menurun dan tidak mengalami pengembangan dan perubahan yang berarti. Pembuatan kapal-kapal tradisional biasanya tanpa menggunakan perencanaan, gambar, bentuk dan ukuran kontruksi tetapi hanya berdasarkan permintaan pemesanan. Pekerjaan seperti ini akan mengakibatkan tidak efektifnya pemakaian bahan baku, ukuranukuran kontruksi, berat kapal kosong dan waktu pengerjaan. Pekerjaan kontruksi kapal kayu tradisional lebih sulit misalnya untuk pengerjaan pembengkokan gading yang terbuat dari balok kayu yang berukuran besar sehingga sulit untuk dibentuk atau dengan cara membentuk gading dari balok kayu utuh yang akan banyak memakan bahan baku. Seiring dengan kemajuan teknologi perkapalan, ditemukan alternatif-alternatif lain dalam pembangunan kapal non baja salah satunya adalah pembuatan kayu sistim
laminasi. Secara teori kapal laminasi lebih efektif dan efisien dari kapal tradisional dalam aspek bahan, kekuatan, ekonomis, produksi dan perawatan. 2. PERBEDAAN KAPAL KAYU TRADISIONAL DAN KAPAL KAYU LAMINASI Kapal kayu tradisional dan kapal kayu laminasi dapat dibedakan sebagai berikut: Kapal Kayu Tradisional [a] Bahan dasar kayu umumnya dibuat tebal sehingga dalam penggunaan bahan kurang efisien. [b] Kurang efektif didalam menyerap bahan pengawet kayu [c] Cacat dalam pada kayu sukar ditemukan/ diketahui. [d] Perlindungan terhadap kerusakan akibat mikro organisme/jasad laut yang tidak menguntungkan sangat kecil. [e] Sambungan konstruksi menggunakan pengingatan secara mekanis, sehingga pendistribusian gaya terkonsentrasi pada
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
318
LPPM Politeknik Bengkalis
batang pengikat yang akhirnya dapat menjadi sumber kelemahan konstruksi. [f] Sistim kekedapan pada lambung kapal maupun sekat belum maksimal karena terjadi perubahan bentuk ukuran konstruksi akibat kandungan air pada bahan kayu cukup tinggi. [g] Kemampuan membentuk konstruksi sangat tergantung pada ukuran kayu yang dipergunakan. Kapal Kayu Laminasi [a] Dimensi kayu pada umunya dibuat lebih kecil dan lebih tipissehingga efisien. [b] Pemilihan bahan tanpa cacat dapat dilaksanakan dengan mudah. [c] Ukuran kayu tidak tergantung dengan ukuran konstruksi yang ada. [d] Kayu yang digunakan kering sehingga melipatgandakan kekuatan dan pengawetan [e] Penyerapan bahan pengawet sangat efektif karena kayu yang dipergunakan kering dan tipis. [f] Penggunaan lapisan lem yang diciptakan secara khusus merupakan perlindungan kerusakan. [g] Penggunaan bahan pengikat mekanis sangat sedikit dan sifatnya hanya untuk menyatukan bidang perekatan. [h] Gaya-gaya akibat pengikatan yang ada dapat didistribusikan secara merata. [i] Kemampuan membentuk komponen badan kapal dapat dilakukan secara optimum sesuai perancangan gambar, lebih mudah karena dimensi lebih kecil dan tipis. [j] Kekedapan dapat terjamin, karena konstruksi sangat stabil. [k] Perubahan dimensi kayu dapat teratasi dengan pengaturan arah serat kayu secara efisien. 3. BAHAN DAN SIFAT KAYU a. Keawetan Yang menentukan keawetan kayu adalah daya tahan kayu terhadap pengaruh kerusakan oleh panas matahari, air laut, air
hujan, tiram, serangga ataupun binatang kecil lainnya. b. Kekuatan Untuk mendapatkan kekuatan yang tepat harus dilakukan uji kekuatan kayu. Kalau uji kekuatan tidak bisa dilakukan, maka untuk menentukan kekuatan kayu dilakukan dengan melihat urat lentur, kuat desak dan berat jenis kayu. c. Massa Jenis Massa jenis merupakan salah satu faktor yang banyak mempengaruhi kekuatan kayu. Massa jenis bahan padat dari semua jenis kayu adalah 0,54. Adanya perbedaan massa jenis yang terjadi pada kayu disebabkan oleh perbedaan besar kecilnya sel dan tebal tipisnya dinding sel. d. Kelembaban Kayu Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau bahkan melepaskan air kandungannya. Makin lembap udara disekitarnya akan makin tinggi pula tingkat kelembapatan kayu sampai mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dengan masuknya air kedalam kayu maka berat kayu makin bertambah dan menyebabkan kayu tersebut basah serta akan mengembang. Dalam bangunan kapal baru pemilihan kayu untuk setiap penggunaan konstruksi mempunyai persyaratan tersendiri yang didasarkan atas jenis konstruksi dan fungsinya, letak konstruksi dan keberadaanya terhadap pengaruh alami. Pemilihan Jenis Kayu Dengan banyaknya jenis kayu maka dari bermacam-macam jenis kayu tersebut dapat digunakan untuk membangun sebuah kapal, tetapi pemilihan jenis kayu dalam konstruksi kapal memerlukan pengalaman yang nantinya menjadi dasar dalam menentukan jenis kayu yang dipakai. Ada beberapa prinsip yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan kayu untuk pembangunan kapal, antara lain:
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
319
LPPM Politeknik Bengkalis
[a] [b] [c]
Gambar 1. Sistem Penggergajian Kayu Log
Kekuatan kayu Daya tahan terhadap kerusakan Tersedianya kayu dalam hal kualitas, jumlah dan ukuran yang diinginkan.
Kayu yang digunakan untuk membangun kapal harus mempunyai kekuatan yang besar, supaya nantinya kapal tersebut dapat menahan tekanan-tekanan yang mendesak, apalagi kapal tersebut terdapat pada lautan yang bergelombang dengan muatan serta beban yang bermacam-macam. Beberapa bagian dari bangunan kapal seperti lunas, gading-gading, pondasi mesin, papan kulit luar dan lain lain harus sesuai dalam penggunaanya, serta mempunyai daya tahan yang baik terhadap kerusakan akibat jamur dan beberapa risiko fisik dari kayu. Pengolahan Kayu Kayu yang dipergunakan untuk bagian konstruksi adalah kayu yang baik, sehat, tidak ada celah dan tidak ada cacat-cacat yang dapat membahayakan. Untuk mendapatkan material kayu tersebut, maka diadakan pengolahan yang dimulai dari pemotongan kemudian pengeringan dan yang terakhir material kayu harus diawetkan supaya kayu tersebut mempunyai umur pakai yang lama. A. Pemotongan Kayu Dalam pemotongan kayu gelondongan umumnya didapat kayu papan dan balok. Untuk mendapatkan papan dapat dilakukan dua cara, hal ini dapat dilihat dari dekoratif serat kayu yang dihasilkan. Dua cara penggergajian tersebut adalah sebagai berikut: [a] Penggergajian lurus atau penggergajian yang umum dilakukan dimana hasil penggergajian mendapatkan arah serat tangensial dan sedikit arah radial. [b] Penggergajian belah empat, dimana hasil penggergajian akan mendapatkan motif serat arah radial.
Pembelahan arah tangensial
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pembelahan arah radial
Sistem penggergajian arah tangensial Sistem penggergajian arah radial Inti atau hati kayu Kayu teras atau galih Kayu gubal Kulit kayu
B. Pengeringan Kayu Pada umumnya sebelum dipakai kayu harus dikeringkan terlebih dahulu sampai pada kadar air tertentu, hal ini berhubungan dengan: [a] Berat kayu [b] Proses pengerjaan kayu [c] Dimensi kayu Kayu yang akan dipakai untuk bagian-bagian konstruksi adalah kayu yang telah kering. Kelembaban kayu yang baik adalah: [a] Untuk bagian konstruksi diatas garis air 15-20 % [b] Untuk bagian konstruksi dibawah garis air 20-25 % [c] Untuk bagian konstruksi didalam kapal (interior) 15-20 % Proses pengeringan kayu dapat dilakukan dengan 2 macam, yaitu: •
Pengeringan Alami
Proses pengeringan yang tidak memerlukan alat khusus karena pengeringan dilakukan dengan cara peranginan atau pengeringan udara. Proses pengeringan dilakukan dengan cara penyusunan kayu-kayu yang akan dikeringkan berlapis-lapis diatas landasan. Ditiap lapisan harus ada jarak untuk sirkulasi udara yang akan membawa uap airkeluar dari kayu. Selain dengan cara peranginan,
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
320
LPPM Politeknik Bengkalis
pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur balok-balok kayu yang disandarkan pada tempat penyandaran kayu. Gambar 2. Pengeringan Kayu Secara Alami
4.1
Kapal Kayu Tradisional
Perhitungan luas tiap papan pada masingmasing konstruksi sebelum dan sesudah kayu dibentuk dilakukan dengan mengambil ratarata dari lebar kayu dan jumlah kayu yang dibutuhkan. Tabel 4.1. Kayu Balok/Papan Sebelum Dibentuk Pada Kapal Tradisional N0
• Pengeringan Buatan Proses pengeringan dengan menggunakan alat pemanas (oven). Pengeringan ini membutuhkan waktu yang relatif singkat. Kadar air dalam kayu dapat diatur sesuai dengan keinginan. C. Pengawetan Kayu Pengawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet apabila mempunyai umur pemakaian yang lama. Kayu berumur lama adalah kayu yang mampu menahan bermacam-macam perusak kayu.
1. 2.
Gading
3.
Wrang Penegar sekat Sekat Melintang Lambung Balok Geladak Geladak
4. 5. 6. 7. 8.
Luas (m2)
T (m)
Jumlah (N)
Vol (m3) PxLxTxN
36
0.32
0.32
1
3,5 2,5 1,5
0.15 0.15 0,2
0.20 0.20 0,26
72 72 36
2,5
0,15
0,15
50
7
0,2
0,04
45
6
0,2
0,05
192
6
0,15
0,15
12
6
0,2
0,05
50 ∑1 =
Tabel 4.2. Kayu Balok/Papan Sesudah Dibentuk Pada Kapal Tradisional
Tujuan dari pengawetan kayu adalah:
No
[1]. Untuk memperbesar daya tahan kayu terhadap serangan perusak-perusak kayu. [2]. Memanfaatkan kayu yang kelas keawetanya rendah, setelah mengalami proses pengawetan diharapkan menjadi kayu yang berkelas keawetan tinggi.
1.
Prinsip-prinsip dalam pengawetan kayu:
6.
[1]. Pengawetan kayu harus merata diseluruh bidang permukaan. [2]. Bahan pengawet tidak boleh menyebabkan korosi pada baja atau logam. [3]. Metode pengawet yang digunakan. [4]. Jenis kayu, kadar air kayu dan zat-zat lain yang terkandung dalam kayu.
Nama bagian Lunas dan linggi
Nama bagian Lunas dan linggi
2.
Gading
3.
Wrang Penegar sekat Sekat Melintang Lambung Balok Geladak Geladak
4. 5. 7. 8.
Luas (m2)
T (m)
Jumlah (N)
Vol (m3) PxLxTxN
10,8
0,3
1
3,24
0,51 0,36 0,29
0,1 0,1 0,18
72 72 36
3,67 2,59 1,88
0.35
0,1
50
1,75
1,37
0,035
45
2,16
1.17
0,045
192
10,11
0,84
0,14
12
1,41
1,17
0,045
50 ∑2 =
2,63 29,44
Selisih pengunaan kayu sebelum dan sesudah dibentuk kapal kayu tradisional adalah : ∑1 - ∑2 = 40,93 – 29,44 = 11,49 m3
4. PERHITUNGAN ESTIMASI PENGGUNAAN KAYU MASINGMASING BAGIAN KONSTRUKSI Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
321
LPPM Politeknik Bengkalis
4.2 Kapal Kayu Laminasi
∑1 - ∑2 = 41,59 – 27, 35 = 14,24 m3
Tabel 4.3. Kayu/Papan Sebelum Dibentuk Pada Kapal Laminasi Nama bagian Lunas dan linggi Gading Galar Wrang Penegar sekat Sekat Melintang Lambung Balok Geladak Geladak
4.3 Selisih Pengunaan Kayu
P (m)
L (m)
T (m)
Jumlah (N)
Vol (m3) PxLxTxN
36
0.32
0.32
1
3.69
3,5 2,5 22 1,5
0.15 0.15 0.15 0,2
0.20 0.20 0,1 0,26
72 72 2 36
7.56 5.4 0.66 2,81
2,5
0,15
0,15
50
2,81
7
0,2
0,04
45
2,52
6
0,2
0,05
192
6
0,15
0,15
6
0,2
0,05
Selisih penggunaan kayu diambil dari data volume kayu/papan sebelum dibentuk Tabel 4.5. Selisih Penggunaan Kayu No
Nama bagian
1.
Lunas dan linggi
11,52
2.
Gading
12
1,62
50 ∑1 =
3 41.59
3. 4. 5.
Galar Wrang Penegar sekat Sekat Melintang Lambung Balok Geladak Geladak
Perencanaan disini menghitung tebal kayu laminasi sesuai dengan perhitungan pada peraturan konstruksi kapal kayu dari BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) dengan luas papan konstruksi sama dengan luas papan pada kapal tradisional. Tabel 4.4. Kayu/Papan Sesudah Dibentuk Pada Kapal Laminasi Vol (m3) PxLxTx N
6. 7. 8. 9.
Kapal kayu tradisional (m3)
Kapal kayu laminasi (m3)
0,45
0,87
3,89 2,81 0,93 1,06
4,99 3,59 0,26 0,72 1,06
0,36
0,36
1,41
1,41
0,21
0,61
0,37 11,49
0,37 14,24
Persentase selisih penggunaan kayu balok/papan kapal tradisional terhadap kayu balok/papan sebelum dibentuk = 28,07 % Persentase selisih penggunaan kayu kapal laminasi terhadap kayu balok/papan sebelum dibentuk = 34, 23 %
Nama bagian
Luas (m2)
T (m)
Jumla h (N)
Lunas dan linggi
10,08
0.28
1
2,82
0,51 0,36 3,3 0,29
0.07 0.07 0,06 0,2
72 72 2 36
2,57 1,81 0.4 2,09
0,35
0,1
50
1.75
45
2,16
192
10,11
A. Penggunaan Kayu Dengan menghitung volume kayu dari pemakaian kayu sesudah dibentuk, volume kayu laminasi lebih kecil dari kayu balok dengan perbandingan pemakaian kayu :
Gading Galar Wrang Penegar sekat Sekat Melintang
1,37
0,03 5 0,04 5
Lambung
1,17
Balok Geladak
0,84
0,1
12
1,01
Geladak
1,17
0,04 5
50
2,63
∑2 =
27,35
Selisih pengunaan kayu sebelum dan sesudah dibentuk kapal kayu laminasi adalah:
5
KESIMPULAN
Yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah dari data hasil perhitungan dan pengukuran penggunaan dan berat kayu masing-masing bagian konstruksi dapat disimpulkan bahwa:
kayu balok
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
= 100 % - 28,07 % (hal 58) = 71,93% 322
LPPM Politeknik Bengkalis
kayu laminasi = 100 % - 34,23 % (hal 58) = 65,77 % Sehingga kayu secara laminasi lebih efisien dalam penggunaanya dibandingkan dengan pemakaian kayu utuh. B. Keuntungan Teknis dan Ekonomis
Hub Miller, 1993, The Laminated Wood Boatbuilder, International Marine CamdenMarine. www.kapal.ft.undip.go.id, tentang Teknologi Pembuatan Kapal Kayu Laminasi, Parlindungan Manik, 2004.
Setelah dibuat suatu pembahasan proses pembuatan galangan kapal tradisional dan kapal laminasi melalui kunjungan langsung ke galangan tradisional dan teori yang ada maka dapat ditarik kesimpulan keuntungan teknis dan ekonomis teknik pembuatannya. • Keuntungan teknis: Kapal kayu laminasi dibuat menggunakan bahan kayu yang kering berdimensi kecil sehingga lebih mudah didalam pengerjaannya, proses pembuatan menggunakan teknik yang sederhana, maka dengan pelatihan bimbingan dan panduan pengrajin kapal tradisional bisa membuat kapal secara laminasi dengan baik dan benar. • Keuntungan ekonomis: Penggunaan bahan baku pada kayu kapal laminasi lebih sedikit serta bahan yang berdimensi kecil mudah didapat dipasaran. Penggunaan bahan kayu yang kering dengan berat jenis yang sama serta ukuran konstruksi lebih kecil maka berat kapal laminasi akan lebih ringan dan akan menaikan daya angkut.Meskipun teknik pembangunan kapal laminasi. DAFTAR PUSTAKA DPKB/DLWB Marine Services, 1991, Latihan Kapal Kayu Laminasi, Jakarta. Hery Sunaryo, Ir, Modul Pembangunan Kapal Fibre Glass, PT PAL Indonesia. Biro Klasifikasi Indonesia, 1989, Peraturan Konstruksi Kapal Kayu. Henry Santoso, Ir dan Untung Triatmojo, Ir, 1994, Perancangan dan Produksi Kapal cepat Konstruksi Kayu Laminasi. Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
323