Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A.
Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Parakasak Kondisi tutupan lahan Gunung Parakasak didominasi oleh kebun
campuran. Selain kebun campuran juga terdapat sawah dan ladang serta sedikit area berupa hutan. Tutupan lahan tersebut dianalisis berdasarkan pada warna yang ditampilkan pada citra Landsat 7 liputan tahun 2014. Sawah dan ladang tersebar hampir di seluruh wilayah Gunung Parakasak, kecuali bagian selatan yang termasuk dalam Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang. Menurut SK Menhut No.195/Kpts-II/2003 Tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Banten, Gunung Parakasak terbagi atas kawasan Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbata. Hasil analisis terhadap citra Landsat menunjukkan bahwa kawasan Gunung Parakasak memiliki luas 1.252 hektar (Ecositrop 2014). Kawasan Gunung Parakasak secara umum merupakan kebun campuran yang dikelola oleh masyarakat setempat, terutama yang berada di Kecamatan Padarincang dan Ciomas Kabupaten Serang. Berikut adalah gambaran umum kondisi kekinian tutupan lahan di Gunung Parakasak (Gambar VI.1).
Gambar VI.1. Kondisi tutupan lahan Gunung Parakasak merupakan kebun campuran dan ladang. BLHD Propinsi Banten
secara
umum
VI. 1
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
Hasil analisis citra Landsat menunjukkan bahwa luas kawasan Gunung Parakasak terdiri 93 hektar Hutan Produksi (HP) dan 1.159 hektar Hutan Produksi Terbatas (HPT). Kawasan tersebut terbagi ke dalam dua wilayah administrasi, yaitu Kabupten Pandeglang dan Kabupaten Serang Propinsi Banten. Luas masing-masing kawasan dan wilayah administrasi Gunung Paraksak secara detail ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel VI-1. Status kawasan dan luas kawasan Gunung Parakasak serta wilayah administarinya berdasarkan SK Menhut No.195/Kpts-II/2003. No 1
2
Kabupaten Pandeglang
Serang
Status Kawasan Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Sub total Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Sub total Total
Persentase (%) Luas (Ha) 14 1,1 362 28,9 376 30,0 79 6,3 797 63,7 876 70,0 1.252 100,0
Table VI-1 menjelaskan kawasan Gunung Parakasak terbagi dalam dua wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Pandeglang dan Serang. Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi (HP) terdapat di dua kabupaten. Gunung Parakasak tidak memiliki kawasan dengan status Hutan Lindung. Sebagian besar wilayah hutan terdapat di Kabupaten Serang dengan persentase 70,0% (876 hektar) dan kawasan hutan terluas memiliki status HPT dengan persentase 63,7% (797 hektar), sementara HP memiliki persentase 6,3% (79 hektar) dari total luas seluruh kawasan. Kawasan Gunung Parakasak yang terdapat di Kabupaten Pandeglang memiliki persentase 30,0% (376 hektar), yang terdiri dari HPT dengan persentase 28,9% (362 hektar) dan HP dengan persentase 1,1% (14 hektar).
Gambaran
status
kawasan
Gunung
Parakasak
dan
wilayah
administrasinya ditampilkan pada gambar berikut.
BLHD Propinsi Banten
VI. 2
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
Gambar VI.2. Peta status kawasan Gunung Parakasak berdasarkan SK Menhut No.195/Kpts-II/2003. BLHD Propinsi Banten
VI. 3
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
B.
2014
Tata Guna Lahan dan Fungsi Kawasan Berdasarkan analisis citra lansat, tata guna lahan kawasan Gunung
Parakasak terdiri atas kebun campuran, sawah/ ladang, dan hutan. Pada areal pertanian yang berupa ladang atau sawah juga terdapat pemukiman, namun pemukiman tersebut tidak membentuk sebuah hamparan yang luas sehingga dalam penentuan tata guna lahan pada proses padu serasi (overlay) area pemukiman masyarakat pada kawasan Gunung Parakasak berupa titik saja. Saha halnya dengan area terbuka berupa jalan yang digambarkan dalam peta berupa garis. Tata guna lahan Gunung Parakasak yang dihasilkan merupakan analisis pada citra Lansdsat yang ditunjukkan oleh Band5, Band4, dan Band2, dimana setiap Band tersebut diinterpretasikan dengan warna yang menunjukkan kategori masing-masing fungsi kawasan seperti merah untuk tanah (Band5), hijau untuk vegetasi (Band4), dan biru untuk air (Band2). Berdasarkan analisis Band tersebut, sebagian besar kawasan Gunung Parakasak memiliki warna yang didominasi olah Band4 dengan kecenderungan warna hijau muda. Hasil surevei yang dilakukan di lapangan (groundchecking), pada lokasi tersebut merupakan kebun campuran masyarakat, sehingga dengan menggabungkan dua metode tersebut dapat ditentukan kawasan Gunung Parakasak sebagian besar berupa kebun campuran. Tabel berikut (Tabel VI-2) adalah hasil analisis tata guna lahan dan fungsi kawasan Gunung Aseupan yang diperoleh dari citra Landsat. Tabel VI-2. Sebaran tata guna lahan pada setiap fungsi kawasan di Gunung Parakasak berdasarkan analisis citra Landsat. NAMA GUNUNG
Gunung Parakasak
TATAGUNA LAHAN
Hutan Kebun Campuran Ladang Total
Keterangan HL : Hutan Lindung HP : Hutan Produksi
BLHD Propinsi Banten
SEBARAN LAHAN (Ha) HL HP HPT
0 0 0 0 HPT Ha
0 90 3 93
9 1.105 45 1.159
TOTAL Ha %
9 1.195 48 1.225
0,74 95,46 3,80 100,00
: Hutan Produksi Terbatas : Hektar (satuan luas)
VI. 4
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
Hasil analisis yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan kondisi kekinian dari tata guna lahan Gunung Parakasak dan sebaran wilayah menurut fungsi kawasannya. Gunung Parakasak tidak memiliki status kawasan yang berfungsi sebagai Hutan Lindung (HL). Kawasan tersebut terdiri atas Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Kebun campuran pada kawasan Gunung Parakasak tersebar pada HP dan HPT dengan luas masingmasing 90 hektar dan 1.105 hektar. Total luas kebun campuran adalah 1.195 hektar atau sekitar 95,46% dari luas total seluruh kawasan. Luas kawasan pertanian yang berupa ladang dan persawahan adalah 48 hektar, lahan tersebut tersebar pada kawasan HP dengan luas 3 hektar dan pada kawasan HPT dengan luas 45 hektar. Persentase luas ladang dan sawah adalah 3,80% dari total seluruh kawasan. Hutan merupakan area yang memiliki luas paling sedikit, yaitu 9 hektar dengan persentase 0,74% dan hanya tersebar di kawasan HPT. Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas semestinya memiliki tutupan lahan berupa hutan yang dikelola secara intensif oleh pengelola kawasan. Menurut SK Menhut No.195/Kpts-II/2003 Tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Banten, kawasan Gunung Parakasak semestinya dikelola oleh Perhutani KPH Banten selaku pengelola HP dan HPT di Pulau Jawa. Namun di lapangan, kawasan Gunung Parakasak banyak dikelola oleh masyarakat sebagai kebun dan ladang-ladang ditanami berbagai jenis tanaman kayu dan palawija. Berbagai jenis tanaman kayu pertukangan seperti Sengon (Paraseriarenthes falcataria), Suren (Toona sureni), Kayu Afrika (Maesopsis eminii), Jabon (Anthochepalus cadamba), dan Mahoni (Swietenia macrophylla) dikembangkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kayu rumah tangga hingga kebutuhan komersil. Selain kayu juga ditanam jenis buah-buahan seperti Durian (Durio sp.), Manggis (Garcinia mangoostana), Nangka (Artocarpus heterophylus), Mangga (Mangifera sp.), Pete (Parkia spiosa), Jambu biji, dan berbagai jenis buah lainnya. Jenis tanaman budidaya yang banyak dikembangkan salah satunya adalah Melinjo (Gnetum gnemon). Buah tanaman Melinjo dimanfaatkan
BLHD Propinsi Banten
VI. 5
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
sebagai bahan untuk membuat “Emping” (makanan sejenis keripik) dan daunnya sebagai bahan untuk sayuran. Tata guna lahan pada kawasan Gunung Parakasak juga banyak yang berupa lahan petanian berupa sawah. Sawah tersebut ditanami padi dan merupakan sawah tadah hujan. Pada musim kemarau sawah biasanya dikelola dengan ditanami oleh berbagai jenis tanaman palawija seperti kacang tanah, kedelai, atau jagung. Bahkan ketika musim kemarau berlangsung, sawah sering kali tidak dikelola karena pasokan air untuk tanaman tidak mencukupi. Proses membajak sawah dilakukan dengan bantuan kerbau. Gambar berikut ini menunjukkan kondisi tutupan dan tata guna lahan berdasarkan survei lapangan di Gunung Parakasak.
Gambar VI.3. Kawasan Gunung Parakasak bagian utara yang sekitarnya dikelilingi oleh pemukiman dan areal pertanian masyarakat. BLHD Propinsi Banten
VI. 6
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
a
b
Gambar VI.4. a) Lahan pertanian berupa sawah di sekitar Gunung Parakasak dan b) Ladang masyarakat pada wilayah Gunung Parakasak. BLHD Propinsi Banten
VI. 7
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
a
b
Gambar VI.5. a) Struktur tegakan pada kebun campuran di Gunung Parakasak dan b) Tutupan lahan berupa kebun campuran dilihat dari ketinggian. BLHD Propinsi Banten
VI. 8
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
a
b
Gambar VI. 6. a) Puncak Gunung Parakasak memiliki angka kemiringan yang terjal dan b) Lereng Gunung Parakasak yang mengalami erosi/longsor ditunjukkan oleh lingkaran merah. BLHD Propinsi Banten
VI. 9
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
Gambar VI.7. Kondisi tutupan lahan Gunung Parakasak menurut citra Landsat liputan tahun 2014. BLHD Propinsi Banten
VI. 10
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Parakasak Banten
2014
Gambar VI.8. Hasil analisis tutupan dan tata guna lahan Gunung Parakasak berdasarkan citra Landsat liputan tahun 2014. BLHD Propinsi Banten
VI. 11