BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan Dari semua analisis dan interpretasi data yang telah peneliti jelaskan pada bab sebelumnya, dapat peneliti simpulkan persepsi masyarakat Desa Noenoni mengenai tradisi sifon dalam beberapa bagian yaitu diantaranya sebagai berikut: Sifon sebagai suatu tradisi turun-temurun bagi masyarakat yang masih mempercayai dan menjalaninya menganggap tradisi ini tidak bisa dihilangkan begitu saja, kalau pun bisa itu harus di lakukan perlahanlahan, karena tradisi ini masih ada sampai sekarang dan dilakukan secara diam-diam dan secara tersembunyi Sebagai tradisi,
bagi
masyarakat
Desa Noenoni sifon dapat
memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka yang menjalaninya. Laki-laki tersebut bukan hanya dikatakan jantan tapi ia juga bisa merasakan manfaat dari sifon dalam kehidupan sehari-hari dan sangat bermanfaat apabila ia sudah menikah karena juga akan memberikan keuntungan bagi istri dan anaknya dan keharmonisan dalam keluarga tetap terjaga.
1
Meskipun dapat menimbulkan resiko penyakit yang berbahaya bagi kesehatan, tradisi sifon masih tetap dijalankan oleh masyarakat Desa Noenoni yang masih taat dan percaya terhadap tradisi ini. Bagi masyarakat Desa Noenoni sifon adalah proses penyembuhan untuk laki-laki setelah ia di sunat secara tradisional dan merupakan obat yang paling mujarab. Meskipun perilaku dari sifon sangat beresiko dan berbahaya, masyarakat Desa Noenoni masih tetap menjalani dan mempercayainya. Karena merupakan tradisi dari leluhur yang diwariskan secara turun temurun yang tidak bisa diubah ataupun dihilangkan
Dapat peneliti simpulkan dengan mengacu pada hipotesis penelitian bahwa tradisi sifon bagi masyarakat Desa Noenoni merupakan tradisi warisan dari leluhur yang tidak boleh diubah dan harus tetap dijalani.
2
6.1. Saran Dari kesimpulan yang peneliti paparkan diatas, peneliti memiliki beberapa saran yang dapat di jelaskan sebagai berikut: 1. Bagi Mayarakat Desa Noenoni: -
Sebagai sebuah tradisi turun temurun memang sifon tidak bisa dihilangkan begitu saja, meskipun masyarakat tetap melakukan sunat secara tradisional sebaiknya proses penyembuhan bisa dilakukan secara medis saja, selain lebih bersih secara medis juga dapat dijamin kesehatannya.
-
Tidak selamanya sebuah tradisi itu harus dijalani, berbeda bila tradisi tersebut bisa membangun masyarakatnya kearah yang lebih baik dan bagaimana jika tradisi tersebut
dapat
membahayakan diri sendiri bahkan orang lain. -
Sudah terbukti sifon bisa menimbulkan resiko penyakit berbahaya seperti PMS (Penyakit Menular Seksual) atau bahkan HIV/IDS yang mana masa inkubasinya baru bisa diketahui beberapa tahun kemudian, karena tidak ada yang menjamin kalau alat untuk penyunatan yang digunakan dukun sunat dan perempuan yang melayani sifon itu bersih.
3
2. Bagi Aparat Pemerintahan -
Agar masyarakat Desa Neononi tidak terus menerus menjalani tradisi yang beresiko ini, dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan. Dengan mengadakan sosialisai-sosialissi agar masyarakat diarahkan untuk melakukan sunat secara sehat
-
Untuk kesejahteraan dan keberlangsungan hidup masyarakat, diharapkan
agar
pemerintah
lebih
memperhatikan
masyarakatnya terutama Masyarakat Desa Noenoni, dengan menyediakan sarana transportasi, sarana penerangan atau listrik dan sarana air bersih. Sebuah masyarakat itu dikenal dan berkembang karena budayanya, saran peneliti budaya yang baik dikembangkan dan tidak dihilangkan saja.
4
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar, 2002, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta, PT Raja Grafindo Beratha, 1982, Transformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Nasional. Danandjaja, James, 2002, Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng Dll, Jakarta, Penerbit Grafiti. Dalman Raharjo, Kebudayaan Dan Ekonomi, 1990 Dalman Wirjosoemarto, 1993, Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. Eilers, Frans, Josep, 2006, Berkomunikasi dalam Masyarakat, Ende, Nusa Indah. Koentjaraningrat, 1971, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT Gramedia. Liliweri, Alo, 2003, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, Penerbit Pustaka Pelajar. Moleong, J. Lexi, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosda Karya, Bandung.
5
Mulyana Deddy, 1996, Komunikasi Antar Budaya, Bandung, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya Bandung. Poerwadarminta W. J. S, 1992, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung, Balai Pustaka-Jakarta, Rodakarya. Rakhmat Jalaludin, M. Sc, 1988, Psikologi Komunikasi, Bandung, Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Tefa Sa’u, Andreas, 2003, Mempertimbangkan Upaya Pelestarian Tradisi Lisan Dalam Kebudayaan Dawan di Timor Barat, dalam VOX, Seri buku yang diselenggarakan oleh para Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Kampus Ledalero, Maumere Flores NTT. Ende-Flores, Percetakan Arnoldus. ---------------, 1994, Suatu penelitian KAP ( Knowledge, Atitude and Practice), Mengenai Kebiasaan Seksual di Kabupaten TTS, Yayasan Haumeni, SoE-TTS.
(http://safegoreti.wordpress.com/2009/07/13/persepsi/)
6
7