BAB VI PENGEMBANGAN USAHA EKOWISATA Pada dasarnya pengembangan usaha ekowisata di suatu tempat dimaksudkan untuk dapat meningkatkan keuntungan ekonomi, memastikan kelestarian ekologi dan memberikan keuntungan ekonomi terhadap masyarakat lokal. Adapun kepuasan pengunjung dalam berwisata harus tetap diperhatikan. Pengembangan usaha dapat berbentuk peningkatan kualitas aspek - aspek usaha
dari produk yang telah ada (Pearce 1989) diacu dalam (Page and Dowling 2002) menyebutkan bahwa perencana memformulasikan rencana penggunaan lahan untuk lokasi
-
iokasi
spesifik ekowisata h a m sejalan dengan peraturan penggunaan lahan yang ditetapkan pemerintah daerah.
Sehingga semua elemen supply yaitu atraksi,
transportasi, akomodasi dan pelayanan yang diperlukan dapat dibangun secara harmonis dan seimbang antar berbagai sektor dalam kualitas, kapasitas dan model yang sesuai meskipun fungsi berbeda. Sedangkan menurut pendapat MacLellan (1999); Momson's (1995) diacu dalam Curtin (2003) bahwa dalam membuat kerangka keja yang berkelanjutan untuk membangun wisata kehidupan liar di dam adalah berdasarkan tiga hal : (1) tidak menimbulkan gangguan terhadap kehidupan liar dan habitatnya, (2) harus dapat meningkatkan pengetahuan pengunjung terhadap apresiasi terhadap alam clan isu konservasi dan (3) harus dapat memaksimalkan keuntungan kepada masyarakat lokal. Penyusunan pengembangan ekowisata di SM Cikepuh dan sekitamya menitikberatkan kepada penataan kawasan, ekowisata penyu dan wisata pendukung. Selain itu sesuai hasil i d e n t i f h i kondisi dan analisis SWOT, maka perlu dilakukan pengembangan usaha dengan memperhatikan prioritas strategi
-
strategi yang telah dipilih. 6.1. Skenario Pengelolaan
Pengelolaan wilayah SM Cikepuh dan sekitamya di wilayah Pantai Selatan Kabupaten Sukabumi ini pada saat ini memang mempunyai pengelolaan dengan misi dan pihak yang berbeda. Akan tetapi ketiganya dapat bekerjasama untuk kepentingan pengembangan ekowisata sehingga misi ketiga pengelola dapat
tercapai. Misi konservasi yang di emban pengelola SM Ciepuh tercapai dengan dukungan stake holdei.
Misi pemerintah daerah tercapai dengan tidak
menurunnya jurnlah populasi penyu dan meningkatnya keuntungan Pendapatan Daerah Kabupaten Sukzhtlmi, yaitu melalui pengusahaan atraksi ekowisata penyu
di Pantai Pangumbahan. Misi pengusaha swasta serta masyarakat sekitar sebagai pengeioia sarana wisata dan usaha jasa pendukung di Ujung Genteng tercapai, yaitu dengan tetap datan,;nya pengunjung di kawasan ini karena daya tarik yang unik. Adapun bentuk pi-ngelolaan ketiga kawasan ini dapat dibentuk dalarn satu unit maupun tetap dalam unit terpisah seperti sebelumnya. Adapun penjabaran kedua bentuk pengelolaa;~tersebut adalah sebagai berikut. A. Pengelolaan Bersam:i Dalam Satu Unit
Ide pengelolaan i.!xlam satu unit, mempakan bentuk pengelolaan dengan menyatukan semua baginn lokasi dan kerjasama pengelola dengan membentuk suatu badan pengelola b
: yang ~ mempunyai kewenangan mengatur pengelolaan
pengembangan usaha ekowisata di unit tersebut. Bentuk kolaborasi ini tentu saja mempunyai misi meninz!,.ztkan usaha ekowisata dengan efisien 1. Aspek Kawasan
Berkaitan dengan kepentingan pengembangan usaha ekowisata yang tidak terlepas dari upaya koiiservasi SDA, peningkatan ekonomi dan kepuasan pengunjung, maka dalam penyusunan rencana pengembangan perlu diperhatikan aspek pembagian kawn,,.m ke dalam zona
-
zona pengelolaan.
Menurut
MacKinnon et al (1990) kebanyakan kawasan yang dilindungi akan dibagi ke dalam berbagai zona unt\i!r tujuan pemanfaatan yang berbeda. Ini dapat berkisar mulai dari pengembangnn pariwisata intensif, zona rekreasi yang tersebar, sampai ke zona produksi surnl. ::,Says yang terkendali, atau zona perlindungan mutlak. Praktek pengelolaan yang berbeda,' yang diizinkan atau dilarang dalam setiap zona, perlu diinci. Peny.:iuran aspek kawasan ini juga sangat penting mengingat bahwa selain pantai - pmtai di dalam kawasan SM Cikepuh serta Pantai Pangumbahan yang b c r d a di luar kawasan konservasi mempakan daerah peneluran bagi satwa i'r:;ryu hijau yang dilindungi, daerah litoral Pantai SM Cikepuh hingga Ujung ( icnteng mempakan daerah penting tempat penyu dewasa mencari makan.
Sehi,:gya berdasarkan keterkaitan daerah - daerah di luar
kawasan konservasi tersebut sebagai ekosistem essensial bagi Penyu hijay maka perlu dikembangkan suatu kerjasama antar pengelola wilayah untuk menjamin kelestarian SDA sekaligus kelestarian usaha ekowisata yang berlangsung di lokasi ini. Adapun zona pengelolaan yang direncanakan adalah sebagai berikut :
-.Zona aiarni (dengan pemanfaatan rendah)
-. Zona suaka (tidak ada pemanfaatan oleh pengunjung) -.Zona pemanfaatan intensif (dilengkapi dengan berbagai fasilitas)
-
Adapun Uraian terhadap masing masing zona di jelaskan pada bagian berikut. a. Zona alami Merupakan zona yang meliputi beberapa lokasi pendaratan penyu dan lokasi
-
lokasi alami menarik di sebagian kawasan SM Cikepuh dan Pantai
Pangumbahan. Pada zona ini, diijinkan adanya kunjungan ekowisata dengan penataan program dan pengelolaan pengunjung yang tidak mengganggu sumberdaya. b. Zona suaka Merupakan mna yang meliputi sebagian besar SM Ciepuh yang tidak diperkenankan pemanfaatan oleh pengunjung, kecuali bagi keperluan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
c. Zona pemanfaatan intensif Merupakan zona yang meliputi derah Pantai Perbatasan Pangumbahan hingga Hutan Tanjung Ujung Genteng. Kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagzi aktifitas kunjungan wisata dan dapat didirikan berbagai fasilitas dengan tetap memperhatikan lokasi sarana dan efek gangguannya terhadap SDA dan populasi penyu, seperti penempatan lampu dan fasilitas jalan yang memungkinkan bertambahnya lampu kendaraan di kawasan pantai. 2. Aspek Lembaga Pengelola
Unit Pengelolaan merupakan satu unit baru yang membutuhkan satu kelembagaan baru yang disepakati bersama. Anggotanya berasal dari semua stake holder yang ada dan mengelola unit dengan tetap memperhatikan aspek kepentingan anggota untuk mendukung misi pengembangan usaha ekowisata.
Alternatif membuat satu unit pengelolaan dengan lembaga pengelolanya bertujuan untuk efisiensi program dan pelaksanaan yang diseragamkan di ketiga lokasi. 3. Pengembangan Program Ekowisata
Unit pengelola, melakukan langkah
-
langkah pengembangan usaha ekowisata
sesuai dengan hasil identifikasi dan pernilihan strategi. Sesuai dengan prioritas periama strategi kedua, prioritas kedua strategi keempat dan kelima maka program
- program ekowisata dapat dikembangkan dengan menyesuaikan dengan potensi SDA yang ada di masing - masing lokasi. Program ekowisata melihat penyu bertelur, harus dilakukan penataan dan pembenahan dari berbagai aspek kinerja dan pelaksanaannya Pengembangan program
- program ekowisata yang nlasih
berkaitan dengan penyu dapat dikembangkan di zona alarni. Program ekowisata penyu dapat dikembangkan menjadi beberapa program sebagai bentuk diversiiikasi produk, yang dapat menampung potensi pengunjung yang datang. Selain itu potensi SDA lain masih dapat dikembangkan sebagai pendukung untuk memperkaya altematif dan variasi produk yang dapat dikonsumsi pengunjung yang datang ke kawasan ini, serta untuk memecah konsentrasi kepadatan pengunjung pada program ekowisata penyu. a. Ekowisata Penyu Penyu sebagai obyek ekowisata unik yang menjadi daya tarik potensial hams menjadi perhatian dalam penataan kawasan karena memiliki kerentanan yang tinggi. Lokasi
- lokasi pendaratan penyu yang saat ini telah menyediakan
atraksi penyu bertelur yaitu Pantai Pangumbahan dan Pantai Citirem perlu melakukan penataan kembali, terutama menghilangkan praktek wisata yang mengganggu penyu secara langsung. Pengembangan ekowisata dengan obyek utama penyu dapat berdampak positif maupun negatif, tergantung dari pengelolaan serta pelaksanaan ekowisata. Tisdell and Wilson (tanpa tahun) menjelaskan bahwa kegiatan wisata dapat memberikan dampak positif sekaligus negatif pada konservasi penyu tergantung pada perlakuan. Misalnya aktivitas wisata yang terjadi di Malaysia, pengunjung ditawari telw penyu (yang menjadi gangguan kelestarian) atau sajian daging penyu (yang jelas-jelas menghancurkan kelestarian penyu).
Selain itu cahaya lampu dari resor wisata dan kendaraan di
sekitar tempat pendaratan penyu, pembangunan rasilitas wisata dan bahaya
campur tangan manusia terhadap sarang penyu akan menimbulkan dampak negatif.
Konsekuensinya, aktivitas wisata harus dikendalikan agar tidak
berdampak negatif terhadap populasi penyu. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan dengan tetap memperhatikan ekologi penyu, yaitu dengan langkah- langkah sebagai berikut :
1. Pengembangan SDM Ekowisata
-
Sesuai dengan prioritas kedua strategi pertama dan ketiga, pengelola perlu meningkatkan kualitas dan ketrampilan pelayanan wisata bagi SDMnya. Sesuai dengan perannya yang berkaitan langsung dengan atraksi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara pengunjung dengan penyu sebagai obyek, maka selain pemberian pengetahuan tentang bioekologi dan pentingnya menjaga kelestarian satwa tersebut, perlu pula dilakukan pembinaan intensif mengenai cara - cara pemanduan dan sikap pemanduan yang baik. Sikap pemandu yang baik dalam memperlakukan obyek akan memperkuat kesan pengunjung dan kesesuaian antara pengetahuan dan contoh yang mereka dapatkan sehingga akan menimbulkan kesadaran akan bagaimanana semestinya menghargai keberadaan satwa langka tersebut. Sebagai pembanding, adalah wisata melihat paus di Kaikoura yang menggunakan pemandu berkualitas. Mereka biasanya lulusan dari ilmu kelautan atau biologi yang bertugas untuk menyampaikan informasi dan pendapat berkualitas. (Curtin 2003).
Tisdell and Wilson (tanpa tahun)
menjelaskan bahwa wisata penyu di Mon Repos Conservtion Park (MRCP), memberikan perlakuan yang hati - hati terhadap lingkungan, menyediakan pendidikan lingkungan tentang penyu dan didesain untuk membuat pengunjung peduli terhadap masalah konservasi yang dihadapi penyu dan memberikan informasi cara - cara bagaimana pengunjung dapat membantu upaya konservasi penyu.
-
Sebagai upaya untuk menghindari kelenlahan kedua, yaitu timbulnya gangguan aktivitas pengunjung terhadap penyu maka perlu dilakukan penataan dalarn pelaksanaan produk yaitu pembatasan jumlah peserta rombongan yang dapat dilayani saat atraksi.
Meskipun belum ada
ketentuari jumlah pengunjung yang dapat dilayani oleh pemandu, akan
tetapi menurut pengalaman beberapa orang pemandy kegiatan interpretasi
akan efektif dengan diikuti maksimal 10 orang peserta. Maka sebaiknya untuk melihat atraksi ini, dibatasi 10 orang untuk satu pemandu dengan melakukan sistem pesan.
Pembatasan jumlah ini, selain dapat
meningkatkan efektifitas penyampaian interpretasi obyek oleh pemandu, memudahkan pengawasan atas perilaku pengunjung, juga meminimalisir kemungkinan penyu mengalami stress.
Meskipun Tisdell and Wilson
(tanpa tahun) menyebutkan bahwa di Mon Repos Conservation Park, (MRCP) seekor penyu betina yang sedang bertelur dapat ditonton oleh rata
- rata 70 orang pengunjung.
Sedangkan di Kaikora, 50 pengunjung dapat
menonton paus dalam 1 perahu. 2. Penataan Pelaksanaan Ekowisata Penyu
Pengembangan ekowisata penyu akan menjadi suatu kegiatan wisata yang eksklusif dan sangat memperhatikan gangguan yang timbul terhadap satwa oleh karena itu dapat diberlakukan pengetatan aturan kunjungan oleh pengelola, yaitu :
-
Alat penerangan. Pengunjung dilarang membawa alat penerangan apapun. alat penerangan hanya dibawa pemandu d m digunakan sewaktu - waktu pada saat dirasa aman.
-
Kamera dengan segala bentuknya, yang mempunyai efek blits dibatasi atau bahkan dilarang, akan tetapi sebagai gantinya pengunjung bisa mendapatkan gambar penyu dengan kualitas yang baik sebagai souvenir yang disediakan pengelola.
-
Tidak diijinkan memegang apalagi menaiki penyu.
-
Tidak diijinkan tinggal / berkemah di pantai pendaratan penyu. Kunjungan ekowisata yang eksklusive, dapat dijual mahal. Untuk itu
perlu diberikan jaminan bagi pejumpaan satwa tersebut. pengelola perlu menggalang suatu pendekatan
-
Oleh karena itu
pendekatan ilmiah dengan
melakukan penelitian - penelitian ekologi penyu, selain dalam rangka meningkatkan upaya konsewasinya juga meningkatkan pengetahuan ekologi guna menjamin perjumpaan satwa dari prediksi waktu maupun tanda - tanda dam. Adapun sebagai suatu jaminan kualitas ekowisata dapat diciptakan alternatif pengembalian uang sebagai garansi. Sebagai pembanding di MRCP, tiket masuk
diberlakukan bagi pengunjung, baik penyu dapat terlihat ataupun tidak. Pengunjung yang tidak menjumpai penyu mengalami kekecewaan, dan dalam penelitian
pada kasus MRCP disarankan untuk memberikan kompensasi
pengembalian separuh dari uang tiket, pemberian tiket gratis maupun potongan harga pada kedatangan berikutnya, seperti yang dilakukan beberapa operator wisata melihat paus pada peianggannya (Tisdell and Wilson tanpa tahun). b. Pengembangan Program Ekowisata Pendukung Berbasis Penyu Sesuai prioritas pertama
strategi kedua
dan kelima
dilakukan
pengembangan program ekowisata pendukung berbasiskan penyu dapat dikembangkan di zona alami. Hal ini dikembangkan juga untuk menampung jurnlah pengunjung yang tidak tertampung dalam kuota produk atraksi melihat penyu bertelur. Dapat dikembangkan berbagai variasi produk lain sesuai potensi kawasan ini yaitu memanfaatkan kekuatan pertama hingga keenam, serta memanfaatkan peluang ketiga hingga ketujuh. Progam
- program yang dapat
dikembangkan tersebut addah : a.
Program sarang asuh Merupakan program pengamatan sarang alami tempat pengeraman telur penyu. Pada saat tukik akan menetas secara alami maka pengunjung yang terlibat dalam program ini dapat diajak melihat proses menetasnya tukik secara alami dan melepaskannya ke laut.
b.
Paket ekowisata melepaskan tukik Atraksi melepaskan tukik
-
tukik yang baru menetas secara alami dari
sarangnya dapat dilakukan pada waktu - waktu yang sesuai. c.
Paket ekowisata melihat jejak penyu Merupakan atraksi melihat jejak penyu disertai penjelasan mengenai kondisi ekosistem yang disukai penyu. Atraksi ini dilakukan pada pagi atau sore hari sehingga pengunjung dapat lebih memperhatikan kondisi sekitar pantai.
d.
Paket ekowisata melihat ekosistem dan makanan penyu Aktivitas wisata ini dilakukan di pantai dengan memperhatikan flora dan fauna litoral yang terkait dengan kehidupan penyu.
c. Pengembangan Program Ekowisata Pendukung Berbasis SDA Masih sebagai penerapan prioritas pertama strategi kedua yaitu menciptakan variasi paket kunjungan, maka kegiatan ekowisata pendukung merupakan kegiatan ekowisata yang dapat dikembangkan di kawasan ini sesuai dengan potensi SDAnya masing-masing. Meskipun tidak berbasiskan penyu, namun kegiatan ekowisata ini memperkaya pilian produk yang dapat dipilii pengunjung yang sudah datang ke kawasan ini.
Variasi produk dapat
dikembangkan sesuai potensi kawasan ini dengan memanfaatkan kekuatan pertama bingga keenam, serta memanfaatkan peluang ketiga hingga ketujuh.
-
Program program yang dapat dikembangkan tersebut adalah :
1. Program di Zona Suaka
-
Program pengamatan flora fauna Kegiatan pengamatan flora tertentu, flora yang bemilai penting bagi kehidupan satwa di SM dm pengamatan jejak satwa. Untuk pelaksanaan program dapat dibuat jalur - jalur pengamatan bagi pengunjung.
-
Program pengamatan ekosistem sungai Pengamatan ekosistem sungai dapat dipilih pada sungai - sungai yang dangkal dengan mengamati flora faunanya.
Ada beberapa sungai di dalam SM
Cikepuh yang pemah dijadikan tempat pelepasliaran Buaya muara
(Crocodilus porosus) ha1 tersebut dapat menjadi obyek yang menarik pula untuk di amati dan diinterpretasikan.
2. Program di Zona Alami
-
Program wisata selancar Program wisata selancar dapat dilakukan pada lokasi spesifik yaihi Ombak tujuh.
-
Program wisata geologi Program wisata ini dapat dilakukan dengan mendatangi areal mempunyai keunikan batuan.
-
areal yang
Interpretasi mengenai kondisi serta
pengetahuan geologi akan sangat menarik dilakukan sambil mcngunjungi lokasi - lokasi dengan penampakan gejala alam yang khusus ini.
3. Program di Zona Pemanfatan Intensif
-
Wisata selancar Program ini banyak diminati pengunjung mancanegara, akan tetapi dapat diadaptasi untuk diperkenalkan kepada wisatawan lokal dengan paket-paket pengenalan selancar.
-
Wisata memancing Program ini dapat dikembangkan sebagi suatu sarana promosi dengan menyelenggarakan perlombaan-perlombaan mancing.
-
Wisata susur pantai Program susm pantai sangat menarik untuk melewati kawasan pantai yang indah dan bervariasi. Diperlukan penataan program yang menggabungkan antara pengetahuan alam dan aktivitas nelayan yang dapat dipadukan menjadi bahan intrpretasi yang menarik selama perjalanan.
-
Wisata kampung nelayan dan mengikuti aktivitas nelayan Program ini memerlukan interaksi dengan penduduk yang mempunyai kegiatan khusus sebagai nelayan. Untuk itu perlu disusun suatu paket yang berisi aktivitas pembuatan alat tangkap tertenty disertai keterlibatan pengunjung untuk menggunakannya serta dapat digabungkan dengan aktivitas pengolahan hasil laut tertentu yang dapat dicicipi oleh pengunjung.
-
Wisata fotografi Program ini sangat fleksibel dapat dilakukan dengan berbagai obyek yang menarik dengan berbagai perpaduan potensi alam, masyarakat dan kesenian yang melimpah di kawasan ini.
B. Pengelolaan Terpisah Pengelolaan Terpisah, mempakan bentuk pengelolaan lama, akan tetapi tentu
saja untuk melaksanakan pengembangan usaha ekowisata yang
menguntungkan bagi misi ketiga pihak hams ada satu kerjasama dan komunikasi untuk dapat mencapai visi dan penlahaman yang sama sehingga dapat saling bekerjasama secara efisien. Pengelolaan ekowisata dapat dilakukan dengan penguatan kerjasama para pihak. Hal ini dapat dilakukm dengan pembentukan forum komunikasi pengelola dan para pihak terkait.
Teknis pelaksanaannya dapat dengan melakukan
pertemuan dan komunikasi mtin untuk saling bertukat informasi dan membahas pemecahan masalah - masalah yang timbul. Pengelolaan yang terpisah, sangat memungkinkan terjadinya ketidak efisienan karena masing
- masing pengelola
harus mengembangkan program dan sarana prasarana yang sebenarnya bisa dilakukan untuk bersama. Berikut adalah aspek penting yang harus dipikirkan pengelola cii masing - masing iokasi.
1. Aspek Kawasan Kawasan masih berada pada pengelolaan asal dengan menyesuaikan program program pengembangan usaha ekowisata secara bersama dan menerapkan di kawasan masing
- masing
sesuai potensi dan SDA serta SDM
masing - masing. a. SM Cikepuh 1. Penataan Blok
Sesuai dengan kondisi yang telah teridentifikasi untuk mengatasi kelemahan ketujuh dan kedelapan serta sesuai dengan prioritas kedua strategi keenam aspek kawasan yang perlu dicermati dalam pengembangan usaha ekowisata terutama adalah kawasan SM Ciepuh yang belum mempunyai pembagian blok untuk mengakomodii kepentingan pemanfaatan wisata terbatas. Penataan blok ini perlu dilakukan demi efisiensi dan kejelasan lokasi yang dapat diusahakan dalam pengembangan program
- program
ekowisata. Sesuai Ditjen
PHPA (1996) maka penataan disarankan dengan membentuk
blok-blok
pengelolaan, yaitu blok inti dan blok rimba. Pada blok inti dapat diselenggarakan kegiatan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan pada blok rimba dapat dilakukan kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, wisata terbatas, dan kegiatan yang menunjang budidaya. 2. Pengembangan Sarana Prasarana
Pengembangan sarana dan prasarana dilakukan untuk mengatasi kelemahan yaitu dengan meningkatkan pelayanan demi kepuasan pengunjung. Sarana prasarana yang dibangun harus menyesuaikan dengan penataan blok, mempertimbangkan kondisi SDA dan meminimalisir dampak pembangunan terhadap SDA.
a. Prasarana jalan dan menyeberang sungai Sesuai prioritas kedua strategi kedua perlu dilakukan peningkatan aksesibilitas untuk mencapai obyek
- obyek menarik, maupun lokasi program - program
ekowisata di dalam kawasan.
Penataan jalan ke lokasi program, perlu
dilakukan dengan memperhatikan lokasi serta kondisi SDA. Untuk menyeberangi sungai, diperlukan sarana perahu maupun rakit yang dapat digunakan pengunjung dengan aman. b. Pembangunan pusat informasi Sebagai upaya untuk menghindari kelemahan kedua, prioritas pertama strategi kelima prioritas kedua strateg pertama yaitu terjadinya gangguan SDA akibat aktivitas pengunjung, sekaligus sebagai upaya peningkatan pelayanan dan sebagai variasi pengkayaan produk maka perlu dibangun sarana penyampaian media informasi. Pusat informasi merupakan berisi foto - foto dan alat peraga yang dapat dijelaskan kepada pengunjung sebelum pengunjung memasuki kawasan. Pusat informasi dapat menjadi tempat untuk menjelaskan peraturan kunjungan di dalam kawasan. c. Pengadaan sarana menginap yang memadai
Pengunjung yang mengikuti paket program ekowisata yang lebih dari sehari, tentu saja memerlukan sarana menginap yang memadai. Selain itu diperlukan pula fasilitas air bersih dan MCK. Sarana tempat tinggal tersebut perlu perlu dibangun sesuai dengan kondisi alami dengan pemeliharaan yang memadai, pada lokasi yang sesuai dengan peruntukannya. 2. Pengembangan SDM Ekowisata
Sesuai dengan prioritas kedua strategi keempat, maka perlu dilakukan pelatihan mengenai wisata dan ekowisata bagi tenaga pendamping SM Cikepuh. Hal ini perlu dilakukan mengingat latar belakang pendidikan petugas yang tidak pemah mendapatkan pengetahuan mengenai teknik pemanduan. Untuk itu perlu dilakukan penambahan pengetahuan serta pembinaan sikap dan pemahaman, agar dapat melakukan tugas pemanduan dengan baik sesuai dengan perkembangan pengusahaan kawasan ini. Penyusunan program interpretasi bagi paket ekowisata baru, dibarengi dengan pelatihan materi
-
- paket
materi interpretasi SM
Cikepuh kepada personil
- personil pemandu agar dapat menyajikan pelayanan
yang baik bagi pengunjung.
3. Pengembangan Program Ekowisata Sebagai penerapan bagian prioritas pertama strategi kedua dan prioritas kedua strategi kelima yaitu meningkatkan variasi paket kunjungan, sekaligus mengatasi kelemahan ketujuh, maka perlu dikembangkan pengkayaan produk dengan memperhatikan potensi dalam SM Cikepuh sehingga lebih berorientasi pasar dan dapat ditawarkan kepada pasar yang lebih luas.
Adapun program
-
program yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut. a.
Pengamatan penyu Program pengamatan penyu memfokuskan kepada aktivitas pengamatan perilaku penyu yang naik dan bertelur.
Pelibatan pengunjung dapat
dilakukan dengan aktivitas pemasangan tagging, pengamatan secara berkala, serta pencatatan jumlah telur clan pemantauan perkembangan telur yang menetas. Rangkaian informasi tersebut dapat dijual sebagai paket kepada pengunjung, sekaligus membantu pendataan populasi penyu di pantai ini. b.
Program sarang asuh Mempakan program pengamatan sarang tempat pengeraman telur penyu. Pada saat tukik akan menetas secara alami maka pengunjung yang terlibat dalam program ini dapat diajak melihat proses menetasnya tukik secara alami
dan melepaskannya ke laut. c.
Program pengamatan flora fauna Kegiatan pengamatan flora tertentu, flora yang bernilai penting bagi kehidupan satwa di SM dan pengamatan jejak satwa. Untuk pelaksanaan program dapat dibuat jalw - jalur pengamatan bagi pengunjung.
d.
Program pengamatan ekosistem sungai Pengarnatan ekosistem sungai dapat dipilih pada sungai
-
sungai yang
dangkal dengan mengamati flora faunanya. Ada beberapa sungai di dalam SM Cikepuh yang pernah dijadikan tempat pelepasliaran Buaya muara (Crocodilus porosus) ha1 tersebut dapat menjadi obyek yang menarik pula
untuk di amati dan diintcrpretasikan.
e.
Program wisata selancar Program wisata selancar dapat dilakukan pada lokasi spesifik yaitu Ombak tujuh. perlu diberikan akses dengan tetap mempertimbangkan segi pendidikan lingkungan dan penghargaan terhadap alam.
Apabila dianggap
beresiko, maka dapat ditetapkan peraturan larangan untuk menginap.
f.
Program wisata geologi Program wisata ini dapat dilakukan dengan mendatangi areal mempunyai keunikan batuan.
Interpretasi
- areal yang
mengenai kondisi
serta
pengetahuan geologi akan sangat menarik dilakukan sambil mengunjungi lokasi - lokasi dengan penampakan gejala alam yang khusus ini. 4. Pengembangan Promosi dan Kemudahan Perijinan
Sesuai prioritas pertama strategi kelima, perlu dilakukannya kerjasama promosi secara lebii aktif dan mencakup kalangan yang
lebii luas dengan
informasi - informasi yang memadai mengenai paket - paket yang ditawarkan serta informasi tata cara melakukan kunjungan agar wisatawan merasa nyaman dan lancar. Hal ini perlu dilakukan untuk mengenalkan dan menjaring pasar yang selama ini tidak mengetahui keberadaan SM Ciepuh dan pemanfaatan yang mungkin dinikmati oleh pengunjung. Kewenangan pengurusan ijin masuk kawasan sebaiknya dilimpahkan kepada unit terdekat agar memudahkan kunjungan dan pengawasan. b. Pantai Pangumbahan Pantai Pangumbahan dikelola oleh CV. Daya Bhakti, dengan ijin yang didapatkan dari Gubernur Dati I Propinsi Jawa Barat. Pantai ini sesuai dengan kontrak kerja, dikelola sebagai zona pengusahaan SDA yang dalam ha1 ini adalah pengunduhan telur penyu. 1. Penetapan Status Pengusahaan Ekowisata
Sesuai dengan prioritas kedua strategi ketujuh, diperlukan penetapan status pengusahaan ekowisata yang memanfaatkan obyek wisata penyu. Selama ini atraksi ini dilakukan sebagai suatu usaha sampingan tanpa ada pengusahaan serius. Hal ini tidak mendorong peningkatan profesionalisme SDM dan upaya agar aktivitas wisata tetap lestari. Pengembangan yang serius akan membuka keseinpatan untuk peningkatan kualitas pelayanan yang mencakup pengetahuan
pemandu, serta pengelolaan obyek dan program - program yang sesuai potensi
dan kondisi ekologis kawasan. Pemahaman pengelolaan ekowisata yang baik tentunya akan menimbulkan sikap dan perlakuan terhadap obyek sesuai dengan kebutuhan ekologisnya sehingga tidak menimbulkan gangguan bagi kelestarian obyek itu sendiri.
2. Pengembangan SDM Ekowisata Sesuai dengan prioritas kedua strategi keempat, pengelola Pantai Pangumbahan perlu meningkatkan ketrampilan pelayanan wisata bagi SDMnya. Sesuai dengan perannya yang berkaitan langsung dengan atraksi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara pengunjung dengan penyu sebagai obyek, maka selain pemberian pengetahuan tentang bioekologi dan pentingnya menjaga kelestarian satwa tersebut, perlu pula dilakukan pembinaan intensif mengenai cara - cara pemanduan dan sikap pemanduan yang baik.
Sikap
pemandu yang baik dalam memperlakukan obyek akan memperkuat kesan pengunjung dan kesesuaian antara pengetahuan dan contoh yang mereka dapatkan sehingga akan menimbulkan kesadaran akan bagaimanana semestinya menghargai keberadaan satwa langka tersebut. Sebagai upaya untuk menghilangkan kelemahan kedua, yaitu timbulnya gangguan aktivitas pengunjung terhadap penyu maka perlu dilakukan penataan dalam pelaksanaan produk yaitu pembatasan jumlah peserta rombongan yang dapat dilayani saat atraksi. Meskipun belum a& ketentuan jumlah pengunjung yang dapat dilayani oleh pemandu, &an tetapi menurut pengalaman beberapa orang pemandu, kegiatan interpretasi akan efektif dengan diikuti maksimal 10 orang peserta. Maka sebaiknya untuk melihat atraksi ini, dibatasi 10 orang dengan melakukan sistem pesan
Pembatasan jumlah ini, selain dapat
meningkatkan efektifitas penyampaian
interpretasi obyek oleh pemandu,
memudahkan pengawasan atas perilaku pengunjung, juga meminimalisir kemungkinan penyu mengalami stress.
3. Pengembangan Program Ekowisata Sebagai penerapan bagian dari prioritas pertama strategi kedua yaitu meningkatkan variasi paket kunjungan, serta untuk menampung jumlah pengurjung yang tidak tertampung dalam kuota produk atraksi melihat penyu
bertelur, maka perlu dikembangkan pengkayaan produk dengan memperhatikan potensi.
Dapat diiembangkan berbagai variasi produk lain sesuai potensi
kawasan ini yaitu memanfaatkan kekuatan pertama hingga keenam, serta memanfaatkan peluang kelima hingga ketujuh. Adapun program ekowisata yang dapat dikembangkan untuk menampung rninat pengunjung di dalam kawasan Pantai Pangumbahan, selain airaksi melihat penyu bertelur
adalah sebagai
berikut. a. paket ekowisata melepaskan tukik Atraksi melepaskan tukik
- tukik
yang baru menetas secara alami dari
sarangnya dapat dilakukan pada waktu - waktu yang sesuai. b. paket ekowisata melihat jejak penyu Merupakan atraksi melihat jejak penyu disertai penjelasan mengenai kondisi ekosistem yang disukai penyu. Atraksi ini dilakukan pada pagi atau sore hari sehingga pengunjung dapat lebih memperhatikan kondisi sekitar pantai. c. paket ekowisata melihat ekosistem dan makanan penyu Aktivitas wisata ini dilakukan di pantai dengan memperhatikan flora dan fauna litoral yang terkait dengan kehidupan penyu. 4. Pengembangan Sarana Prasarana
Pengembangan sarana prasarana perlu dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung, dengan memperhatikan penataan dan lokasi yang tidak menimbulkan gangguan terhadap kepekaan satwa ini.
-
Penataan akses jalan Sesuai strategi pertarna, perlu dilakukan peningkatan akses jalan menuju lokasi Pantai Pangumbahan.
-
Pembangunan Pusat Informasi Sarana ini merupakan bentuk peningkatan pelayanan terhadap pengunjung sekaligus tambahan obyek ekowisata yang dapat memberikan informasi secara lengkap dan menarik mengenai penyu. Pusat informasi berisi foto foto dan alat peraga yang dapat dijelaskan kepada pengunjung sebelum pengunjung memasuki kawasan pantai untuk mengikuti program ekowisata yang dikembangkan di kawasan ini. Selain itu Pusat informasi
merupakan pengembangan obyek kunjungan yang lebih fleksibel menerirna pengunjung untuk menyampaikan segala sesuatu informasi tentang penyu.
Pusat informasi dapat pula menyajikan film 1 video
mengenai aktivitas penyu, sehingga pengunjung yang datang pada siang hari dapat melihat atraksi dari film tersebut.
c. Ujung Genteng Kawasan pantai ini cukup luas dan terdiri dari beberapa bagian pantai yang dapat dikembangkan secara terpadu dengan kekayaan karakteristik pantainya yang dapat memperkaya variasi pilihan aktivitas wisata bagi pengunjung.
1. Pengembangan Sarana Prasarana A. Prasarana jalan Secara umum kawasan ini perlu mengembangkan strategi pertama yaitu peningkatan aksesibilitas menuju lokasi
- lokasi spesifik yang menarik bagi
knnjungan . Peningkatan sara.na aksesilbilitas ini diantaranya adalah membuat jalan alternatif melalui desa dengan saran jalan yang nyaman untuk dilalui.
Hal ini untuk menghindar lalulintas yang semakin padat di daerah pantai yang menimbulkan banyak gangguan terhadap habitat penyu yang sangat peka terhadap cahaya. Jalan - jalan ini sebaiknya dilengkapi dengan petunjuk jalan dan sarana penerangan agar nyaman dilalui.
B. Sentra kerajinan cinderamata Sesuai dengan strategi kedua, maka perlu digiatkan pelatihan keterampilan dan bantuan modal agar masyarakat tertarik untuk mengembangkan kerajinan tangan khas yang dapat dijual kepada pengunjung sebagai cinderamata khas. Akan lebih menarik apabila pengembangan dan penjualan dipusatkan pada satu kampung yang berdekatan dengan pantai dan akomodasi pengunjung. C. Sentra penjualan jajanan khas Sesuai dengan strategi kedua, perlu pula digiatkan tempat penjualan jajanan dan makanan khas berballan baku produk laut maupun pertanian yang dapat dijadikan salah satu pusat kunjungan tambahan yang menarik di kawasan ini. Adapun beberapa bagian pantai ini memerlukan beberapa karakteristik khusus pada pengembangannya adalah sebagai berikut
a. Hutan Tanjung Ujung Genteng Kawasan Hutan Tanjung Ujung Genteng yang sudah demikian familiar bagi masyarakat Kabupaten Sukabumi sebagai tempat piknik dapat dikembangkan untuk menampung kebutuhan bagi wisata massal. Untuk itu diperlukan beberapa penataan sehingga meminimalisir dampak kunjungan terhadap kerusakan vegetasi dan ekosistem. Beberapa bentuk pendekatan permintaan (Demand Approach) yang sesuai dapat diterapkan di kawasan tersebut.
Selain itu kawasan ini
menghadapi ancaman kerusakan sumberdaya akibat aktivitas kunjungan maupun penjarahan kayu yang disebabkan belum adanya kejelasan kewenangan pengelolaan.
1. Penetapan Status Kawasan Menghmdari ancaman ketiga dan peningkatan pelayanan kepada pengunjung, perlu dibentuk suatu kesepakatan para pihak dalam penataan lahan di kawasan ini, sehingga dapat dilakukan penataan yang sesuai dengan peruntukannya serta memberikan ruang dan kesempatan yang jelas bagi pengunjung yang khususnya sudah diwajibkan membayar retribusi untuk memasuki kawasan Ujung Genteng.
Penataan sekaligus akan memperjelas
kewenangan pihak pengelola untuk melakukan pelarangan penggunaan vegetasi didalam kawasan ini untuk keperluan - keperluan ilegal yang dapat mengganggu kelestarian dan f h g s i peruntukan lahan yang ditetapkan bersama. 2. Pengembangan Sarana Prasarana
Wisata massal yang dialokasikan pada kawasan ini, memerlukan penataan dan penambahan sarana- prasarana bagi kenyamanan pengunjung dan keindahan serta kelestarian alarnnya. Adapun sarana prasarana yang perlu dibangun adalah sebagai berikut : a. Tempat sampah dan pengelolaan sampah Lokasi ini sangat membutuhkan tempat sampah di tempat konsentrasi pengunjung.
-
tempat
Hal ini penting karena pengunjung datang dalam
rombongan dan bertujuan untuk piknik. Umumnya mereka membawa perbekalan dan makanan minuman kemasan.
Apabila tidak tersedia tempat sampah,
pengunjung cenderung tidak mempunyai kesadaran untuk membawa kembali sampah mereka dan mengotori pantai. Selain itu perlu juga pengelolaan sampah
serta pengaturan personil tenaga kebersihan agar lokasi ini selalu bersih dan rapi. Sampah perlu dikelola agar tidak bertumpuk di satu lokasi yang mengganggu pemandangan. Sementara ini masih banyak sampah yang bertumpuk justxu di puntu masuk lokasi ini. b. Perbaikan dan penambahan fasilitas Apabila lokasi ini dikembangkan bagi kegiatan wisata massal maka perlu dilakukan penataan serta penambahan fasilitas penunjang agar pengunjung merasa Fasilitas yang perlu ditambahkan adalah lokasi parkir, toilet
nyaman.
umum,bangku - bangku taman, tungku-tun& pembakaran ikan dan papan -papan informasi, penunjuk arah dan pintu masuk. c. Tungku pembakaran ikan Areal hutan ini telah menjadi tempat piknik dengan aktivitas utama memasak nasi dan membakar ikan, untuk itu perlu adanya penataan dan penambahan fasilitas khusus berupa tun&
yang berfungsi sebagai penghalang
api dari gangguan angin selama proses pembakaran. Tungku - tungku ini harus tersedia di beberapa lokasi pantai yang potensial sebagai tempat berkelompoknya pengunjung. Adanya tungku- tungku yang siap pakai tersebut diarapkan dapat menghilangkan kebiasaan pengunjung menggunakan banir-banir pohon yang akan mengganggu kelestarian. selain itu perlu juga disediakan arang ataupun sabut kelapa sebagai altematif bahan bakar kayu yang dikhawatirkan dapat diarnbil pengunjung dari pohon di dalam areal hutan tanjung Ujung Genteng. d. Penataan Perlu dilakukan penataan bagi areal -areal yang disediakan untuk piknik dan aktivitas pengunjung, dengan pengaturan agar areal vegetasi tidak terganggu oleh aktivitas pengunjung. Vegetasi di kawasan ini merupakan faktor dam yang disukai pengunjung yaitu sebagai peneduh. Perlu ditanamkan kesadaran bagi pengunjung untuk menyadari pentingnya fungsi vegetasi baik secara ekologi maupun kenyamanan benvisata yang sedang dilakukan sehingga ikut menjaga kelestarian alam dalam kunjungannya. Sarana penunjuang yang dapat diberikan adalah pemagaran serta pemberian papan informasi.
b. Kawasan Pantai Perbatasan Pangumbahan, Muara Cibuaya
- Kelapa
Condong Kawasan ini dapat diiembangkan sebagai lokasi kegiatan wisata alam yang tetap memperhatikan kealamian alamnya. Wilayah ini memberikan ruang bagi para peselancar, para pemancing, para fotografer, para pengunjung lokal dan asing yang menyukai keindahan alami dengan menikmati atraksi dam seperti keindahan matahari terbenam, selancar di pantai yang bersih dan tidak terlalu ramai, memancing tanpa gangguan terlalu banyak orang lalu lalang. Kawasan ini dapat dilengkapi sarana prasarana wisata untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung, akan tetapi tetap memperhatikan kealamian baik dari segi bahan maupun arsitektur, juga memperhatikan letak bangunan serta gangguan dan sumber cahaya yang mungkin dapat ditimbulkan terhadap pantai peneluran penyu. 1. Penegakan Hukum
Sebagai upaya untuk menghindari ancaman kelima dan kelemahan pertama, sekaligus penerapan prioritas kedua strategi pertama maka kawasan ini memerlukan ketegasan penegakan hukum dalam pendirian bangunan dengan peruntukan lahan yang sesuai. Lemahnya penegakan hukurn terhadap pelanggar akan mendorong munculnya pelanggar- pelanggar baru yang mendirikan bangunan di sepanjang pantai mendekati habitat penyu tanpa memperhatikan aspek kelestarian alam yang terganggu.
2. Pengembangan Program Ekowisata Sebagai penempan bagian dari strategi kelima yaitu meningkatkan variasi paket kunjungan, maka perlu diiembangkan pengkayaan produk dengan memperhatikan potensi kawasan. Beberapa program ekowisata menarik dapat dikembangkan dikawasan ini dengan memanfaatkan kekuatan pertama hingga enam dan memanfaatkan peluang ketiga hingga kedelapan. a. Wisata selancar Program ini banyak diminati pengunjung mancanegara, akan tetapi dapat diadaptasi untuk diperkenalkan kepada wisatawan lokal dengan paketpaket pengenalan selancar.
b. Wisata memancing Program ini dapat dikembangkan sebagi suatu sarana promosi dengan menyelenggarakan perlombaan-perlombaan mancing. d. Wisata susur pantai Program susur pantai sangat menarik untuk melewati kawasan pantai yang indah clan be~ariasi. Diperlukan penataan program yang menggabungkan antara pengetahuan dam dan aktivitas nelayan yang dapat dipadukan menjadi bahan intrpretasi yang menarik selama perjalanan. e. Wisata kampung nelayan dan mengikuti aktivitas nelayan Program ini memerlukan interaksi dengan penduduk yang mempunyai kegiatan khusus sebagai nelayan. Untuk itu perlu disusun suatu paket yang berisi aktivitas pembuatan alat tangkap tertentu, disertai keterlibatan pengunjung untuk menggunakannya serta dapat digabungkan dengan aktivitas pengolahan hasil laut tertentu yang dapat dicicipi oleh pengunjung. f. Wisata fotografi Program ini sangat fleksibel dapat dilakukan dengan berbagai obyek yang menarik dengan berbagai perpaduan potensi dam, masyarakat dan kesenian yang melimpah di kawasan ini.
3. Pengembangan Masyarakat Sekitar Sesuai prioritas pertama strategi keempat serta menghindari ancaman kedua, masyarakat sebagai salah satu unsur penting dalam ekowisata hams turut diberdayakan agar dapat terlibat dalam kapasitasnya dalam pengembangan usaha ekowisata di kawasan ini. Seperti yang terjadi di MRCP, bahwa Ekowisata dapat membantu umtuk mendukung solidaritas lingkungan. di MRCP, sukarelawan lokal membantu petugas Queensland Park dengan berbagai cara, seperti membantu pemungutan tiket masuk,
mengoperasikan toko cinderamata,
membantu mengendalikan gangguan suara keramaian, memimpin kelompok pengamat dan mengumpulkan data - data ilmiah tentang penyu. Dengan demikian partisipasi tersebut dapat membantu membangun dukungan masyarakat setempat terhadap konservasi penyu clan menekan biaya operasional penyelenggaraan kunjungan (Tisdell and Wilson tanpa tahun).
a. Perlu dilakukan pengembangan potensi SDM masyarakat lokal. Hal ini dapat diiakukan
dengan
pengembangan
kerjasama
stake
holder
dalam
mensosialisasikan kemungkinan pemahaman ekowisata sehingga di masa yang akan datang, masyarakat dapat mempunyai visi yang sama apabila mempunyai kesempatan terlibat dalam pengembangan usaha ekowisata di kawasan ini.. Salah satu cara adalah dengan memberikan muatan lokal wisata dan ekowisata pada generasi muda melalui mata pelajaran di sekolah mereka. Untuk jangka panjang, perlu pula dipikirkan adanya pengembangan usulan salah satu tokoh masyarakat untuk mendirikan semacam Sekolah Menengah Kejuruan yang membidangi wisata dan ekowisata agar lebih lanjut dapat dicetak tenaga- tenaga kerja yang lebih paham akan seluk beluk ekowisata clan teknis pelayanan agar dapat memperbaiki kondisi SDM dan kualitas pelayanan yang sudah ada. b. Perlu juga dikembangkan pelatihan bagi tenaga - tenaga pelayanan jasa yang sudah ada mengenai keterampilan dan kemampuan teknis sesuai kompetensi tugasnya.
c. Bagi masyarakat, perlu dilakukan pelatihan sadar wisata sehingga masyarakat dapat lebih nnnpunyai sikap yang menyenangkan kepada pengunjung serta mengembangkan sikap menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan tempat kerjanya sehingga nyaman dilihat dan dikunjungi. d. Masyarakat setempat perlu juga diberikan pelatihan keterampilan pembuatan kerajinan - kerajnan tangan yang dapat dikembangkan menjadi cinderamata. Pelatihan semacam ini dapat di sertai dengan bantuan modal atau pinjaman modal serta bantuan pemasaran atas hasil- hasil kerajinan mereka dalam satu sentra kerajinan clan cinderamata e. Perlu pengembangan kesenian daerah yang dapat memperkaya perayaan tradisional nelayan yang sudah ada, sehingga ragam kesenian dan budaya dapat terasa lebih kental tidak tergusur oleh kesenian modem yang terkesan lebih instant dan mwah. Dapat pula dikembangkan semacam keramaian yang
unik untuk memperingati dimulainya musim penyu bertelur untuk menarik pengunjung. Hal ini seperti yang dilakukan di MRCP, sebuah festival telah
dimulai sejak tahun 1999 untuk memperingati mulainya musim penyu setiap pertengahan bulan November (Tisdell and Wilson tanpa tahun).
6.2. Peningkatan Keuntungan Usaha Curtin (2003) menjelaskan bahwa di banyak tempat, penghitungan keuntungan melihzt paus meojadi pendapafm p e n h g bagi masyarakat, dengan menciptakan lapangan kerja clan peluang usaha.
Selain itu dapat membantu
perkembangan apresiasi dari pentingnya konservasi laut. Wisata melihat paus juga memberikan rasa kebanggaan dan jati din bagi masyarakat. Hoyt (2001) diacu dalam Curtin (2003) menyebutkan bahwa pertumbuhan pasar peminat melihat paus mengalami peningkatan pesat dengan rata - rata 12,1% per tahun selama 1990an dan meningkat menjadi 13,6% dari 1994 hingga 1998 (lebih besar daripada peningkatan wisatawan dunia yaitu 3-4% per tahun). Operator wisata dan wisata m e l i i t paus mengalami peningkatan ekonorni yang berarti, dari US$ 14juta (1981) menjadi US$300 juta (1991) dan US$ 1 rnilyar (1998). Pendapatan daerah Bundaberg terkait dengan kehadiran penyu di Mon Repos Conservation Park (MRCP) adalah sekitar 0,8 juta $ Australia per tahun. Apabila konsemasi penyu berjalan baik, dengan multiplier efek maka keuntungan daerah akan dapat bertambah besar (Tisdell and Wilson tanpa tahun). Uraian mengenai keuagan memberikan gambaran bahwa terdapat sektor usaha yang mempunyai perolehan keuntungan cukup besar di SM Cikepuh dan sekitarnya. Penginapan sebagai sebuah unit pelayanan akomodasi mendapatkan keuntungan rata - rata terbesar yaitu Rp 3.885.416 per bulan.
Sedangkan pelaku
usaha perseorangan mendapatkan keuntungan seperti disajikan pada Gambar 66. Keuntungan terbesar didapatkan pengusaha transportasi lokal yaitu pengojek, Selama ini penghasilan pelaku usaha ojek mendominasi tingginya pendapatan karena penguasaan wilayah dan ketergantungan pengunjung terhadap transportasi lokal beroda dua. Praktek monopoli ini disebabkan kondisi jalan yang tidak memadai bagi kendaraan roda empat, terutama pada musim hujan dan minimnya informasi penunjuk arah dan informasi lokasi - lokasi ODTWA baik di sepanjang pantai maupun ODTWA pendukung.
Garnbar 66 Keuntungan rata - rata per bulan masing - masing pelaku usaha pada tahun 2007 Pemandu di Pantai Pangumbahan dan pemandu di SM Cikepuh memiliki penghasilan yang relatif kecil.
Kondisi ini disebabkan rendahnya tingkat
kunjungan ke SM. Cikepuh dan rendahnya variasi produk yang dapat ditawarkan. Baik pemandu di SM Cikepuh maupun Pantai Pangumbahan dapat meningkat dengan dilakukannya diversifikasi produk, promosi, kemudahan kunjungan dan peningkatan kualitas SDM.
A. Prediksi Peningkatan Jumlah Pengunjung Jumlah prediksi pengunjung SM Cikepuh dan sekitarnya pada tahun 2007 adalah
9.460 orang.
Dari literatur didapatkan informasi bahwa jumlah
pengunjung kawasan Ujung Genteng pada tahun 2006 adalah (BPLHD 2006).
6.266 orang
Dengan asumsi pengunjung SM Cikepuh sama (tidak ada
peningkatan) maka ditambahkan jumlah yang sama terhadap data tersebut dan didapatkan bahwa jumlah pengunjung tahun 2006 adalah 6.340 orang. Sesuai dengan rumus perhitungan jumlah wisatawan yang akan datang (Fandeli 2002) didapatkan perhitungan sebagai berikut :
Y,
yo(1+ r)'
=
Keterangan rumus :
Y,,,
=
Yo
=jumlah
r
= angka pertumbuhan
t
= waktu prediksi yang akan datang
jumlah wisatawan pada waktu mendatang tn wisatawan pada saat awal %
diketahui :
Y2rn7 = 9.460 orang Y 2 ~ 6= 6.340 orang t
=
1 tahun
perhitungan : 9.460
=
6.340 (1+ r)'
1,4921
=
(l+r)'
r
=
0,4921
Dengan mengetahui angka pertumbuhan
(r adalah 0,4921) maka dapat
diperkimkan jumlah pengunjung pada 3 tahun mendatang sebagai berikut : diketahui :
Y2007
=
t
=3tahun
I
= 0,492 1
9.460 Orang
perhitungan : Y,
Y201o
= yo(l+r)3 =
Y Z O(1 O ~+ 0,4921)
= 9.460
(1,4921)
= 3 1.426
Setelah jangka waktu 3 tahun, maka akan didapatkan pengunjung yang mencapai 31.426 orang pengunjung.
Setelah jangka waktu tersebut, diharapkan
pengembangan - pengembangan sesuai rencana pengembangan dapat tercapai. Apabila diasumsikan bahwa jumlah tersebut akan terbagi merata di ketiga lokasi,
maka masing
-
masing lokasi akan mempunyai kesempatan untuk melayani
10.475 orang.
B. Peningkatan Keuntungan Peningkatan keuntungan usaha ekowisata sebenarnya meliputi berbagai jenis usaha yang ada dalam mata rantai industri wisata yang ada di kawasan ini. Dengan dua scenario pengelolaan, akan coba dibandingkan pendapatan keuntungan yang berdasarkan pada usaha pemanduan.
1. Peningkatan Keuntungan Pada Pengelolaan Terpisah Pada penelitian ini keuntungan yang dihitung, adalah peningkatan keuntungan pelaku usaha pemandu yang ada di ketiga kawasan. Hal ini dihitung berdasarkan modifikasi peningkatan jumlah pengunjun, pengembangan program dan sistem serta standart pendapatan dan biaya yang berlaku pada saat penelitian berlangsung. Maka keuntungan pelaku usaha pemanduan harus diitung pada masing-masing unit pengelola. a. Peningkatan Pendapatan Pemandu SM Cikepuh
SM Cikepuh memiliki 6 rencana program yang akan dikembangkan bagi pengunjungnya.
Dengan jumlah pengunjung 10.475 orang dalam setahun,
diasumsikan akan datang dengan kuantitas yang sama tiap minggunya, sehingga didapatkan bahwa jumlah pengunjung per minggu adalah : Jumlah pengunjung per minggu
= 10.475 : 52 minggu dalam
setahun
= 20 1 orang per minggu
Jumlah pengunjung 201 orang per minggu mempunyai peluang untuk diserap dalam 6 rencana progam, sehingga tiap program akan mampu menyerap jumlah pengunjung sebagai berikut : Jumlah pengunjung tiap program yang disiapkan
=
201 : 6
= 34 orang
Maka masing
- masing program mempunyai kesempatan untuk menampung 34
orang pengunjung. Apabila 1 orang pemandu program maksimal hanya dapat mendampingi 10 orang penglnjung, maka setiap pemandu program mempunyai
kesempatan untuk mendampingi 4 kelompok per minggu, dengan asumsi kelompok tidak datang dalam satu hari dan datang dengan sistem pesan. Maka minimal dibutuhkan 6 orang pemandu program per minggu. Adapun jumlah penghasilan yang akan didapatkan bagi masing - masing pemandu adalah sebagai berikut : Jumlah pengunjung per program antara 8 - 9 orang, dengan uang jasa rata -rata Rp 25.000 per kelompok. maka penghasilan seorang pemandu dalam 1 minggu dapat mencapai antara Rp 100.000. Maka penghasilan pemandu SM Cikepuh mencapai Rp 400.000 per orang per bulan. Potensi keuntungan total yang didapatkan 6 orang pemandu per tahun adalah : Potensi keuntungan =jumlah pemandu x rata - rata pendapatan =6
orang x Rp 400.000
= Rp 2.400.000 per bulan = Rp 28.800.000
per tahun
b. Peningkatan Pendapatan Pemandu Pantai Pangumbahan
Pantai Pangumbahan
memiliki 4 rencana program yang akan
diiembangkan bagi pengunjungnya. Dengan jumlah pengunjung 10.475 orang dalam setahun, diasumsikan akan datang dengan kuantitas yang sama tiap minggunya, sehingga didapatkan bahwa jumlah pengunjung per minggu adalah : Jumlah pengunjung per minggu
= 10.475 : 52 minggu dalam setahun = 201 orang per minggu
Jumlah pengunjung 201 orang per minggu mempunyai peluang untuk diserap dalam 4 rencana program, sehingga tiap program akan mampu menyerap jumlah pengunjung sebagai berikut : Jumlah pengunjung tiap program yang disiapkan
=
201 :4
= 50 orang per minggu
per program Maka masing - rnasing program mempunyai kesempatan untuk menampung 50 orang pengunjung.
Apabila 1 orang pemandu maksimal hanya dapat
mendampingi 10 orang pengunjung, maka bila tersedia minimal 1 pemandu per
program, 1 orang pemandu dapat memandu 5 kelompok pengunjung yang tidak datang pada hari yang bersamaan. Jumlah tenaga lapangan CV. Daya Bhakti adalah 12 orang, sedangkan tentu tidak semua dapat diaktifkan untuk kegiatan ekowisata karena tenaga tersebut diperlukan juga bagi kegiatan pokok CV. Daya Bhakti tersebut. Maka diperlukan penambahan tenaga pemandu. Adapun jumlah penghasilan yang akan didapatkan bagi masing - masing pemandu adalah : Jumlah pengunjung per program adalah 10 orang, dengan uang jasa Rp 5.000 per orang maka penghasilan seorang pemandu dalam 1 minggu dapat mencapai Rp 250.000.
Maka penghasilan pemandu Pantai Pangurnbahan mencapai Rp
250.000 per orang per bulan. Adapun potensi penghasilan pemanduan total dalam setahun adalah : Potensi penghasilan total pemanduan = Rp.250.000 = Rp
/ program / minggu x 4 program
1.OOO.OOO / minggu
= Rp 4.000.000
1 bulan
= Rp 48.000.000
/ tahun
c. Peningkatan Keuntungan Pemandu Ujung Genteng Keuntungan pemandu wisata professional di Ujung Genteng selama ini adalah no1 karena impas dengan usaha survey lokasi - lokasi b m yang menarik serta untuk biaya promosi. Sebagai contoh bahwa di Ujung Genteng dapat dikembangkan dua program wisata dan ekowisata (yang membutuhkan keterlibatan pemandu.
Adapun dapat pula dikembangkan berbagai paket
kunjungan ke berbagai ODTWA dan aktifitas masyarakat sesuai kebutuhan wisatawan. Sebagai gambaran, bahwa pengunjung yang membutuhkan pemanduan yang datang ke kawasan ini pada tahun 2010 adalah sejumlah 201 orang per minggu, sementara 1 orang pemandu efektif untuk 10 orang pengunjung, maka dibutuhkan 20 paket ekowisata beserta pemandunya. Apabila 1 paket ekowisata memberikan keuntungan Rp. 100.000 kepada pemandu, maka keuntungan akan dapat dihitung tergantung pada lama tinggal pengunjung dan jumlah paket ekowisata yang ingin dikonsumsi selama kunjungan. Adapun apabila kelompok
pengunjung rata
- rata
diasurnsikan mengkomumsi 1 paket ekowisata perhari,
maka akan didapatkan keuntungan 100.000 per hari per pemandu. Apabiia satu pemandu mampu memandu 3 kelompok pengunjung dalam seminggu, dibutuhkan sedikitnya 7 orang pemandu pada tahun 2010. Adapun prediksi perhitungan pendapatan pemandu perbulan adalah sebagai berikut : Diketahui :
Jumlah pemandu
: 7 orang
keuntungan pemandu
: Rp 100.000 per keiompok pengunjung
kemampuan memandu : 3 kelompok per minggu Perkiraan pengeluaran dalarn setahun (saat penelitian ini menjadi beban pengeluaran pemandu Ujung Genteng) : Biaya Survey
: Rp 7.000.000 per tahun
Biaya promosi
: Rp 7.000.000 per tahun
Apabila dibagi rata, beban masing masing pemandu adalah : Rp 2.000.000 Perhitungan keuntungan masing - masing pemandu : pendapatan pemandu per bulan
=3
kelompok / minggu x 4 x Rp 100.000
= Rp
1.200.000 / bulan
pendapatan pemandu per tahun = Rp 1.200.000 x 12 bulan Keuntungan pemandu pertahun
= Rp
14.400.000 / tahun
= Rp
14.400.000 - Rp 2.000.000
= Rp
12.400.000 per tahun
d. Keuntungan Usaha Pemanduan dengan pengelolaan terpisah
Total keuntungan pemanduan di ketiga lokasi adalah sebagai berikut : Pemandu Ujung Genteng
= Rp
12.400.000 per tahun
Pemandu Pantai Pangumbahan
= Rp
48.000.000 per tahun
Pemandu SM Cikepuh
= Rp
28.800.000 per tahun
Total
=
Rp 89.200.000 per tahun
2. Peningkatan Keuntungan dengan Pengelolaan Bersama Dalam Satu Unit
Pengelolaan bersama dalam satu unit memungkinkan pembuatan program bersama dengan penyeragaman pengaturan dan standard yang sama di ketiga lokasi. Pengefektifan program dan SDM dapat dilakukan di ketiga lokasi dengan penyesuaian - penyesuaian teknis. Berdasarkan asumsi
bahwa jumlah
pengunjung dengan angka
pertumbuhan 0,4921, pada tahun 2010 akan mengalami peningkatan jumlah dan diperkirakan mencapai 3 1.426 orang pengunjung per tahun ataupun 604 orang perminggu. Pengelola mempunyai kesempatan untuk mengembangkan berbagai program yang siap dikonsumsi oleb pengunjung yang datang kelokasi. Apabila ketiga lokasi mempunyai daya tarik unik masing - masing sesuai potensi dengan promosi dan kemudahan mencapai lokasi, maka pengunjung mempunyai kesempatan untuk terdistribusi merata di ketiga lokasi yang dikembangkan. Maka ketiga lokasi mempunyai kesempatan untuk mengembangkan beberapa skenario untuk mendapatkan peningkatan pengembangan usaha sesuai dengan upaya dan pegembangan yang dilakukan. Apabila pengembangan tidak dilakukan secara berimbang di ketiga lokasi, maka pengunjung akan terkonsentrasi pada satu lokasi saja, yaitu yang paling mudah dicapai ataupun yang paling dikenal melalui media promosi.
Sementara itu potensi ODTWA yang tidak dapat dikembangkan
menjadi produk - produk potensial tidak diusahakan secara optimal sehingga tidak dapat menghasilkan keuntungan. Pengunjung juga akan memperpendek waktu kunjungan dan mengalihkan kunjungan ke lokasi wisata lain yang lebih menarik. Pengembangan program ekowisata yang telah dilakukan mempunyai rincian sebagai berikut : 1. Ekowisata Penyu
Pada program ini dilakukan kuota pengunjung dengan penyediaan 5 orang pemandu untuk menarnpung maksimal 50 orang pengunjung dalam sehari di dua lokasi. 2. Pengembangan Program Ekowisata Pendukung berbasis Penyu, terdapat empat program yang dapat menampung pengunjung.
3. Pengembangan Program Ekowisata Pendukung berbasis Penyu, dua program di zona suaka, satu program di zona alami, tiga program di zona pemanfaatan intensif yang membutuhkan pemandu. Apabila pengunjung berjumlah 604 orang perminggu,sedangkan diperkirakan 60 orang dapat ditarnpung dalam program ekowisata penyu (sebagai atraksi utama) perhari, maka dibutuhkan minimal 2 orang pemandu atraksi penyu bertelur dengan kemampun mendampingi 3 kelompok per minggu dengan waktu kunjungan yang tidak bersamaan. Bila diasumsikan pengunjung banyak datang pada akhir minggu (sabtu, minggu) maka diasumsikan 120 orang dapat ditarnpung dalam program ini, maka sisanya sejumlah 484 orang harus dialihkan pada program yang lain. Ada 10 program pendukung baik di zona alami, zona suaka maupun di zona pemanfaatan intensif. Apabila diasumsikan 1 program dapat menampung 10 orang, berarti dibutuhkan minimal 48 program yang dapat diikuti 484 pengunjung perminggu. oleh karena itu 10 program minimal mempunyai masing - masing 1 pemandu, yang mampu memandu 5 kelornpok dalam 1 minggu agar dapat menampung 484 konsumen potensial. Dari jumlah tersebut dapat di simpulkm bahwa kebutuhan pemandu adalah 12 orang. Piiak pengelola dapat memperhitungkan kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan untuk menggaji 12 orang pemandu tersebut. Apabila gaji pokok masing
- masing pemandu yang
akan dipekerjakan melayani pengunjung adalah sesuai dengan standar upah minimum Provinsi Jawa Barat (Hardi 2007) yaitu sebesar Rp 568.193 per bulan
per orang, maka biaya yang dibutuhkan untuk tenaga kerja adalah Rp. 6.818.316. Apabila ditetapkan harga tiket ekowisata penyu adalah Rp. 50.000 per orang (menurut Tisdell and Wilson (tanpa tahun) harga tiket melihat penyu bertelur di MRCP bagi pengunjung dewasa adalah AS$ 10 pada m u s h pengunjung pada penelitian tahun 1999/2000), dan harga tiket program ekowisata lain yang tersedia rata - rata adalah Rp 20.000. Maka dapat dihitung pendapatan pengelola secara keselumhan adalah sebagai berikut Diketahui : Jumlah pengunjung perminggu : 604 orang Jumlah pengunjung yang dapat ditarnpung dalam ekowisata penyu : 120 orang
Jumlah pengunjung yang dapat mengkonsumsi 10 program pendukung lain :484 orang Harga tiket ekowisata penyu Rp 50.000 per orang Harga tiket program ekowisata lain Rp 20.000 per orang Perhitungan : Pendapatan pengelola = (120 x Rp 50.000) + (484 x Rp 20.000) = Rp
15.680.000 per minggu
= Rp
62.720.000 per bulan
Apabila dikurangi dengan gaji pokok yang hams dibayarkan kepada 12 orang pegawai yang bertindak sebagai pemandu adalah sebagai berikut Diketahui : Jumlah pegawai : 12 orang a
Gaji pokok (sesuai UhIR) :Rp 568.193 per orang per bulan
Perhitungan : Pengeluaran pengelola
= Rp = Rp
568.193 x 12 6.818.316 per bulan
Keuntungan pengelola yang dapat diarnbil dari penjualan program ekowisata adalah sebagai berikut :
-
= Rp 62.720.000 Rp 6.818.316 = Rp
55.901.684 per bulan
= Rp 670.820.208
per tahun
Potensi keuntungan pengelolaan satu unit temyata mendapatkan keuntungan hingga 750 % atau 7,5 kali lipat keuntungan dari pengelolaan terpisah. Adapun keuntungan pada pengelolaan terpisah tersebar pada masing
-
masing pelaku, sedangkan pengelola terpadu dapat mengkoordii terkumpulnya dana dan mengefektifkan pengeluaran - pengeluaran biaya bersama. selain itu akan lebih mudah bagi pengelola terpadu untuk mengalokasikan dana bagi pengeluaran - pengeluran lain yang dianggap penting bagi pengelolaan bersama yaitu promosi, peningkatan kineja, pelatihan masyarakat sekitar, pembangunan sarana prasarana wisata, penelitian dan pengembangan untuk memajukan ekowisata maupun ekologi satwa obyek ekowisata, mendatangkan tenaga ahli clan sebagainya.
Sedangkan pengeluaran
-
pengeluaran tersebut tidak perlu lagi
dikeluarkan secara pribadi ataupun dikeluarkan dari anggaran pengelola yang dapat digunakan bagi kegiatan inti masing - masing pengelola. C . Keuntungan dari Program Pelepasliaran Tukik
Adapun potensi penghasilan lain yang dapat dihasilkan dari pelepasliaran
tukik, dengan asumsi
dari 50 orang yang mengkonsumsi program ini,
membutuhkan minimal 10 ekor tukik untuk dilepaskan oleh 1 orang pengunjung, maka dalam 1 rninggu diperlukan tukik sebanyak : Tukik yang dibutuhkan
= 50 pengunjung x
10 ekor tukik
= 500 ekor tukik
Dengan asumsi bahwa harga 1 telur adalah Rp 2000, sedangkan harga 1 ekor tukik yang akan dilepaskan adalah Rp 5000, rnaka didapatkan keuntungan sebagai berikut : Keuntungan perminggu
= 500 tukik x = Rp
keuntungan per tukik (Rp 3000)
1.500.000
Maka keuntungan dari pelepasliaran tnkik adalah Rp 1.500.000 perminggu, atau Rp 78.000.000 per tahun.