115
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini mengenai pelaksanaan pariwisata di Desa Wisata Penglipuran berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pariwisata di Penglipuran telah menyertakan prinsip dari Community-based Tourism yang merupakan wujud dari tujuan Kepariwisataan Budaya Bali. Hal ini dapat terlihat dari: 1. Masyarakat
memliki
rasa
kepemilikan
dan
berpartisipasi
dalam
pengembangan pariwisata yang ada, ditunjukan dengan keterlibatan masyarakat baik sebagai pengelola desa wisata Penglipuran maupun partisipasi dengan membantu jalannya kegiatan pariwisata. Adapun bentuk partisipasi masyarakat melalui pembuatan souvenir, menjaga lingkungan alam serta ikut melakasanakan aturan dan peraturan yang telah dibuat oleh Pengelola desa wisata, panitia pelaksana kegiatan di Desa Penglipuran, seperti Festival budaya maupun acara adat dinilai telah dilaksanakan. Masyarakat Penglipuran sendiri juga mempunyai rasa kepemilikan akan pariwisata dengan ikut melestarikan lingkungan. 2. Masyarakat memiliki aturan dan peraturan mengenai lingkungan, budaya dan manajemen pariwisata. Dimana dalam menggunakan sumber daya alam yang dimiliki oleh Desa Penglipuran penduduk desa melakukan ssitem tebang pilih hutan bambu, hal tersebut bertujuan untuk menjaga lingkungan. Dalam hal
116
aturan mengenai manajemen pariwisata, adanya peraturan yang diciptakan oleh pengelola desa wisata Penglipuran dalam hal penciptaan sistem jualan bergiliran dan juga penempatan wisatawan yang ingin menginap di homestay, hal ini bertujuan agar tidak terjadi perselisihan antara penduduk desa selaku pelaku usaha dan pemilik homestay. 3. Manfaat pariwisata di bagi secara adil untuk semua pihak yang terkait. Pihak yang terkait dalam kegiatan pariwisata di Penglipuran adalah masyarakat, pengelola desa wisata dan pemerintah, dimana masyarakat menerima manfaat dari pariwisata sebesar 20% dalam bentuk kas desa yang akan digunakan dalam melaksanakan festival budaya, acara adat ataupun pemugaran rumah dan bangunan yang terdapat di Penglipuran, sementara pengelola desa adat menerima sebesar 20%, jumlah tersebut akan kembali didistribusikan kepada seluruh pengelola desa yang terkait. Pemerintah sebagai penerima terbesar sebanyak 60% akan mengembalikannya dalam bentuk perawatan jalan guna menjadi akses wisatawan untuk ke Desa Wisata Penglipuran. 4. Hambatan yang ditemui dalam penyelenggaraan desa wisata penglipuran adalah kurangnya kerjasama dalam pengadaan pemandu wisata lokal yang mempunyai kualifikasi yang memadai serta diakui sertifikatnya oleh pemerintah. Wisatawan asing yang datang umumnya meminta pemandu wisata yang mahir dalam berbasa asing.
117
6.1.1. Prinsip Community-based tourism
Penyelenggaraan penelitian mengenai Pariwisata di Desa Wisata Penglipuran Berbasis Masyarakat dengan menggunakan 9 prinsip Community-based Ttourism, peneliti menyimpulkan : 1)
Penyelenggaraan
Desa
Wisata
Penglipuran
Berbasis
Masyarakat
menggunakan prinsip CBT berdasarkan prinsip pertama yaitu mengakui, mendukung dan mempromosikan pariwisata kepemilikan masyarakat dinilai telah terlaksana dengan baik, hal ini terilihat dari adanya keikutsertaan penduduk desa dalam kegiatan wisata dan juga adanya dukungan dalam menciptakan Desa Penglipuran sebagai desa wisata yang lebih baik. 2)
Penyelenggaraan
Desa
Wisata
Penglipuran
Berbasis
Masyarakat
menggunakan prinsip CBT kedua, yaitu melibatkan anggota masyarakat dari awal dalam setiap aspek dinilai belum maksimal, adanya permintaan dari wisatawan untuk penyediaan pemandu wisata lokal yang mahir berbahasa asing dinilai kurang mendapat respon dari pengelola desa wisata. 3)
Penyelenggaraan
Desa
Wisata
Penglipuran
Berbasis
Masyarakat
menggunakan prinsip CBT ketiga yaitu mempromosikan kebanggaan masyarakat dinilai telah dilaksanakan dengan baik, karena adanya promosi dengan menggunakan iklan atau media sosial, khususnya dalam festival budaya tahunan.
118
4)
Penyelenggaraan
Desa
Wisata
Penglipuran
Berbasis
Masyarakat
menggunakan prinsip CBT keempat yaitu meningkatkan kualitas hidup dan memastikan kelestarian lingkungan dinilai telah terlaksana dengan baik, adanya peraturan tentang larangan penggunaan kendaraan bermotor sehingga tidak terjadinya polusi dan adanya peraturan mengenai pemanfaatan hutan bambu yang menjamin kelestarian lingkungan. 5)
Penyelenggaraan
Desa
Wisata
Penglipuran
Berbasis
Masyarakat
menggunakan prinsip CBT kelima yaitu mempertahankan karakter unik dan budaya daerah setempat, dinilai terlah dilaksanakan secara maksimal dengan adanya kesadaran dari masyarakat 6)
Penyelenggaraan
Desa
Wisata
Penglipuran
Berbasis
Masyarakat
menggunakan prinsip CBT Mendorong pembelajaran lintas budaya 7)
Penyelenggaraan
Desa
Wisata
Penglipuran
Berbasis
Masyarakat
menggunakan prinsip CBT Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia 8)
Penyelenggaraan
Desa
Wisata
Penglipuran
Berbasis
Masyarakat
menggunakan konsep CBT Mendistribusikan manfaat secara adil di antara anggota masyarakat
119
9)
Penyelenggaraan
Desa
Wisata
Penglipuran
Berbasis
Masyarakat
menggunakan konsep CBT Berkontribusi dengan persentase pasti dari pendapatan untuk proyek-proyek komunitas 6.1.2 Dampak Positif Community-based Tourism
Sesuai dengan peneltian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya desa wisata di penglipuran membawa dampak positif, yaitu : A. Dengan adanya kegiatan desa wisata penglipuran maka dampak kegiatan ini adalah mendukung masyarakat untuk menjaga lingkungan alam, danpak ini dinilai sudah optimal karena masyarakat telah memegang nilai-nilai yang diberikan leluhur dan adanya peraturan mengenai penggunaan sumber daya alam. B. Dampak untuk meningkatkan inisiatif
masyarakat dalam berpartisipasi
melakukan kegiatan di desa wisata Penglipuran dinilai sudah optimal, karena masyarakat ikut terjun langsung dalam melaksanakan kegiatan. Baik menjadi pengelola ataupun langsung terlibat dalam kegiatan wisata C. Dampak dari kegiatan wisata didesa penglipuran adalah membuka lapangan pekerjaan baru, dalam hal ini dinilai kurnag optimal, karena kebutuhan desa wisata penglipuran adalah pemandu wisata lokal yang dapat menjadi ladang baru dan umumnya tour guide didesa wisata penglipuran datang dari agen travel.
120
D. Dampak untuk memberi kesempatan pembelajaran budaya sudah dapat dikategorikan optimal, terlihat dari kegiatan yang ditawarkan didesa Penglipuran. 6.1.3 Tantangan Utama Community-based Tourism
Seperti yang telah diuraikan di bab V pada pembahasan tantangan dalam melaksanakan desa wisata Penglipuran, daoat dinyatakan bahwa : A. Ensuring access to natural resources, dalam aspek ini peneliti merasa bahwa desa penglipuran berhasil karena pelaksanaan nya telah berhasil membu B. Ensuring demand exist dapat dikatakan kurang baik, karena pada saat high season ataupun pick season pengerajin didesa penglipuran susah mengikuti permintaan pasar yang melonjak. C. Developing good community management and coordination system dapat dikatakan baik karena adanya sistem koordinasi yang cukup baik dari pengelola kepada warga desa Penglipuran. D. Managing the exit of donor aid sudah dapat dikategorikan dalam pelaksanaan yang cukup baik. E. Sharing limited benefit, dalam aspek ini adanya pembagian keuntungan anatar desa wisata, pengelola desa wisata dan pemerintah, namun hal tersebut dinilai kurang teoat karena persentase hasil yang didaptkan pemerintah lebih besar dibanding keuntungan yang diterima masyarakat.
121
F. Restriction on movement of foreigners dalam aspek ini telah teridentifikasi bahwa dalam melaksanakan desa wisata baik leluhur maupun pengelola sudah mencegah adanya campur tangan pihak asing dalam menyelenggarakan Desa Wisata Penglipuran G. Distruption to daily life and delayed benefits dalam aspek ini terluhat bahwa kegiatan pariwisata tidak mengangu jalannya kehidupan normal sehari-hari warga desa penglipuran H. Navigating government bureaucrac, dalam aspek ini pelaksanaan kegiatann desa wisata sudah sesuai dengan regulasi yang ada 6.2 Saran
Dalam melaksanakaan Desa Wisata Penglipuran baik pengelola desa wisata dan juga masyarakat serta adanya aturan dari pemerintah daerah telah menjalankan dengan cukup baik. Terlihat dari penerapan prinsip –prinsip dari Community-based Tourism yang dikeluarkan oleh REST. Ketiga pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Desa Wisata saling berhubungan dengan baik dan desa wisata Penglipuran telah berhasil melalui tantangan dari pelaksanaan CBT. Berdasarkan penjelasan diatasa maka penulis memiliki saran untuk Desa Wisata Penglipuran agar pelaksanaan kegiatan wisata terlaksana lebih optimal dengan mengaitkan ke Sembilan prinsip dari Community-based Tourism agar masyarakat dapat lebih merasakan manfaat dari terselenggaranya desa wisata. Dengan
122
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan alam, berpartisipasi dalam kegiatan wisata, adanya organisasi di masyarakat yang mengelola dan melaksanakan kegiatan wisata serta dengan memberikan pembelajaran budaya kepada wisatawan maka penduduk desa Penglipuran dapat menggali lebih jauh potensi yang dimiliki dan melaksanakan kegiatan wisata tanpa merusak nilainilai yang sudah ada dimasyarakat. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat di desa wisata Penglipuran dengan melkukan kerjsama antara pengelola desa wisata dengan pemerintah guna menciptakan pemandu wisata lokal yang mempunyai kualifikasi yang memadai, dengan begitu penduduk desa penglipuran yang akan menjadi pemandu wisata akan lebih mahir dalam berbahasa asing dapat menjadi nilai lebih dari penduduk desa,
masyarakatpun akan merasakan langsung manfaat, karena
sekarang ini masyarakat masih harus mendatangkan tour guide atau wisatawan membawa pemandu wisata sendiri. Kerjasama dengan pengelola untuk memberikan pelatihan kepada penduduk desa wisata dapat menjadi salah satu cara dalam mengatasi permintaan dari pasar. Hal lain yang dapat dilakukan pemerintah dan pengelola desa wisata penglipuran adalah memasarkan Penglipuran di tempat-tempat yang mudah dilihat oleh wisatawan, baik wisatawan domestic ataupun mancanegara, karena Bali sampai saat ini masih dikenal dengan wisata pantai dan bukan wisata desa wisata. Selain itu Bangli sebagai satu-satunya wilayah ysng tidak memiliki pantai harus lebih memasarkan desa wisata.
123
DAFTAR PUSTAKA Refrensi Buku :
ADTR, (1975). Development of Tourism in Australia, Canberra: Australian Government Publishing Service. Bruce L. Berg, (2001), Qualitative Research Method Massachusetts: Allyn & Bacon.
For The Social Sciences,
Bruce L. Berg & Lune Howard, (2012). Qualitative Research Methods for The Social Science 8th Edition, USA:Pearson. H.B. Sutopo, ,( 2006). Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian, Surakarta: Universitas Sebelas Maret John W. Creswell, ( 2002) Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches Second Edition , California: SAGE Publications, Inc., Lexy, J. Moleong. (2004) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Spillane D.J, (1987) Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta: Kanisius, Sugiyono, (2008) Metode Penelitian Kualitatif R&D, Bandung: Alfabeta, PARIWISATA, B. P. (2015). Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata. Jakarta: Kementerian Pariwisata. Peter E. Murphy, (1985) Tourism: A Community Approach, Vol.905, Methuen. Rahim, I. F. (2012). Pedoman Kelompok Sadar Wisata. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Suansri, P., (2003) Community Based Tourism Handbook. Responsible Ecological Social Tour- REST Project. Thailand Suansri. P, (2013).Community Based Tourism (CBT) Standard Handbook, Thailand. The National Research Council of Thailand and the Thailand Research Fund. UNWTO, (2010). UNWTO Statistic Guidline 2010: Guidance Note 1.
124
WWF-Vietnam and EU-funded ESRT programme. (2013) Vietnam Community Based Tourism Handbook, A Market-based Approach. Vietnam: Environmentally and Socially Responsible Tourism Capacity Development Programme & WWFVietnam. Refrensi Jurnal :
Arida, I. N., Baiquini, M., & dkk. (2014). Bali Problematika dan Strategi Pengembangan Tiga Tipe Ekowisata Bali. Jurnal Kawistara, Vol. 4, No. 2. Arismayanti, N. K., Ariana, N., Sudana, I. P., & dkk. (2015) (Pelatihan Pengemasan Paket "PETASAN" (Produk Wisata Pedesaan) Di Desa Wisata Penglipuran Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli Bali. Jurnal Ilmiah Pariwisata-STP Trisakti, VOL 20, NO 2. Asker, S., Boronyak L., ( 2010) Effective Community Based Tourism: A Best Practice Manual, Australia, Sustainable Tourism Cooperative Research Centre. Atmaja, D. M. (2015) Pengelolaan Tata Ruang Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal EKOSAINS Vol. VIII No.1 Breugel L, (2013) Community-Based Tourism: Local Participation and Perceived Impacts, Thailand: University Njimegen. D.A, Tasci, Asli., J. Semrad, Kelly., S. Yilmaz, Semih. (2013). Community Based Tourism; Finding The Equilibrium in Comcec Context. Turkey: COMCEC Coordination Office. Dadang Rizki Ratman, S. M. (2016) Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas 2016-2019. Äkselerasi Pembangunan KEMENTERIAN PARIWISATA. (2016) Kepariwisataan Pencapaian Target 12 Juta Wisman dan 260 Juta. Jakarta.
Dalam
Rangka
Giampiccoli, (2015) “Community-Based Tourism Affinity Index: A Vistor's Approach” African Journal Of Hospitality”, Tourism and Leisure Vol. 4. Goodwin and Santili, R, (2009) Community-Based Tourism: A Success?, German: University of Greenwich. Hadi. Agus P. (2011). Eksistensi desa adat dan kelembagaan lokal : kasus bali,
125
Imron. M. Bashori (2015). Jurnal Meretas Jalan meningkatkan pendapatan asli daerah melalui desa wisata penglipuran. Luchetti dan Font, (2013) Community Based Tourism: Critical Success Factors, The International Centre for Responsible Tourism, Mahangangga, I. A., & Suryawan, I. B. (2016) PEMETAAN JALUR “PAKET WISATA PEDESAAN” di desa wisata Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Jurnal Udaya Mengabdi Vol 15 No 2. Michael, C. Hall., J. Zapata, Campos, Maria., Public Administration and Tourism – International and Nordic Perspectives Introduction to the special issue. (2014). Scandinavia: Scandinavian Journal of Public Administration. Rahma, F. N., & Handyani, H. R. . (2013) Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata dan Pendapatan Perkapita Terhadap Penerimaan Sektor Pariwisata di Kabupaten Kudus. Diponogoro Journal Of Economics Vol. 2 No 2 Sastrayuda, G. S.. (2010) Konsep Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pariwisata (COMMUNITY BASED TOURISM). Jakarta. Soebagyo. (2012). Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia . Jurnal Liquidity Vol 1 No 2. Sheridan. M Lynnaire. . (2014) The legacy of war for community-based tourism development: learnings from Cambodia . Community Development Journal 49 Vol 1 Subadra, I. N., & Nadra, N. M. (2006). Dampak Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Lingkungan Pengembangan. Wisata di Jatiluwuh-Tabanan. Jurnal Manajemen Pariwisata Vol. 5 NO 1. Tasci, A. D., Semrad, K. J., & Yilmaz, Community Based Tourism Finding The Equilibrium In Comcec Context: Setting The Pathway For The Future, Turkey: COMCEC Coordination Office, 2013. Thomas Lopez Guzman, (2010) “Community-based tourism and local socioeconomic development: A case study in Cape Verde”, African Journal of Business Management Vol. 5. The Mountain Institute, .(2000) A Resource Kit. Community Based Tourism for Conservation Development
126
Wulansari, T. R., & Suhirman. (2013) Perbandingan Pengendalian Pemanfaata Ruang Tradisional di Desa Adat Penglipuran, Kabupaten Bangli Dengan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Formal. Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1. Sumber Internet https://balipedia.id/harga-tiket-masuk-desa-penglipuran-bali/ http://bumdesindo.com/wp/kembali-ke-desa/ http://disbudpar.banglikab.go.id/index.php/baca-berita/735/NGUSABA-BANTAL-DESAPENGLIPURAN http://disbudpar.banglikab.go.id/index.php/baca-berita/806/Pembinaan-Sekaa-TerunaKabupaten-Bangli http://www.hipwee.com/travel/sekali-seumur-hidup-kunjungilah-desa-panglipuran-balisalah-satu-desa-terindah-di-indonesia/ http://internasional.kompas.com/read/2016/03/26/190400427/Bali.Optimalkan.Pengembanga n.Desa.Wisata http://www.kompasiana.com/delianasetia/penglipuran-desa-adat-bali-dengan-kearifan-lokalyang-kental_552fa75f6ea8346e0d8b4590 https://www.maioloo.com/tempat-wisata/bali/desa-penglipuran/ http://s1307.photobucket.com/user/goindonesia13/media/penglipuranmap1_zpsad6fca78.jpg. html http://print.kompas.com/baca/opini/duduk-perkara/2016/04/13/Desa-Wisata-Penglipuranantara-Konservasi-dan-Ret http://wisatabaliutara.com/2015/01/desa-penglipuran-desa-wisata-adat-bali.html/
http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Database-Dinas-Pariwisata3
Perundangan : Peraturan Daerah Provinsi Bali No 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali.