BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Gerakan sedekah sampah sebagai civil society yang tumbuh berdasarkan inisiatif masyarakat dan sebagai pelopor pengelolaan sampah berbasis komunitas dalam menjawab beberapa permasalahan masyarakat dikampung berkenaan dengan pengelolaan sampah dan kepedulian masyarakat telah melakukan beberap upaya dalam mendorong partisipasi warga untuk bersama-sama ikut memecahkan permasalahan tersebut. Adapun pendekatan yang dilakukan yaitu dengan melakukan komunikasi partisipatif kepada warga dan juga unsur-unsur masyarakat seperti Badan Musyawarah Warga Brajan, para ketua RT, Kepala dukuh serta tokoh lainnya agar tercipta satu pemikiran serta komitmen
berkelanjutan untuk kegiatan
sedekah sampah. Komunikasi yang dilakukan dengan berbagai media secara kontiniu ini bertujuan agar kesadaran warga akan pentingnya tujuan sedekah sampah meningkat dari waktu ke waktu. Upaya gerakan sedekah sampah dalam mendorong partisipasi warga dipengaruhi oleh faktor –faktor sebagai berikut: a.
Faktor Internal,
yaitu faktor yang berasal dari dalam masyarakat
sendiri. Pada faktor internal ini penulis melihat ada dua kelompok prilaku masyarakat terhadap kegiatan sedekah sampah. Pertama, kelompok masyarakat yang mempunyai kepedulian yang tinggi akan
133
kegiatan bersama yang dilakukan atau dipelopori oleh warga seperti sedekah sampah, sehingga keterpanggilannya untuk ikut dalam kegiatan sedekah sampah sudah konsisten. Kedua, kelompok masyarakat yang tidak peduli dengan gerakan sedekah sampah, hal ini dikarenakan adanya sifat invidualisme, matrelistis serta sikap mental yang kurang baik seperti tidak mau tahu dan acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar. Hal ini diperparah lagi dengan adanya anggapan yang menyepelekan arti bersedekah dalam wujud sampah. b.
Faktor eksternal, Faktor yang berasal dari luar masyarakat diantaranya; (1) Faktor luar yang mendukung seperti adanya dukungan yang mulai bermunculan dari berbagai pihak contohnya Universitas Muhammadiyah yang mempunyai program yang serupa sehingga gerakan ini dirasakan ada yang mengayomi. (2) Faktor luar yang tidak mendukung seperti adanya pengepul-pengepul sampah yang besar di sekitar kampung Brajan yang merasa bahwa gerakan ini adalah salah satu ancaman bagi usahannya. Di samping faktor internal dan eksternal tersebut tentunya yang perlu dipertanyakan bagaimana peran pemerintah daerah dalam hal ini instransi terkait dalam mengapresiasi gerakan yang muncul dan membawa dampak positif bagi masyarakat ini. Setelah melakukan wawancara baik dengan pengurus maupun dengan aparat dusun maka penulis mendapat keterangan bahwa sampai saat ini kegiatan ini belum mendapatkan perhatian baik itu berupa bantuan maupun
134
pendampingan oleh pemerintah daerah melalui kecamatan maupun SKPD terkait. Meskipun wacana ke arah itu sudah sering dimunculkan, namun respon nyata belum ditunjukkan oleh pemerintah daerah. Sebagai salah satu civil society, maka gerakan sedekah sampah dengan fungsi dan perannya sudah sesuai dengan ide good governance, yaitu menumbuhkan
partisipasi masyarakat sejalan dengan dukungan
terhadap program-program pemerintah. Tidak hanya itu, penulis bahkan melihat bahwa gerakan ini justru mampu menciptakan program-program inovatif yang lebih baik dari yang sebelumnya sudah dilaksanakan di lingkungan masyarakat lainnya. 6.2 Saran a. Bagi Pengurus Sedekah Sampah 1.
Untuk meningkatkan partisipasi warga dalam kegiatan sedekah sampah
maka
pengurus
sedekah
sampah
harus
lebih
mensosialisasikan lagi visi dan misi dari gerakan tersebut. Upaya tersebut hendaknnya bisa menyetuh berbagai kelompok – kelompok yang ada di masyarakat, sehingga proses informasi tidak hanya didapat oleh sebagian warga saja. Misalnya pengurus bisa saja melakukan sosialisasi di acara-acara yang dilaksanakan oleh pemuda ataupun kelompok-kelompok lain. 2.
Dalam melakukan kegiatan sedekah sampah , pengurus harus memperhatikan faktor kesehatan dan keselamatan para relawan,
135
misalnya dalam pemilahan sampah para relawan diberikan sarung tangan dan juga masker. Hal tersebut bertujuan agar relawan yang lansung bersentuhan dengan sampah yang kotor dan juga berbahaya bisa terlindungi baik dari kuman, maupun logam-logam yang bisa membahayakan. 3.
Pengurus juga harus mencarikan solusi untuk pengelolaan sampah organik, misalnya dengan mengadakan pelatihan pengomposan sampah dan sebagainya.
4.
Diperlukan peningkatan dan pengembangan organisasi baik dari aspek manajemen maupun ragam kegiatan yang dilakukan. Ada baiknya
bila
pengurus
sedekah
sampah
juga
melakukan
pembelajaran secara organisasi ke organisasi pengelolaan sampah berbasis komunitas lainnya yang berkiprah lebih dulu untuk mengadopsi beberapa hal yang bisa di aplikasikan di kampung Brajan. Penulis merekomendasikan Gerakan Swakelola sampah di Dusun Sukunan Sleman dan Dusun Gondolayu Lor RW 10 Kota Yogyakarta sebagai tempat study banding bagi gerakan sedekah sampah kampung Brajan. b. Bagi Pemerintah 1.
Komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat menjadi elemen penting dalam terciptanya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan. Partisipasi masyarakat akan menjadi baik apabila direspon dengan baik oleh pemerintah. Hal tersebut tidak
136
hanya bertujuan untuk tercapainya program-program yang telah direncanakan,
namun
juga
sebagai
upaya
untuk
menjaga
keberlansungan kegiatan yang di inisiasi oleh masyarakat. Dukungan moril dan materil dari pemerintah tentunya akan membuat banyak komunitas yang muncul di masyarakat akan semakin giat dan juga lebih dipercaya. 2.
Perlunya penguatan dengan kebijakan tingkat lokal maupun tingkat kabupaten
serta
pembentukan
organisasi
yang
mewadahi
pengelolaan sampah berbasis komunitas disertai kajian advokasi sebagai upaya pengembangan organisasi tersebut. 3.
Perlunya public ekspose untuk mengenalkan kegiatan sedekah sampah kepada masyarakat, stakeholder maupun SKPD terkait.
137