BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yangtelah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan: 1. Strategi komunikasi adalah satu kesatuan yang dapat dipadukan untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembinaan dan pembangan kelompok usaha tenun ikat yang dimotori oleh DISPERINDAG Kabupaten Sikka, melalui Subdin Industri Seksi Pembinaan dan Pengembangan Kelompok Usaha Industri Kecil dan Penanaman Modal. Strategi komunikasi dan manajemen
komunikasi
yang
ideal
diterapkan
untuk
kegiatan
pembinaan adalah model komunikasi tatap muka langsung. Sedangkan untuk kegiatan pengembangan kelompok usaha tenun ikat, lebih ideal menggunakan model komunikasi media. Kedua model komunikasi dalam situasi dan kondisi yang sesungguhnya, ternyata mendapat respon yang positif dari kelompok usaha tenun ikat. 2. Model komunikasi tatap muka langsung yang diaplikasi Subdin Industri Seksi Pembinaan dan Pengembangan kepada Kelompok Usaha Tenun Ikat di Kabupaten Sikka, diarahkan untuk pengoperasian peralatan tenun ikat dan bimbingan teknis pewarnaan celupan menggunakan zat kimia maupun alamiah untuk tujuan meningkatkan 99
mutu produk. Sedangkan, model komunikasi media (tidak langsung) digunakan pada saat berlangsungnya kegiatan pameran promosi dan penyebaran brosur/buku petunjuk dan tiflet untuk tujuan pemasaran produk.
6.2 Saran 1. Mengingat strategi komunikasi langsung maupun tidak langsung yang diterapkan pihak DISPERINDAG Kabupaten Sikka melalui Subdinas Pembinaan dan Pengembangan Usaha Industri Kecil dan Penanaman Modal sudah berjalan sesuai harapan, namun tetap dianjurkan agar ke depan selain harus tetap mempertahankan strategi yang telah ada, juga harus tetap jeli membaca situasi yang berkembang, sehingga strategi komunikasi dan manajemen komunikasinya tetap dinamis. 2. Walaupun terlihat kelompok usaha tenun ikat di Kabupaten Sikka, sudah memahami teknik penenunan setelah mendapat pembinaan dari DISPERINDAG. Namun tetap dianjurkan untuk terus menerus mengikuti perkembangan, terutama berkaitan dengan pemasaran produk, sehingga pada suatu saat manjadi lebih mandri dalam memasarkan pradaknya. 3. Dianjurkan agar ke depan pihak DISPERINDAG Kabupaten Sikka harus mempunyai standar prioritas dalam pemberian pembinaan kepada
100
kelompok perajin tenun ikat, agar ada batas waktu tertentu dalam memberikan pembinaan. Tujuannya, agar kemandirian perajin dalam memproses tenun ikat maupun dalam pemasaran produk yang dihasilkan menjadi lebih professional.
101
REFERENSI Darus Antonius. 2004. Bahan Ajar Metode Penelitian Sosial. Kupang. ---------------. 2005. Bahan Metode Penelitian Komunikasi. Kupang. Darmojuwono, Subardjo.1992. Perencanaan Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Effendy, Onong Uchjana. 2004. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya ________ . 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang : Universitas Muhamadiya. Hasan Erlina. 2005. Komunikasi Pemerintah. Bandung: PT. Ravika Aditama. Luxy Max. 2005. Bahan Ajar Perencanaan Komunikasi. Kupang. Mardikanto. 1993. Pengantar Komunikasi. Jakarta. Soehoet, Hoeta. 2002. Manajemen Media Massa. Jakarta : Yayasan Kampus Tercinta – IISIP ________ . 2003. Media Komunikasi. Jakarta : Yayasan Kampus Tercinta - IISIP Setyaningsih, F. D. 2004. Bahan Ajar Perencanaan Komunikasi. Kupang
102
LAMPIRAN
103
DAFTAR PERTANYAAN Nama responden
:
TTL
:
Usia
:
Pendidikan Terakhir
:
Agama
:
Alamat
:
Enumerator
: Analydia Fernandez.
Pertanyaan : 1. Apakah Bapak/Ibu dari Disperindag dan Penanaman Modal Kabupaten Sikka selalu memberikan pembinaan dan pengembangan usaha tenun ikat kepada anggota kelompok usaha tenun ikat yang ada? 2. Strategi komunikasi apa yang digunakan dalam memberikan pembinaan dan pengembangan usaha tenun ikat terhadap para perajin yang tergabung dalam kelompok usaha tenun ikat yang ada agar informasinya dapat dipahami? 3. Media komunikasi apakah yang dipakai oleh Disperindag dan Penanaman Modal
Kabupaten
Sikka
dalam
memberikan
pembinaan
dan
pengembangan usaha tenun ikat kepada para perajin yang tergabung dalam kelompok usaha tenun ikat yang ada? 4. Apa bentuk pembinaan dan pengembangan usaha tenun ikat yang konkret dilakukan oleh Disperindag dan Penanaman Modal Kabupaten Sikka terhadap kelompok usaha yang ada? 5. Apakah Bapak/Ibu dari Disperindag dan Penanaman Modal Kabupaten Sikka dalam memberikan pembinaan dan pengembangan usaha tenun ikat 104
menggunakan buku pedoman/perencanaan strategis (Renstra) terlebih dahulu? 6. Untuk memberikan pembinaan dan pengembangan usaha tenun ikat kepada kelompok usaha tenun ikat, apakah Bapak/Ibu mempunyai rencana kerja tersendiri? 7. Apakah Bapak/Ibu dari Disperindag dan Penanaman Modal Kabupaten Sikka selalu melakukan monitoring terhadap kelompok usaha tenun ikat yang ada? 8. Apakah Bapak/Ibu dari Disperindag dan Penanaman Modal Kabupaten Sikka sering melakukan evaluasi dan bagaimana sistim yang dipakai dalam kegiatan tersebut? 9. Bentuk pembinaan apa saja yang Bapak/Ibu perajin dapatkan dari Disperindag dan Penanaman Modal Kabupaten Sikka? 10. Apa manfaat dari pembinaan yang diberikan oleh Disperindag dan Penanaman Modal Kabupaten Sikka Kepada Bapak/Ibu perajin?
105