BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sesuai dengan hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Faktor- faktor industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang a. Modal perasional usaha keranjang bambu dari 66 pengusaha di Desa Sirpang Sigodang minimal Rp.100.000 selama sebulan dan maksimal Rp.30.000.000 dengan rata-rata jumlah modal Rp.395.166, modal tersebut digunakan untuk membeli bambu, biaya angkutan dan upah tenaga kerja, tetapi masih ada pengusaha mengalami kekurangan modal, sehingga harus meminjam dari keluarga dan BANK agar tidak menghambat hasil produksi. b. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keranjang bambu adalah jenis bambu rogon (bahasa Simalungun) dengan ukuran 2m untuk satu keranjang bambu dengan jumlah paling banyak adalah 3000 potong dan paling sedikit adalah 400 potong, dan saat ini sangat sulit bagi pengusaha keranjang bambu untuk memperoleh bahan baku bambu di wilayah Desa Sirpang sigodang sehingga harus membeli ke daerah lain dengan harga 1000/potong, dan bila terpaksa pengusaha harus membeli bambu dari Agen dengan harga 1500/potong bambu. c. Tenaga kerja industri keranjang bambu dalam artian tenaga kerja upahan di Desa Sirpang sigodang paling banyak 15 orang dan paling sedikit 4 orang dan seluruhnya bekerja pada 7 agen, sedangkan selebihnya (59) pengusaha
menggunakan tenaga kerja keluarga atau tidak mendapat upah. Keadaan ini menunjukkan bahwa industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang adalah industri Rumah tangga. d. Dalam mengangkut bahan baku serta memasarkan keranjang bambu, secara umum pengusaha menggunakan Truk sebagai alat angkutan baik itu dengan memborong truk atau juga membayar ongkos angkut berdasarkan jumlah bambu yang diangkut. Pada umumnya Truk yang dibayar adalah truk yang mengangkut bahan baku bambu, ongkos yang harus dibayar bila dilihat berdasarkan borongan adalah sebesar Rp.100.000/pengusaha, sedangkan berdasarkan jumlah bambu yang diangkut adalah Rp.300/potong bambu. Sebanyak 43 pengusaha memilih dengan memborong Truk dan 17 pengusaha memilih membayar Truk berdasarkan jumlah bambu, dan 6 pengusaha tanpa Truk pengangkut tetapi dengan menggunakan Tenaga. e. Pemasaran Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang dilihat dari cara pemasaran dan daerah pemasaran. Cara pemasaran yang dilakukan pengusaha umumnya (78,26%) dipasarkan secara tidak langsung dengan menjualnya kepada Agen yang ada di Desa Sirpang sigodang , ini tentu menghasilkan untung yang tidak banyak dibandingkan dengan menjualnya langsung ke konsumen. Daerah pemasaran Keranjang bambu dominan dipasarkan ke kota Kabanjahe, dan Berastagi Kabupaten Karo yang merupakan daerah penghasil buah dan sayuran yang memerlukan keranjang bambu sebagai wadah penyimpanan, hal ini menyebabkan pemasaran menjadi lancar dan sekaligus mendukung kegiatan sindustri keranjang bambu.
2. Pendapatan pengusaha Industri kecil Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Pendapatan pengusaha industri kecil keranjang bambu terendah Rp.1020.000 - Rp.3000.000 dan tertinggi Rp. 5001.000 – 7.300.000 /pengusaha selama satu bulan dan apabila dirata-ratakan dengan menjumlah seluruh pendapatan pengusaha dan dibagikan jumlah responden (66)orang maka rata-rata jumlah pendapatan Rp. 287.965/ bulan. Keadaan ini berarti secara keseluruhan pendapatan pekerja yang diperoleh dari kegiatan industri Keranjang bambu belum dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Bila dikaitkan dengan UMR maka seluruh pengusaha berada di bawah UMR Sumatera Utara (tahun 2012 berjumlah Rp.1.200.000) atau belum dapat memenuhi kebutuhan dasar primer. B. Saran Berdasarkan uraian kesimpulan, maka dalam penelitian ini diperlukan beberapa saran, antara lain : a. Jumlah modal yang digunakan pengusaha di Desa Sirpang sigodang masih belum memiliki cukup dana sehingga kegiatan industri keranjang bambu terkadang masih tersendat dan masih membutuhkan bantuan dana maka bagi pengusaha untuk sebaiknya lebih memperhatikan dan mulai untuk menabung modal sehingga bila suatu waktu dibutuhkan modal yang lebih besar tidak akan kesulitan lagi, bagi pemerintah daerah supaya lebih memperhatikan industri rumah tangga keranjang bambu tersebut yang pada dasarnya sangat menjanjikan misalnya dengan memberi bantuan modal usaha.
b. Bahan baku yang digunakan pengusaha masih tergolong sulit untuk didapatkan, oleh karena itu bagi pengusaha supaya mulai menyicil menanam bambu secara berkelompok sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan tempat, karena pada dasarnya proses penanaman bambu sampai pada pemanenan membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga pada akhirnya nanti tidak akan kesulitan lagi memperoleh bahan baku bambu. c. Tenaga kerja pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang merupakan tenaga kerja keluarga. Sehubungan dengan itu sudah sewajarnya pengusaha dapat menambah tenaga kerja upahan agar dapat meningkatkan hasil produksi. d. Dalam hal transportasi, saat ini pengusaha tidak terlalu mendapat kendala yang lebih, tetapi ada baiknya juga setiap pengusaha untuk saling membantu dalam hal transportasi, misalnya dengan membentuk kelompok untuk membayar biaya angkut sehingga lebih meringankan beban biaya angkut. e. Pemasaran pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang pada umumnya secara tidak langsung dengan menjualnya kepada Agen. Sehubungan dengan itu sudah sewajarnya pengusaha mulai menjual hasil produksi langsung kepada konsumen sehingga hasil yang didapat bisa lebih dari sebelumnya.
Mengingat semakin kuatnya persaingan harga maka
selayaknya sesama pengusaha bersama- sama membentuk koperasi untuk menampung dan menyalurkan atau menjual bahan baku serta keranjang bambu sesuai dengan harga pasar. Pendapatan pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang berada di bawah UMR Sumatera Utara. Untuk itu diperlukan agar pengusaha keranjang bambu
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi dan meningkatkan ke arah yang lebih baik agar pendapatan yang diperoleh dapat lebih ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan keluarganya.