AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
BAB VI APPROACH CONTROL SERVICE
6.1 Unit Pelayanan, Wilayah Tanggung Jawab & Wewenang Pemanduan 6.1.1 Unit Pelayanan Pelayanan Pemanduan di Ruang Udara Jakarta Terminal Area (TMA) dan Jakarta Control Area dilaksanakan dan merupakan tanggung jawab Dinas Jakarta Lower Control (TMA) dan Dinas Jakarta Approach (APP) Kantor Cabang Utama Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC). 6.1.2 Dinas pelayanan Lower Control (TMA) dan Dinas pelayanan Approach (APP) meliputi: Tabel 6.1 Dinas pelayanan Lower Control (TMA) dan Dinas pelayanan Approach (APP) NO
1
2
DINAS
Pelayanan TMA
Pelayanan APP
POSISI KERJA
CALL SIGN
Jakarta Lower Control North (LN)
Jakarta Radar
Jakarta Lower Control East (LE)
Jakarta Radar
Jakarta Lower Control Center (LC)
Jakarta Radar
Jakarta Approach Control Terminal West (TW)
Jakarta Director
Jakarta Approach Control Terminal East (TE)
Jakarta Director
Jakarta Approach Control Terminal South (TS)
Jakarta Director
Jakarta Arrival North Control (AN)
Jakarta Arrival
Jakarta Arrival East Control (AE)
Jakarta Arrival
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 1
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.1.3 Wilayah Tanggung Jawab 6.1.3.1
Jakarta Approach Control/TMA (TW-TE-TS) Terminal Control Area ( Alt. 7000 s/d FL 150 ) dan Aerodrome Traffic Zone adalah klasifikasi ruang udara Class B (Lihat di 4.1.2.2). a.
Jakarta Approach Control/Terminal West (TW) 1) Lateral Limit: 06 00’ 00”S; 106 55’ 12”E 06 37’ 20.13”S 105 31’ 54.53”E thence clockwise along the circle of 75 NM radius at Radar Head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 30”E) to point 04 57’ 16”S 10708’ 21”E 06 00’ 00”S 106 55’ 12”E. 2) Upper limit: FL 150. 3) Lower limit: 3500 feet between 30 NM and 60 NM radius centered Radar Head Cengkareng then 6000 feet between 60 and 75NM radius centered Radar Head Cengkareng and 6000 feet above Arrival North (AN) and BudiartoTraining Area (WIR)
b.
Jakarta Approach Control/Terminal East (TE) 1) Lateral Limit: 06 00’ 00”S 106 55’ 12”E 04 57’ 16”S 10708’ 21”E thence clockwise along the circle of 75 NM radius at Radar Head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 30”E) to point 0618’ 16”S 10754’ 57”E 06 00’ 00”S 106 55’ 12”E. 2) Upper Limit: FL 150. 3) Lower Limit: 3500 feet between 30 NM and 60 NM radius at Radar Head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 30”E) and 7000 feet
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 2
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
between 60 NM and 75NM radius centered Radar Head Cengkareng and 7000 feet above Arrival East (AE). c.
Jakarta Approach Control/Terminal South ( TS ) 1) Lateral Limit. 06 00’ 00”S 106 55’ 12”E 0618’ 16”S 10754’ 57”E thence clockwise along the circle of 75 NM radius at Radar Head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 30”E) to point 0637’ 20.13”S 10531’ 54.53”E 06 00’ 00”S 106 55’ 12”E. 2) Upper Limit: FL 150. 3) Lower Limit: 3500 feet between 30 NM and 60 NM radius at Radar Head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 30”E) and 7000 feet between 60 NM and 75 NM radius centered Radar Head Cengkareng and 2500 feet above Curug CTR North, 3500 feet above Curug CTR South, 3500 feet above Halim ATZ, 7000 feet above Arrival East (AE) excluding Bandung CTR.
6.1.3.2
Jakarta Arrival Control Area (AN – AE) a.
Jakarta Arrival North (AN) 1) Lateral Limit: 06 00’ 00”S 106 55’ 02”E 06 19’ 05”S 106 12’ 05”E thence clockwise along the circle 30 NM radius at Radar Head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 05”E) to point 05 44’ 00”S 106 59’ 08”E 06 00’ 00”S 106 55’ 02”E. 2) Upper Limit: 6000 feet.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 3
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
3) Lower Limit: 2500 feet between 12 NM and 30 NM radius at Radar Head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 05”E) and 3500 feet above Soekarno-Hatta CTR and 6000 feet above Budiarto Training Area (WIR2). b.
Jakarta Arrival East (AE) 1) Lateral Limit: 06 00’ 00”S 106 55’ 02”E 04 59’ 08”S thence clockwise along the circle of 30 NM radius at Radar Head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 05”E) to point 06 19’ 05”S 106 12’ 05”E 06 00’ 00”S 106 55’ 02”E. 2) Upper Limit: 7000 feet. 3) Lower Limit: 2500 feet between 12 NM and 30 NM radius at Radar Head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 05”E) and 3500 feet above Soekarno-Hatta CTR and 6000 feet above BudiartoTraining Area (WIR2).
6.1.3.3
Jakarta Lower Control Area (LN – LE– LC) Ruang udara Jakarta Lower North, Lower East dan Lower Center (FL 150 s/d FL 245) adalah klasifikasi ruang udara Class C (Lihat di 4.1.2.3) a.
Jakarta Lower North Control (LN) 1) Lateral limit 06 00’ 00”S 106 55’ 12”E, 07 08’ 00”S 104 23’ 30”E thence clockwise along the circle of 150 NM radius centered at Radar head Cengkareng (06° 07’ 00”S 106° 40’ 30”E) to point 05 21’ 30”S 104 17’ 30”E, 04 32’ 00”S 104 39’ 00”E 02 59’
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 4
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
30”S 106 06’ 12”E 02 45’ 03”S 10735’ 19”E 06 00’ 00”S 106 55’ 12” 2) Upper limit: FL 245. 3) Lower limit: FL 150 above Jakarta Terminal West Area (TW) then 12.000 feet.
b.
Jakarta Lower East Control (LE) 1) Lateral limit 06 00’ 00”S 106 55’ 12”E, 0505’ 14”S 11023’ 00”E 07° 23’ 00”S 110° 23’ 00”E 07° 23’ 00”S 108° 49’ 49.28”E thence clockwise along the circle of 150 NM radius centered at Radar head Cengkareng (06 07’ 00”S 106 40’ 30”E) to point 07 08’ 00”S 104 23’ 30”E 06 00’ 00”S 106 55’ 12”E . 2) Upper limit: FL 245. 3) Lower limit: FL150 above Jakarta TMA East, South and Bandung CTR then 12.000 feet and 10.000 feet above Semarang TMA.
c.
Jakarta Lower East Control (LC) 1) Lateral limit 06 00’ 00”S 106 55’ 12”E, 0245’ 03”S 10735’ 19”E 02° 43’ 28.35”S 107° 45’ 11.51”E 03° 00’ 00”S 110° 23’ 00”E0505’ 14”S 11023’ 00”E 06° 00’ 00”S 106° 55’ 12”E 2) Upper limit: FL 245. 3) Lower limit: FL150 above Jakarta TMA
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 5
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.1.3.4
Wewenang Pemanduan a.
Jakarta Approach Control Terminal West (TW) Memberikan pelayanan ATC service, Alerting Service dan Flight Information Service di daerah wewenangnya yang meliputi : 1) Semua pesawat udara yang berangkat dari bandar udara Soekarno Hatta melalui rute : W11, W12, M766, dan A585-PKU. 2) Semua pesawat udara yang akan mendarat ke bandar udara Soekarno Hatta melalui STARs CARLI, BUNIK dan DENDY. 3) Semua pesawat udara yang menjadi tangggung jawabnya melalui koordinasi dengan sektor lain karena pertimbangan traffic.
b.
Jakarta Approach Control Terminal East (TE) Memberikan pelayanan ATC Service, Alerting Service dan Flight Information Service di daerah wewenangnya yang meliputi : 1) Semua pesawat udara yang berangkat dari bandar udara Soekarno Hatta yang akan melalui rute : W14, W15, W18 dan P648. 2) Semua pesawat udara yang akan mendarat ke bandar udara Soekarno Hatta melalui STARs INDRAMAYU dan GASPA. 3) Semua pesawat udara dari bandar udara Halim Perdanakusuma yang akan melalui W14, W15, W18 dan P648 setelah clear of traffic dari sektor Terminal South (TS).
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 6
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
4) Semua pesawat yang akan mendarat di bandar udara Halim Perdanakusuma dari arah utara sebelum diserahkan kepada sektor Terminal South (TS). 5) Semua pesawat udara yang menjadi tangggung jawabnya melalui koordinasi dengan sektor lain karena pertimbangan traffic.
c.
Jakarta Approach Control Terminal South (TS) Memberikan pelayanan ATC service, Alerting Service dan Flight Information Service di daerah wewenangnya yang meliputi : 1) Semua pesawat udara yang berangkat dari bandar udara Soekarno Hatta melalui rute : W45, W17, dan A585-SAPDA. 2) Semua pesawat udara yang berangkat dari bandar udara Halim Perdanakusuma 3) Semua pesawat udara yang akan mendarat ke bandar udara Halim Perdanakusuma. 4) Semua pesawat udara yang berangkat dan datang dari/ke bandar udara Husein Sastranegara Bandung dari/ke arah barat laut (North West). 5) Semua pesawat udara yang menjadi tanggung jawabnya melalui koordinasi dengan sektor lain karena pertimbangan traffic.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 7
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
d.
Jakarta Lower Control North (LN) Memberikan pelayanan ATC service, Alerting Service dan Flight Information Service di daerah wewenangnya yang meliputi : 1) Semua pesawat udara yang berangkat dari bandar udara Soekarno Hatta atau Halim Perdanakusuma melalui rute : W11, W12, M766, G579 dan A585-PKU. 2) Semua pesawat udara yang akan mendarat ke bandar udara Soekarno Hatta melalui STARs BUNIK dan CARLI. 3) Semua pesawat Holding di point : BUNIK dan CARLI. 4) Semua
pesawat
yang
akan
mendarat
ke
bandara
Halim
Perdanakusuma dari CARLI-CARTA-DENOK atau dari arah BUNIK-DENOK atau point lain setelah melalui koordinasi terlebih dahulu. 5) Semua pesawat udara yang menjadi tangggung jawabnya melalui koordinasi dengan sektor lain karena pertimbangan traffic. e.
Jakarta Lower Control Center (LC) Memberikan pelayanan ATC service, Alerting Service dan Flight Information Service di daerah wewenangnya yang meliputi : 1) Semua pesawat udara yang berangkat dari bandar udara Soekarno Hatta atau bandar udara Halim Perdanakusuma melalui rute : W14 / L644 (ABASA) W38/W38W/P648 (AMBOY), W15 (ALAMO), W18 (ABILO). 2) Semua pesawat udara yang akan mendarat ke bandar udara Soekarno Hatta melalui STARs DENDY dan GASPA.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 8
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
3) Semua pesawat udara Holding di point : DENDY dan GASPA. 4)
Semua pesawat udara yang menjadi tanggung jawabnya harus dikoordinasikan terlebih dahulu dengan sektor Lower North dan Lower East untuk sequencing traffic.
5)
Semua pesawat udara yang akan mendarat ke bandara Halim Perdanakusuma dari arah timur laut (North East) menuju point DENOK atau point lain setelah melalui koordinasi terlebih dahulu.
6) Semua pesawat udara yang akan mendarat ke bandar udara Halim Perdanakusuma melalui point : DENOK-WETES, DENDYWETES dan GASPA-WETES atau point lain setelah melalui koordinasi terlebih dahulu.
f.
Jakarta Lower Control East (LE) Memberikan pelayanan ATC service, Alerting Service dan Flight Information Service di daerah wewenangnya yang meliputi : 1) Semua pesawat udara yang berangkat dari bandar udara Soekarno Hatta atau bandar udara Halim Perdanakusuma melalui rute : W45, W17 dan A585-SAPDA. 2) Semua pesawat udara yang akan mendarat ke bandar udara Soekarno Hatta melalui STAR INDRAMAYU. 3)
Semua pesawat udara Holding di point : GAPRI dan IMU.
4) Semua pesawat udara yang akan mendarat ke bandar udara Halim Perdanakusuma melalui IMU VOR-KIMON sebelum diserahkan ke sektor Terminal South (TS). Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 9
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
5) Semua pesawat udara yang menjadi tangggung jawabnya melalui koordinasi dengan sektor lain karena pertimbangan traffic.
6.1.3.5
Peta terlampir
6.2 Checklist, Position Log dan Laporan Harian 6.2.1 Checklist 6.2.1.1. TMA & APP Supervisor Checklist Directive: a.
Membaca Log Book shift dinas sebelumnya;
b.
Mengikuti briefing dengan ATS Regional Coordinator;
c.
Meneliti NOTAM yang terkait dengan operasi penerbangan yang masih berlaku;
d.
Memeriksa kesiapan dan fungsi semua fasilitas/peralatan pendukung.
e.
Melaporkan kepada unit terkait jika peralatan tidak berfungsi dengan baik;
f.
Mengatur jadwal Pelaksana Radar Controller (Radar Controller On Duty) dan Procedural Controller pada Position Log;
g.
Memberikan briefing kepada Controller/Officer On Duty;
h.
Melakukan koordinasi dengan Flow Master (AMAN Procedural);
i.
Membuat dan menandatangani laporan harian.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 10
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.2.1.2. Controller Checklist Directive: a.
Melakukan Login
pada system EJAATS sebelum melakukan tugas
pemanduan; b.
Memeriksa fasilitas dan peralatan dan memastikan bahwa fasilitas peralatan berfungsi dengan baik;
c.
Menerima informasi terkait dengan pemanduan lalu lintas penerbangan dari Controller/Officer On Duty sebelumnya;
d.
Melaporkan segala ketidak normalan terkait operasional dan fasilitas kepada TMA atau APP Supervisor pada kesempatan pertama.
6.2.1.3. Ketentuan penggunaan Controller Working Position (CWP) EJAATS a.
Controller/Officer On Duty harus melakukan proses LOGIN dengan Initial Name Controller/Officer On Duty pada Controller Working Position masing – masing .
b.
Konfigurasi dari Air Situation Display untuk Surveillance Controller sekurang-kurangnya menampilkan window (data) sebagai berikut: 1) Control Area a) Height Filter Boundries (HGT) 000 - 995 b) Nautical Miles (NM) 85 NM c) Primary tracks, (PRI) ON d) Range Ring ( RR ) OFF e) Safety Net ( S/N ) ON f) Quick Look ( QUICK ) deactivate ( Tidak diaktifkan ) g) Extended Label ( XLBL ) activate ( aktif )
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 11
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
h) Data Source, Tombol SDPS, FDPS, FPL dan S/N berfungsi dan berwarna hijau. i) Radar Data Source CKG1 CKG2 berfungsi baik / tidak ada ganguan dan berwarna biru j) User ID terisi k) QNH terisi/up date l) System Time ( jam:menit:detik ) berfungsi m) Date (tanggal.bulan.tahun) berfungsi 2) Dialogues Toggle Buttons pada tombol MAPS sekurang kurangnya menampilkan. a) Domestic Waypoint ON atau hidup b) Rep. Point Symbol ON atau hidup c) SID runway yang aktiv ON atau hidup d) STAR runway yang aktiv ON atau hidup e) Block Area ON atau hidup f) Mountainous Area ON atau hidup 3) Air Situation Picture ( ASP ) Pengaturan ASP sekurang – kurangnya menampilkan area / wilayah udara yang menjadi tanggung jawabnya. 4) Sector Toolbar Pengaturan Sector Toolbar sekurang – kurangnya menampilkan label target yang menjadi tanggung jawabnya dan Sector yang bersinggungan langsung (lihat tabel).
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 12
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
Tabel 6.2 Sector Toolbar
c.
NO
SECTOR
SECTOR TOOLBAR AKTIF
1
LC
LC, UP, UK, TW, TE
2
TW
TW, LN, ARR, TWR
3
TS
LE, UP, TW, ARR, TWR
4
TE
TE/TS, LC, US, UJOG
5
ARR
TE/TS, TW, TWR
6
TWR
TWR, ARR, TE/TS, TW
Konfigurasi dari Air Situation Display (ASD) untuk Assistant Controller/Coordinator sekurang-kurangnya menampilkan window (data) sebagai berikut: 1) Control Area a) Height Filter Boundries (HGT) 000 - 995 b) Nautical Miles (NM) 85 NM c) Primary tracks, (PRI) ON d) Range Ring ( RR ) OFF e) Safety Net ( S/N ) ON f) Quick Look ( QUICK ) deactivate ( Tidak diaktifkan )
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 13
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
g) Extended Label ( XLBL ) activate ( aktif ) h) Data Source, Tombol SDPS, FDPS, FPL dan S/N berfungsi dan berwarna hijau. i) Data Source Status, Radar Data Source CKG1 CKG2 berfungsi baik atau tidak ada ganguan dan berwarna biru j) User ID terisi k) QNH up date l) System Time ( jam:menit:detik ) up date m) Date (tanggal.bulan.tahun) up date 2) Air Situation Picture ( ASP ) Pengaturan ASP sekurang – kurangnya menampilkan area / wilayah udara yang menjadi tanggung jawabnya. 3) Sector Toolbar Pengaturan Sector Toolbar sekurang – kurangnya dapat menampilkan label target yang menjadi tanggung jawabnya 4) Login Pastikan CWP EJAATS sudah ter-login dengan Initial Name Surveillance Controller yang sudah diberikan pada User Login Dialog sebelum melakukan pekerjaan.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 14
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.2.1.4. Prosedur Transisi dari EJAATS ke JAATS a.
Sistem Surveillance yang ada di ATS Jakarta terdiri dari sistem ATC utama yang disebut Enhanced Jakarta Automated Air Traffic Control System (EJAATS) dan sistim ATC back up yaitu Jakarta Automated Air Traffic Control System (JAATS).
b.
Apabila EJAATS tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka pemanduan lalu lintas penerbangan dilanjutkan dengan menggunakan sistem back up yaitu JAATS, setelah ACC Supervisor berkoordinasi dengan ATS Regional/ Operational Coordinator.
c.
Surveillance dikatakan tidak dapat berfungsi apabila EJAATS mengalami hal-hal sebagai berikut : 1) SDPS (Surveillance Data Processing System) tidak berfungsi: a) Apabila terjadi kerusakan pada SDPS, pelayanan lalu lintas penerbangan harus dialihkan ke JAATS; b) Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemandu lalu lintas penerbangan adalah : i. Aktifkan fungsi JAATS dengan menekan tombol Key board Video Mouse (KVM) ; ii. Identifikasi dan plot
target yang ada di JAATS sesuai
dengan data pesawat yang ada di FPL / Coordination Form; iii. Membuat FPS (Flight Progress Strip) secara manual.
2) FDPS (Flight Data Processing System) tidak berfungsi; Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 15
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
a) Apabila terjadi kerusakan pada SDPS, pelayanan lalu lintas penerbangan harus dialihkan ke JAATS. b) Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemandu lalu lintas penerbangan adalah : 1) Aktifkan fungsi JAATSdengan menekan tombol Key board Video Mouse (KVM) ; 2) Identifikasi dan plot
target yang ada di JAATS sesuai
dengan data pesawat yang ada di FPL / Coordination Form; 3) Membuat FPS (Flight Progress Strip) secara manual. d.
Untuk lebih detail dalam penggunaan Prosedur Transisi dari EJAATS ke JAATS dapat dilihat pada BAB XII Sub Degradasi ATS System.
6.2.2 Position Log 6.2.2.1 TMA dan APP Supervisor berkewajiban membuat position log untuk masingmasing sektor yang menjadi tanggung jawabnya sebelum shift dimulai disesuaikan dengan personil yang bertugas pada sektor yang menjadi tanggung jawabnya; 6.2.2.2 Controller/Officer on duty berkewajiban menduduki posisi kerja sesuai dengan position log yang telah dibuat oleh Controller Supervisor dan melaporkan kepada Controller Supervisor apabila terjadi perubahan dari yang telah dibuat; 6.2.2.3 TMA dan APP Supervisor berkewajiban untuk membuat kesesuaian data yang tertera pada position log dengan personil yang bertugas pada CWP tertentu dan dibubuhi tanda tangan atau paraf serta initial name. Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 16
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.2.3 Laporan Harian 6.2.3.1 TMA dan APP Supervisor berkewajiban membuat laporan seluruh kejadian yang terkait dengan sektor yang menjadi tanggung jawabnya pada form laporan harian secara lengkap dan rinci; 6.2.3.2 TMA dan APP Supervisor berkewajiban memberikan pengarahan dan pengawasan secara aktif kepada Controler yang menjadi tanggung jawabnya ; 6.2.3.3 Daily traffic Record dipergunakan hanya di sektor Jakarta Lower Control, sektor Jakarta APP/TMA dan sektor Jakarta Arrival dengantujuan :
6.3
a.
Mencatat penerbangan yang datang dan berangkat.
b.
Sebagai data backup apabila ATC System unserviceable (mati).
Flight Progress Strip & Simbol 6.3.1 Flight Progress Strip (FPS) 6.3.1.1 Setiap laporan yang dikirim oleh penerbang harus dicatat secara lengkap pada FPS yang telah tersedia dengan tujuan: a.
Untuk mencapai tingkat akurasi yang tinggi dalam penyediaan data penerbangan;
b.
Pemberian pelayanan Procedural Separation;
c.
Demi kelancaran dan keteraturan dalam bekerja;
d.
Untuk pendataan dan penagihan;
e.
Memudahkan investigasi bila terjadi hal-hal yang tidak normal.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 17
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.3.1.2 Untuk memudahkan dalam proses identifikasi dalam melakukan pemanduan, maka dibedakan warna dari FPS sebagai berikut: a.
Strip holder warna hijau digunakan untuk departing aircraft dari Bandara Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Budiarto dan Pondok Cabe;
b.
Strip holder warna kuning digunakan untuk arriving aircraft ke Bandara Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Budiarto dan Pondok Cabe;
6.3.1.3 Petunjuk Pengaturan posisi FPS sebagai berikut : a.
Bahwa pesawat terbang yang flight level-nya paling tinggi diletakkan pada posisi paling atas, kecuali disebutkan lain di dalam masing-masing sector binder;
b. Jika ada dua pesawat terbang atau lebih mempunyai flight level yang sama maka pesawat terbang yang lebih dulu tiba di suatu posisi diletakkan paling bawah, kecuali disebutkan lain di dalam masing-masing sector binder; c. Jika ada dua pesawat terbang atau lebih mempunyai rute yang tidak sama maka pesawat terbang yang lebih dulu akan meninggalkan wilayah suatu sektor diletakkan paling bawah sedangkan yang mempunyai estimasi berikutnya diletakkan di atasnya. 6.3.1.4 Tata cara penulisan FPS pada Jakarta APP/TMA 1 2
4
5
7
6
8 10
7 9
8
7 9
10
3
8 10
7 9
8
7 9
11
8
10 12
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 18
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
Keterangan : 1.
Callsign pesawat
2.
Transponder code, tipe pesawat dan kategori wake turbulence;
3.
Jam pertama pesawat contact (QSO);
4.
Intended level;
5.
Departure Aerodrome;
6.
Actual time departure;
7.
Waypoint/position report;
8.
Estimate time over waypoint/position report;
9.
Actual Time;
10. Informasi lain yang menyangkut penerbangan tersebut, seperti: 1) Deviasi yang dilakukan pesawat terbang. 2) Keterangan naik/turun pesawat pada suatu waypoint. 3) Specified speed. 11. Destination aerodrome; 12. Jam tranfer of communication (QSY);
Notes : 1.
Di sisi kanan kolom poin Nokta/Esala diisi Expected Approach Time.
2.
Penomoran urutan pendekatan/sequencing di sebelah kanan Callsign.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 19
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
Contoh : GIA213
F340 WAHH ESALA
INDIA
SAMBA LIMAU IMU
4674
F250 0920
1015
1018
1011 1010
1021
WIII
1001
B738/M F220 1005
1010
6.3.1.5 Simbol Tabel 6.3 Simbol Target ATS System Jakarta TMA dan APP Symbols
Target Type
Description
+
Primary track
Cross
♦
Surveillance track
Diamond
Δ
Pure ADSB
Triangle
O
FPL track
Circle
Combinned track (Primary+SSR) Double SSR/ Non unique SSR code X
Plot
Edisi 1
Square Hourglass Times
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 20
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.4
Pelayanan di Approach Control Unit 6.4.1 Pelayanan di Approach Control Unit 6.4.1.1 Pelayanan Surveillance di dalam wilayah CTR dan CTA Jakarta adalah terdiri atas: a.
Identifikasi Surveillance;
b.
Informasi lalu lintas Surveillance;
c.
Pantauan posisi Surveillance dan petunjuk navigasi;
d.
Vektor Surveillance/Radar;
e.
Separasi Surveillance/Radar;
f.
Pengaturan kecepatan pesawat;
g.
Urutan Pendekatan Surveillance;
h.
Informasi cuaca Surveillance (jika dimungkinkan).
6.4.1.2 Keberangkatan dari Bandara Soekarno-Hatta a.
Jakarta Approach Control/TMA (TW-TE-TS) 1) Semua pesawat yang berangkat harus mengikuti Standard Instrument Departure (SID) atau Instruksi lain dari ATC. 2) Instruksi lain dari ATC (Cancel SID atau direct routing) harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan sektor terkait. 3) Jakarta Approach Controller wajib mengindentifikasi pesawat udara sebelum memulai pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan dengan mempergunakan prosedur Surveillance.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 21
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
4) Jakarta
Approach
Controller
clearance/instruction
dengan
wajib
melakukan
mempergunakan
perubahan Surveillance
vectoring, apabila terdapat potensi konflik traffic untuk menjaga separasi dan kelancaran arus lalu lintas penerbangan. 5) Jakarta Approach Controller wajib menjaga separasi minima antar pesawat udara sesuai dengan Surveillance separation minima. 6) Jakarta Approach Controller wajib mentransfer data pesawat udara sebelum melakukan transfer of communication/control ke Unit Jakarta Lower Control. 7) Hal-hal yang berhubungan dengan adjacent ATS unit diatur di dalam LOCA.
b.
Jakarta Lower Control Area (LN – LE– LC) 1) Jakarta
Lower
Controller
clearance/instruction
dengan
wajib
melakukan
mempergunakan
perubahan Surveillance
vectoring, apabila terdapat potensi konflik traffic untuk menjaga separasi dan kelancaran arus lalu lintas penerbangan. 2) Jakarta Lower Controller wajib menjaga separasi minima antar pesawat udara sesuai dengan Surveillance separation minima. 3) Jakarta Lower Controller wajib mentransfer data pesawat udara sebelum dilakukan transfer of communication/control ke Unit Jakarta Upper Control. 4) Hal-hal yang berhubungan dengan adjacent ATS unit diatur di dalam LOCA. Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 22
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.4.1.3 Keberangkatan dari Bandara Halim Perdanakusuma Pemanduan keberangkatan traffic dari Bandara Halim Perdanakusuma, tergantung kepada pengoperasian Runway In Used Bandara Soekarno-Hatta dan menghindari Restricted Area dengan ketentuan sebagai berikut : a.
Bandara Halim Perdanakusuma RWY 06 dan Bandara Soekarno-Hatta RWY07 Released after take off : 1) Route via W11, W12, A585 dan G579 : After airborne turn right heading 210 and climb 4000 feet, after cross Radial 180° HLM VOR climb to FL 280 or below. When passing 10.000 feet turn right direct to CKG VOR. Or instructed by ATC. 2) Route via W14, W15, W18, P648 dan M772 : After airborne climb and maintain 2000 feet direct to AL NDB. Then turn left heading to DKI “VOR”(Climb subject to traffic), or instructed by ATC. 3) Route via W17 dan W45 : Then turn right direct to CA or PW (climb subject traffic ), or instructed by ATC.
b.
Bandara Halim Perdanakusuma RWY 24 dan Bandara Soekarno-Hatta RWY07 Released after take off : After airborne turn left heading 220° 1) Route via W11, W12, A585 dan G579 :
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 23
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
Climb to FL 280 or below, when passing 6000 feet turn right direct to CKG VOR, or instructed by ATC. 2) Route via W14,W15, W18, P648 dan M772 : Climb to 6000 feet then turn left direct to DKI VOR (further climb subject traffic, or instructed by ATC. 3) Route via W17 dan W45 : Climb to FL 290 or below, after passing 3000 feet turn left direct to PW or CA NDB, or instructed by ATC.
c.
Bandara Halim Perdanakusuma RWY 06 dan Bandara Soekarno-Hatta RWY25 Released after take off : 1) Route via W11,W12, A585 dan G579 : After airborne turn right heading 210 and climb 4000 feet, after cross Radial 180° HLM VOR climb to FL 280 or below. When passing 10.000 feet turn right direct to CKG VOR. Or instructed by ATC. 2) Route via W14, W15, W18 After airborne climb and maintain 2000 feet direct to AL NDB. Then turn left direct to DKI VOR. (Climb subject to traffic), or instructed by ATC. 3) Route via W17 and W45 : Then turn right direct to PW or CA NDB ( climb subject to traffic), or instructed by ATC.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 24
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
d.
Bandara Halim Perdanakusuma RWY24 dan Bandara Soekarno-Hatta RWY25 Released after take off : 1) Route via W11, W12, A585 and G579 : After airborne turn left heading 220° Climb to FL280 or below, when passing 6000 feet turn right direct to CKG VOR, or instructed by ATC. 2) Route via W14, W15, W18, P648 and M772 : After airborne turn left heading 160° Climb to 6000 feet then turn left proceed to DKI VOR (further climb subject to traffic), or instructed by ATC. 3) Route via W17 dan W45 : After airborne continue heading climb to 8000 feet, after passing 3000 feet turn left direct to PW or CA NDB. (further climb subject to traffic), or instructed by ATC.
6.4.1.4 Prosedur Kedatangan a.
Jakarta Lower Control Area (LN – LE– LC) 1) Semua pesawat yang datang harus mengikuti Standard Instrument Arrival (STARs-RNAV1) yang berlaku atau Instruksi lain dari ATC. 2) Instruksi lain dari ATC (vectoring atau direct point) harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan sektor terkait. 3) Controller wajib memberikan informasi mengenai pesawat udara yang tidak sesuai STAR/SID kepada ATS unit selanjutnya terkait :
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 25
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
a) Speed restriction (bagi yg tidak sesuai STAR); b) Heading; c) Direct point; d) Atau informasi lain yang dianggap perlu. 4) Jakarta Lower North (LN) tidak boleh menginstruksikan pesawat udara inbound to point CARLI descend lebih rendah dari FL290 kecuali pesawat udara telah crossing route W12, clear of outbound traffic on route W12/W11 atau telah terjalin koordinasi dengan Jakarta Upper Palembang. 5) Jakarta Lower Controller wajib memberikan pelayanan Surveillance, menentukan ketinggian, QNH (ketika menurunkan pesawat lebih rendah dari F130) dan rencana landasan pendaratan yang akan digunakan bagi pesawat udara yang akan mendarat di Bandar Udara Soekarno-Hatta atau Halim Perdana Kusuma. 6) Jakarta Lower Controller memberikan pelayanan Surveillance control, holding sequence di point-point STAR Chart yang berlaku. 7) Jakarta Lower Controller memberikan Expected Approach Time (EAT) untuk membuat urutan traffic yang akan masuk ke sektor Approach. 8) Jakarta
Lower
Controller
clearance/instruction
dengan
wajib
melakukan
mempergunakan
perubahan Surveillance
vectoring, apabila terdapat potensi konflik traffic untuk menjaga separasi dan kelancaran arus lalu lintas penerbangan.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 26
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
9) Jakarta Lower Controller wajib menjaga separasi minima antar pesawat udara sesuai dengan Surveillance separation minima di wilayah Lower Control Area. 10) Jakarta Lower Controller wajib mentransfer data pesawat udara sebelum dilakukan transfer of communication/control ke Unit Jakarta Approach Control. 11) Apabila terdapat pesawat udara yang melakukan holding maka Jakarta Lower Control segera memberikan
sequencing
dengan
acuan
NOKTA dan ESALA serta menuliskan pada scratch pad point tempat holding dan urutannya (contoh : HLD ESA 1, HLD ESA 2, HLD GAP 3, HLD GAP 4, dll). 12) Jakarta Lower Controller boleh mengalihkan arriving traffic ke runway yang lainnya setelah melalui koordinasi dengan sektor terkait dan wajib mengubah STAR dan menginformasikannya kepada penerbang dengan pertimbangan sebagai berikut: a) Keseimbangan penggunaan dua runway; b) Kondisi cuaca buruk; c) Efisiensi traffic; d) Traffic departure yang berada pada holding point.
b. Jakarta Approach Control/TMA (TW-TE-TS) 1) Semua pesawat yang datang harus mengikuti Standard Instrument Arrival (STARs-RNAV1) atau Instruksi lain dari ATC Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 27
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
2) Jakarta Approach Controller memberikan pelayanan approach Surveillance control, holding sequence di ESALA/NOKTA dan Expected Approach Time (EAT) untuk memberikan sequence traffic yang masuk ke sektor Arrival. 3) Jakarta
Approach
clearance/instruction
Controller dengan
wajib
melakukan
mempergunakan
perubahan Surveillance
vectoring, apabila terdapat potensi konflik traffic untuk menjaga separasi dan kelancaran arus lalu lintas penerbangan. 4) Jakarta Approach Controller diwajibkan menentukan jenis IAP (Instrument Approach Procedure) yang tepat dan sesuai untuk digunakan oleh pesawat udara dalam melakukan approach. 5) Jakarta Approach Controller wajib menjaga separasi minima antar pesawat udara sesuai dengan Surveillance separation minima di wilayah Approach/Terminal Control Area. 6) Transfer of control dari Sektor Jakarta APP ke Jakarta Arrival dapat dilakukan setelah tidak terjadi konflik traffic di wilayah udara TMA dengan ketentuan sebagai berikut : a) RIU 25R : after NOKTA or passing 11.000 feet. b) RIU 25L : after ESALA or passing 11.000 feet. c) RIU 07L : after INDIA or passing 10.000 feet. d) RIU 07R : after KAKAP or passing 10.000 feet. e) Atau point/level lainnya setelah melalui koordinsi terlebih dahulu.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 28
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
c. Jakarta Arrival Control Area (AN – AE) 1) Semua pesawat yang datang harus mengikuti Standard Instrument Arrival (STAR) atau Instruksi lain dari ATC. 2) Jakarta Arrival Controller wajib menjaga separasi minima antar pesawat udara sesuai dengan Surveillance separation minima. 3) Jakarta Arrival Controller dalam memberikan Surveillance vector pada pesawat udara yang menuju Bandar Udara Soekarno–Hatta untuk melakukan intercept final approach course minimal berjarak 8 NM dari touch down. 4) Jakarta Arrival Controller dalam memberikan visual approach clearance pada penerbangan IFR hendaknya atas persetujuan penerbang dengan mempertimbangkan kondisi traffic dan cuaca, yaitu ceiling minimal 2000 feet dan visibility minimal 5 KM. 5) Bilamana dalam kondisi khusus (cuaca buruk, emergency, runway blocked), Jakarta Arrival Controller dapat mengubah penggunaan runway untuk arriving traffic setelah berkoordinasi terlebih dahulu dan sepengetahuan supervisor. 6) Jakarta Arrival Controller harus membatalkan ‘Approach Clearance’ untuk arriving traffic yang mempunyai kemungkinan separasi kurang dari 3 NM di dalam jarak 10 NM from touch down (succeeding traffic). 7) Jakarta Arrival Controller menginstruksikan kepada pesawat udara yang akan melakukan ILS Approach runway 25R untuk mengikuti Altitude Constrain 2000 feet di point PRIOK agar terjaga separasi dengan pesawat udara yang ILS Approach runway 25L. Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 29
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
8) Jakarta Arrival Controller dalam menerapkan ILS approach secara parallel untuk runway 25R/25L atau runway 07R/07L adalah: a) Vertical separation 1000 feet atau lateral separation 5 NM antar pesawat udara tetap diberlakukan selama tahapan intercept localizer ILS runway yang dituju. b) Intercepting localizer dilakukan dengan Surveillance vector, dengan sudut maksimal 30 derajat. c) Untuk memberikan kesempatan departure traffic jarak minimum antar pesawat udara pada localizer yang sama adalah lebih dari 6 NM kecuali atas permintaan Tower Controller. d) Jika ada pesawat yang tidak bisa menerapkan speed control dalam 10 NM touchdown, controller wajib memberitahukan kepada tower. e) Separasi di final approach (within 10 NM touch down) antara dua pesawat pada localizer yang sama dapat dikurangi menjadi 3 NM dengan ketentuan sebagai berikut : i.
Kategori Wake Turbulance pesawat yang di depan lebih kecil atau sama dengan kategori Wake turbulance pesawat yang mengikuti di belakangannya.
ii.
Tidak boleh diterapkan ketika kategori wake turbulance pesawat di depannya adalah Heavy/Super.
iii.
Jika kondisi traffic memungkinkan.
f) Melaksanakan Surveillance monitor bagi pesawat udara yang sedang melakukan instrument approach, dan mengambil Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 30
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
tindakan yang diperlukan, apabila pesawat udara tersebut mengalami deviasi.
6.4.2 Combined Sector 6.4.2.1 Data Informasi Combined Sector Tabel 6.4 Data Informasi Combined Sector Jakarta TMA dan APP
NO
PENGGABUNGAN SEKTOR
JAM OPERASIONAL (UTC)
FREKWENSI
DIGABUNG PADA SEKTOR
1
LN dan TW
15.00 –23.00
119.75 MHz
2
LE dan TE
15.00 –23.00
127.90 MHz
3
LC dan LE
13.00 – 15.00
130.10 MHz
LE
4
LC, LE dan TE
15.00 – 23.00
127.9 MHz
TE
5
TS dan TE
13.00 – 23.00
127.90 MHz
TE
TW TE
127.90 MHz 6
AN/AE dan TW/TE
15.00 – 23.00
atau
TW / TE
119.75 MHz
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 31
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.4.2.2 Prosedur Pelaksanaan Combined Sector a. Penerapan Combined Sector selain dari tabel pada poin 6.4.2.1 bisa dilakukan oleh Supervisor Controller dengan koordinasi dan persetujuan ATS Coordinator. b. Kondisi yang menjadi pertimbangan dilakukan Combined Sector adalah: 1.
Low traffic;
2.
Kerusakan salah satu fasilitas pada sektor di TWR atau APP/TMA;
3.
Lack of personil.
6.4.3 Approach Radar 6.4.3.1 Pelayanan Surveillance a.
Sebelum memberikan Pelayanan Surveillance Radar Approach semua pesawat harus di identifikasi/diberikan metode identifikasi Surveillance.
b.
Surveillance/Radar identification harus diinformasikan kepada penerbang dan harus dipertahankan sampai termination of the Surveillance Radar Approach service.
c.
Jika prosedur Surveillance/Radar identification gagal dilakukan karena berbagai macam sebab, Jakarta Lower Control dan Jakarta Approach Control tidak boleh menerapkan Surveillance separation di dalam wilayah kewenangannya.
d.
Dalam hal terjadi kegagalan Surveillance/Radar identification, maka Jakarta Lower Control dan Jakarta Approach Control menerapkan
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 32
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
pelayanan non-Surveillance separation/procedural separation di wilayah kewenangan dan tanggung jawabnya. e.
Pelayanan Surveillance Radar Approach diberikan pada pesawat udara yang beroperasi di wilayah Jakarta Lower Control, Terminal Control Area serta Control Zone sesuai ketentuan yang dipersyaratkan dalam AIP (Aeronautical Information Publication).
f.
Semua pesawat udara harus dilengkapi dengan transponder mode A atau mode A dan C.
g.
Pelayanan Surveillance Radar Approach yang diberikan di wilayah Jakarta Terminal Control dan Control Zone meliputi : 1) Surveillance Separation bagi pesawat yang beroperasi diwilayah Jakarta Lower Control (LN,LC dan LE) dan di wilayah Jakarta Terminal Control Area (TW, TE, TS dan ARR) adalah 5 NM. 2) Surveillance/Radar monitoring bagi pesawat yang datang, berangkat dan en-route apabila terjadi penyimpangan dari routenya. 3) Surveillance/radar vectoring. 4) Pelayanan untuk pesawat udara dalam keadaan emergency. 5) Pelayanan untuk pesawat udara dalam bernavigasi. 6) Pemberitahuan posisi pesawat udara atas dasar permintaan dari penerbang. 7) Pemberian pelayanan informasi dan alerting.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 33
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.4.3.2 Breakdown of Separation (BOS) a.
Breakdown Of Separation adalah suatu penerapan separasi yang dilakukan kurang dari standar separasi minima yang berlaku pada setiap sektor.
b.
Hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai Breakdown Of Separation antara lain: 1) Pada sektor Lower, lateral separation kurang dari 5 NM atau Vertical separation kurang dari 1000 feet. 2) Pada sektor Terminal, lateral separation kurang dari 5 NM atau Vertical separation kurang dari 1000 feet. 3) Pada saat pesawat udara melakukan ILS Approach pada runway yang sama separasi antaranya kurang dari 5 NM dalam jarak lebih dari 10 NM dari touchdown. 4) Pada saat pesawat udara melakukan ILS Approach pada runway yang sama separasi antaranya kurang dari 3 NM dalam jarak 10 NM dari touchdown.
6.4.3.3 Penetapan Kode SSR untuk Bandar Udara Soekarno-Hatta adalah sebagai berikut: a. 7700 : keadaan darurat; b. 7600 : kegagalan komunikasi; c. 7500 : pembajakan; d. 4501 : Presiden RI; e. 4502 : WakilPresiden RI; f. 2000 : standby SSR code. Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 34
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.4.4 Instrument Approach 6.4.4.1 Instrument Approach di Bandara Internasional Soekarno Hatta a. ILS Approach cat 3 b. NDB Approach 6.4.4.2 Instrument Approach di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma a. ILS Approach Rwy 24 b. VOR Approach RWY 06 6.4.4.3 Jika pesawat mengalami kegagalan dalam pendaratan/missed approach pada Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta Approach Controller memberikan ketinggian yang aman/ cleared of traffic dengan ketentuan sebagai berikut : a.
Untuk pesawat yang approach pada runway 25 R atau 07 L, kembali ke poin NOKTA atau memberikan Surveillance vector mengikuti urutan kedatangan yang sedang berlangsung.
b.
Untuk pesawat yang approach pada runway 25 L atau 07R, kembali ke poin ESALA atau memberikan Surveillance vector mengikuti urutan kedatangan yang sedang berlangsung.
6.4.5 Visual Approach Jakarta Arrival Controller dalam memberikan visual approach clearance pada penerbangan IFR hendaknya atas persetujuan penerbang dengan mempertimbangkan kondisi traffic dan cuaca, yaitu ceiling minimal 2000 feet dan visibility minimal 5 KM.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 35
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.4.6 Urutan Pendekatan/Approach Sequence 6.4.6.1. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan urutan pendekatan pesawat: a.
Estimate time over Nokta/Esala;
b.
Speed pesawat/tipe pesawat;
c.
Kemungkinan conflicting traffic;
d.
koordinasi dengan unit/sektor terkait.
6.4.6.2. Controller/Assistant memberikan urutan pendekatan melalui koordinasi atau dengan menggunakan scratch pad.
6.4.7 Waktu Perkiraan Pendekatan/Expected Approach Time 6.4.7.1. Waktu Perkiraan Pendekatan (EAT) diberikan kepada pesawat apabila terjadi holding. 6.4.7.2. Assistant bertugas membantu Controller untuk menghitung EAT masingmasing pesawat. 6.4.7.3. Approach Time Interval antar pesawat adalah 3 menit sesuai dengan urutan pendekatan.
6.4.8 Holding 6.4.8.1. Holding dapat di lakukan di poin STARs Chart yang telah di tentukan sebagai berikut:
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 36
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
Tabel 6.5 Holding Fix, Level, Pattern dan Speed Jakarta TMA & APP HOLDING LEVEL HOLDING FIX
CARLI
BUNIK
DENDY
NOKTA
ESALA
GAPRI
IMU
GASPA
GUKAR
Rwy 07
Rwy 25
F220 or
F140-
above
F160
F250 or
F220 or
above
above
F250 or
F240-
above
F290
F210-
11000-
F240
12000
F190-
11000-
F210
F150
F250-
F180-
F260
F250
F270 or
F260 or
above
above
F270 or
F260 or
above
above
+8000
+8000 or
or above
above
PATTERN Heading Outbound
Heading Inbound
(°)
SPEED HOLDING
(°)
Rwy 07 (Knots)
Rwy25 (Knots)
090
270
265
240
335
155
265
265
028
208
265
265
335
156
240
230
090
270
240
230
090
270
265
265
090
270
265
265
072
252
265
265
090
270
230
230
6.4.8.2. Separasi antara holding Fix dinyatakan clear of traffic apabila pesawat melakukan holding sesuai dengan alokasi level yang telah ditentukan. Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 37
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.4.8.3. Untuk kepentingan sequencing hendaknya holding dimulai dari NOKTA dan ESALA (maksimum 5 pesawat) kemudian berlanjut ke Outer Holding Fix yaitu : GAPRI, GASPA, IMU, DENDY, BUNIK dan CARLI. 6.4.8.4. Untuk traffic yang akan mendarat ke Bandara Halim Perdanakusuma, prosedur holding menyesuaikan runway in used bandara Soekarno-Hatta dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel 6.6 Holding Arrival Traffic To Halim Perdanakusuma Airport RIU WIII
AL Level
07 R 4000’
ESALA
Pattern
WETES
level
Pattern
Level
4000’
Right,H
7000’-
Right
HOB
OB 090°
10000’
Orbit
061°
HIB
Left ,
Pattern
PW Level
6000’-
Pattern
Right Orbit
270° HIB 241° 25 R 4000’ 5000’
Left ,
4000’
Right,H
7000’-
Right
HOB
-
OB 090°
10000’
orbit
6000’
HIB
061°
6000’-
Right orbit
270° HIB 241°
6.4.8.5. Holding/orbit di PW NDB harus koordinasi dengan Bandung Approach
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 38
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.4.9 Speed Control 6.4.9.1. Prosedur Speed Control dan level constrain di wilayah Jakarta APP/TMA sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 6.7 Speed Control STAR RNAV-1 GASPA 1B POIN
GASPA GAPRI WETES ESALA TEGAR
LEFTA
10 NM
SPEED
-270
265
250
230
230
210
160
LEVEL
+28000
23000
17000
11000
7000
3000
3000
Tabel 6.8 Speed Control STAR RNAV-1 INDRAMAYU 1B POIN
IMU
GETES
GAPRI
WETES
ESALA
TEGAR
SPEED
-270
-270
265
250
230
230
210
160
+26000
23000
17000
11000
7000
3000
3000
LEVEL +28000
LEFTA 10 NM
Tabel 6.9 Speed Control STAR RNAV-1 DENDY 1B POIN
DENDY
DENOK
NOKTA
RAMBU
PRIOK
10 NM
SPEED
-250
240
240
240
210
160
LEVEL
+24000
-14000
11000
7000
2000
2000
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 39
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
Tabel 6.10 Speed Control STAR RNAV-1 BUNIK 1B POIN
BUNIK
SPEED LEVEL
+22000
RAMAL
NOKTA
RAMBU
PRIOK
10 NM
240
240
230
220
160
+17000
11000
7000
2000
2000
Tabel 6.11 Speed Control STAR RNAV-1 CARLI1B POIN
DORCE
CARLI CARTA NOKTA RAMBU PRIOK 10 NM
SPEED
-250
-250
240
240
210
160
LEVEL
+16000
-16000
11000
7000
2000
2000
Tabel 6.12 Speed Control STAR RNAV-1 GASPA 1A POIN
GASPA
GAPRI
WETES
ESALA
INDIA
SAMBA
LIMAU
BILIS
10NM
SPEED
-290
-290
-280
250
230
230
190
190
160
LEVEL
+31000
+31000
+25000
19000
10000
6000
4000
3000
2000
Tabel 6.13 Speed Control STAR RNAV-1 INDRAMAYU 1A POIN
IMU
GETES
GAPRI
WETES ESALA
INDIA
SAMBA
LIMAU
BILIS 10NM
SPEED
-290
-290
-290
-280
250
230
230
190
190
160
LEVEL
+31000
+31000
+31000
+25000
19000
10000
6000
4000
3000
2000
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 40
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
Tabel 6.14 Speed Control STAR RNAV-1 DENDY 1A POIN
DENDY
DENOK
NOKTA
-280
250
250
+24000
21000
13000
SPEED LEVEL
+31000
OSCAR KAKAP
DAKAR
SEPAT
SIGAS 10NM
240
210
190
190
160
10000
7000
5000
4000
2000
Tabel 6.15 Speed Control STAR RNAV-1 BUNIK 1A POIN
BUNIK
RAMAL
NOKTA
OSCAR
KAKAP
DAKAR
SEPAT
SIGAS
10NM
-280
250
250
240
210
190
190
160
+25000
21000
13000
10000
7000
5000
4000
2000
SPEED LEVEL
+29000
Tabel 6.16 Speed Control STAR RNAV-1 CARLI 1A POIN
CARLI
CARTA
NOKTA
OSCAR
KAKAP
DAKAR
SEPAT
SIGAS
10 NM
SPEED
-280
-290
-280
250
230
230
190
160
LEVEL
+26000
+31000
+25000
19000
10000
6000
4000
2000
KETERANGAN : 1. SPEED dalam satuan Knots IAS 2. Tanda + boleh lebih dari yang dipersyaratkan 3. Tanda – boleh kurang dari yang dipersyaratkan
6.4.9.2. Kedatangan traffic yang tidak melalui STAR diberlakukan speed control yang disesuaikan dengan kondisi traffic 6.4.9.3. Speed control didalam 10 NM touchdown adalah 160 kts Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 41
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
6.4.9.4. Speed control tidak boleh di berlakukan ketika traffic telah di 4 NM touch down. 6.4.9.5. Controller diperbolehkan menerapkan speed control di luar ketentuan (6.4.9.1) di karenakan alasan safety atau sequencing dimana penerbang harus di beritahu langsung oleh controller. 6.4.9.6. Untuk menjaga separasi yang lebih akurat, controller agar selalu memantau speed control yang dilakukan oleh penerbang. Apabila terjadi penyimpangan controller wajib mengkonfirmasi dan mengambil tidakan untuk menjaga separasi tetap terjaga.
6.4.10 Pelayanan Procedural 6.4.10.1. Pelayanan Proceural diberikan kepada pesawat udara yang beroperasi diwilayah Jakarta Lower Control, Terminal Control Area serta Control Zone, apabila pelayanan Surveillance Radar Approach tidak dapat diberlakukan. 6.4.10.2. Transfer data dari TW/TE/TS ke LN/LE/LC, TW/TE ke AN/AE dan AN/AE ke TWR yaitu posisi pesawat pada estimate transfer of control point dengan mempergunakan voice switching kemudian dilanjutkan dengan transfer of control. 6.4.10.3. Pencatatan data pesawat udara pada pelayanan Non-Surveillance dilakukan dengan menggunakan Flight Progress Strip. 6.4.10.4. Pelayanan non-Surveillance yang diberikan di wilayah Jakarta Terminal Control Area meliputi: a.
Non-Surveillance service bagi pesawat yang datang, berangkat dan enroute;
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 42
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
b.
Penentuan Average Time Interval (ATI) dan Expected Approach Time (EAT); yang kemudian disampaikanke penerbang;
c.
Instrument Approach Procedure (IAP) clearances/ instructions;
d.
Pelayanan untuk pesawat yang dalam keadaan emergency;
e.
Flight information dan Alerting sevice.
6.4.11 Prosedur Penanganan jika terjadi Cuaca Buruk Apabila terjadi cuaca buruk, controller hendaknya : a.
Mengakomodasi permintaan penerbang dalam menghindari cuaca buruk;
b.
Apabila diperlukan, memberikan vertical separation antar pesawat untuk menghindari konflik;
c.
Memberikan separasi yang lebih besar untuk pesawat yang melakukan approach;
d.
Apabila pesawat melakukan deviasi karena cuaca controller agar menuliskan pada scrath pad “WX” dan spesified heading pada kursor middle klik (tidak pada scratch pad) serta melakukan koordinasi dengan unit terkait.
6.4.12 Vectoring Ketika melakukan Vectoring, controller hendaknya : a.
memberikan informasi tujuan dari vectoring;
b.
memberikan batasan (waktu/jarak) vectoring akan dilakukan;
c.
tidak melakukan vector yang ektrim atau excessive (maksimal 60 derajat) dan sebaiknya menggunakan metode holding;
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 43
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
d.
Direct to point STAR dapat dilakukan untuk separasi dan efisiensi dengan terlebih dahulu melakukan konfirmasi kepada penerbangnya (Confirm are you able….);
e.
Setelah Vectoring dilakukan segera mengembalikan ke point STAR selanjutnya (follow profile) dan tidak menurunkan ketinggian pesawat lebih rendah daripada ketinggian dari point tersebut;
f.
Apabila kondisi traffic padat dan separasi kurang dari ketentuan sequencing, maka 3 (tiga) arriving traffic yang pertama dapat di-vector untuk spacing dan traffic yang ke-4 dan selanjutnya diberlakukan metode holding dengan memaksimalkan inner holding.
g.
Apaabila diperlukan, memberikan informasi track mile from touchdown.
6.4.13 Fuel Dumping 6.4.13.1. Dalam hal fuel dumping, controller harus menentukan rute dan ketinggian yang diperuntukkan serta mendapatkan kesepakatan dari penerbang di kawasan mana kegiatan tersebut akan dilakukan. Menginformasikan data cuaca saat itu serta mengarahkan pesawat udara dimaksud ke kawasan yang dipandang aman dari conflicting traffic dan jauh dari gedung maupun pemukiman penduduk. 6.4.13.2. Kawasan yang dimaksud padabutir di atas adalah: a.
Ketinggian minimal 2000 feet di atas perairan atau minimal 6000 feet diatas daratan dan jauh dari gedung maupun pemukiman penduduk;
b.
NOKTA / ESALA
6.4.13.3. Separasi dengan pesawat di sekitarnya adalah minimal berjarak 20 NM atau 5 menit di belakang fuel dump aircraft atau 1000 feet di atasnya atau 2000 Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 44
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
feet di bawahnya. Kondisi separasi ini harus dipertahankan hingga 5 menit kegiatan tersebut terakhir. 6.4.13.4. Memberitahu
pesawat
udara
lainnya
dengan
cara
broadcast/blind
transmission dengan tujuan agar mereka dapat mengindari kawasan dimaksud serta memberitahu kembali bilamana kegiatan sudah berakhir.
6.4.14 Penanganan VIP 6.4.14.1. Yang dimaksud dengan VIP flight adalah suatu penerbangan yang di dalam flight plan mencantumkan keterangan adanya VIP (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan). 6.4.14.2. Penerbangan Presiden Republik Indonesia menggunakan nomor penerbangan IDAF01 (INDONESIA AIRFORCE ONE) dengan kode transponder A4501 dan untuk Wakil Presiden menggunakan IDAF02 (INDONESIA AIRFORCE TWO) dengan kode transponder A4502. 6.4.14.3. Bilamana diketahui terdapat penerbangan VIP, petugas Pemandu Lalu Lintas Penerbangan pada Unit APP/TMA wajib : a.
Memberitahu APP/TMA Supervisor untuk diteruskan ke ATS Regional/Operational Coordinator.
b.
Memberikan prioritas utama kepada penerbangan tersebut, kecuali pada saat yang bersamaan ada pesawat udara lain yang mengalami keadaan darurat/emergency.
c.
Bilamana ada berita/pesan yang akan disampaikan oleh VIP, Surveillance Approach Controller segera memberitahu APP/TMA
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 45
AIRNAV
SOP ATS KANTOR CABANG UTAMA JATSC
Controller Supervisor atau ATS Regional/Operation Coordinator untuk ditindak lanjuti d.
Memberikan separasi 2000 feet dan 10 NM antara pesawat VIP dengan pesawat lainnya.
6.4.15 Peta Lower Control Areas dan Terminal Control Areas.
Edisi 1
Desember 2016
_____________________________________________________________________________________ VI - 46