BAB VI AGREGAT Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun komposisi lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil pengolahan (manufactured aggregate) maupun agregat buatan (syntetic aggregate) yang digunakan sebagai bahan utama penyusun perkerasan jalan. Jenis-jenis Agregat Jenis Agregat Berdasarkan Sumber: a) Agregat yang diproses Agregat yang diproses adalah batuan yang telah dipecah dan disaring sebelum digunakan. Pemecahan agregat dilakukan karena tiga (3) alas an, yaitu: (1) untuk merubah tekstur permukaan partikel dari licin ke kasar, (2) untuk merubah bentuk partikel dari bulat ke angular, dan (3) untuk mengurangi serta meningkatkan distribusi dan rentang ukuran partikel. Untuk batuan karakal yang besar, tujuan pemecahan batuan krakal ini adalah untuk mendapatkan ukuran batu yang dapat dipakai, selain itu juga untuk merubah bentuk dan teksturnya. Penyaringan yang dilakukan pada agregat yang telah dipecahkan akan menghasilkan partikel agregat dengan rentang gradasi tertentu. Mempertahankan gradasi agregat yang dihasilkan adalah suatu factor yang penting untuk menjamin homogenitas dan kualitas campuran beraspal yang dihasilkan. Untuk alasan ekonomi, pemakaian agregat pecah yang diambil langsung dari pemecah batu (tanpa penyaringan atau dengan sedikit penyaringan) dapat dibenarkan. Kontrol yang baik dari operasional pemecahan menentukan apakah gradasi agregat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi pekerjaan atau tidak. Batu pecah (baik yang
disaring atau tidak) disebut agregat pecah dan memberikan kualitas yang baik bila digunakan untuk campuran beton.
b) Agregat buatan Agregat ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa material sehingga menghasilkan suatu material baru yang sifatnya menyerupai agregat. Beberapa jenis dari agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses industri dan dari proses material yang sengaja diproses agar dapat digunakan sebagai agregat atau sebagai mineral pengisi (filler). Slag adalah contoh agregat yang didapat sebagai hasil sampingan produksi. Batuan ini adalah substansi nonmetalik yang timbul ke permukaan dari pencairan/peleburan biji besi selama proses peleburan. Pada saat menarik besi dari cetakan, slag ini akan pecah menjadi partikel yang lebih kecil baik melalui pendaman ataupun memecahkannya setelah dingin. Pembuatan agregat buatan secara langsung adalah suatu yang relative baru. Agregat ini dibuat dengan membakar tanah liat dan material lainnya. Produk akhir yang dihasilkan biasanya agak ringan dan tidak memiliki daya tahan terhadap keausan yang tinggi. Agregat buatan dapat digunakan untuk dek jembatan atau untuk perkerasan jalan dengan mutu sebaik lapisan permukaan yang mensyaratkan ketahanan gesek maksimum. Agregat menurut asal kejadiannya dapat dibagi menjadi 3 jenis : 1. Batuan Beku (igneous rock). Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas batuan beku luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock). 2. Batuan Sedimen. Berasal dari campuran partikel mineral, sisa hewan dan tanaman. Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan pada kulit bumi, hasil endapan di danau, laut dan sebagainya. Berdasarkan cara pembentukannya, batuan sedimen dapat dibedakan atas:
- Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat, batu pasir, dan batu lempung. Batuan ini banyak mengandung silica. - Batuan sedimen yang dibentuk secara organis, seperti batu gamping, batu bara, dan opal. - Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips, dan flint. 3. Batuan Metamorfik. Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur dari kulit bumi. Agregat menurut proses pengolahannya dapat dibagi atas 3 jenis : 1. Agregat Alam. Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan proses pembentukannya. Dua bentuk agregat alam yang sering digunakan yaitu kerikil dan pasir. Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel >1/4 inch (6,35mm). Pasir adalah agregat dengan ukuran partikel <1/4 inch tetapi lebih besar dari 0,075 mm (saringan no.200). 2. Agregat melalui proses pengolahan. Digunung-gunung atau dibukit-bukit, dan sungaisungai sering ditemui agregat yang masih berbentuk batu gunung, dan ukuran yang besar-besar sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi jalan. Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh: - Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus - Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik - Gradasi yang diinginkan
Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (crusher stoner) sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. 3. Agregat Buatan. Agregat yang merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik-pabrik semen atau mesin pemecah batu. Agregat, berdasarkan ukuran butirannya dapat dibagi atas 3 jenis : 1. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan No. 8 (2,36 mm) 2. Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih halus dari saringan No.8 (2,36 mm). 3. Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75% lolos saringan no. 30 (0,06 mm) Tekstur Permukaan Agregat Selain memberikan sifat ketahanan terhadap gelincir ( skid resistance ) pada permukaan perkerasan, tekstur permukaan agregat (baik makro maupun mikro) juga merupakan factor lainnya yang menentukan kekuatan, workabilitas dan durabilitas campuran beton. Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran beton karena kekasaran permukaan agregat dapat menahan agregat tersebut dari pergeseran atau perpindahan. Kekasaran permukaan agregat juga akan memberikan tahanan gesek yang kuat sehingga akan meningkatkan keamanan. Agregat dengan tekstur permukaan yang sangat kasar memiliki koefisien gesek yang tinggi yang membuat agregat tersebut sulit untuk berpindah tempat sehingga akan
menurunkan workabilitasnya. Oleh sebab itu, penggunaan agregat bertekstur halus dengan proporsi tertentu kadang-kadang dibutuhkan untuk membantu meningkatkan workabilitasnya. Agregat yang berasal dari sungai (bankrun agregat) biasanya memiliki permukaan yang halus dan berbentuk bulat. Oleh sebab itu, agar dapat menghasilkan campuran beton dengan sifat-sifat yang baik agregat sungai ini harus dipecahkan terlebih dahulu. Pemecahan ini dimaksudkan untuk menghasilkan tekstur permukaan yang kasar pada bidang pecahnya dan mengubah bentuk butir agregat.