BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI
5.1.
Simpulan Kesimpulan dibuat untuk menjawab 3 pertanyaan penelitian yang peneliti
paparkan pada bab Pendahuluan. Adapun pertanyaan penelitian yaitu : 5.1.1. Pertanyaan penelitian 1: apakah ada pengaruh positif kepemimpinan inspirasional guru terhadap hasil pembelajaran peserta didik ? Dalam menjawab pertanyaan penelitian ini, peneliti mengembangkannya menjadi 3 hipotesis, yaitu kepemimpinan inspirasional berpengaruh positif pada motivasi peserta didik, kredibilitas guru pada persepsi peserta didik dan perilaku/afektif peserta didik (Model 1) Pada pengujian regresi sederhana model 1 penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan inspirasional
berpengaruh positif pada motivasi peserta
didik, kredibilitas guru pada persepsi peserta didik dan perilaku/afektiv peserta didik. Hal ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kepemimpinan
trasnformasional
(yang
identik
dengan
kepemimpinan
inspirasional) sangat berpengaruh pada hasil – hasil pembelajaran peserta didik (Hoehl, 2008). Hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Griffith( 2004), Politis (2001) (dalam Hoehl, 2008) yang menyatakan: “The results of this regression analysis were consistent with past findings concerning transformational leadership and student educational outcomes. Specifically, affective learning potential, student achievement, motivation, and knowledge management are student benefits that have been positively associated with transformational educators (Griffith, 2004; Politis, 2001)”.
141
Apakah Pengaruh kepemimpinan Inspirasional guru terhadap hasil pembelajaran peserta didik akan semakin kuat jika dimoderasi oleh pola kedekatan verbal dan nonverbal? 5.1.2. Pertanyaan penelitian 2: Apakah ada pengaruh positif pola kedekatan verbal dan non verbal guru terhadap hasil pembelajaran peserta didik ?
Menjawab pertanyaan penelitian 2, dipergunakan model regresi 2 dan 3 yang dikembangkan menjadi 6 hipotesis
yaitu hipotesis 4 sampai dengan
hipotesis 9. Berdasarkan pembahasan tentang pengaruh penerapan pola kedekatan verbal dan nonverbal terhadap hasil pembelajaran peserta didik, membuktikan hipotesis yang ada pada bab sebelumnya yaitu hipotesis 4 s/d 9 ditemukan bahwa pola kedekatan baik verbal maupun nonverbal guru berpengaruh positif terhadap hasil–hasil pembelajaran peserta didik kecuali
terhadap sikap/afektif peserta
didik. Ketidak konsistenan terjadi pada hipotesis ke 6 dan ke 9 Untuk penjelasan lebih rinci, peneliti akan memaparkan satu persatu hasil regresi antara pola kedekatan verbal dan nonverbal guru terhadap hasil–hasil pembelajaran peserta didik. Pertama, pola kedekatan verbal dan nonverbal berpengaruh positif pada motivasi siswa. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Hoehl (2008) yang menyatakan bahwa baik pola kedekatan verbal maupun nonverbal merupakan variabel yang sangat mempengaruhi untuk hasil pembelajaran berupa motivasi peserta didik. Tidak hanya hasil penelitian Hoehl (2008) saja, banyak penelitian telah membuktikan bahwa pola kedekatan verbal
142
dan nonverbal berpengaruh positif pada motivasi siswa. Penelitian tersebut antara lain Cristophel (1990) menyatakan: “ The Positive correlation between immediacy and state motivation provided the support for the theory that these variables were substantiatively interrelated. These results confirmed the prediction that highly motivated student also reported observing more immediate teachers”. Kedua, pola kedekatan verbal dan nonverbal berpengaruh positif pada penilaian siswa terhadap kredibilitas guru. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penelitian Hoehl (2008) yang menyatakan bahwa baik pola kedekatan verbal maupun nonverbal secara statistik merupakan predictor yang signifikan untuk evaluasi peserta didik terhadap kredibilitas guru. Ketiga, seperti telah diulas sedikit pada pembukaan sub–bab ini, bahwa pola kedekatan verbal dan nonverbal tidak berpengaruh terhadap hasil pembelajaran berupa perilaku/afektif perserta didik. Temuan ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Hoehl (2008) yang menyatakan bahwa dengan sangat jelas menunjukkan baik pola kedekatan verbal dan nonverbal secara statistik merupakan predictor yang signifikan untuk hasil pembelajaran perilaku / afektif peserta didik. Hasil penelitian lain untuk pengaruh pola kedekatan terhadap hasil pembelajaran, juga menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif pada pola kedekatan guru baik verbal maupun
dalam mengembangkan hasil
pembelajaran afektif dan kognitif peserta didik (Mottet & Richmond; Richmond,Gorham, & McCroskey, 1987; Titsworth, 2001 dalam Hoehl, 2008).
143
5.1.3. Pertanyaan penelitian 3: Apakah pengaruh kepemimpinan inspirasional guru terhadap hasil pembelajaran peserta didik akan semakin kuat jika dimoderasi oleh pola kedekatan verbal dan nonverbal?
Menjawab pertanyaan penelitian ke 3 ini, peneliti menggunakan model 4 dan 5, dengan pengembangan menjadi 6 hipotesis yaitu hipotesis 10 sampai dengan 15. Kesimpulan hasil penelitian yang terakhir ini adalah uji regresi moderasi dengan menggunakan uji selisih mutlak. Data menunjukkan bahwa baik pola kedekatan verbal maupun pola kedekatan nonverbal guru tidak memoderasi pengaruh kepemimpinan inspirasional guru terhadap hasil pembelajaran peserta didik kecuali hasil pembelajaran berupa penilaian siswa terhadap kredibilitas guru. Untuk satu pengecualian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian milik Hoehl (2008) sedangkan uji selisih mutlak lainnya konsisten. Secara umum dapat disimpulkan telah terjadi ketidak konsistenan terhadap hasil penelitian ini terhadap penelitian terdahulu dalam hal hasil penelitian pada regresi sederhana antara pola kedekatan verbal dan nonverbal terhadap perilaku/afektif peserta didik dan hasil regresi moderasi antara Zkepemimpinan inspirasional, Zpola kedekatan verbal dan AbsX1_X3 terhadap penilaian peserta didik terhadap kredibilitas guru. 5.2.
Keterbatasan Penelitian ini masih belum sempurna mengingat waktu yang tersedia untuk
pelaksanaan penelitian sangat singkat, yaitu kurang lebih 03 bulan. Dengan keterbatasan waktu tersebut, peneliti tidak mempunyai waktu untuk melakukan pengambilan data secara kualitatif sebagai bahan perbandingan. Pengujian
144
penelitian hanya pada data kuantitatif persepsi peserta didik. Tentu akan berbeda hasil yang akan diperoleh dengan perbandingan data kualitatif. Model penelitian ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Stacy E.Hoehl pada tahun 2008, namun sekali lagi, karena keterbatasan waktu dan juga biaya, maka di dalam pengambilan data, tidak persis sama dengan apa yang dilakukan oleh Hoehl (2008). Beberapa keterbatasan yang mempengaruhi hasil penelitian ini sehingga sedikit bias dengan hasil penelitian acuan terdahulu, dapat peneliti paparkan sebagai berikut: 1. Pertimbangan waktu
yang meleset dari 06 bulan menjadi kurang lebih
03 bulan, sebagai mana yang ditetapkan oleh kemendikbud melalui program pengembangan PTK Dikmen. Hal ini membuat ada beberapa pelaksanaan yang tidak dilakukan, yaitu pengambilan data sebagai tri anggulasi ditiadakan. 2.
Pada penelitian Hoehl (2008) pengambilan data dilakukan perkelas permata pelajaran, artinya adalah siswa sebagai responden diminta mengisi kuisioner, pada saat guru sedang melaksanakan pembelajaran untuk mata pelajaran
tertentu,
sehingga
penilaian
benar–benar
berdasarkan
kemampuan guru saat itu. Dalam penelitian ini, situasi pengambilan data seperti itu tidak mungkin dilaksanakan mengingat akan memakan waktu yang sangat lama dan data yang sangat banyak, juga biaya yang tidak sedikit. 3. Penjaringan
data dari responden seharusnya juga melibat seorang
pengawas pendidikan, yang nota bene sudah sangat kompeten di dalam
145
menilai kompetensi guru di dalam mengajar. Data ini sangat penting mengingat bahwa di dalam mengisi kuisioner sangat dimungkinkan peserta didik melakukannya dengan sangat subjektif. Bisa saja karena suka guru dan mata pelajaran tertentu, maka pemberian skor pada kuisioner akan sangat tinggi, begitu juga sebaliknya. 4.
Pada
variabel
X1,
seharusnya
peneliti
menggunakan
kuisioner
kepemimpinan transformasional yang diterbitkan oleh lembaga profesi tertentu secara komersil. Untuk menghindari pembiayaan, maka peneliti menggunakan kuisioner yang hampir sama dengan kepemimpinan tersebut yang dinamakan kepemimpinan inspirasional yang juga sudah dipakai oleh peneliti sebelumnya dalam penelitian yang berbeda dengan Hoehl (2008). Tidak seperti kuisioner kepemimpinan transformasional yang memilah dimensinya menjadi masing–masing variabel, kepemimpinan inspirasional merangkum keempat dimensi tersebut menjadi satu variabel saja, sehingga model penelitian sedikit berbeda, yaitu tidak menggunakan uji regresi simultan. Keempat keterbatasan diatas diduga menjadikan hasil penelitian kali ini menghasilkan kesimpulan yang sedikit berbeda dengan hasil peneltian acuan sebelumnya. 5.3. Implikasi Hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan di dalam praktek guru mengajar di kelas. Hasil-hasil yang ditampilkan pada penelitian ini menunjukkan bagaimana pengaruh pola kepemimpinan guru di kelas akan mempengaruhi hasil–
146
hasil pembelajaran. Berikut akan dibahas satu persatu variabel di dalam penelitian ini yang telah dibuktikan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil – hadil pembelajaran peserta didik. 5.3.1. Kepemimpinan Inspirasional. Pada pernyataan hipotesis, disebutkan bahwa kepemimpinan inspirasional berpengaruh positif terhadap hasil pembelajaran peserta didik. Adapun dimensi yang ada di dalam kepemimpinan inspirasional adalah Charisma, Inspiration, Individual Consideration, Intellectual Stimulation. Sedangkan hasil pembelajaran yang dibahas di sini adalah motivasi belajar peserta didik, penilaian peserta didik terhadap kredibilitas guru dan perilaku / afektif peserta didik. Istilah kharisma merupakan dimensi pertama dari kepemimpinan transformasional yang merupakan buah fikiran (Bass, 1985), mempunyai kesamaam pengertian dengan idealized influence yang merupakan dimensi pertama pada kepemimpinan transformasional yang terkini (Bass & Avolio, 1999). Adapun pengertian dari kharisma adalah Perilaku kepemimpinan transformasional dengan jelas mengartikulasikan visi untuk pengikut dan kemampuan untuk memotivasi pengikutnya untuk bergabung dalam visi melalui kekuatan komunikasi dan berperan sebagai role model. Bahkan idealized influence mempunyai pengertian (Banjeri and Krishnan, 2000 dalam Hoehl, 2008) bahwa guru yang menerapkan idealized influence atau kharisma mempunyai kemampuan untuk membuat peserta didik merasa senang dan antusias pada tugas– tugas sekolah, guru akan mendapatkan rasa hormat peserta didik dan akan mengkomunikasikan misi / tujuan belajar pada peserta didiknya.
147
Guru yang menerapkan kepemimpinan transformasional (Bass, 1985 dalam Hoehl, 2008) akan mampu membangun rasa bangga peserta didiknya akan hasil pekerjaan peserta didik tersebut. Pemimpin tersebut akan menjadi contoh (teladan) bagi peserta didiknya. Untuk itu guru diharapkan mampu membaca kebutuhan
peserta
didik
di
masa
yang
akan
datang.
Kepemimpinan
transformasional yang identik dengan kepemimpinan inspirasional jika diterapkan oleh guru akan memberikan tantangan untuk memotivasi peserta didiknya. Sudah jelas sekali bahwa kepemimpinan inspirasional sangat penting untuk diterapkan oleh setiap guru di dalam kelas. Penelitian kali ini telah membuktikan bahwa kepemimpinan inspirasional yang diterapkan di dalam kelas, akan berpengaruh positif kepada banyak hasil pembelajaran peserta didik. 5.3.2. Pola Kedekatan Pola kedekatan juga menghasilkan pengaruh yang positif terhadap beberapa hasil pembelajaran. Dari hasil pengujian regresi, yaitu hasil pembelajaran berupa sikap/afektif peserta didik buka merupakan hasil penerapan pola kedekatan guru di dalam kelas, walaupun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu. Keadaan ini muncul menurut peneliti karena beberapa keterbatasan di dalam melaksanakan pengambilan data dan penyelesaikan penelitian secara kesesluruhan. Namun banyak hasil–hasil penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa sikap/afektif peserta didik merupakan hasil dari penerapan pola kedekatan guru di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas sangat didominasi pola–pola komunikasi antara guru dan peserta didik. Maka diharapkan melalui komunikasi yang sehat
148
dan menyenangkan akan menghasilkan banyak hasil pembelajaran bagi para peserta didik. Guru sangat perlu menerapkan pola kedekatan verba dan nonverbal mengingat hasil yang ditimbulkannya dapat mempengaruhi siswa didalam keberhasilan belajar mereka. 5.4. Saran Dari pelaksanaan keseluruhan penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran yang mungkin dapat meningkatkan hasil–hasil pembelajaran di kemudian hari maupun bagi meningkatnya hasil penelitian sejenis di kemudian hari pula. Untuk
meningkatkan
hasil–hasil
pembelajaran
sangat
disarankan
guru
menerapkan pola kepemimpinan inspirasional di dalam kelas guna menginspirasi peserta didik dalam meningkatkan motivasi, pola fikir dan perilakunya. Demikian juga untuk pola kedekatan verbal dan nonverbal, peneliti sangat menyarankan untuk pola–pola ini diterapkan dalam berinteraksi dengan peserta didik untuk lebih meningkatkan pemahaman peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas. Bagi penelitian sejenis berikutnya, peneliti menyarankan agar penelitian berikutnya dapat memasukkan unsur–unsur lain guna meningkatkan pengaruh eksternal yang positif terhadap hasil–hasil pembelajaran peserta didik. Unsur– unsur lain tersebut dapat saja berupa budaya organisasi, pola kepemimpinan kepala sekolah, tingkat keterlibatan komite sekolah, self eficasy guru dan lain – lain.
149