BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut. 1.
Di kelas eksperimen pembelajaran menggunakan pendekatan RME. Pendekatan RME menekankan pada realitas, yaitu pembelajaran dengan menggunakan masalah yang kontekstual. Guru mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep dengan menggunakan kertas lipat. Setiap siswa mempunyai media, selain itu juga guru menjelaskan menggunakan garis bilangan. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat memahami konsep dan lebih tahan lama dalam ingatan siswa. Hasil dari pembelajaran menggunakan pendekatan RME yaitu pemahaman matematis siswa kelas IV SD seKecamatan Sumedang Utara yang termasuk kelompok asor dengan menggunakan pendekatan RME dapat meningkat pada materi pecahan secara signifikan. Hal ini terbukti dari perolehan rata-rata nilai pretes sebesar 23,5 dan rata-rata nilai postes yaitu sebesar 69,5. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya hasil uji hipotesis 1, yaitu uji Wilcoxon yang dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows bahwa nilai Sig (1-tailed) yaitu 0,000. Artinya data tersebut menujukkan nilai Sig< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RMEdapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa pada kelas eksperimen. Peningkatan tersebut sebesar 22, 94%, yang artinya pendekatan RME memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa.
2.
Pembelajaran di kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional. Pada pembelajaran di kelas kontrol agar siswa memahami pecahan guru melakukan demonstrasi menggunakan kertas lipat yang dibantu oleh beberapa siswa. Pemahaman matematis siswa kelas IV SD se-Kecamatan Sumedang Utara yang
termasuk
kelompok
asor
dengan
menggunakan
pendekatan
konvensional dapat meningkat pada materi pecahan secara signifikan. Hal ini terbukti dari perolehan rata-rata nilai pretes siswa sebesar 21,5 dan rata-rata
152
153
postes yaitu sebesar 55,4. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya hasil uji hipotesis 2, yaitu uji-t (Paired Sample t-test) yang dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows bahwa nilai Sig (1-tailed) yaitu 0,000. Artinya data tersebut menujukkan nilai Sig< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensionaldapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa pada kelas kontrol. Peningkatan pemahaman matematis sebesar 35,52%, yang artinya pembelajaran konvensional memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matemtis siswa. 3.
Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan uji hipotesis 3, yaitu diperoleh hasil P-value (Sig.1-tailed) sebesar 0,001. Kondisi ini menunjukan bahwa 0,001 kurang dari 0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti H1 diterima, yaitu pendekatan RME lebih baik secara signifikan daripada pendekatan konvensional pada materi menyederhanakan pecahan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. Pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan
RME
tergolong
pembelajaran menemukan suatu konsep yang dapat dikatakan sebagai pembelajaran bermakna. Oleh karena itu, pembelajaran RME lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. 4.
Kepercayaan diri di kelas eksperimen merupakan salah satu tahap dari pendekatan RME. Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan ide sebagai hasil dari penyelesaian masalah yang diberikan guru, sehingga siswa harus memiliki rasa percaya diri. Kepercayaan diri di kelas IV SD se-Kecamatan Sumedang Utara yang termasuk kelompok asor dengan menggunakan pendekatan RME dapat meningkat secara signifikan pada materi pecahan. Hal ini terbukti dari perolehan rata-rata nilai awal sebesar 66,3 dan rata-rata nilai akhir sebesar 76,9. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya hasil uji hipotesis 4, yaitu uji Wilcoxon yang dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows bahwa nilai Sig (1-tailed) yaitu 0,000. Artinya data tersebut menujukkan nilai Sig<0,05 maka
154
H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RMEdapat meningkatkan kepercayaan diri siswa pada kelas eksperimen. Peningkatan kepercaya diri siswa sebesar 72,42%, yang artinya pendekatan RME memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan kepercayaan diri siswa. 5.
Di kelas kontrol guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih percaya diri. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menambahkan, ataupun menyanggah agar siswa lebih percaya diri terhadap kemampuannya. Kepercayaan diri di kelas IV SD se-Kecamatan Sumedang Utara yang termasuk kelompok asor dapat meningkat secara signifikan pada materi pecahan dengan pendekatan konvensional. Hal ini terbukti dari perolehan rata-rata nilai awal sebesar 66,3 dan rata-rata nilai akhir sebesar 76,9. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya hasil uji hipotesis 4, yaitu uji Wilcoxon yang dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows bahwa nilai Sig (1-tailed) yaitu 0,000. Artinya data tersebut menujukkan nilai Sig< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RMEdapat meningkatkan kepercayaan diri siswa pada kelas eksperimen. Peningkatan kepercayaan diri siswa sebesar 60,06%, artinya pendekatan konvensional memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan kepercayaan diri siswa.
6.
Peningkatan kepercayaan diri siswa kelas IV SD se-Kecamatan Sumedang Utara yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME lebih baik daripada siswa yang menggunakan pendekatan konvensional. Berdasarkan data hasil penghitungan uji beda rata-rata gain kepercayaan diri siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji-U dari Mann Whitney dengan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh P-value (Sig 2-tailed) sebesar 0,036. Karena hipotesis yang diuji satu arah sehingga 0,036 dibagi dua, hasilnya P-value (Sig 1-tailed) sebesar 0,018. Hasil yang di peroleh Pvalue < α, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kepercayaan diri siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional
155
secara signifikan. Kepercayaan diri merupakan salah satu tahapan RME. Pada tahap ini kepercayaan diri dibangun oleh guru, pada saat mengkomunikasikan ide sebagai hasil penyelesaian masalah yang diberikan guru siswa harus memiliki rasa percaya diri. Pemberian masalah ini justru akan meningkatkan kepercayaan diri siswa, karena siswa termotivasi untuk menggali kemampuan yang ia miliki. Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan pendekatan RME lebih baik dari pada pendekatan konvensional dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. 7.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan kepercayaan diri siswa. Dari hasil uji korelasi yang telah dilakukan dengan menggunakan uji Pearson antara peningkatan motivasi belajar dengan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa diperoleh P-value (sig.1-tailed) = 0,216. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pvalue (sig.1-tailed) > α, yang artinya H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan kepercayaan diri siswa. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh sebesar -0,101. Hal tersebut menunjukkan arah hubungan yang negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang positif antara kemampuan pemahaman matematis siswa dan kepercayaan diri siswa. Siswa yang memiliki pemahaman yang baik ternyata belum tentu memiliki kepercayaan diri yang baik.
8.
Secara umum respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME yaitu positif. Hal ini dapat diketahui dari hasil observasi aktivitas siswa selama tiga pertemuan yaitu dengan rata-rata sebesar 90,2% yang tergolong baik sekali. Selaii itu juga diperkuat dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa merasa tertarik dan senang terhadap pembelajaran. Hal ini karena siswa merasa mudah memahami tentang materi yang telah diajarkan.
9.
Faktor pendukung terlaksananya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME yaitu kinerja guru yang optimal serta respon siswa yang positif. Adapun faktor penghambat terlaksananya pembelajaran yaitu kondisi
156
fisik dan psikis siswa, minimnya penguasaan materi prasyarat, kondisi kelas yang tidak kondusif, dan penjelasan yang terlalu cepat.
B. Saran Terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan positif untuk berbagai pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan berkaitan dengan hasil penelitian ini, antara lain sebagai berikut. 1.
Bagi Guru
a.
Dalam menggunakan pendekatan apapun, guru hendaknya menggunakan pendekatan secara optimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran agar hasil dapat tercapai dengan maksimal.
b.
Guru hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek kognitif siswa, akan tetapi mencoba mengembangkan aspek afektif siswa dalam pembelajaran.
c.
Pendekatan RME dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman matematis dan kepercayaan diri siswa.
2.
Bagi Sekolah Pendekatan RME termasuk pendekatan pembelajaran yang bersifat konstruktif,
yang memungkinkan adanya manipulasi model matemtika oleh siswa. Oleh karena itu, sekolah hendaknya membantu guru dalam menyiapkan sumber dan alat-alat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. 3.
Bagi Peneliti Lain
a.
Pendekatan ini hanya terbatas pada pengaruh RME terhadap kemampuan pemahaman
matematis
dan
kepercayaan
diri
siswa
pada
materi
menyederhanakan pecahan. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti lain untuk lebih dikembangkan pada materi yang lain. b.
Untuk penelitian yang selanjutnya, diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai pengaruh pendekatan RME terhadap kemampuan pemahaman matematis maupun kepercayaan diri siswa, dengan memperbaiki faktor penghambat yang ada dalam penelitian ini.
c.
Untuk keperluan penelitian selanjutnya, khususnya untuk penelitian eksperimen, hendaknya lebih dipersiapkan lagi secara matang, antara lain yang berkaitan dengan pemilihan sampel penelitian yang memadai, jumlah
157
pertemuan dalam melakukan perlakuan, dan waktu yang efektif untuk penelitian.