BAB X SIMPULAN DAN SARAN
10.1 Simpulan Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan hipotesis yang diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut. 1. Secara sinkronis bahasa Or, Ft, dan Mk memiliki identitas fonologis sebagai berikut. Pertama, bahasa Or memiliki lima fonem vokal /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/ yang dapat berdistribusi lengkap. Bahasa Or hanya memiliki satu fonem diftong /ai/ yang dapat menempati posisi pada tengah dan akhir kata. Selain itu, bahasa Or memiliki tiga belas fonem konsonan yang terdiri atas /p/, /t/, /đ/, /k/, /’/, /m/, /n/, /l/ /r/, /s/, /h/, /w/, dan /y/.
Fonem konsonan tersebut
berdistribusi tidak lengkap yang hanya dapat menempati posisi inisial dan posisi medial, bahkan fonem konsonan / ’ / hanya dapat menempati posisi tengah kata. Kedua, bahasa Ft memiliki lima fonem vokal /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/ yang dapat berdistribusi dapat posisi inisial, medial, dan final. Bahasa Ft hanya memiliki satu fonem diftong /ai/ yang dapat menempati posisi akhir kata. Di samping itu, bahasa Ft memiliki enam belas fonem konsonan, yaitu /p/, /t/, /c/, /j/, /k/, /’/, /m/, /n/, /l/, /r/, /f/, /v/, /s/, /h/, /w/, dan /y/. Semuanya tidak dapat menempati posisi final.
389
134
Ketiga, bahasa Mk memiliki lima fonem vokal /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/ yang dapat berdistribusi lengkap. Fonem diftong yang dimilikinya hanya /ai/ yang hanya dapat menempati posisi akhir kata. Selanjutnya, bahasa Mk memiliki lima belas fonem konsonan, meliputi /p/, /t/, /b/, /d/, /k/, /g/, /’/, /m/, /n/, /l/ /r/, /f/, /s/, /h/, dan /w/. Fonem-fonem konsonan tersebut juga tidak dapat menempati posisi final. Keempat, ditinjau dari segi pola persukuan ketiga bahasa tersebut, bahasa Or memiliki struktur pola persukuan lebih kompleks dibandingkan bahasa Ft dan Mk. Kompleksitas pola persukuan bahasa Or tersebut sebagai akibat faktor kecenderungan pemakai bahasa Or menghilangkan segmen fonem vokal pada posisi tengah kata dan besarnya pengaruh bahasa-bahasa lain di kawasan itu. Kelima, ketiga bahasa tersebut sama-sama tidak memiliki konsonan pada posisi akhir kata. Dengan demikian, secara diakronis bahasa Or, Ft, dan Mk sama-sama bahasa vokalis. 2. Bahasa Or, Ft, dan Mk secara diakronis telah terbukti dengan meyakinkan memiliki hubungan kekerabatan yang erat dan merupakan satu kelompok bahasa OFM. Relasi tersebut dibuktikan berdasarkan bukti kuantitatif dan bukti kualitatif. Berdasarkan kedua bukti
yang saling menguatkan dan
meyakinkan tersebut, relasi kekerabatan bahasa Or, Ft, dan Mk disilsilahkan dalam bentuk diagram pohon kekerabatan dengan pola dwipilah. Kelompok bahasa OFM sebagai induk ketiga bahasa tersebut di masa yang lalu berbelah dua menjadi subkelompok OF dan bahasa Mk sebagai bahasa mandiri. Pada tahap berikutnya OF sebagai mesobahasa berbelah dua juga menjadi bahasa Or
135
dan bahasa Ft.
Silsilah kekerabatan kelompok bahasa OFM tersebut
membuktikan bahwa bahasa Or lebih dekat dengan bahasa Ft dibandingkan dengan bahasa Mk. 3. Bahasa Or terbukti telah mengalami proses evolusi dalam bentuk perubahan fonologis. Perubahan tersebut terjadi secara internal sebagai akibat interaksi dalam perjalanannya secara diakronis sebagai sesama bahasa sekerabat dalam kelompok OFM itu, juga terjadi secara eksternal akibat peristiwa kontak bahasa dengan bahasa-bahasa di kawasan tersebut. Secara internal bahasa Or mengalami evolusi fonologis dalam bentuk pemadyaan fonem vokal sebagai akibat proses split dan merger dengan kaidah perubahan asimilasi dan disimilasi yang terjadi salama perjalanannya dari prtobahasa OFM sebagai induk bahasanya sampai pada bahasa Or sekarang. Akibat proses split dan merjer juga terjadi pada fonem konsonan dengan kaidah perubahan bunyi dalam bentuk laringalisasi, palatalisasi, frikatifisasi, aspiratisasi, dan pelesapan, berujung pada terjadinya konsonan hambat letup bersuara. Secara eksternal sebagai akibat dari peristiwa kontak bahasa dengan bahasa-bahasa di kawasan tersebut, bahasa Or juga mengalami evolusi fonologis dalam bentuk: (1) pengayaan fonem konsonan /b/, /c/, /d/, /j/, /g/, /ng/, /f/, /v/, dan /z/, (2) pembentukan konsonan berurut (cluster), (3) pembentukan gugus konsonan nasal hambat homorgan: /mp/, /mb/, /nt/, /nđ/, (4) pengayaan pola persukuan, vokalis menuju bahasa nonvokalis.
dan (5) terjadi proses pergeseran bahasa
136
10.2 Saran 1. Penelitian linguistik historis komparatif terhadap bahasa Or, Ft, dan Mk ini hanya terbatas pada aspek fonologi dan leksikal. Aspek kebahasaan lainnya, seperti aspek morfologi, sintaksis, dan semantik belum dikaji dalam penelitian ini. Oleh karena itu, sangat disarankan adanya penelitian lebih lanjut terhadap ketiga aspek kebahasaan tersebut agar pembuktian terhadap relasi kekerabatan bahasa-bahasa itu menjadi lebih jelas dan akurat. 2. Sepanjang dokumen dan publikasi yang ditemukan, penelitian relasi kekerabatan bahasa Or, Ft, dan Mk termasuk penelitian awal yang memadukan data kuantitatif dengan data kualitatif terhadap penelitian historis komparatif bahasa-bahasa NAN di kawasan tersebut. Oleh karena itu, penelitian yang lebih luas dan mendalam dengan menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif sangat diperlukan untuk menemukan protobahasa NAN di kawasan itu. Argumentasinya adalah kawasan tersebut seperti bahasa-bahasa kelompok Timor-Alor-Pantar dan bahasa-bahasa di kawasan Kepala Burung merupakan kawasan pertemuan bahasa AN dan NAN yang menyimpan kekayaan fenomena bahasa dan budaya yang beraneka ragam. Kawasan tersebut menyimpan potensi besar aspek budaya dan bahasa yang terus berinteraksi dan berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, sangat diperlukan protobahasa NAN sebagai acuan dalam penelitian lanjutan di kawasan itu. 3. Harus diakui bahwa upaya pemerintah dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia melalui pemasyarakatan bahasa Indonesia sampai ke pelosok telah menampakkan hasilnya. Oleh karena itu, patut pula diwaspadai bahwa
137
upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia jangan sampai berimplikasi terhadap terjadinya pengikisan yang bermuara pada hilangnya identitas hakiki bahasa-bahasa daerah itu yang dikhawatirkan akan berujung pada kemungkinan adanya kepunahan terhadap eksistensi bahasa-bahasa daerah kecil di Indonesia. 4. Bahasa Or, Ft, dan Mk telah terbukti memiliki hubungan kekerabatan yang erat di antaranya. Bahasa Or hidup dan berkembang di Pulau Kisar termasuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesi, sedangkan bahasa Ft dan Mk hidup dan berkembang di wilayah Timor Leste. Tingkat keeratan pola hubungan kekerabatan kelompok bahasa-bahasa tertentu sesungguhnya mencerminkan pula fakta-fakta kesejarahan tingkat keeratan hubungan masyarakat etnik pemakai dan pemilik bahasa-bahasa yang berkerabat itu. Sepanjang pengalaman dan dokumen yang ditemukan, pemanfaatan hasil-hasil penelitian linguistik historis komparatif sangat langka dimanfaatkan sebagai acuan yang bersifat aplikatif untuk membangun kembali rasa persatuan dan kesatuan masyarakat pemakainya serta hubungan diplomatik antarnegara. Oleh karena itu, dalam era tingginya isu politik antarnegara, diharapkan agar hasil penelitian ini dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai alat untuk memperkokoh persahabatan kedua negara.