108 BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Kelayakan bisnis pembukaan koridor busway (IX: Pinang Ranti-Pluit) dinyatakan layak dilihat dari : a. Aspek Pasar dan Pemasaran dinyatakan layak, dikarenakan dimana penjualan bulan pertama di perkirakan sebanyak 891.009 penumpang, tiap bulan akan semakin meningkat. Dimana didapat dari jumlah penumpang koridor yang sudah beroperasi yaitu koridor 1-8 di ambil jumlah penumpang ditingkat ke-3 (koridor 2) sebanyak 8.910.095 penumpang/tahun dikali 20%. Dari tahun ke tahun jumlah penumpang Trasnjakarta Busway semakin meningkat, maka membuat kota-kota lain di Indonesia akan mencontoh membuat Transjakarta Busway. Tabel 5.1 Peringkat Jumlah Penumpang Peringkat I Koridor I
(23.053.736
penumpang)
Peringkat II
Peringkat III
Koridor III (9.505.633
Koridor
penumpang)
Sumber: Data dari Perusahaan
II
penumpang)
(8.910.095
109 b. Aspek Teknis/Operasi dinyatakan layak, dikarenakan penetapan Laju Khusus Busway pada ruas-ruas jalan tertentu dinyatakan legal dan disertai dengan izin-izinnya, serta dimana terdapat informasi lengkap tentang panjang halte koridor IX yaitu 29,9 Km, jumlah halte yang berada di koridor IX sebanyak 29 halte sehingga dapat menampung permintaan masyarakat pada lokasi Pinang Ranti-Pluit yang berbeda-beda. c.
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia dinyatakan layak, dimana terdapat bagan organisasi yang jelas dimana bagan organisasi tersebut terbagi menjadi 3 yaitu operasional tiket, pengendalian, sarana dan prasarana dan jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak 714 orang dan supir yang dipekerjakan oleh operator koridor IX sebanyak 160 orang, dengan dibangunnya Transjakarta koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran yang ada di Jakarta.
d. Aspek Keuangan dinyatakan layak karena dengan biaya investasi sebesar Rp. 272.543.466.000,00 berikut adalah hasil perhitungan kelayakan keuangan: Tabel 5.2 Simpulan Kelayakan Keuangan
Keterangan
Hasil
Payback Period
4 tahun 4 bulan
LAYAK
Net Present Value
Rp. 5.5946.990.440
LAYAK
Internal Rate of Return
36,04%
LAYAK
Profitability Index
102,18 kali
LAYAK
Sumber : Hasil pengolahan data (2010)
Normal
110 e. Aspek Hukum dinyatakan layak karena operator yang memenangkan lelang untuk koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) adalah PT.BIANGLALA METROPOLITAN berstatus swasta memiliki surat TDP (Tanda Daftar Perusahaan) dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) yang dapat dipertanggung jawabkan dan Izinizin lainnya. Table 5.3 Simpulan Kelayakan Hukum SURAT TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
Nomor Surat Nomor : 09.03.1.71.18349 berlaku 5 tahun (07 Desember 2009 – 18 Oktober 2014)
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Nomor : 01.345.184.4.017.000
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) f.
Aspek Ekonomi Sosial dinyatakan layak dimana kegiatan pembangunan koridor IX membuat penduduk sekitar memudahkan menggunakan alat transportasi, yang cepat untuk pengguna aman, tertib dan cukup murah.
g. Aspek AMDAL dinyatakan layak karena dari dampak-dampak penting yang timbul sudah di kelolah dan ditangani dengan cepat sesuai dengan prosedur yang ada. 2. Pemecahan dari di bangunnya Transjakarta Busway dalam menangani permasalahan kemacetan dan keterlambatan datangnya bus Transjakarta, dimana kita melihat bahwa pembangunan Busway Transjakarta memiliki sisi positif bagi permasalahan di Jakarta. Sebenarnya yang harusnya diperbaiki dari Transjakarta adalah sistem pelaksanaan proyek Busway agar tidak terlalu memperparah kemacetan di kota Jakarta ini. Di lihat dari tingkatan Negara yang mengalami kemacetan, Indonesia
111 (Jakarta) merupakan Negara yang menduduki peringkat ke 14 yang mengalami kemacetan di dunia. Pada intinya penyelesaian kemacetan di Jakarta harus dilakukan secara bertahap, tahapan pertama di bangunnya Busway, tahap selanjutnya dibangnunnya fly over, LRT(Ligth Rail Transit), dan MRT (Mass Rapid Transit) jika semua tahapan sudah dilaksanakan maka Jakarta akan terhindar dari kemacetan. Permasalahan yang sering terjadi dalam pengoperasian Transjakarta adalah
headway (waktu tunggu bus) Transjakarta, itu disebabkan karena tidak sterilnya jalur busway yang akan dilalui oleh Transjakarta. Beberapa kendaraan pribadi dan umum lainnya masih sering melewati jalur Transjakarta, sebaiknya jika Transjakarta Busway ingin datang tepat pada waktunya maka kendaraan lain selain Transjakarta tidak boleh melewatinya. 3. Pemecahan permasalahan dalam monopoli pasar jalur Transjakarta, bisa dilakukan salah satunya dengan cara yang mungkin dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab atas masalah ini adalah memperbaiki sistem jalur Busway dengan cara memanfaatkan sebagaimana busway seharusnya, yaitu semua jenis bus dapat menggunakan jalur Busway sesuai dengan tujuannya. 4. Caranya yang dapat dilakukan agar tarif bersubsidi yang disubdidikan oleh pemerintah tidak menyengsarakan keuangan pemerintah, yaitu dengan cara tarif bus Transjakarta dinaikkan sampai Rp 10.000 per orang. Tetapi konsekuensinya, kapasitas tempat duduk dan kenyamanan harus ditingkatkan. Dengan tarif setinggi itu, Pemprov DKI Jakarta tidak perlu memberikan subsidi bagi bus Transjakarta. Dana subsidi itu dapat disalurkan dan digunakan untuk membenahi dan meremajakan angkutan umum, pemerintah dapat mengatur ulang trayek angkutan umum. Itu dilakukan agar masyarakat kelas menengah bawah dapat menggunakan angkutan umum nonbus Transjakarta yang sudah mulai baik. Sementara bus
112 Transjakarta bisa digunakan oleh kelompok menengah atas yang berdampak pada pengurangan pemakaian kendaraan pribadi. 5.2 Saran Saran dari penulis sebagai berikut: 1. Pada mengoperasian koridor IX (Pinang Ranti-Puit) diharapkan dapat mengurangi kemacetan yang kerap terjadi di sekitar jalan Pluit pada saat jam sibuk dengan beberapa alternatif: •
Lebih memperhatikan penumpukan penumpang yang akan kerap terjadi pada saat jam berangkat kerja dan pada saat jam pulang kantor.
•
Mengurangi headway Transjakarta agar tidak dengan memaksimalkan penggunaan Transjakarta yang terkadang dalam keadaan kosong yang sering melintasi halte-halte padat penumpang.
2. Lebih memperhatikan sarana pelengkap yang ada di 29 halte dengan pembenahan secara rutin setiap 3 bulan sekali untuk mencegah kerusakan yang lebih besar, agar segera dilakukan perbaikan untuk mengurangi biaya perbaikan yang lebih besar. Seperti kerusakan pada pintu geser otomatis di tiap- tiap halte, dan alat pemasukan tiket yang selalu ada di setiap halte pemberhentian dan ditambahi beberapa sarana informasi rute-rute pemberhentian yang dilewati koridor IX, agar penumpang yang kurang yakin tentang tempat tujuan yang di tuju dapat melihat dari sarana informasi yang sudah disediakan. 3. Pihak DISHUB sebaiknya merencanakan penggunaan kartu yang bisa di isi ulang, agar bagi komuter (perjalanan pulang pergi yang rutin) dan sistem kartu bagi non komurer sehingga mengurangi penggunaan kertas, dan membuat lebih hemat pengeluaran perusahaan.
113 4. Melakukan pembenaan kembali pada sistem pengoperasian Transjakarta koridor IX maupun koridor yang telah beroperasi lebih dulu lainnya. Ini bertujuan agar,dapat lebih meningkatkan kualitas sarana yang dapat di rasakan bagi para pengguna busway Transjakarta dan melakukan pelatihan yang lebih baik lagi pada semua anggota pekerja yang bekerja dalam melayani segala pertanyaan dan keluhan dari pengguna Transjakarta 5. Pihak PU/DISHUB juga melakukan sterialisasi pada tiap jembatan halte, sehingga berusaha mengatur kelancaran dan sterilisasi jalur Busway, agar tidak terjadi keterlambatan datangnya bus Transjarta dan juga memperhatikan sterilisasi jembatan agar terbebas dari para pengemis dan pedagang yang berjualan disepanjang halte yang biasa mempatkan diri di jembatan penghubung halte, Jika hal ini tidak diatasi maka dapat memberikan persepsi negative dari masyarakat pengguna Transjakarta busway terhadap kenyamanan dan keamanan baik saat di jembatan halte maupun pada saat menggunakan Transjakarta.