BAB V RENCANA PENANGANAN
5.1.
UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa
pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap lingkungan, biaya operasi dan pemeliharaan, ketersediaan bahan bangunan, dan sebagainya. Untuk menemukan solusi yang tepat, langkah penanganan dilakukan berdasarkan skema berikut ini.
Obsevasi di Lapangan
Analisa Permasalahan yang ada
Solusi Penanganan
Penanganan Sungai
Penanganan Muara Sungai
Gambar 5.1. Skema Rencana Penanganan Berdasarkan observasi dilapangan, diperoleh kondisi eksisting muara Sungai Silandak seperti ditunjukkan dalam gambar 5.2. berikut ini.
190
ARAH DATANG GELOMBANG DOMINAN
LAUT SEDIMEN PASIR
PANTAI
TAMBAK
PANTAI T A N G G U L
SUNGAI
T A N G G U L
TAMBAK
SEDIMEN LUMPUR
Gambar 5.2. Kondisi Eksisting Muara Sungai Silandak Permasalahan yang terjadi pada muara Sungai Silandak adalah pengendapan yang di mulut muara yang berdasarkan pengamatan di lapangan adalah berupa pasir yang menutupi mulut sungai, pengendapan ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh gelombang dominan yang berasal dari Barat Laut. Sedimen pasir yang menutupi mulut sungai mengakibatkan terjadinya penumpukan sedimen lumpur yang berasal dari aliran sungai. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya pembuangan air ke laut, sehingga mengakibatkan terjadinya luapan air pada saat debit air besar. Hal ini dapat mengakibatkan tergenangnya wilayah di sekitar aliran sungai dimana daerah terdekatnya adalah Kompleks Bandar Udara Ahmad Yani. Oleh karenanya diperlukan penanganan yang meliputi alur sungai dari hulu hingga hilir, dan juga di daerah muara itu sendiri.
191
5.2.
PENANGANAN SUNGAI Penanganan sungai dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pengaturan Tata Guna Lahan Pengaturan tata guna tanah di daerah aliran sungai, ditujukan untuk mengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang wilayah yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan daerah aliran sungai yang merupakan daerah tadah hujan. Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di daerah aliran sungai dimaksudkan untuk: •
Untuk
memperbaiki
kondisi hidrologis
DAS, sehingga tidak
menimbulkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. •
Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan, sehingga dapat menekan laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.
Penataan tiap - tiap kawasan, proporsi masing - masing luas penggunaan lahan dan cara pengelolaan masing - masing kawasan perlu mendapat perhatian yang baik. Daerah atas dari daerah aliran sungai yang merupakan daerah penyangga, yang berfungsi sebagai recharge atau pengisian kembali air tanah, perlu diperhatikan luasan masing-masing kawasan. Sedangkan untuk mencegah adanya laju erosi daerah aliran sungai yang tinggi perlu adanya cara pengelolaan yang tepat, untuk masing - masing kawasan. Pengelolaan lahan tersebut dapat meliputi, sistem pengelolaan, pola tanam dan jenis tanaman yang disesuaikan jenis tanah, kemampuan tanah, elevasi dan kelerengan lahan. Karena dengan adanya erosi lahan yang tinggi akan menentukan besarnya angkutan sedimen di sungai dan mempercepat laju sedimentasi di sungai, terutama di bagian hilir. Dengan adanya sedimentasi di sungai akan merubah penampang sungai dan memperkecil kapasitas pengaliran sungai.
192
2. Pengelolaan DAS Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, perencanaan, pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan pengelolaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup aktifitas - aktifitas berikut ini: •
Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS.
•
Penanaman vegetasi untuk mengendalikan kecepatan aliran air & erosi tanah.
•
Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat, sepanjang tanggul drainase, saluran - saluran dan daerah lain untuk pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
•
Pembangunan secara khusus bangunan - bangunan pengendali banjir (misal Chek Dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
•
Pengaturan kontur dan cara - cara pengolahan lahan.
•
Pengelolaan khusus untuk mengantisipasi aliran sedimen yang dihasilkan dari kegiatan gunung berapi.
Sasaran penting dari kegiatan pengelolaan DAS adalah untuk mencapai keadaan -keadaan berikut: •
Mengurangi debit banjir di daerah hilir.
•
Mengurangi erosi tanah dan muatan sedimen di sungai.
•
Meningkatkan lingkungan di daerah DAS dan badan sungai.
3. Normalisasi Alur Sungai Pada alur sungai yang memiliki kemiringan dasar kecil akan cenderung terjadi sedimentasi. Akibat adanya sedimen ini maka alur sungai akan menjadi sempit dan dangkal sehingga mengganggu aliran air dan akan terjadi kenaikan muka air banjir. Oleh karena itu, diperlukan pengerukan dan pelebaran saluran Sistem pengerukan dan pelebaran saluran adalah bertujuan memperbesar kapasitas tampung sungai dan memperlancar aliran. Analisis yang harus diperhitungkan adalah
analisis
hidrologi,
hidraulika
dan analisis
sedimentasi. Analisis perhitungan perlu dilakukan dengan cermat
193
mengingat kemungkinan kembalinya sungai ke bentuk semula sangat besar 4. Pembuatan Tanggul Tangkis / Krib (Groyne) Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai ke arah tengah guna mengatur arus sungai, dan tujuan utamanya adalah sebagai berikut : •
Mengatur arah arus sungai.
•
Mengurangi
kecepatan
arus
sungai
sepanjang
tebing
sungai,
mempercepat sedimentasi, dan menjamin keamanan tanggul / tebing terhadap gerusan. •
Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai.
•
Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan.
5. Pembuatan Dinding Kendali (Training Wall) Dinding kendali / pengarah ini biasanya digunakan untuk pengarah aliran, pembetulan belokan - belokan sungai dan penyempitan alur sungai. Dinding kendali ini sering dibangun bersama - sama dengan tanggul tangkis terutama pada belokan - belokan tajam.
5.3.
PENANGANAN MUARA SUNGAI Ada beberapa pilihan dalam penanganan muara sungai, diantaranya
adalah berupa pembangunan konstruksi Jetty, baik berupa jetty pendek, jetty sedang, jetty panjang, atau pembuatan bangunan pada salah satu sisi muara sunga, atau dapat pula dilakukan pengerukan biasa secara berkala. Dengan melihat letak daripada lokasi muara sungai, dapat disimpulkan bahwa daerah muara sungai Silandak memiliki peranan penting dalam jaringan sistem drainase pada areal Bandar Udara Ahmad Yani. Mengingat bahwa Bandar Udara Ahmad Yani merupakan bandar udara bertaraf internasional, maka muara sungai harus berfungsi optimal sebagai sistem pembuangan air yang berasal dari aliran sungai dan tidak boleh terjadi penutupan oleh sedimentasi yang dapat mengakibatkan terhambatnya aliran sungai. Sehingga dibutuhkan konstruksi pengaman muara sungai yang mampu mencegah terjadinya
194
sedimentasi pada muara sungai yang berasal dari sungai maupun dari laut. Oleh sebab itu, maka konstruksi yang digunakan pada muara Sungai Silandak adalah konstruksi jetty panjang.
5.4.
PERENCANAAN ALTERNATIF TERPILIH Untuk mengatasi masalah penutupan mulut sungai, maka direncanakan konstruksi jetty panjang pada muara sungai Silandak sebagai penahan sedimen. Konstruksi jetty panjang menggunakan tipe bangunan pantai bersisi miring. Kelebihan dari bangunan pantai sisi miring adalah mempunyai sifat fleksibel serta mampu meredam serangan gelombang. Konstruksi jetty dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Direncanakan konstruksi Jetty menggunakan tetrapod sebagai lapisan pelindung karena material batu alam dengan ukuran berat tertentu dalam jumlah yang banyak sukar didapat disekitar lokasi muara. Untuk lapisan pelindung digunakan tetrapod, sedangkan untuk bagian inti ( core ) konstruksi jetty menggunakan material batu alam.
5.4.1. Perhitungan Elevasi Puncak Bangunan Elevasi puncak jetty ditetapkan dengan menggunakan persamaan di bawah ini. Elpuncak
= DWL + Ru + Fb
( 5.1 )
Dengan : Elpuncak
= Elevasi puncak jetty rencana (m)
Ru
= Run Up gelombang (m)
DWL
= Design Water Level (m)
Fb
= Tinggi jagaan, antara 0,5 s/d 1,00 meter
Perhitungan Run Up Gelombang adalah sebagai berikut : Kemiringan sisi jetty direncanakan 1 : 2 Panjang gelombang di laut dalam :
195
Diketahui : T
= 7,263 detik
Lo
= 1,56 x T2 = 1,56 x 7,2632 = 82,29 meter
Bilangan Irribaren didapatkan dengan menggunakan rumus : Ir
= Tg θ / (H/Lo)0,5
( 5.2 )
Dimana : Ir
: bilangan Irribaren
Tg θ : kemiringan dasar bangunan H
: tinggi gelombang di lokasi bangunan
L0
: panjang gelombang di laut dalam
Diketahui dari hasil perhitungan pada Bab IV kedalaman gelombang pecah adalah 4,106 meter dibawah permukaan air laut. Konstruksi jetty akan dibangun hingga kedalaman 4,5 meter dibawah permukaan air laut. Diketahui tinggi gelombang saat belum pecah adalah 3,580 meter untuk periode ulang 25 tahun dan tinggi gelombang pecah adalah 3,422 meter. Perhitungan run up gelombang berdasarkan persamaan 5.2 : Ir
= ( 1 / 2 ) / ( 3,580 / 82,29 )0,5 = 2,4
196
( Sumber : Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai ) Gambar 5.3. Grafik Run-up Gelombang Dari Grafik run up gelombang ( gambar 5.3 ) untuk lapis lindung dari tetrapod pada Ir = 2,4 didapatkan nilai run up : Ru / H
= 0,75 maka
Ru
= 0,75 x 3,580 = 2,685 meter
Sehingga elevasi puncak bangunan dapat dihitung berdasarkan persamaan ( 5.2 ) Elpuncak
= 1.98 m + 2,685m + 0,5 m = 5,165 m ≈ 5,2 meter
5.4.2. Tinggi Bangunan Tinggi bangunan jetty pada kedalaman 4,5 meter dibawah permukaan air laut : HBangunan
= Elevasi Puncak Bangunan – Elevasi Dasar laut = 5,2 – ( - 4,5 ) = 9,7 meter
197
5.4.3. Berat Butir Lapis Pelindung Berat butir batu pelindung dengan menggunakan Rumus Hudson (Bambang Triatmodjo, 1999) adalah sebagai berikut : W =
γrH3 K D ( S r − 1) 3 cot θ
( 5.3 )
Dimana : W
= berat butir batu pelindung ( ton )
γr
= berat jenis batu ( ton/m3 )
γa
= berat jenis air laut ( ton/m3 )
H
= tinggi gelombang rencana ( m )
θ
= sudut kemiringan sisi
KD
= koefisien stabilitas bentuk batu pelindung
Dari perhitungan pada Bab IV diperoleh nilai H = 3,580 meter untuk kondisi gelombang belum pecah dan Hb = 3,422 meter. Nilai – nilai koefisien yang dibutuhkan dalam perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.1 dan tabel 5.2.
198
Tabel 5.1. Daftar Harga K∆ ( Koefisien Lapis ) Batu Pelindung
n
Penempatan
Batu alam (halus)
2
Random (acak)
Batu alam (kasar)
2
Random (acak)
Batu alam (kasar)
>3
Random (acak)
Kubus
2
Random (acak)
Tetrapoda
2
Random (acak)
Quadripod
2
Random (acak)
Hexapoda
2
Random (acak)
Tribard
2
Random (acak)
Dolos
2
Random (acak)
Tribar
2
Seragam
Batu alam
1
Random (acak)
K∆ 1,02 1,15 1,10 1,10 1,04 0,95 1,15 1,02 1,00 1,13
Porositas P (%) 38 37 40 47 50 49 47 54 63 47 37
( Sumber : Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai ) Tabel 5.2. Koefisien Stabilitas KD Untuk Berbagai Jenis Butir
Lapis lindung
¾ ¾ ¾
Batu Pecah Bulat halus Bulat halus Bersudut kasar
Bersudut kasar ¾ ¾ ¾
Bersudut kasar Bersudut kasar Parallel epiped Tetrapoda Dan Quadripod Tribar Dolos
n Penempatan
2 >3 1 2 >3 2 2
Acak Acak Acak Acak Acak Khusus *3 Khusus
Lengan Bangunan KD Gelombang Pecah
Tdk pecah
Pecah
Tdk Pecah
1,2 1,6 *1
2,4 3,2 2,9
1,1 1,4 *1
1,9 2,3 2,3
1,9 1,6 1,3 2,1 5,3 5,0 4,5 3,5 8,3 7,8 6,0 8,0 7,0
3,2 2,8 2,3 4,2 6,4 6,0 5,5 4,0 9,0 8,5 6,5 16,0 14,0
2,0
4,0
2,2 5,8 7,0-20
4,5 7,0 8,5-24
2
Acak
7,0
8,0
2
Acak
9,0
10,0
Acak
15,8
31,8
2
Ujung Bangunan KD Gelombang
Kemiringan Cot θ 1,5-3,0 *2 *3 1,5 2,0 3,0 *2 *2 1,5 2,0 3,0 1,5 2,0 3,0 2,0 3,0
( Sumber : Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai ) Dari tabel 5.1 dan 5.2 diperoleh nilai – nilai koefisien yang dibutuhkan dalam perhitungan jetty. Nilai koefisien tersebut adalah sebagai berikut.
199
n
=2
KD
= Tetrapod = 6 ( ujung bangunan ); 7 ( lengan bangunan ) = Batu alam = 1,9 ( ujung bangunan ); 1,2 ( lengan bangunan )
K∆
= 1,04 ( tetrapod ); 1,02 ( batu halus )
Porositas P (%) = 50 ( tetrapod ); 37 ( batu halus ) Cot θ
=2
γa
= berat jenis air laut ( 1,025 t/m3 )
γr
= berat jenis batu (2,65 t/m3), untuk beton = 2,4 t/m3
Perhitungan berat lapis lindung :
1. Jetty Bagian Kepala W =
2,4 x3,580 3 3
⎡ 2,4 ⎤ 6x⎢ − 1⎥ x 2 ⎣1,025 ⎦
= 3,8 ton
Digunakan tetrapod dengan berat butir 3,8 ton Berat batu lapisan inti ( core ) :
W 200
=
3,8 = 0,019 ton ≈ 0,02 ton = 20 kilogram 200
Digunakan batu belah dengan berat 20 kilogram.
2. Jetty Bagian Lengan
Dikarenakan kedalaman pada bagian lengan gelombang sudah pecah, maka tinggi gelombang rencana yang digunakan adalah Hb = 3,422 meter.
200
W =
2,4 x3,422 3 3
⎡ 2,4 ⎤ 7 x⎢ − 1⎥ x 2 ⎣1,025 ⎦
= 2,845 ton ≈ 3 ton
Digunakan tetrapod dengan berat butir 3 ton Berat batu lapisan inti ( core ) : W 200
=
3 = 0,015 ton ≈ 0,02 ton = 20 kilogram 200
Digunakan batu belah dengan berat 20 kilogram.
5.4.4. Menghitung Tebal Lapis Pelindung Perhitungan tebal lapis pelindung dinyatakan dengan rumus : t
⎡W ⎤ =nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
( 5.4 )
dengan : W
= berat butir batu pelindung ( ton )
t
= tebal lapis pelindung ( m )
n
= jumlah lapis batu dalam lapis lindung ( n minimum = 2 )
k∆
= koefisien lapis ( tabel 5.2 )
γr
= berat jenis batu ( ton/m3 )
Bagian Kepala
t
⎡W ⎤ =nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
= 2 x 1,04 x ( 3,8 / 2,4 )1/3 = 2,424 meter ≈ 2,5 meter
201
Bagian Lengan
⎡W ⎤ =nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
t
1
3
= 2 x 1,04 x ( 3 / 2,4 )1/3 = 2,24 meter ≈ 2,5 meter
5.4.5. Lebar Puncak Bangunan Lebar puncak jetty dapat dicari dengan persamaan di bawah ini :
⎡W ⎤ B = nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
( 5.5 )
Dimana : B
= lebar puncak ( m )
n
= jumlah butir batu ( n minimum = 3 )
k∆
= koefisien lapis ( tabel 5.2 )
W
= berat butir batu pelindung ( ton )
γr
= berat jenis batu pelindung ( ton/m3 )
Bagian Kepala :
⎡W ⎤ B = nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
= 3 x 1,04 x ( 3,8 / 2,4 )1/3 = 3,636 m, digunakan 4 meter
Bagian Lengan :
⎡W ⎤ B = nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
202
= 3 x 1,04 x ( 3 / 2,4 )1/3 = 3,36 m ≈ 3,5 meter
5.4.6. Pelindung Kaki Bangunan pantai yang terbuka terhadap serangan gelombang pecah perlu dilengkapi dengan pelindung kaki. Fungsi pelindung kaki adalah untuk melindungi tanah pondasi terhadap erosi yang ditimbulkan oleh serangan gelombang besar. Menurut Bambang Triatmodjo dalam Teknik Pantai halaman 266, untuk perencanaan awal, batu pelindung kaki terdiri dari batu pecah dengan berat sebesar W/10, besarnya berat ( W ) dapat dihitung dengan persamaan ( 5.3 ). Untuk pelindung kaki, digunakan batu pecah bersudut kasar, diketahui dari perhitungan sebelumnya diperoleh berat lapis pelindung utama pada bagian badan dan lengan masing – masing 3,8 ton dan 3 ton. Berat batu pelindung kaki untuk bagian kepala :
W 3,8 = 10 10
= 0,38 ton = 380 kg
Sedangkan untuk bagian lengan :
W 3 = 10 10
= 0,3 ton = 300 kg
Lebar pelindung kaki dapat dihitung dengan persamaan ( 5.5 ).
Bagian Kepala :
⎡W ⎤ B = nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
1
⎡ 0,38 ⎤ 3 B = 3 x 1,15 x ⎢ ⎥ = 1,81 meter ≈ 2 meter ⎣ 2,65 ⎦
Bagian Lengan : ⎡W ⎤ B = nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
203
1
⎡ 0,3 ⎤ 3 B = 3 x 1,15 x ⎢ ⎥ = 1,67meter ≈ 2 meter ⎣ 2,65 ⎦
Tinggi pelindung kaki dapat dihitung dengan persamaan ( 5.4 ).
Bagian Kepala : 1
t
⎡W ⎤ =nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
t
⎡ 0,38 ⎤ = 2 x 1,15 x ⎢ ⎥ ⎣ 2,65 ⎦
3
1/ 3
= 1,20 meter ≈ 1,5 meter
Bagian Lengan : 1
t
⎡W ⎤ =nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
t
⎡ 0,3 ⎤ = 2 x 1,15 x ⎢ ⎥ ⎣ 2,65 ⎦
3
1/ 3
= 1,11 meter ≈ 1,5 meter
5.4.7. Jumlah Butir Per satuan Luas ( N )
Jumlah butir tiap satuan luas dapat dihitung dengan persamaan berikut ini : 2
P ⎤ ⎡γ r ⎤ 3 ⎡ N = AnK ∆ ⎢1 − x⎢ ⎥ ⎣ 100 ⎥⎦ ⎣ W ⎦
( 5.6 )
Dimana : t
= tebal lapis pelindung ( m )
n
= jumlah butir batu
k∆
= koefisien lapis ( tabel 5.1 ) = 1,04
204
W
= berat butir batu pelindung ( ton ) = 3,6 ton
P
= porositas rata – rata dari lapis pelindung ( % )
γr
= berat jenis batu pelindung ( ton/m3 )
Bagian Kepala : 2
P ⎤ ⎡γ r ⎤ 3 ⎡ N = AnK ∆ ⎢1 − ⎥ x⎢ ⎥ ⎣ 100 ⎦ ⎣ W ⎦
= 10 x 2 x 1,04 x ( 1 – ( 50/100 ) ) x ( 2,4 / 3,8 )2/3 = 7,656 ≈ 8 butir untuk setiap 10 m2
Bagian Lengan : 2
P ⎤ ⎡γ r ⎤ 3 ⎡ N = AnK ∆ ⎢1 − x⎢ ⎥ ⎣ 100 ⎥⎦ ⎣ W ⎦
= 10 x 2 x 1,04 x ( 1 – ( 50/100 ) ) x ( 2,4 / 3 )2/3 = 8,96 ≈ 9 butir untuk setiap 10 m2
205
400
250
Tumpukkan tetrapod @ 3,8 ton (2lapis)
Tumpukkan batu @ 20 kg Tinggi air rencana 1
250
2
1
1
2
150 100
Tumpukkan batu @ 380 kg
200
200 2
+ 1.98
2
1
1
2
100
150
1
250
2
+ 5.20
Geotextile Matras bambu - 4.50
- 3.00 - 4.50
Crucuk bambu
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
4600
Gambar 5.4. Potongan Melintang Jetty Bagian Kepala
206
Tumpukkan tetrapod @ 3 ton (2lapis)
350
+ 5.20
+ 5.20 Tumpukkan batu @ 20 kg
2
1
1
250
2
1
1
2
+ 1.98
2
Tumpukkan batu @ 300kg
200
1
1
150
200 2
+ 1.98
2
- 2.70 Geotextile Matras bambu -4.20
- 4.20
Crucuk bambu
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
4500
Gambar 5.5. Potongan Melintang Jetty Bagian Badan
207
5.4.8. Spesifikasi Tetrapod
Berdasarkan data hasil perhitungan berat butir lapis pelindung pada bagunan jetty, dapat dihitung spesifikasi tetrapod yang akan digunakan. Dari nilai berat butir dapat dihitung besarnya volume berdasarkan rumus dasar berat jenis.
γ = V =
W V
( 5.7 )
W
γ
Dimana : γ
= berat jenis ( ton/m3 )
W = berat ( ton ) V = volume ( m3 ) Diketahui W = 3,8 ton untuk bagian kepala dan W = 3 ton untuk bagian badan, maka :
V=
3,8 = 1,583 m3; sedangkan bagian badan : 2,4
V=
3 = 1,25 m3 2,4
Perhitungan volume untuk tetrapod dapat dihitung dengan rumus berikut ini. V = 0,280 H 3
( 5.8 ) ( Shore Protection Manual Vol. 2, hal. 7-218 )
Bagian kepala : 1,583 = 0,280.H3 H3
= 5,654; H = 1,78 m
208
Bagian lengan : 1,25
= 0,280.H3
H3
= 4,464; H = 1,65 m Berdasarkan nilai H yang telah diperoleh, dapat dihitung
spesifikasi tetrapod yang akan digunakan. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan spesifikasi tetrapod antara lain sebagai berikut : A = 0,302 H
G = 0,215 H
B = 0,151 H
H =1H
C = 0,477 H
I
= 0,606 H
D = 0,470 H
J
= 0,303 H
E = 0,235 H
K = 1,091 H
F = 0,644 H
L = 1,201 H ( Shore Protection Manual Vol. II, hal. 7-218 )
A
B
C
D F
A
E
A L
H G
J
I
Tampak Atas
K
Potongan A - A
Tampak Bawah
Gambar 5.6. Dimensi Tetrapod
209
Tabel 5.3. Spesifikasi Tetrapod untuk Bangunan Jetty
5.5.
No.
Spesifikasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A B C D E F G H I J K L
Kepala ( meter ) 0.5 0.3 0.8 0.8 0.4 1.1 0.4 1.9 1.1 0.5 1.9 2.1
Badan ( meter ) 0.5 0.2 0.8 0.8 0.4 1.1 0.4 1.7 1.0 0.5 1.8 2.0
PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI
Telah disampaikan sebelumnya dalam Bab
II bahwa dengan
dibangunnya konstruksi jetty pada muara sungai akan menimbulkan dampak terhadap pantai disekitarnya. Dengan dibangunnya konstruksi jetty panjang maka transport sedimen sepanjang pantai yang dipengaruhi oleh gelombang datang yang membentuk sudut terhadap garis pantai akan terhalang dibagian sebelah kiri muara, sedangkan disebelah kanan muara akan terjadi erosi.
Gambar 5.7. Sedimentasi dan Erosi yang Terjadi pada Muara Sungai
210
Untuk melindungi pantai disebelah kanan muara terhadap erosi, perlu dibuat bangunan pelindung pantai. Maka direncanakan bangunan pelindung pantai menggunakan revetmen. Rencananya revetment akan dibangun pada elevasi 0,30 meter dengan menggunakan batu belah sebagai lapis pelindung. Dari tabel 5.1 dan 5.2 diperoleh nilai – nilai koefisien yang dibutuhkan dalam perhitungan jetty. Nilai koefisien tersebut adalah sebagai berikut. n
=2
KD
=2
K∆
= 1,15
Porositas P (%)
= 37
Cot θ
=2
γa
= berat jenis air laut ( 1,025 t/m3 )
γr
= berat jenis batu ( 2,65 t/m3 )
5.5.1. Perhitungan Elevasi Puncak Bangunan
Elevasi puncak revetmen ditetapkan dengan menggunakan persamaan di bawah ini. Elpuncak
= DWL + Ru + Fb
Dengan : Elpuncak
= Elevasi puncak jetty rencana (m)
Ru
= Run Up gelombang (m)
DWL
= Design Water Level (m)
Fb
= Tinggi jagaan, antara 0,5 s/d 1,00 meter
211
Perhitungan Run Up Gelombang adalah sebagai berikut : Kemiringan sisi bangunan direncanakan 1 : 2 Tinggi gelombang rencana di lokasi bangunan dapat dihitung dengan menggunakan grafik pada gambar 5.8.
( Sumber : Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai ) Gambar 5.8. Grafik Penentuan Gelombang Pecah Rencana di Kaki Bangunan ds
= 1,98 – ( - 0,3 )
ds 2,28 = 2 gT 9,81x7,263 2
= 2,28 meter = 0,0044
Dari gambar 5.11 diperoleh nilai Hb/ds = 0,95 Hb
= 0,95 x ds = 0,95 x 2,28 = 2,166 meter
Perhitungan panjang gelombang di laut dalam adalah sebagai berikut : T
= 7,263 detik
Lo
= 1,56 x T2 = 1,56 x 7,2632 = 82,29 meter
212
Bilangan Irribaren didapatkan dengan menggunakan rumus : Ir
= Tg θ / (H/Lo)0,5
Dimana : Ir
: bilangan Irribaren
Tg θ : kemiringan dasar bangunan H
: tinggi gelombang di lokasi bangunan
L0
: panjang gelombang di laut dalam
Ir
= ( 1 / 2 ) / ( 2,166 / 82,29 )0,5 = 3,1
( Sumber : Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai ) Gambar 5.9. Grafik Run-up Gelombang
Dari Grafik run up gelombang ( gambar 5.9 ) untuk lapis lindung dari tetrapod pada Ir = 3,3 didapatkan nilai run up : Ru / H
= 0,8 maka
Ru
= 0,8 x 2,166 = 1,73 meter
Sehingga elevasi puncak bangunan dapat dihitung berdasarkan persamaan ( 5.2 ) Elpuncak
= 1.98 m + 1,73 m + 0,5 m
213
= 4,2 meter
5.5.2. Tinggi Bangunan
Tinggi bangunan revetmen pada kedalaman 0,3 meter dibawah permukaan air laut : HBangunan
= Elevasi Puncak Bangunan – Elevasi Dasar laut = 4,2 – ( - 0,3 ) = 4,5 meter
5.5.3. Berat Butir Lapis Pelindung
Berat butir batu pelindung dengan menggunakan Rumus Hudson : W =
γrH3 K D ( S r − 1) 3 cot θ
Dimana : W
= berat butir batu pelindung ( ton )
γr
= berat jenis batu ( ton/m3 )
γa
= berat jenis air laut ( ton/m3 )
H
= tinggi gelombang rencana ( m )
θ
= sudut kemiringan sisi
KD
= koefisien stabilitas bentuk batu pelindung
Untuk perhitungan digunakan batu belah bersudut kasar dengan koefisien stabilitas KD = 2, dan K∆ = 1,15. Berat batu lapis pelindung luar : W =
2,65 x 2,166 3 3
⎡ 2,65 ⎤ 2x⎢ − 1⎥ x 2 ⎣1,025 ⎦
= 1,689 ton ≈ 1,7 ton
214
Berat batu lapis pelindung kedua : W/10 = 1,7 / 10 = 0,17 ton = 170 kilogram
5.5.4. Menghitung Tebal Lapis Pelindung
Perhitungan tebal lapis pelindung dinyatakan dengan rumus pada persamaan 5.4 : t
⎡W ⎤ =nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
dengan : W
= berat butir batu pelindung ( ton )
t
= tebal lapis pelindung ( m )
n
= jumlah lapis batu dalam lapis lindung ( n minimum = 2 )
k∆
= koefisien lapis ( tabel 5.2 )
γr
= berat jenis batu ( ton/m3 )
Tebal lapis pelindung luar : t
⎡W ⎤ =nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
= 2 x 1,15 x ( 1,7 / 2,4 )1/3 = 1,98 meter ≈ 2 meter
Tebal lapis pelindung kedua : t
⎡W ⎤ =nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
= 2 x 1,15 x ( 0,17 / 2,4 )1/3 = 0,95 meter ≈ 1 meter
215
5.5.5. Lebar Puncak Bangunan
Lebar puncak revetmen dapat dicari dengan persamaan ( 5.5 ) : ⎡W ⎤ B = nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
Dimana : B
= lebar puncak ( m )
n
= jumlah butir batu ( n minimum = 3 )
k∆
= koefisien lapis ( tabel 5.2 )
W
= berat butir batu pelindung ( ton )
γr
= berat jenis batu pelindung ( ton/m3 )
⎡W ⎤ B = nK∆ ⎢ ⎥ ⎣γ r ⎦
1
3
= 3 x 1,15 x ( 1,7 / 2,4 )1/3 = 2,975 m ≈ 3 meter
5.5.6. Pelindung Kaki
Direncanakan pelindung kaki menggunakan tipe pelindung seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 5.10. Pelindung Kaki Bangunan
216
•
Tebal toe protection Tebal toe protection direncanakan setebal 1H = 2,2 meter, dengan tebal batu pelindung kaki sebesar r = t = 1 meter. Pada bagian permukaan dari lapis pelindung akan diisi pasir dengan tebal bidang isian sebesar :1H – r = 2,2 – 1 = 1,2 meter.
•
Lebar toe protection B = 2H = 2 x 2,2 = 4,4 m
•
Berat butir Berat butir batu untuk pondasi dan pelindung kaki bangunan diberikan oleh persamaan berikut : W=
γrH3 N s3 ( S r − 1) 3
( 5.6 )
Dimana : W : berat rata – rata butir batu ( ton ) γr : berat jenis batu ( ton/m3 ) H : tinggi gelombang rencana ( m ) Sr : perbandingan antara berat jenis batu dan berat jenis air laut Ns3 : angka stabilitas rencana untuk pelindung kaki bangunan ( lihat gambar 5.11 )
217
Gambar 5.11. Angka stabilitas Ns untuk Pondasi Pelindung Kaki Elevasi dasar revetmen direncanakan pada elevasi - 0,3 meter ds
= 1,98 – ( -0,3 ) = 2,28
d1
= 2,28 – 1,88 = 0,4 meter
di/ds = 0,175 dari Gambar 5.11. di peroleh Ns3 = 20 W=
=
γrH3 N s3 ( S r − 1) 3 2,65 × 2,2 3 = 0,355 ton ≈ 0,38 ton = 380 kilogram 2,65 3 20( − 1) 1,025
218
5.5.7. Jumlah Butir tiap Satuan Luas ( N )
Jumlah butir tiap satuan luas dapat dihitung dengan persamaan berikut ini : 2
P ⎤ ⎡γ r ⎤ 3 ⎡ N = AnK ∆ ⎢1 − ⎥ x⎢ ⎥ ⎣ 100 ⎦ ⎣ W ⎦
Dimana : t
= tebal lapis pelindung ( m )
n
= jumlah butir batu
k∆
= koefisien lapis ( tabel 5.1 ) = 1,04
W
= berat butir batu pelindung ( ton ) = 3,6 ton
P
= porositas rata – rata dari lapis pelindung ( % )
γr
= berat jenis batu pelindung ( ton/m3 ) 2
P ⎤ ⎡γ r ⎤ 3 ⎡ N = AnK ∆ ⎢1 − ⎥ x⎢ ⎥ ⎣ 100 ⎦ ⎣ W ⎦
= 10 x 2 x 1,15 x ( 1 – ( 37/100 ) ) x ( 2,65 / 1,7 )2/3 = 19,48 ≈ 20 butir
219
Tumpukan batu 170 kg
Tumpukan batu 1.7 ton
300
Tumpukan batu 380 kg Isian pasir
250
2
2
1
440
+ 1.98
120 Geotextile
100
Matras bambu
- 0.30
100
100
+ 0.00
20
0
1
200
+ 4.20
Crucuk bambu 3 O 10 - 100
100
Gambar 5.12. Sketsa Penampang Melintang Revetmen
220