Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten
BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG KARANG A. Kehadiran Satwaliar Kelompok Mamalia Gunung Karang merupakan salah satu hutan lindung yang ada di Propinsi Banten. Fungsi utama hutan lindung adalah sebagai perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, pencegah erosi, pencegah banjir dan membantu mempertahankan kesuburan tanah. Kawasan Gunung Karang diduga menyimpan potensi keanekaragamanhayati (KEHATI) yang tinggi sehingga selain berfungsi sebagai kawasan hutan lindung juga sebagai habitat satwaliar khususnya kelompok mamalia yang ada di dalamnya. Namun, saat ini perambahan dan pembukaan lahan semakin meningkat sehingga luasan habitat bagi satwaliar semakin menyempit. Saat ini, luas kawasan hutan lindung < 1000 ha dari total luas ± 3.585. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena dapat mengurangi jumlah individu maupun jumlah spesies. Satwaliar khususnya kelompok mamalia dianggap penting karena kelompok mamalia merupakan elemen penting dalam jaringan hubungan timbal balik yang kompleks. Hal ini erat kaitannya dengan peran satwaliar khususnya kelompok mamalia sebagai pengatur tumbuhnya pohon dengan cara memakan dan/atau menyebarkan biji secara selektif (Curran dan Webb, 2000). Kegiatan pengamatan satwaliar kelompok mamalia dilakukan dalam rangka mengamati kehadiran dan keragaman jenis mamalia pada kawasan Gunung Karang. Pengamatan terhadap mamalia pada lokasi studi dilakukan melalui metode yang bervariasi: (a) Pertemuan visual dan pengamatan terhadap berbagai penanda kehadiran (jejak kaki, kotoran, bekas cakaran, bunyi, suara dan sebagainya); (b) Penggunaan kamera trap yang dipasang pada tempat-tempat strategis
di
lokasi-lokasi
yang
telah
ditentukan.
Pengamatan
dengan
menggunakan kamera trap dilakukan dengan memasang sebanyak 7 unit kamera trap. Hasil pengamatan satwaliar kelompok mamalia dapat dilihat pada Tabel V-1 berikut.
BLHD Propinsi Banten
V. 1
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten Tabel V-1. No
Kehadiran satwaliar kelompok mamalia di hutan Gunung Karang. Nama Jenis
Family
Metode pengamatan
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Lutung jawa
Trachypithecus auratus
Cercopithecidae
Pengamatan
2
Rusa timor
Rusa timorensis
Cervidae
Jejak
3
Kijang muntjak
Muntiacus muntjak
Cervidae
Jejak
4
Pelanduk
Tragulus sp
Tragulidae
Kamera trap
5
Babi hutan
Sus barbatus
Suidae
Kamera trap, pengamatan
6
Macan tutul
Panthera pardus
Felidae
Informasi
7
Teledu sigung
Mydaus javanensis
Mustelidae
Kamera trap
8
Tenggalung malaya
Viverra tangalunga
Viverridae
Kamera trap
9
Musang akar
Arctogalidia trivirgata
Viverridae
Kamera trap
10
Musang galing
Paguma larvata
Viverridae
Kamera trap, pengamatan
11
Garangan jawa
Herpestes javanicus
Herpestidae
Kamera trap
12
Trenggilling peusing
Manis javanica
Manidae
Sarang
13
Bajing bergaris tiga
Lariscus insignis
Sciuridae
Kamera trap
14
Bajing
Callosciurus sp
Sciuridae
Pengamatan
15
Tupai
Tupaia sp
Tupaidae
Pengamatan
16
Tikus
Rattus sp
Muridae
Pengamatan
Berdasarkan data pada Tabel V-1 menunjukkan bahwa terdapat 16 jenis satwaliar kelompok mamalia yang berhasil teridentifikasi melalui metode yang bervariasi. Kehadiran satwaliar kelompok mamalia di kawasan Gunung Karang cukup menarik karena ditemukan jenis-jenis yang secara Nasional dilindungi misalnya jenis Trachypithecus auratus dan Mydaus javanensis. Secara umum, jenis Trachypithecus auratus hidup secara berkelompok 6-20 individu. Jenis tersebut merupakan mamalia arboreal atau mamalia yang melakukan segala aktivitasnya termasuk makan di atas pohon (Nursal, 2001). Jenis Trachypithecus auratus mempunyai sifat agonistic atau mewaspadai terhadap predator, pesaing, penganggu, termasuk manusia. Hadirnya jenis Trachypithecus auratus cukup beralasan karena ditemukan pohon pakan diantaranya jenis Ficus (buah ara), Vernonea arborea, dan jenis Disoxylum sp. Material tumbuhan yang dimakan oleh jenis Trachypithecus auratus berupa pucuk daun muda.
BLHD Propinsi Banten
V. 2
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten Keragaman satwaliar kelompok mamalia dilihat dari jumlah famili (suku) cukup baik karena terdapat kelompok famili pemakan tumbuhan (herbivora) dan kelompok famili pemakan daging (karnivora). Gambar V.1 menyajikan hasil pengamatan berdasarkan keragaman famili.
Jumlah Jenis
5 4 3 2 1 0
Famili
Gambar V.1.
Keragaman kelompok mamalia berdasarkan famili di kawasan Gunung Karang.
Berdasarkan data pada Gambar V.1 menunjukkan bahwa terdapat 12 kelompok famili. Kelompok famili Viverridae merupakan yang terbanyak dalam hal komposisi jenis yaitu 3 jenis kelompok famili Viverridae. Namun, perbedaan komposisi jenis dalam satu family tidak signifikan atau cenderung merata. Kondisi erat hubungannya dengan pola pakan kelompok famili tersebut misalnya perilaku pakan jenis Arctogalidia trivirgata dan Paguma larvata. Secara umum, jenis Arctogalidia trivirgata dapat memakan buah-buahan dan mamalia kecil (Ario, 2010).
satwa
tersebut
aktif
cenderung
aktif
pada
malam
hari
dan
bergerak/beraktivitas di atas pohon. Sedangkan jenis Paguma larvata dapat ditemukan di areal perkebunan dan hutan sekunder. sumber pakan utamanya berupa buah-buahan mamalia kecil. jenis Paguma larvata cenderung aktif pada malam hari dan beraktivitas pada diantara tajuk-tajuk pohon (Arboreal).
BLHD Propinsi Banten
V. 3
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten (a)
(b)
Gambar V.2.
(a) jenis Arctogalidia trivirgata (hasil kamera trap); dan (b) Jenis Paguma larvata (pengamatan langsung) ditemukan di kawasan Gunung Karang.
Secara umum, jenis mamalia dapat dikelompokkan berdasarkan waktu aktifnya yaitu (1) diurnal (satwa liar yang aktif pada siang hari); (2) nocturnal (satwa liar yang aktif pada malam hari); dan (3) metaturnal (satwa liar yang aktif BLHD Propinsi Banten
V. 4
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten pada siang dan malam hari). Menurut Meijaard et al. (2006), mamalia dapat dikelompokkan berdasarkan stratifikasi ekologi yaitu kelompok arboreal (hidup dipepohonan/tajuk pohon), kelompok terresterial (hidup di permukaan tanah) dan kelompok aquatik (tinggal di wilayah perairan). Selain itu, mamalia juga dapat dikelompokkan berdasarkan kelas makannya yaitu kelompok herbivore (pemakan tumbuhan), kelompok karnivore (pemakan daging/hewan lainnya) dan kelompok omnivore (pemakan tumbuhan dan pemakan daging/hewan lainnya). Pengelompokkan mamalia pada Kawasan Gunung Karang berdasarkan waktu aktif, stratifikasi ekologi dan kelas makannya dapat dilihat pada tabel V-2 berikut ini.
Tabel V-2.
No
Klasifikasi jenis mamalia berdasarkan kelas makan, waktu aktif dan stratifikasi ekologi.
Nama Ilmiah
Famili
Kelas Makan Car Her Omn
Waktu aktif Diu Noc Met
Stratifikasi Arb Ter
√
√
1
Trachypithecus auratus
Cercopithecidae
√
2
Rusa timorensis
Cervidae
√
√
√
3
Muntiacus muntjak
Cervidae
√
√
√
4
Tragulus sp
Tragulidae
√
√
√
5
Sus barbatus
Suidae
√
√
6
Panthera pardus
Felidae
√
√
√
7
Mydaus javanensis
Mustelidae
√
8
Viverra tangalunga
Viverridae
√
√
√
√
9
Arctogalidia trivirgata
Viverridae
√
√
√
√
10
Paguma larvata
Viverridae
√
√
√
√
11
Herpestes javanicus
Herpestidae
√
12
Manis javanica
Manidae
√
13
Lariscus insignis
Sciuridae
√
√
√
√
14
Callosciurus sp
Sciuridae
√
√
√
√
15
Tupaia sp
Tupaidae
√
√
√
√
16
Rattus sp
Muridae
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
Berdasarkan data pada Tabel V-2 menunjukkan bahwa keseimbangan sistem rantai makanan pada Kawasan Gunung Karang relatif baik karena ditemukan satwa herbivora dan karnivora. BLHD Propinsi Banten
V. 5
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten
(a)
(b)
(c)
Gambar V.3.
(a) Kehadiran satwa berdasarkan kelas makan, (b) Kehadiran satwa berdasarkan waktu aktif, dan (c) Kehadiran satwa berdasarkan stratifikasi ekologi.
BLHD Propinsi Banten
V. 6
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten Berdasarkan data pada Gambar V.3 (a) menunjukkan bahwa tingkat kehadiran jenis mamalia herbivora merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan perilaku pakan yang lain yaitu sebanyak 7 jenis mamalia. Kondisi ini dikarenakan oleh pohon pakan yang melimpah diantaranya jenis-jenis dari famili Moraceae, Lauraceae dan Myrtaceae yang paling dominan. Kehadiran pohon pakan yang melimpah nampanya menarik satwa-satwa herbivora hadir pada lokasi tersebut diantaranya jenis Tragulus sp, Rusa timorensis dan Muntiacus muntjac. Jenis-jenis tersebut merupakan pemakan buah dan sangat bergantung pada buah-buahan yang jatuh (Rayadin dkk, 2013). Kehadiran jenis Tragulus sp, Rusa timorensis dan Muntiacus muntjac nampaknya menjadi keuntungan tersendiri bagi jenis Panthera pardus. Jenis Panthera pardus merupakan mamalia karnivora dan aktif bergerak pada siang dan malam hari. Saat ini, status jenis tersebut dilindungi oleh PP No 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Satwa tersebut diduga berkurang populasinya akibat perburuan dan berkurangnya luas habitat. Jenis Tragulus sp, Rusa timorensis dan Muntiacus muntjac tersebut merupakan mangsa utama bagi jenis Panthera perdus (Ario, 2010). Sehingga sangat beralasan jenis Panthera perdus hadir di Kawasan Gunung Karang. Gambar V.3 (c) menunjukkan adanya 15 jenis satwa aktif bergerak di lantai hutan (terrestrial). Selain itu, pada Tabel V-2 menunjukkan bahwa jenis-jenis terresterial cenderung aktif pada mamal hari (nocturnal) namun, beberapa jenis diantaranya dapat aktif pada siang hari. Kondisi ini berkaitan dengan adanya aktivitas manusia pada siang hari sehingga, satwa-satwa yang hadir merupakan satwa yang cenderung aktif pada malam hari misalnya jenis Mydaus javanensis. Jenis Mydaus javanensis merupakan satwa nocturnal dan melakukan aktivitasnya di lantai hutan (terresterial). Jenis tersebut terdapat di hutan yang tinggi dan hutan sekunder, namun terkadang terlihat di kebun-kebun yang berdekatan dengan hutan (Ario, 2010). Untuk bertahan hidup, umumnya jenis tersebut memakan cacing tanah dan larva tonggeret yang diperoleh dengan menggali tanah yang lembek menggunakan moncong dan cakarnya yang panjang. BLHD Propinsi Banten
V. 7
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten
Gambar V.4.
a) Jenis Panthera pardus (sumber informasi dan dokumentasi: warga setempat); dan b) Jenis Mydaus javanensis (pengamatan kamera trap) ditemukan di Kawasan Gunung Karang.
BLHD Propinsi Banten
V. 8
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten
B.
Kehadiran Satwaliar Kelompok Burung Setiap daerah hutan menjanjikan keragaman jenis yang spesifik dalam
komposisi jenis burungnya, karena sangat tergantung dari kondisi habitat yang ada seperti adanya faktor-faktor abiotik maupun biotik lainnya. Kondisi edafis sangat menentukan kualitas dari jenis tumbuhan yang hidup di atasnya dan seterusnya kondisi tegakan menentukan kondisi iklim mikro di dalam hutan, bahkan di luar hutan di sekitar kawasan. Daerah dengan kondisi tutupan vegetasi yang
masih
rapat
umumnya
sangat
mudah
turun
hujan
dari
hasil
evapotranspirasi daerah sekitarnya. Belum lagi tegakan seperti hutan di wilayah kawah dan sumur tujuh Gunung Karang menyediakan beragam jenis pakan dan banyaknya jenis serangga yang juga menjadi makanan banyak jenis burungburung hutan. Penelitian ini mencoba mencatat dan merekam sebanyak mungkin jenis yang ditemukan, baik melalui metode pengamatan dan penangkapan maupun identifikasi lewat suara. Pada daerah dengan ketinggian di bawah 4001700 meter dari permukaan laut seperti wilayah kawah dan sumur tujuh pada umumnya akan didapat keragaman jenis yang optimal, walaupun pada kenyataannya memperlihatkan bahwa penyebaran keanekaragaman di dalam hutan tropis juga ada kecenderungan tidak merata. B.1.
Keragaman Jenis Pada dasarnya pengamatan dilakukan seharian penuh untuk masing-
masing hari kerja. Namun dari kegiatan pengamatan terkonsentrasi pada dua waktu, pagi dan sore hari. Dua periode waktu tersebut merupakan waktu dimana kelompok burung aktif dalam melakukan aktifitasnya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di jalur kawah maupun sumur tujuh ditemukan 39 jenis burung baik pengamatan dengan menggunakan mist net (jala kabut), secara langsung maupun pengamatan tidak langsung. Beberapa diantaranya yaitu walet linchi (Collocalia linchi), kacamata biasa (Zosterops palpetrosus), cinenen pisang (Orthotomus sutonus) dan Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Data mengenai jumlah jenis burung yang telah ditemukan ditampilkan pada Tabel 1. BLHD Propinsi Banten
V. 9
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten Tabel V.3. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Kehadiran jenis avifauna di kawasan hutan Gunung Karang.
Nama Jenis Lokal Latin Circaetus gallicus Elang Ular Jari Pendek Raja Udang Kalung Biru Alcedo euryzona Alcedo meninting Raja Udang Meninting Ceyx erithacus Udang Api Collocalia linchi Walet linchi Collocalia fuciphaga Walet sarang putih Delichon dasypus Layang-layang Rumah Chalcophaps indica Delimukan Zamrud Streptopelia chinensis Tekukur Biasa Geopelia striata Perkutut Jawa Chloropsis cyanopogon Cica daun kecil Corvus enca Gagak Hutan Centropus bengalensis Bubut Alang-alang Centropus sinensis Bubut Besar Dicaeum trochileum Cabai Jawa Dicrurus macrocercus Srigunting Hitam Bentet kelabu Burung madu blukar Pijantung Kecil Pijantung Besar Kacembang Gadung Kepudang kuduk hitam Bondol Rawa Empuloh Irang Cucak Kutilang Cucak kuning Merbah Kaca Mata Cucak Kuricang Empuloh janggut Merbah Cerukcuk Paok Pancawarna Cinenen Pisang Cinenen Jawa Cinenen Kelabu Cinenen Merah Pelanduk Semak Kucica Hutan Kacamata Gunung Kacamata biasa
Lanius schach Anthreptes singalensis Arachnothera longirostra Arachnothera robusta Irena puella Oriolus chinensis Lonchura malacca Alophoixus phaeocephalus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus melanicterus Pycnonotus erythrophthalmos Pycnonotus atriceps Alophoixus bres Pycnonotus goavier Pitta guajana Orthotomus sutonus Orthotomus sepium Orthotomus ruficeps Orthotomus sericeus Malacocinla sepiarium Copsychus malabaricus Zosterops montanus Zosterops palpebrosus
BLHD Propinsi Banten
Famili Accipitridae Alcedinidae Alcedinidae Alcedinidae Apodidae Apodidae Alaudidae Columbidae Columbidae Columbidae Chloropseidae Corvidae Cuculidae Cuculidae Dicaeidae Dicruridae Laniidae Nectariniidae Nectariniidae Nectariniidae Oriolidae Oriolidae Ploceidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pycnonotidae Pittidae Silviidae Silviidae Silviidae Silviidae Timaliidae Turdidae Zosteropidae Zosteropidae
Kelas Makan R Insec/Pisc Insec/Pisc Insec/Pisc
Status Nasional D D D D
AF AFGI AFGI AFGI AFGI AFGI AFGI AFGI/F SSI
TD
NIF NI NI AFGI/F AFGI/F TF AFGI/F AFGI/F AFGI/F AFGI/F AFGI/F AFGI/F AFGI/F
D D
AFGI AFGI AFGI AFGI TI AFGI
TD
TD TD
TD TD
TD TD
V. 10
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten Berdasarkan Tabel V.3 diketahui bahwa kawasan hutan gunung karang memiliki potensi wisata berupa burung-burung yang dapat di jadikan sebagai objek kegiatan wisata bird watching. Kawasan hutan gunung karang memiliki keanekaragaman jenis burung di karenakan kawasan gunung karang memiliki sumberdaya alam yang dapat dijadikan sumber pakan oleh burung-burung tersebut, salah satunya yaitu sumber makanan yang banyak terdapat di kawasan hutan gunung karang. Sebagian besar burung-burung yang berhasil diidentifikasi merupakan pemakan serangga-serangga kecil seperti semut dan lebah serta ulat dan laba-laba (insectivore). Jumlah burung yang ditemukan di kawasan hutan kawah gunung karang lebih banyak dari pada yang ditemukan di kawasan hutan sumur tujuh. Salah satu penyebabnya yaitu karena pada jalur pendakian menuju sumur tujuh telah banyak aktifitas manusia baik itu masyarakat berladang maupun masyarakat yang datang untuk berjiarah di sumur tujuh. Selain itu, pepohonan di kawasan kawah juga cukup terbuka sehingga mudah dalam melakukan pengamatan langsung. Vegetasi yang rapat di kawah sumur tujuh membuat sulit dalam melakukan pengamatan burung walaupun banyak sekali suara burung yang terdengar. Tutupan lahan dan kerapatan vegetasi sangat mempengaruhi jenis burung yang mendiami suatu kawasan. Walet linchi banyak ditemukan di Jalur kawah karena kawasan tersebut cukup terbuka sehingga memberikan kebebasan bagi walet untuk terbang, selain itu di jalur ini juga terdapat bangunan-bangunan tertentu sebagai tempat pengembangan populasinya. Semakin aman dan nyaman tempatnya maka semakin bertambah pula jumlah populasinya. Begitu pula dengan burung madu sriganti yang menyukai pepohonan yang tidak terlalu rapat dan tinggi sehingga banyak ditemukan di jalur kawah. Berbeda halnya dengan burung cinenen pisang dan cincoang pisang yang lebih menyukai semak – semak dan vegetasi yang rapat. Hal tersebut menyebakan burung tersebut banyak ditemukan di sumur tujuh.
BLHD Propinsi Banten
V. 11
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten Terdapat satu jenis raptor yang berhasil diidentifikasi di gunung karang yaitu jenis Elang ular jari pendek (Circaetus gallicus) teramati pada saat sedang bertengger pada cabang sebatang pohon kering. Elang ular jari pendek (Circaetus gallicus) merupakan jenis raptor selalu dapat teramati selama pemantauan sedang berputar-putar di lokasi punggung gunung, terutama di atas kawasan yang masih berhutan. Mereka kemungkinan besar mengincar burung-burung yang lebih kecil atau ikan sebagai mangsanya, yang telah melimpah keberadaannya di kawasan berhutan
dengan
tutupan
tajuk
yang
relatif
terbuka.
Tidak
menutup
kemungkinan juga Elang ular jari pendek memburu tikus sebagai mangsanya. Elang ular jari pendek sebagai salah satu raptor Sunda, sebenarnya termasuk jenis yang mampu bertahan hidup di fragmen hutan berukuran kecil dan seringkali diamati berada di luar bagian hutan (Meijaard dkk. 2006).
Gambar V.5.
Kompilasi
Jenis elang ular jari pendek (Circaetus gallicus) yang berhasil teridentifikasi dengan menggunakan kamera jarak jauh. hasil
studi
yang
dilakukan
oleh
Meijaard
dkk.
(2006)
menyebutkan bahwa studi mengenai pengaruh kegiatan penebangan hutan terhadap kelompok raptor (elang dan alap-alap) masih belum banyak dilakukan BLHD Propinsi Banten
V. 12
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten di Asia Tenggara. Sejumlah data mengungkapkan bahwa khususnya spesies spesialis yang hidup di bagian dalam hutan seperti kelompok elang Circaetus tidak toleran terhadap pengaruh terbukanya bentang lahan. Akan tetapi, jenisjenis tersebut masih dapat hidup di fragmen hutan berukuran kecil dan seringkali diamati berada di luar bagian hutan. Jenis-jenis avifauna dari famili Cuculidae termasuk kelompok yang teramati di kawasan hutan sumur tujuh dengan sebaran yang luas. Menurut MacKinnon, J. dkk. (2000), jenis burung dari famili ini merupakan pemakan serangga. Beberapa jenis mengutamakan
ulat
kupu-kupu (termasuk
yang berbulu) sebagai
makanannya. Satu dari empat kelompok utama dari famili Cuculidae teramati di lokasi studi, yaitu kelompok bubut.
Gambar V.6.
Jenis bubut alang-alang (Centropus bengalensis) yang teridentifikasi dengan menggunakan jala kabut.
Cucak-cucakan (Pycnonotidae) adalah suatu famili dengan jumlah jenis besar dan terkait dengan pilihan habitat yang bervariasi. Kelompok jenis ini merupakan kelompok yang sangat sering ditemui. Selain Pycnonotus goiavier, beberapa jenis yang teramati di lokasi studi diantaranya Pycnonotus atriceps BLHD Propinsi Banten
V. 13
Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten (Cucak Kuricang), Pycnonotus aurigaster (cucak kutilang), Pycnonotus melanicterus (cucak kuning), Alophoixus bres (Empuloh janggut), Alophoixus phaeocephalus (Empuloh ireng) dan Pycnonotus erythrophthalmos (Merbah kaca mata). Meijaard dkk. (2006) mengungkapkan bahwa melimpahnya jenis cucak-cucakan di suatu habitat disebabkan oleh lebih sedikitnya jumlah pemakan buah (frugivores) utama seperti halnya pada hutan-hutan primer seperti Calyptomena viridis (Madihijau
Kecil)
dan
Irena
puella
(Kacembang
Gadung).
Spesies
generalist
frugivore/insectivores ini memakan buah-buahan spesies pionir dan sepertinya memainkan peranan yang penting dalam cepatnya penyebaran jenis-jenis pionir pada hutan-hutan bekas tebangan.
Gambar V.7.
Jenis cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) yang berhasil teridentifikasi dengan menggunakan kamera jarak jauh.
BLHD Propinsi Banten
V. 14