BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH GUNUNG KROMONG
5.1 Dasar Teori Secara umum batu gamping merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh satu mineral yaitu Kalsium Karbonat (CaCO3), namun terdapat pula sedikit mineral-mineral tambahan seperti Aragonit (Mg). Sedimentasi karbonat terbentuk oleh proses kimia dan biokimia, secara sederhana sistem pengendapan karbonat diperoleh berdasarkan persamaan reaksi: CO2 + H2O H2CO3 +
H + CO3 CaCO3
H2CO3 +
H + HCO3 2-
HCO3
.........(i)
-
.........(ii)
-
.........(iii)
Ca2+ + CO32-
CO2 + H2O + CaCO3
.........(iv)
Ca2+ + 2HCO3-
.........(v)
Dalam tugas akhir ini, persamaan secara kimiawi tidak akan dibahas secara detail, tetapi akan dijabarkan jenis fasies yang terdapat di daerah penelitian dan asosisi sebaran fasiesnya. Lingkungan pengendapan pada laut dangkal yang jernih dan jauh dari sedimen-sedimen darat, temperaur yang hangat, kedalaman yang dapat dijangkau sinar matahari, dan kaya nutrisi organik merupakan tempat yang ideal agar sedimentasi karbonat dapat terbentuk (Gambar 5.1).
Gambar 5.1 Ilustrasi lingkungan pembentukan batugamping (James & Bourque, 1992 dalam Koesoemadinata, 1999) 56
5.2 Fasies Batugamping Dalam batuan sedimen, dikenal istilah fasies, fasies merupakan karakter tubuh batuan berdasarkan kombinasi litologi, struktur fisisk, atau biologi yang dapat mempengaruhi aspek perbedaan tubuh setiap batuan (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fasies jika kedua batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia atau biologinya (Tucker dan Wright, 1990). Karakteristik litologi, tekstur, kandungan fosil, warna, struktur sedimen dan lainnya menjadi faktor pembeda dalam melakukan identifikasi batuan karbonat. Pengidentifikasianya secara benar akan sangat berguna dalam menentukan jenis fasies batugamping. Penentuan fasies pada penelitian ini didasarkan pada pengamatan komponen penyusun (biota, mikrit, semen), tekstur, struktur, dan porositas, melalui pengamatan megaskopis dengan menggunakan klasifikasi Dunham (1962) dan Embry dan Klovan (1971 dalam Wilson 1975) (Gambar 5.2). Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan menggunakan klasifikasi Dunham (1962) (Gambar 5.3), sedangkan analisis lingkungan pengendapan dari fasies batugamping merujuk pada standard fasies belt dari Wilson (1975) (Gambar 5.4) dengan model variasi lingkungan pengendapan yang dibuat oleh F.R.S. Henson pada tahun 1950.
Gambar 5.2 Klasifikasi batuan karbonat menurut tekstur pengendapan. (modifikasi Dunham, 1962 dan Embry & Klovan, 1971 dalam Wilson, 1975) 57
Gambar 5.3 Klasifikasi batuan karbonat menurut tekstur pengendapan (Dunham, 1962)
Gambar 5.4 Fasies standar batugamping dan lingkungan pengendapan (Wilson, 1975) 58
Satuan batugamping pada daerah penelitian dapat disebandingkan dengan Formasi Cibulakan Atas dan Formasi Parigi. Formasi Cibulakan Atas tediri dari batugamping bioklastik yang kaya akan muddy limestone, penyebaran satuan ini hanya terdapat pada bagian tengah daerah pertambangan PT Indocement. Formasi Parigi tersebar hingga di bagian luar daerah penambangan, pada umumnya terdiri atas batugamping terumbu dan sedikit batugamping bioklastik di bagian bawah. Kedua satuan batuan tersebut dibatasi oleh lapisan Satuan Batulempung A.
5.3 Fasies Batugamping Daerah Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penentuan fasies pada daerah penelitian adalah dengan pengamatan komponen penyusun (biota, mikrit, semen), tekstur, struktur, dan porositas, melalui pengamatan megaskopis. Berdasarkan perbedaan ciri-ciri yang ditemui di lapangan, maka terdapat bebrapa fasies, yaitu: fasies mudstone, fasies wackestone, fasies packstone, fasies grainstone, dan fasies boundstone.
5.3.1 Fasies Mudstone Fasies
batugamping
ini
memiliki
kenampakan
berwarna
abu-abu
kehitaman,
argillaceous, kaya akan foraminifera, cangkang moluska, tedapat struktur burrowing, terdapat mineral pirit, dan kelimpahan lumpur karbonat pada fasies ini sangat dominan (Foto 5.1).
Foto 5.1 Singkapan batugamping fasies mudstone di Quarry A (E-95), terlihat kondisi singkapan yang hancur akibat ledakan 59
Pada sayatan petrogtafi sampel E-105 yang berlokasi di Quarry C, batugamping fasies mudstone memperlihatkan tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka. Butiran terdiri atas fragmen fosil, yaitu fosil; foraminifera, algae, moluska, dan koral, butiran utuh dan pecah-pecah; berukuran 0,1-3 mm; butiran detritus seperti fragmen kuarsa sedikit hadir mengambang di dalam matriks, matriks berupa lumpur karbonat, mulai terkristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (mikrit), semen spari kalsit dan mikrospar kalsit, serta porositas interpartikel dan intrapartikel. Foraminifera yang hadir yaitu: Lepidocyclina spp., Myogipsina sp., Cycloclypeus spp., Heterostegina spp., Cibicides sp., Orbitoid, dan Orbulina universa. Secara umum fasies mudstone ditemukan pada daerah paparan laut dangkal dekat dengan lingkungan carbonate shelf system yang berenergi lemah (Noeradi, 1985).
5.3.2 Fasies Wackestone Fasies batugamping ini secara umum memiliki kenampakan yang sama dengan fasies mudstone, yaitu: berwarna abu-abu kehitaman, argillaceous, kaya akan foraminifera, cangkang moluska, alga merah, dan kelimpahan lumpur karbonat dan fragmen butiran pada fasies ini cukup dominan, hal yang membedakannya adalah kandungan fragmen butiran yang lebih banyak dari pada fasies mudstone (Foto 5.2)
Foto 5.2 Singkapan batugamping fasies wackestone di Quarry C (E-206), terlihat batugamping bioklastik yang berlapis 60
Pada sayatan petrogtafi sampel batugamping fasies wackestone (E-206) yang berlokasi di Quarry C, batugamping fasies wackestone memperlihatkan tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, butiran terdiri atas fragmen fosil, yaitu fosil; foraminifera, algae, moluska, koral, berbentuk utuh dan pecah-pecah; berukuran 0,2-5 mm; butiran detritus seperti fragmen kuarsa dan opak sedikit hadir mengambang di dalam matriks, matriks berupa lumpur karbonat, mulai terkristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (mikrit), semen spari kalsit dan mikrospar kalsit, porositas interpartikel dan intrapartikel. Foraminifera yang hadir, yaitu: Lepidocyclina ruteni, Myogipsina sp., Flosculinella bontangensis, Cibicides sp., dan Globigerinoides siakensis. Secara umum fasies wackestone ditemukan pada daerah paparan laut dangkal dekat dengan lingkungan karbonat shelf system yang berenergi lemah (Noeradi, 1985).
5.3.3 Fasies Foraminifera Packstone Fasies batugamping ini memiliki kenampakan berwarna abu-abu kecoklatan, abu-abu gelap hingga abu-abu terang, kompak, berlapis baik di bagian bawah, terdapat nodular-bedding, sebagian masif, kaya akan foraminifera, echinoid, cangkang moluska, dan fragmen alga merah yang berukuran sedang-kasar dengan butiran utuh sampai pecah-pecah, serta terlihat tekstur grain supported yang memiliki kelimpahan lumpur karbonat cukup dominan. Fasies ini berlapis baik di bagian bawah, terdapat struktur cross-bedding dan di bagian atasnya terdapat struktur parallel laminasi, secara gradual semakin ke atas terdapat struktur yang masif, serta hadir struktur burrowing pada fasies ini (Foto 5.3).
Foto 5.3 Singkapan batugamping fasies packstone di Quarry A (E-382), terlihat batugamping berwarna abu-abu kecoklatan 61
Pada sayatan petrogtafi yang dilihat dari beberapa sampel (Lampiran A), secara umum batugamping fasies packstone memperlihatkan tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka. Butiran terdiri atas fragmen fosil berupa foraminifera, algae, moluska, koral, berbentuk utuh dan pecah-pecah; berukuran 0,2-3,1 mm; butiran detritus seperti fragmen kuarsa sedikit hadir mengambang di dalam matriks, matriks berupa lumpur karbonat, mulai terkristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (mikrit), semen spari kalsit dan mikrospar kalsit, porositas interpartikel dan intrapartikel. Foraminifera yang yaitu: Lepidocyclina spp. (C5), Miogypsina sp., Heterostegina spp., Cycloclypeus spp., Globorotalia siakensis, Globigerinoides sp, dan Cibicides sp. Secara umum fasies packstone ditemukan pada daerah paparan laut dangkal dengan lingkungan karbonat yang berenergi sedang atau nearshore carbonate dengan energi yang agak tinggi (Noeradi, 1985).
5.3.4 Fasies Foraminifera Grainstone Fasies batugamping ini secara umum memiliki kenampakan hampir sama dengan fasies foraminifera packstone, yang membedakannya dengan fasies foraminfera packstone adalah kandungan lumpur karbonatnya yang sangat sedikit hingga tak ada. Fasies ini secara umum memiliki kenampakan berwarna berwarna abu-abu kecoklatan, abu-abu gelap hingga abu-abu terang, kompak, berlapis baik di bagian bawah, terdapat nodular-bedding, sebagian masif, kaya akan foraminifera, echinoid, cangkang moluska, fragmen alga merah, berukuran sedang-kasar, keadaan fragmen utuh sampai pecah-pecah dengan tekstur grain supported yang mengandung sedikit lumpur karbonat (Foto 5.4). Sayatan petrogtafi dari beberapa sampel (Lampiran C) memperlihatkan batugamping fasies ini bertekstur klastik, terpilah buruk, dan kemas terbuka. Butiran terdiri atas fragmen fosil berupa foraminifera, algae, moluska, koral, berbentuk utuh dan pecah-pecah; berukuran 0,2-3,2 mm; butiran detritus seperti fragmen kuarsa berukuran sedang-halus hadir mengambang di dalam matriks, matriks berupa lumpur karbonat, mulai terkristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (mikrit), semen spari kalsit dan mikrospar kalsit, porositas interpartikel dan intrapartikel. Foraminifera yang hadir yaitu: Alveollinella quoyi, Operculina spp., Lepidocyclyna spp., Borealis spp., Cibicides sp., Globorotalia siakensis, Gyrinoida sp., Orbulina sp., dan Ostracoda.
62
Foto 5.4 Singkapan batugamping fasies grainstone di Quarry B (E-136), terlihat batugamping dengan fosil foraminifera besar yang cukup banyak
Secara umum fasies grainstone ditemukan pada daerah paparan laut dangkal dengan lingkungan karbonat yang berenergi sedang atau nearshore carbonate dengan energi yang agak tinggi (Pringgoprawiro, 1977).
5.3.5 Fasies Corals Boundstone Fasies batugamping ini memiliki kenampakan berwarna abu-abu terang sampai abu-abu kecoklatan, terdiri atas koral yang terisi oleh lumpur karbonat, pecahan koral, foraminifera besar dan lain-lain (Foto 5.5 dan 5.6). Pada fasies ini terdapat branching corals, platy corals, yang terkadang tumbuh bersama red algae (onchoids), dominan masif dan beberapa berlapis dengan nodular-bedding. Berdasarkan korelasi yang dilakukkan pada core hasil pengeboran, fasies ini memiliki bentukan built up yang terisolasi dan memperlihatkan penyebaran lateral yang terbatasi (Noeradi, 1985).
63
Foto 5.5 Singkapan batugamping fasies boundstone: a) di utara PT Indocement, b) di Quarry E (E-127)
Foto 5.6 Singkapan batugamping fasies boundstone di Quarry A’ (E-375), terlihat tubuh koral yang menyusun fasies boundstone
Berdasarkan data core, fasies ini tersusun atas coral-algae boundstone dan coralfloatstone. Coral algae boundstone terbentuk oleh branching coral bafflestone, platy coral, dan red algae (onchoids), berwarna abu-abu terang, dominan masif dan sedikit berlapis dengan nodular bedding. Sayatan petrografi memperlihatkan sebagian besar terdiri atas coral frameworks dan potongan-potongan algae merah (onchoid), diantara coral framework kadang terdapat argillaceous lime-mud, hadir mikrit mengisi rongga dalam koral yang sebagian telah terekristalisasi. Sedangkan coral floatstone, berwarna abu-abu terang-gelap, tersusun atas platy corals yang berukuran besar, branching corals, dan massive head corals yang tertanam dalam argillacous lime-mud matrik. Sayatan petrografi dari hasil core memperlihatkan fasies ini 64
tersusun atas koral dan potongan alga merah yang mengambang di atas argillaceous lime-mud dengan sedikit kuarsa, sub-angular, sorting buruk, serta mengandung foraminifera besar dan millioids (Noeradi, 1985). Sayatan petrogtafi E-319 dan E-113 (Lampiran C), batugamping fasies boundstone memperlihatkan tekstur non-klastik, terdiri atas koral, foraminifera, algae, briozoa, berbentuk utuh dan sebagian pecah-pecah, butiran detritus seperti fragmen kuarsa berukuran sedang-halus, matriks berupa lumpur karbonat, mulai terkristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (mikrit), semen spari kalsit dan mikrospar kalsit, porositas interpartikel dan rekahan. Foraminifera yang hadir yaitu: Alveollinella quoyi (1,2-2,4 mm), Operculina spp., dan Globorotalia siakensis. Secara umum fasies boundstone menginterpretasikan coral-reef yang tumbuh di lingkungan dengan tingkat energi yang lemah. Pada fasies ini hadir mikritic argillaceous limemud sebagai matrik yang mengisi rongga pada koral (Noeradi, 1985).
5.4 Asosiasi Fasies Batugamping di Daerah Penelitian Penyederhanaan dalam penyebaran fasies dilakukan untuk menyederhanakan pemetaan sebaran fasies batugamping di daerah penelitian. Dengan pendekatan berdasarkan persebaran, asosiasi, kenampakan dan ciri fasies yang ada, maka keragaman fasies pada daerah penelitian dapat disederhanakan menjadi empat fasies asosiasi (Lampiran F-4), yakni: 1. Asosiasi Fasies Muddy Limestone 2. Asosiasi Fasies Claystone 3. Asosiasi Fasies Bioklastik Foraminifera Wackestone-Packstone-Grainstone, dan 4. Asosiasi Fasies Coral Boundstone
Sebaran asosiasi fasies ini kemudian dipetakan untuk mempermudah melihat penyebaranya secara lateral, pemetaan fasies lebih detail agak sulit dilakukan, sehingga untuk membatu melihat penyebaranya di buat diagram pagar (Gambar 5.5). Diagram tersebut memperlihatkan korelasi penampang stratigrafi (tanpa skala) yang di ambil dari sisi barat, selatan, dan timur (korelasi penampang W-S-E) pada Asosiasi Fasies Bioklastik WackestonePackstone-Grainstone.
65
Gambar 5.5 Korelasi penampang stratigrafi W-S-E pada Asosiasi Fasies Bioklastik Wackestone-
Packstone-Grainstone (tanpa skala)
Asosiasi Fasies Muddy Limestone Asosiasi Fasies Muddy Limestone tersebar di bagian tengah daerah PT Indocement. Sebaran asosiasi fasies ini diwakilkan oleh warna baby blue (Lampiran F4). Asosiasi Fasies Muddy Limestone menyusun lapisan Formasi Cibulakan Atas, dapat terbagi menjadi dua sub asosiasi fasies yaitu: Sub Asosiasi Fasies Bioklastik Foraminifera dan Sub Asosiasi Fasies Reef. Sub Asosiasi Fasies Bioklastik Foraminifera terdiri atas perlapisan antara fasies argillaceous mudstone, foraminifera wackestone, foraminifera packstone, dan foraminifera grainstone. Fasies argillaceous mudstone dan wackestone secara umum berwarna abu-abu gelap, mengandung foraminifera, pecahan cangkang moluska, terdapat struktur burrow, 66
dan terdapat mineral pirit, fasies foraminifera packstone dan foraminifera grainstone secara umum berwarna abu-abu gelap hingga terang, berlapis baik, terdapat nodular bedding, mengandug foraminifera, echinoid, cangkang moluska, fragmen algae, fragmen berukuran sedang-kasar, terdapat struktur cross bedding di bagian dasar, current ripple lamination di bagaian tengah, dan parallel lamination di bagian atas, terdapat juga struktur burrow. Sub Asosiasi Fasies Reef tersebar secara spoted dan terbatas, dicirikan dengan bentukan reef yang terisolasi di antara Sub Asosiasi Fasies Bioklastik. Sub Asosiasi Fasies Reef ini tersusun atas coral algae boundstone dan coral floatstone. Coral algae boundstone dibangun oleh branching corals, platy corals dan red algae (onchoid), berwarna abu-abu terang sampai agak kecoklatan, dominan masif dan sedikit berlapis dengan nodular bedding. Coral floatstone disusun oleh fragmen platy corals, branching corals, dan kadang terdapat massif head corals, tertanam dalam matrik argillaceous lime-mud, berwarna abu-abu gelap hingga hitam, terdapat nodular bedding.
Asosiasi Fasies Claystone Asosiasi Fasies Claystone tersebar di bagian tengah PT Indocement dan diwakili oleh warna hijau muda (Lampiran F-4). Asosiasi Fasies Claystone berwarna abu-abu gelap sampai kehijauan, mengandung calcareous-glaukonitik claystone, terdapat potongan-potongan gypsum, pada fasies claystone ini terdapat dua interbad dengan ketebalan mencapai 0,5 dan 1,5 meter, tersusun atas bioklastik foraminifera packstone dan terdapat struktur burrow. Dua interbeds yang tersusun atas foraminifera packstone sebagian besar terdiri atas foraminifera besar, cangkang moluska, dan echinoid, membundar tanggung, sorting baik, matrik tersusun atas mikrit.
Asosiasi Fasies Bioklastik Foraminifera Wackestone-Packstone-Grainstone Asosiasi Fasies Bioklastik Foraminifera Wackestone-Packstone-Grainstone tersebar di bagian barat-timur dan selatan PT Indocement dan diwakili oleh warna biru muda. Di bagian baratdaya asosiasi ini tersebar lebih luas dibandingkan di bagian timurlaut (Lampiran F4). Asosiasi Fasies ini terdiri atas batugamping fasies foraminifera packstone, fasies wackestone, dan fasies foraminifera grainstone, berwarna abu-abu gelap hingga abu-abu terang, berlapis baik di bagian bawah dengan lempung sebagai sisipan, gradual dengan bagian atas agak 67
masif, menunjukkan upward coarsening dan thickening sequence. Struktur sedimen paralel laminasi terlihat di bagian bawah diikuti oleh struktur current-ripple laminasi di bagian atasnya, dan pada bagian paling atas terlihat struktur yang lebih masif. Struktur sedimen sperti burrow juga hadir di fasies ini. Batugamping fasies ini tersusun atas foraminifera besar dan fragmen algae merah dengan butir yang membundar tanggung dan banyak mengandung cangkang moluska.
Asosiasi Fasies Coral Boundstone Asosiasi Fasies Boundstone tersebar di bagian paling luar dari daerah penambangan PT Indocement. Sebaran asosiasi ini diwakili oleh warna biru tua pada Peta Asosiasi Fasies (Lampiran F-4). Batugamping fasies boundstone menyusun bagian atas dari Formasi Parigi, sebagian besar merupakan batugamping masif dan sedikit berlapis. Batugamping ini tersusun coral bafflestone dan coral floatstone yang terdiri atas platy coral, branching coral, dan masif head corals yang tertanam dalam matrik karbonat (bafflestone). Sebaran fasies bafflestone dan floatstone tidak digambarkan lebih detail dalam Peta Asosiasi Fasies (Lampiran F-4) karena agak sulit untuk memetakan penyebaranya. Moluska hadir dalam framework batugamping ini, ciri lain adalah hadirnya rijang sebagai concresion. Pengamatan pertografi memperlihatkan bahwa fasies ini sebagian besar tersusun atas coral frame-work yang tertanam di dalam bioklastik matrik mudstone sampai wackestone dan mikrit yang mengisi rongga dalam coral.
5.5 Lingkungan Pengendapan Batugamping di Daerah Penelitian Berdasarkan identifikasi dari tipe fasies yang ditemukan dilapangan serta melihat pola distribusi sebaran dari fasies yang ada, maka dapat diperoleh gambaran model lingkungan pengendapan dari batugamping daerah penelitian. Lingkungan pengendapan fasies karbonat ini dibedakan satu sama lain berdasarkan model variasi lingkungan pengendapan terumbu laut dangkal yang dijelaskan oleh F.R.S. Henson pada tahun 1950 (Gambar 3.14). Korelasi pada penampang stratigrafi yang dibuat dari arah barat-selatan dan timur (Gambar 5.12 dan 5.13) dan sebaran asosiasi fasies pada peta (Lampiran F-4) menunjukkan sebaran Asosiasi Fasies Boundstone yang lebih tebal di bagian utara serta sebaran Asosiasi 68
Fasies Bioklastik Wackestone-Packstone-Grainstone yang lebih tebal di bagian selatan. Korelasi stratigrafi tersebut memperlihatkan bahwa fasies bioklastik wackestone, packstone, dan grainstone dari Formasi Parigi berubah menjadi fasies boundstone yang semakin tebal ke arah utara. Apabila hal tersebut dikaitkan dengan model lingkungan pengendapan batugamping, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin ke arah selatan, lingkungan pengendapanya semakin dalam atau dengan kata lain semakin ke arah selatan semakin menuju ke arah basin, sedangkan semakin ke arah utara, lingkungan pengendapan semakin mendangkal, berarti semakin ke arah utara akan semakin dangkal atau menuju ke arah daratan. Melihat pola yang ada, serta dihubungkan dengan model lingkungan fasies pengendapan batugamping, maka batugamping di daerah penelitian dapat diperkirakan merupakan lingkungan pengendapan karbonat landasan benua (shelf model), secara lebih detail termasuk ke dalam variasi model lingkungan open shoal reef sampai beranjak menuju fringing reef (Gambar 5.6).
Gambar 5.6 Variasi model lingkungan pengendapan batugamping, terdiri atas model open shoal reef dan fringing reef (menurut F.R.S. Hanson, 1950) 69
Pada Asosiasi Fasies Muddy Limestone, terlihat kaya akan mikrit dan matrik argillaceous mudstone, hal tersebut menujukkan bahwa kemungkinan fasies ini terendapkan pada lingkungan dengan tingkat energi yang rendah, seperti shelf system misalnya. Hadirnya coral boundstone dengan kehadiran mikrit dan argillaceous matrik yang mengisi rongga dalam koral juga menginterpretasikan bahwa pada saat itu terendapkan di lingkungan pengendapan dengan tingkat energi yang rendah. Asosiasi Fasies Claystone, kemungkinan terendapkan pada lingkungan dengan tingkat energi yang sedang-rendah, misalnya daerah lagoon yang berasosiasi dengan lingkungan mud-flat (Noeradi, 1985). Kedua asosiasi ini merupakan bagian dari Formasi Cibulakan Atas, dengan model lingkungan pengendapan yang sesuai adalah open shoal reef (Gambar 5.7, No.2). Asosiasi Fasies Bioklastik Foraminifera Wackestone, Packestone, dan Grainstone terendapkan pada saat Formasi Parigi terbentuk. Berdasarkan tekstur dan struktur sedimen dapat diperkirakan bahwa asosiasi fasies ini terbentuk di lingkungan dengan tingkat energi yang lebih tinggi, misalnya beach atau nearshore (Pringgoprawiro, 1977). Asosiasi Fasies Boudstone menyusun bagian atas dari Formasi Parigi, sebagian besar merupakan batugamping masif dan sedikit berlapis. Fasies ini menunjukkan lingkungan coral reef deposite, presentasi yang tinggi dari matrik bioklastik tidak sejalan dengan teori yang menjelaskan bahwa corals framework membutuhkan tempat tumbuh dengan air yang bersih, dan lingkungan yang tenang. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan yang lain dari fenomena ini, salah satu penjelasan yang dapat diterima adalah teori “strom” yang dikemukakan oleh Dr. Minke dari AMOCO INDONESIA, yang menjelaskan bahwa fenomena tersebut terjadi akibat adanya badai dalam air sehingga fasies ini kaya akan matrik bioklastik (Noeradi, 1985). Pada Kedua asosiasi ini, model lingkungan pengendapan yang sesuai kemungkinan adalah model variasi fringing reef (Gambar 5.7 No.1). Variasi model fringing reef dan open shoal reef tebagi atas beberapa zona. Pada variasi model fringing reef terdapat enam zona, yaitu: Zona Back-Reef Shoals, Zona Reef-Wall, Zona Reef Talus-Slope, Zona Fore-Reef Shoals, Zona Fore-Reef Transision, Dan Zona Fore Reef Basin. Variasi model open shoal reef terdiri atas empat zona, yaitu: Zona Open Litoral, Zona Open Reef-Shoals, Zona Fore-Reef Transisison, dan Zona Open Basin.
70
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dan dikaitkan dengan sejarah geologi daerah penelitian, dibuat sketsa pengendapan masing-masing asosiasi fasies agar mempermudah dalam melihat persebaran asosiasi fasies batugamping di daerah Gunung Kromong (Gambar 5.7).
Gambar 5.7 Sketsa pengendapan Asosiasi Fasies Batugamping daerah Gunung Kromong, dimulai sejak Kala Miosen Awal-Miosen Tengah 71