Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI
5.1 PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
5.1.1 Perhitungan Dimensi Saluran Tersier
Saluran tersier tidak direncanakan sebagai jalur navigasi sehingga perhitungan dimensi untuk salutan tersier berdasarkan kebutuhan untuk pembuangan air. Kapasitas saluran tersier dihitung berdasarkan beban limpasan yang berasal dari curah hujan maksimum 3 harian berurutan untuk periode ulang 10 tahunan yang harus dapat dialirkan selama 3 hari. Besar hujan harian maksimum 3 harian = 202 mm, dengan menganggap bahwa penguapan = 50% x evapotranspirasi = 50% x 4 mm/hari = 2 mm/hari. Jadi untuk 3 harian berurutan, penguapan = 6 mm/hari.
Besarnya debit per ha adalah :
q
(202 6) u 10 4 3 u 24 u 3600
7,56 l/det/ha
Ambil q = 8 l/det/ha. Luas daerah tangkapan sebuah saluran tersier, A = 4,0 ha, sehingga debit yang mengalir pada saluran tersier sebesar :
Q
8*4
32 l / det
Q
0,032 m 3 / det
Saluran tersier direncanakan berbentuk persegi panjang dengan mengambil lebar 0,6 meter dan dengan membatasi kecepatan maksimum sebesar 0,1 m/det, sehingga dapat dihitung tingggi air dalam saluran tersier : y
Q (v u b )
0,032 (0,1 u 0,6)
0,55m
tinggi jagaan diambil 100 cm. Jadi kedalaman saluran tersier adalah = 1,55 m
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
51
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Gambar 5.1 Saluran Tersier Kemiringan dasar saluran dapat dihitung berdasarkan rumus Manning : v
2 1 1 u R 3 u S 2 , atau n
S
§vun· ¨ 2/3 ¸ ©R ¹
S
§ 0,1 u 0,035 · ¨ ¸ ¨ 0, 6u0,53 2 / 3 ¸ © 0, 6 2u0,53 ¹
2
2
§ 0,0035 · ¨¨ ¸ 2/3 ¸ © 0,191 ¹
2
1,11 u 10 4
Karena panjang saluran tersier hanya direncanakan 500 meter dan terbuka pada kedua ujungnya, maka dasar saluran dapat dibuat horizontal.
5.1.2 Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder
Perhitungan dimensi saluran sekunder didasarkan pada alternatif antara kebutuhan navigasi dan penyimpanan air serta dicek terhadap kriteria untuk kebutuhan pembuangan. Lebar sebuah perahu = 3,0 m dengan kedalaman draf = 0,75 m. Tinggi jagaan = 0,5 m dan tinggi cadangan untuk sedimen = 0,25 m, sehingga kedalaman minimum muka air di saluran sekunder sebesar : y
0,75 0,5 0,25 1,5 m
Tinjauan terhadap kriteria untuk kebutuhan pembuangan air dan navigasi : Luas areal satu sekunder = 500 m x 5000 m = 250000 m2 = 250 ha Besarnya debit per ha = 8 l/det/ha Sehingga debit yang mengalir sebesar : Q
8 u 250
Q
2 m 3 / det
2000 l / det
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
52
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) Sedangkan untuk saluran sekunder, kecepatan maksimum yang diijinkan, v = 0,3 m/det. Dengan demikian dapat dihitung luas basah saluran menurut kebutuhan drinase adalah : A
2 0,3
6,67 m 2
Untuk kebutuhan navigasi lebar saluran = 4.0 m sehingga memungkinkan dipakai ponton berukuran lebar 3.0 m. Selanjutnya dimensi saluran sekunder adalah sebagai berikut : Lebar dasar = 4,0 m Kemiringan talud = tegak atau 1 : 2 Kedalaman saluran = 2,5 m ditambah timbunan 0,5 m
Cek kebutuhan luas basah saluran terhadap kebutuhan drainase : Saluran dengan talud tegak : 2,5 x 4 = 10 m2
> 6,25 m2
OK !
Saluran dengan talud 1 : 2 : 2,5 x (4+0,5*2,5) = 13,125 m2 > 6,25 m2
OK !
Gambar 5.2 Dimensi Saluran Sekunder
5.1.3 Perhitungan Dimensi Saluran kolektor
Saluran kolektor direncanakan dapat dilewati satu buah kapal motor/ponton dari satu arah. Lebar dasar saluran kolektor adalah 4,0 m dengan kemiringan tegak. Sehingga dimensi minimal saluran kolektor adalah sebagai berikut : Lebar dasar = 4,0 m Kemiringan talud = tegak Kedalaman saluran = 4,0 m
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
53
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
Gambar 5.3 Saluran Kolektor 5.1.4 Perhitungan Dimensi Kanal Utama (Saluran Primer)
Saluran primer direncanakan dapat dilewati oleh dua buah kapal motor / ponton dari dua arah secara berpapasan. Lebar sebuah perahu = 3.0 m dan diharapkan 2 perahu dapat berpapasan dengan sebuah perahu parkir. Apabila terjadi penyempitan saluran kiri-kanan masing – masing 1 meter, maka lebar basah perlu : T = 3x3m + 2x2 m + 2x1m + 2x1m T = 17 m Dan lebar dasar saluran dibuat 10,0 m dengan kemiringan talud 1:1. Bobot ponton adalah 25 ton dengan draf 1,5 m dan untuk kelonggaran pengendapan lumpur serta penggalian 1,0 m sehingga kedalaman air minimal 2,5 m. Jadi dimensi yang dibuat untuk kanal utama adalah : Lebar dasar saluran = 10,0 m Kemiringan talud = 1:1 Kedalaman air = 3,5 m (disesuaikan dengan kebutuhan navigasi)
Gambar 5.4 Dimensi Saluran Primer Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
54
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) 5.2 PERHITUNGAN JARAK ANTAR SALURAN DRAINASE
Perencanaan drain spacing didasarkan pada asumsi bahwa muka air tanah diusahakan berkisar antara 70 - 100 cm dibawah permukaan tanah. Fasilitas pengatur muka air tanah berupa saluran sekunder, yang dilengkapi dengan stop log pada hilirnya, dan saluran tersier.
Jarak antara saluran sekunder diambil 500 m. Pengambilan jarak ini selain memperhatikan aspek hidraulis, juga memperhatikan kemudahan petani dalam membawa kelapa dari tengahtengah lahan ke tepi saluran.
Saluran tersier selain membantu saluran sekunder dalam menjaga elevasi muka air, juga sangat berperan untuk mempercepat pembuangan beban limpasan berlebihan dan menurunkan muka air tanah pada saat-saat hujan. Air yang jatuh di lahan diharapkan seluruhnya merembes ke dalam tanah. Kemudian bergerak sebagai aliran air tanah menuju ke saluran tersier. Dimensi saluran tersier setelah pemadatan mempunyai kedalaman 1,55 m dengan lebar 0,6 m. Besarnya debit q adalah 8 l/det/ha.
Perhitungan Jarak Drainase Menggunakan Persamaan Ernst Persamaan Ernst untuk tanah yang homogen. h
q
D L L2 yh q q ln 0 SK u 8KD K
Keterangan dilihat pada gambar di bawah.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
55
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) Keliling basah saluran : u =b + 2y = 0,6 + 2 (0,55) = 1,7 m
Perhitungan drain spacing dilakukan untuk berbagai harga H sesuai dengan kedalaman lapisan kedap air pada lahan yaitu antara 2.5 m hingga 7 m. Tinggi tekan total h diambil sebesar 0,3 m dari muka air di saluran. Tabel 5.1 Perhitungan Drain Spacing menurut Metode Ernst H 2.5 3 4 5 6 7
q 0.0692 0.0648 0.0692 0.0692 0.0692 0.0692
y 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
h 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
K 47.8 47.8 47.8 47.8 47.8 47.8
D 2.1 2.6 3.6 4.6 5.6 6.6
D0 1.95 2.45 3.45 4.45 5.45 6.45
u=b+2y 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7
L 58.6 66.6 74.0 81.7 88.3 93.8
Perhitungan Jarak Drainase Menggunakan Persamaan Hooghoudt
Persamaan Hooghoudt untuk tanah homogen dimana dasar saluran tidak mencapai lapisan kedap. L2
8 KDe h 4 Kh 2 q
Keterangan dapat dilihat pada gambar dibawah .
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
56
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) Tabel 5.2 Perhitungan Drain Spacing menurut Metode Hooghoudt H 2.5 3 4 5 6 7
q 0.0648 0.0648 0.0648 0.0648 0.0648 0.0648
De 0.95 1.45 2.45 3.45 4.45 5.45
h 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
K 47.8 47.8 47.8 47.8 47.8 47.8
L^2 1947.407 2832.593 4602.963 6373.333 8143.704 9914.074
L 44.129 53.222 67.845 79.833 90.242 99.569
Berdasar table perhitungan diperoleh drain spacing antara 44.129 m hingga 99.569 m. Saluran tersier selain berfungsi sebagai penampung air juga berfungsi sebagai batas petak lahan.Oleh karena itu dengan mempertimbangkan kemudahan dan efisiensi lahan, maka jarak antar saluran tersier diambil sebesar 85 m.
Gambar 5.5 Denah Saluran Tersier
5.3 PERENCAAN BANGUNAN AIR 5.3.1 Pengatur Tinggi Muka Air
Tinggi muka air baik disaluran primer, saluran semi primer maupun saluran sekunder dapat diatur dengan batas-batas tertentu oleh bangunan-bangunan pengatur yang dapat bergerak ataupun yang tetap. Beberapa tipe bangunan tersebut anatar lain stop-log (skot balok) yang ditempatkan pada ujung saluran sekunder dan pintu air dengan pintu bilas yang ditempatkan pada saluran primer.
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
57
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) Perencanaan Hidraulis meliputi : 5.3.4.1 Ukuran Stop-Log Aliran pada stop-log dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan tinggi debit sebagai berikut : Q Cd u Cv u 2 3 u 2 3 u g u b u h11,5 Dimana : Q = debit, m3/det Cd = koefisien debit Cv = koefisien kecepatan datang g = percepatan gravitasi, 9,81 m/det2 b = lebar bersih, m h1 = kedalaman air di atas stop-log, m dengan Hl = h1 + V2/2g, dimana V adalah approach velocity adaloah faktor yang yang sangat mempengaruhi Cd. Karena kecepatan datang yang menuju pelimpah h1 stop-log biasanya rendah, 0,35 dimana p1 adalah tinggi pintu stop(h1 p1) log. Tinggi muka air di hulu dapat diatur dengan menempatkan satu atau lebih stoplog. Pengaturan langkah demi langkah ini dipengaruhi oleh tinggi stoplog.ketinggian yang cocok untuk balok adalah 0,2 meter. 5.3.4.2 Keamanan Dari penggerusan Lokal Untuk menjaga agar dasar saluran di hilir setiap pelimpah terhindar dari bahaya penggerusan lokal, maka mutlak perlu adanya perkuatan. Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan head antara hulu dan hilir bangunan tersebut. Untuk perencanaan stop-log pada saluran sekunder, digunakan kombinasi antara balok dan papan yang penggunaannya didasarkan kebutuhan. Panjang lantai dihitung berdasarkan pada besarbya bilangan D. q2 D g u h2 Ld 4,3 u D 0, 27 h Yp D 0, 22 h Y1 0,54 u D 0, 425 h Y2 1,66 u D 0, 27 h Dimana :
q = debit per satuan lebar h = beda elevasi antara hulu dan hilir Ld = Panjang terjunan Y1 = kedalaman air di hilir saat sampai di lantai Y2 = tinggi air loncat
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
58
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) 5.3.5
Perhitungan Konstruksi Stop-Log
Perhitungan hidraulis bangunan stop-log pada saluran sekunder adalah sebagai berikut : 5.3.5.1 Perencanaan Ukuran Balok Stop-Log dimaksudkan hanya sebagai pengatur elevasi muka air di saluran sekunder.
Debit saluran sekunder terdiri dari 2 kondisi, yaitu untuk kondisi saluran datar luas daerah tadah, A = 250 ha/2 = 125 ha dan untuk kondisi saluran miring luas daerah tadah, A = 250 ha. Dengan q = 8 lt/det/ha atau 0,008 m3/det/ha. Maka untuk kondisi saluran datar (kondisi 1): Debit = 125 ha x 0,008 m3/det/ha = 1 m3/det Q Cd u Cv u 2 3 u 2 3 u g u b u h11,5 1 = 1,05 x 1,0 x 2/3 x (2/3 x 9,81)0,5 x 3,3 x h11,5 h1 = 0,31 m h p U u g u (H ) u h 2 0,2 p 1000 u 9,81 u (2,11 ) u 0,2 2 p 3943,62 N / m
Dimensi Balok M = 1/8 x p x l2 M = 1/8 x 3943,2 x 3,32 M = 5367,68 Nm
V
My ambil dimensi balok h = 20 cm dan b = 14 cm l
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
59
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1)
V V V
5367,68 u 0,14 2 1 u 0,2 u 0,143 12 8215836,73N / m 2
82,1 kg/cm2 < V kayu kelas II = 100 kg/cm2 Maka kayu yang digunakan untuk kondisi 1 adalah h = 20 cm, t =14 cm, dan panjang = 350 cm. Untuk kondisi untuk kondisi saluran miring (kondisi 2) : Debit = 250 ha x 0,008 m3/det/ha = 2 m3/det Q Cd u Cv u 2 3 u 2 3 u g u b u h11,5 2 = 1,05 x 1,0 x 2/3 x (2/3 x 9,81)0,5 x 3,3 x h11,5 h1 = 0,48 m h p U u g u (H ) u h 2 0,2 p 1000 u 9,81 u (2,28 ) u 0,2 2 p 4277,16 N / m Dimensi Balok M = 1/8 x p x l2 M = 1/8 x 4277,16 x 3,32 M = 5822,28 Nm
V V V V
My ambil dimensi balok h = 20 cm dan b = 14 cm l 5822,28 u 0,14 2 1 u 0,2 u 0,143 12 8911659,26 N / m 2
89,1 kg/cm2 < V kayu kelas II = 100 kg/cm2 Maka kayu yang digunakan untuk kondisi 2 adalah h = 20 cm, t =14 cm, dan panjang = 350 cm. Jadi balok yang digunakan untuk dua kondisi di atas adalah sama, yaitu h = 20 cm, t = 14 cm dan panjang = 350 cm 5.3.5.2 Perencanaan Lantai dasar Stop-Log Untuk menghindari terjadinya penggerusan setempat di hilir stop-log, maka lantai dasar perlu diperkuat. Lantai dasar terdiri dari lantai muka dan lantai hilir. Lantai muka ditujukan untuk memperpanjang creep sehingga kemiringan energi subflow lebih kecil. Dengan demikian gaya uplift dapat tereduksi. Lantai hilir terutama ditujukan untuk menghindari gerusan setempat akibat air yang melimpah dari mercu stop-log. Panjang lantai hilir dihitung berdasarkan enam keadaan, yaitu untuk beda elevasi dasar hulu dan hilir, h = 0,0 ; h = 0,5 ; h = 1,0 ; h = 1,5 ; h = 2,0 ; dan h = 2,5. 60 Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) Kondisi Paling Kritis Pada Stop-Log
Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut : Luas areal 1 sekunder, A = 250 ha, modulus drainase = 8 lt/dt/ha maka debit yang mengalir Q = 2 m3/det. Karena lebar stop-log efeltif adalah 3,3 m maka q = 0,6061 m3/det/m. 0,60612 q2 0,2996 m D g u h3 9,81 u 0,53 Ld
4,3 u D 0, 27 u h
Yp
D 0, 22 u h
Y1
0,54 u D
Y 2 1,66 u D
4,3 u 0,29960, 27 u 0,5 1,5527 m
0,29960, 22 u 0,5
0 , 425 0 , 27
uh
uh
m
0,3835
0,54 u 0,2996 1,66 u 0,2996
0 , 425
0 , 27
u 0,5
u 0,5
0,1618 0,5994
m m
q Y1
0,6061 3,7468 m / det 0,1618 3,7468 V1 2,97 F1 9,81 u 0,1618 g u Y1 Dari grafik diperoleh harga L = 0,767 m , maka untuk h = 0,5 m didapat harga Ltot = 2,3197 m V1
Perhitungan untuk h yang lainnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : q (m3/det/m) 0,6061 0,6061 0,6061 0,6061 0,6061
h (m) 0,5 1 1,5 2 2,5
D (m) 0,2996 0,0374 0,0111 0,0047 0,0024
Ld (m) 1,5527 1,7713 1,9132 2,0206 2,1081
Yp (m) 0,3835 0,4855 0,5572 0,6145 0,6629
Y1 (m) 0,1618 0,1337 0,1196 0,1105 0,1039
Y2 (m) 0,5994 0,6838 0,7386 0,7801 0,8138
V1 (m/det) 3,7468 4,5336 5,0684 5,4857 5,8328
F1 2,97 3,96 4,68 5,27 5,78
L (m) 0,7670 0,9575 1,0699 1,1320 1,1986
L+Ld (m) 2,3197 2,7288 2,9831 3,1526 3,3067
Dengan pertimbangan keamanan maka panjang lantai dasar yang terbuat dari kayu dengan berbagai harga h adalah sebagai berikut : h = 0,0 m Æ Ld + L = 1,5 m h = 0,5 m Æ Ld + L = 2,5 m 61 Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) h = 1,0 m h = 1,5 m h = 2,0 m h = 2,5 m
Æ Ld + L = 3,0 m Æ Ld + L = 3,5 m Æ Ld + L = 4,0 m Æ Ld + L = 4,5 m
5.3.6 Perencanaan Pintu Air/Over Flow Pada Saluran Primer (Kanal Utama) 5.3.6.1 Perhitungan Tinggi Pintu
Untuk menjaga keadaan tinggi muka air dan debit pada kanal utama agar sesuai dengan kriteria yang diinginkan, maka perlu dibuat bangunan pengatur tinggi muka air. Bangunan yang sesuai untuk keadaan tersebut di atas adalah pintu sorong dengan dengan beberapa pintu yang berfungsi selain mengatur tinggi muka air juga dapat digunakan sebagai pintu bilas. Kriteria pendekatan yang digunakan untuk menentukan lokasi bangunan adalah berdasarkan daerah-daerah yang kemiringannya sangat curam dimana akan terjadi pengurangan tinggi muka air dan pertambahan kecepatan, sedangkan agar sarana transportasi tetap bisa berjalan, maka dibuat saluran relokasi (disversion) di sekitar daerah bangunan tersebut. Adapun lokasi dari pintu sorong adalah sebgai berikut : Lokasi I : KUT – I (km 5 dari muara sungai) Untuk mencari panjang back water dan tinggi muka air tepat di depan mercu digunakan metode tahapan langsung, dengan data-data sebagai berikut : Loksi KUT – I : Luas daerah tadah Besarnya debit Koefisien Kekasaran, n Kemiringan, So Lebar saluranm, b Talud
= 9000 x 10000 = 9000 ha = 9000 x 0,008 = 72 m3/det = 0,022 = 0,001 = 10 m =1:1
Agar kedalaman saluran kembali pada kedalaman semula Yn = 3,5 mpada jarak back water 1500 m (panjang saluran relokasi untuk transportasi kapal/perahu), maka tinggi muka air yang terjadi tepat didepan pintu adalah 4,79 m. Pintu direncanakan menggunakan plat baja. Dari hasil perhitungan maka didapat tinggi pintu sebesar 3,197 m | 3,2 m
5.3.6.2 Perhitungan Panjang Lantai Dasar
Perhitungan lantai dasar sama seperti pada lantai dasar stop-log, dengan harga-harga parameter sebagai berikut : Luas areal KUT – I, A = 9000 ha dengan modul drainase q = 8 lt/det/ha maka debit yang mengalir melalui pintu Q = 72 m3/det dikurangi dengan debit yang melalui saluran relokasi. Debit yang melalui saluran relokasi : Lebar saluran, b = 6,0 m Tinggi muka air, H = 2,5 m Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
62
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) Kemiringan, Koefisien kekasaran,
S = 2/1500 = 0,0013 n = 0,029 (2,5 u 6) 1,36 Maka diperoleh : R = (2 u 2,5 6) 1 u R 2 / 3 u S 1 / 2 = 1,548 m/det V n Q = V x A = 1,548 x (6 x 2,5) = 23,22 m3/det Jadi debit yang melalui pintu adalah Q = 72 – 23,22 = 48,78 m3 /det Karena lebar pintu efektif adalah 10 m, maka q = 4,87 m3/det/m q2 4,87 2 D 0,2094 m g u h3 9,81 u 23 Ld
4,3 u D 0, 27 u h
Yp
D 0, 22 u h
Y1
0,54 u D
Y 2 1,66 u D
4,3 u 0,20940, 27 u 2
0,20940, 22 u 2 1,46
0 , 425 0 , 27
uh
uh
0,54 u 0,2094 1,66 u 0,2094
5,63 m
m 0 , 425
0 , 27
u2
u2
0,55 2,17
m m
q Y1
4,87 8,85 m / det 0,55 V1 8,85 F1 3,61 g u Y1 9,81 u 0,55 Dari grafik diperoleh harga L = 2,01 m , maka untuk h = 2,0 m didapat harga Ltot = 7,64 m Lantai direncanakan terbuat dari plat baja ditambah dengan pemasangan endsill dan floorblock yang diharapkan dapat mengurangi panjang lantai sampai 30% atau Ltot = 5,34 m | 5,5 m V1
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
63
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) 5.3.7 Perhitungan Struktur Pintu Saluran Relokasi
Pengaturan aliran pada saluran relokasi berupa pintu sorong yang terbuat dari baja. Tinggi pintu, h = 3,0 m Lebar tiap pintu, b = 4,0 m dengan lebar efektif = 3,7 m Banyaknya segmen perkuatan, n = 4 Jarak gaya-gaya yang bekerja pada pintu adalah : y1 = 1 m y2 = 1,828 m y3 = 2,368 m y4 = 2,804 m maka untuk masing-masing jarak y didapatkan harga gaya yang sama sebagai berikut : P = 0,5 x Ȗ x (Xi2 – Xi-12) = 0,5 x 1 x (2,50)2 = 1,13 t/m Digunakan beam WF 100x100 unuk menahan gaya tersebut di atas dengan : h = 100 mm b = 100 mm A = 11,85 cm2 Ix = 187,0 cm4 E = 2100000 kg/cm2 W = 9,3 kg/m Momen yang terjadi : M = 1/8 x P x b2 = 0,214 t m < V = 1600 kg/cm2 ı = My/I = 279,25 kg/cm2 į = 5 Pb4 / 384EI = 0,421 mm < G = b/360 = 3,426 mm Pada arah vertikal diberi plat dengan t = 10 mm, h = 100 mm, sehingga gaya yang terjadi : P = 0,5 x Ȗ x y x t = 0,62 t/m M = Pl2 / 9 3 = 0,0396 t m I = 1/12 x t x h3 = 83,33 cm4 ı = My/I = 237,355 kg/cm2 į = 5 Pb4 / 384EI = 0,459 mm < G = 953/360 = 2,778 mm (OK) Berat pintu : Beam horizontal Beam vertikal Pelat pintu Pelat rangka
= 5 x 3,8 x 17,2 = 2 x 3 x 17,2 = 3 x 4 x 0,008 x 7850 = 2x2,25x0,01x0,1x7850 W1
= 326,80 kg = 103,20 kg = 753,60 kg = 35,39 kg + = 1218,99 kg
Gaya Hidrostatis : W2 = f x 0,5 x J x h2x b f = koefisien gesekan antara air dan plat = 0,15 W2 = 0,15 x 0,5 x 3,02 x 3,7 = 2497,50 kg Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
64
Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) W total = W1 + W2 = 3716,49 kgBalok yang dipakai adalah sama dengan tiang yang akan dipakai, yaitu berupa pipa baja dengan ĭ = 12” dengan t = 10 mm. q = ¼ x ʌ x (D2 – d2) x Bj q = 72,665 kg/m I = ʌ/64 (D4 – d4) = 100067,49 cm4 M = ¼ x W x l + 1/8 x q x l2 = 3861,818 kg m
Aqri Chandra Kriswanto (15002010) Eka Susanto (15002095)
65