BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah corporate governance mempengaruhi
pengungkapan
informasi,
apakah
ukuran
perusahaan
mempengaruhi pengungkapan informasi nan, apakah leverage mempengaruhi pengungkapan informasi, apakah ukuran perusahaan mempengaruhi hubungan corporate governance dengan pengungkapan informasi, dan apakah leverage mempengaruhi
hubungan
corporate
governance
dengan
pengungkapan
informasi. Penelitian ini mereplikasi penelitian terdahulu oleh Mintara (2008), tetapi dengan menambahkan dua variabel moderat yaitu ukuran perusahaan dan leverage. Penelitian ini mengajukan lima hipotesis untuk dibuktikan. Berdasarkan hasil uji statistik dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa corporate governance, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap pengungkapan informasi. Hasil
hipotesis
pertama
menyatakan
bahwa
variabel
corporate
governance tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengungkapan informasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khomsiyah (2003) dan Mintara (2008). Hal ini bisa disebabkan karena variabel pengungkapan informasi yang digunakan pada penelitian ini adalah item yang wajib diungkapan dalam laporan tahunan berdasarkan peraturan Bapepam serta beberapa item sukarela. Karena item yang digunakan sebagian besar
pengungkapan wajib, maka perusahaan sampel dalam penelitian ini harus dan berusaha mengungkapkan item tersebut guna mematuhi ketentuan Bapepam. Jadi, tinggi rendahnya indeks corporate governance tidak berpengaruh signifikan pada pengungkapan informasi. Hasil pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
pengungkapan
informasi. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin banyak informasi yang diungkapkan. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Almalia & Retrinasari (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh pada pengungkapan informasi wajib serta pengungkapan informasi (wajib dan sukarela) pada perusahaan manufaktur dan Puspitasari (2010) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan tingkat pengungkapan laporan tahunan. Biaya pengungkapan informasi secara detail pada perusahaan besar diakumulasikan untuk pelaporan internal kepada manajemen tingkat atas, sehingga pengungkapan informasi yang mendetail tidak terlalu membebani mereka. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khomsiyah (2003) dan Mintara (2008). Hasil pengujian hipotesis ketiga menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi. Ketidakkonsistenan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dikarenakan, penelitian ini menggunakan sampel pada seluruh jenis perusahaan termasuk perusahaan keuangan yaitu perbankan. Setiap jenis industri memiliki rasio leverage tertentu yang dianggap aman dan wajar. Penggunaan sampel perusahaan yang tidak berdasarkan jenis industri tertentu membuat varians data rasio leverage yang berbeda-beda serta nilai minimumnya sebesar 21,45% yang bernilai sangat jauh dari nilai maksimum sebesar 1207,17%, dengan standar
deviasinya yaitu sebesar 388,948% yang lebih besar dari nilai rata-rata (mean) sebesar 355,092%. Hasil pengujian hipotesis keempat yaitu interaksi antara variabel ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi antara hubungan corporate governance dan pengungkapan informasi menunjukkan hasil yang
tidak
signifikan.
Perusahaan besar maupun kecil ketika go public maka mereka akan menjadi sorotan publik dan berada di bawah pengawasan lembaga pemerintahan atau bursa efek sehingga akan menjalankan corporate governance yang baik. Karena keseluruhan perusahaan publik wajib menerapkan corporate governance yang baik atau minimal sesuai dengan aturan Bapepam terlepas dari ukuran perusahaan baik besar ataupun kecil, maka ukuran perusahaan tidak mempengaruhi hubungan antara corporate governance dan pengungkapan informasi. Hasil pengujian hipotesis kelima yaitu interaksi antara variabel leverage sebagai variabel moderasi antara hubungan corporate governance dan pengungkapan menunjukkan
informasi bahwa
menunjukkan
variabel
leverage
hasil
yang
bukanlah
tidak variabel
signifikan. yang
Ini
dapat
memengaruhi hubungan antara corporate governance dan pengungkapan informasi. Ketika kreditur memberikan pinjaman mereka sebelumnya telah menilai kondisi dan tata kelola (corporate governance) perusahaan yang menyebabkan kreditur bersedia memberikan pinjaman dengan kontrak utang tertentu. Karena kondisi tata kelola perusahaan sudah berada pada tahap yang baik dan memuaskan kreditur, perusahaan merasa cukup untuk menjaga level atau tingkatan corporate governancenya sama seperti pada saat akan memperoleh pinjaman. Dengan tingkatan corporate governance yang tetap, maka pengungkapan informasi juga berada pada tahap tetap dan tidak berubah.
5.2 Saran untuk Penelitian Selanjutnya Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang dapat diajukan untuk penelitian berikutnya adalah sebagai berikut : a. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran indeks corporate governance lain yang dapat diterapkan pada semua perusahaan, sehingga bisa memperoleh sampel yang lebih banyak. Seperti
menggunakan
item-item
corporate
governance
pada
perusahaan yang direduksi dengan analisis faktor. b. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan item pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan yang lebih mencerminkan kebutuhan investor akan suatu informasi serta item pengungkapan wajib pada laporan keuangan dan mengukur pengaruh corporate governance terhadap masing – masing pengungkapan yaitu pengungkapan wajib dan sukarela. c. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan daftar item informasi dengan pembobotan. Sehingga item informasi diperlakukan berbeda dengan membedakan relatif pentingnya item informasi tersebut dalam pengambilan keputusan. d. Peneliti selanjutnya dapat mengkhususkan penelitian pada jenis-jenis industri tertentu serta sebaiknya tidak menggunakan variabel leverage bila mengambil sampel perusahaan pada semua jenis industri dengan mempertimbangkan bahwa tiap-tiap industri memiliki rasio leverage tertentu yang dianggap wajar dan aman. Sehingga tiap industri memiliki tingkat leverage minimum yang berbeda satu sama lain.
e. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan beberapa variabel yang berpengaruh terhadap pengungkapan informasi untuk dijadikan variabel moderasi seperti rasio likuiditas ataupun regulasi.
5.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini sendiri memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu sebagai berikut. a. Pengukuran kualitas corporate governance berdasarkan pada pemeringkatan survei yang dilakukan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance sehingga belum representatif mencerminkan kualitas corporate governance secara keseluruhan pada perusahaan yang listing di bursa efek Indonesia. b. Sampel penelitian masih terbatas, sebab terbatasnya perusahaan yang bersedia dinilai oleh Institute for Corporate Governance untuk masuk dalam pemeringkatan CGPI (corporate governance perception index). c. Sampel penelitian mengambil sampel untuk semua jenis industri termasuk industri keuangan yaitu perbankan, sehingga sulit untuk melihat pengaruh variabel tingkat Ieverage sesuai hipotesis sebab tiap industri memiliki tingkat leverage yang berbeda-beda. d. Indeks pengungkapan informasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai ukuran pengungkapan informasi ditentukan atas dasar penilaian atau interpretasi peneliti setelah membaca dan mengamati laporan tahunan sampel sehingga masih bersifat subyektif.
e. Penelitian ini menggunakan daftar item informasi tanpa pembobotan. Masing-masing
item
informasi
diperlakukan
sama
tanpa
membedakan relatif pentingnya atau kualitas item informasi tersebut dalam pengambilan keputusan. f.
Penelitian ini hanya menggunakan item pengungkapan agregat dalam laporan tahunan (annual report) yaitu pengungkapan wajib dalam laporan tahunan berdasarkan peraturan Bapepapam (Kep134/BL/2006) dan item pengungkapan sukarela yang digunakan oleh Nugrahani (2010) yang sebagian besar telah masuk ke dalam pengungkapan wajib, hingga item pengungkapan sukarela hanya sedikit dan kurang mencerminkan item informasi yang diinginkan investor ataupun publik.