BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Secara
garis
besar
kalimat
imperatif
bahasa
Indonesia
dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu: kalimat imperatif yang sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan. Kemudian, dapat diketahui juga bahwa inti dari kalimat imperatif tersebut terletak pada Verbanya. Semua jenis Verba yang ada dalam bahasa Indonesia, yaitu verba transitif, verba intransitif, dan verba pasif digunakan dalam kalimat imperatif. Selanjutnya, ditemukan juga pola-pola pembentukkan kalimat imperatif bahasa Indonesia sebagai berikut: bentuk Verba dasar, Verba + Frase Adverbia, Verba + Frase Nomina, Verba + Nomina + Adverbia, Verba + Frase Preposisi, dan Verba + Nomina + Frase Preposisi. Salah satu cara untuk memperhalus perintah yang terkandung dalam kalimat imperatif tersebut yaitu dengan menambahkan partikel –lah pada Verbanya. Dalam kalimat persilahan, bentuk penandanya adalah dengan menggunakan kata silakan di awal kalimat. Kemudian, dalam kalimat diajakan ditandai dengan penggunaan kata ayo, ayolah, mari, dan marilah di awal kalimatnya. Dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia, selain berbentuk kalimat imperatif positif, juga terdapat kalimat imperatif negatif yang dapat diartikan
98
99
sebagai suatu larangan untuk tidak melakukan sesuatu hal, sehingga disebut sebagai kalimat larangan. Kalimat imperatif negatif yang berisikan larangan biasanya ditandai dengan adanya kata jangan, dan janganlah. Sama halnya seperti kata penanda perintah yang sebelumnya, semua penanda kalimat imperatif larangan tersebut letak atau posisinya juga selalu berada di awal kalimat dan tidak dapat dipindah-pindahkan lagi posisinya ke bagian tengah maupun akhir dari kalimat imperatif tersebut. Lebih lanjut, ditemukan juga beberapa kata yang dapat digunakan sebagai kata penghalus perintah dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia seperti: tolong, mohon, coba, dan harap. Beberapa kata yang berfungsi untuk memperhalus kalimat imperatif tersebut selalu berada di awal kalimat dan tidak bisa dipindahkan posisinya ke bagian tengah maupun akhir kalimatnya karena hal itu akan mengakibatkan struktur kalimat yang semula sudah gramatikal menjadi tidak gramatikal lagi. Selanjutnya, dapat disimpulkan juga bahwa ada tiga jenis kalimat imperatif bahasa Inggris, yaitu: commands, prohibition, dan persuasive imperatives. Commands dan persuasive imperatives merupakan bentuk kalimat imperatif positif, sedangkan prohibition merupakan bentuk kalimat imperatif negatifnya. Berkaitan dengan jenis-jenis Verba yang digunakan dalam kalimat imperatif bahasa Inggris ini, penulis membaginya menjadi empat bagian, yaitu: Lexical Verbs, Phrasal Verbs, Auxiliary Verbs (be-), dan Imperative Particle (let’s). Pola-pola pembentukkan kalimat yang menggunakan Lexical Verbs adalah sebagai berikut: Verb base form (bentuk Verba dasar), Verb + Adverb, Verb + Noun Phrase, dan Verb + Prepositional Phrase. Kemudian, ditemukan ada dua
100
buah penanda negatif dalam kalimat imperatif bahasa Inggris berjenis prohibition yaitu do not (don’t) dan let’s not. Sesuai dengan struktur gramatikal yang benar dalam struktur kalimat bahasa Inggris, maka posisi dari penanda negatif tersebut selalu berada di depan Predikatnya dan tidak dapat dipindah-pindahkan lagi posisinya karena hal itu akan mengakibatkan struktur kalimat yang semula sudah gramatikal menjadi tidak gramatikal lagi. Selain penanda negatif, dalam kalimat imperatif bahasa Inggris juga terdapat suatu kata yang berfungsi sebagai penanda untuk menghaluskan perintah yang terkandung dalam kalimat imperatif bahasa Inggris tersebut yaitu kata please. Posisi atau letak dari kata please dalam struktur kalimat imperatif bahasa Inggris bersifat fleksibel, yaitu boleh diletakkan pada awal maupun akhir kalimat karena hal itu tidak akan mengubah arti ataupun kegramatikalan dari kalimat imperatif tersebut. Selanjutnya, pada persuasive imperatives pola pembentukkan kalimatnya ditandai dengan adanya bentuk auxiliary verbs yaitu do yang selalu terletak di awal kalimat tersebut. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia merupakan dua bahasa yang berasal dari rumpun bahasa yang berbeda. Namun begitu, tidak menutup kemungkinan tidak adanya persamaan antara kedua bahasa tersebut. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sama-sama memiliki jenis kalimat yang digunakan untuk menyuruh atau memerintah orang lain. Jenis kalimat tersebut disebut sebagai kalimat imperatif. Kalimat imperatif pada kedua bahasa tersebut juga sama-sama dibentuk dengan menggunakan Verba dasar sebagai penanda kata perintahnya. Setelah melalui proses pengkajian data dan proses analisis data untuk dikaji perbandingannya (persamaan dan perbedaan) antara kalimat imperatif
101
dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, penulis menemukan adanya perbandingan yang ditinjau dari sudut persamaan dan perbedaannnya yang dapat dilihat secara struktural. Beberapa persamaan yang ditemukan diantara kalimat imperatif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang pertama yaitu digunakannya Verba dasar dalam pembentukkan kalimat imperatif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Persamaan yang kedua adalah penggunaan kata jangan dan janganlah maupun don’t dan let’s not sebagai penanda bentuk negatif kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kemudian terdapat persamaan
juga dalam
penggunaan kata tolong, mohon, coba, harap, dan silakan serta kata please untuk memperhalus perintah kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain persamaan-persamaan tersebut, terdapat juga perbedaan-perbedaan dalam pembentukkan kalimat imperatif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Perbedaan tersebut yaitu: adanya bentuk pasif dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia, digunakannya partikel –lah dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia, perbedaan dalam hal distribusi kata tolong dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia dan distribusi kata please dalam kalimat imperatif bahasa Inggris, adanya sistem kata kerja bantu (auxiliary verbs) dalam pembentukkan kalimat imperatif bahasa Inggris, dan adanya bentuk inversi dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia.
102
Butir-butir persamaan antara kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia tidak akan menimbulkan kesulitan bagi para pembelajar Indonesia yang mempelajari bahasa inggris maupun penutur bahasa Inggris yang mempelajari bahasa Indonesia. Namun, butir-butir perbedaan antara kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia tentunya dapat membuat pembelajar mengalami kesulitan yang pada akhirnya membuat kesalahan. Selain pembelajar Indonesia, penutur bahasa Inggris yang sedang mempelajari bahasa Indonesia dimungkinkan juga dapat mengalami kesulitan dan kesalahan dalam menghasilkan kalimat imperatif tersebut. 5.2 Saran Dari hasil analisis dalam penelitian ini diperoleh sejumlah perbedaan antara kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Diprediksikan bahwa perbedaan-perbedaan tersebut akan menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran. Berangkat dari hal tersebut penulis mengajukan beberapa saran. Saran pertama ditujukan kepada para pengajar untuk memberikan perhatian lebih serius terhadap perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut dalam mengajarkan kalimat imperatif. Alasannya adalah dari perbedaanperbedaan tersebut dapat diramalkan kemudahan dan kesulitan dalam mempelajari kalimat imperatif.
103
Selain itu, sangat diharapkan wawasan para pengajar bahasa terhadap linguistik akan semakin luas karena melalui analisis kontrastif ini menuntut para pengajar untuk menguasai linguistik. Diharapkan juga bahwa para penulis buku teks mendasarkan penyusunan dan pengembangan materi pengajaran pada perbedaan-perbedaan dan pesamaanpersamaan tersebut agar materi pengajaran dapat lebih efektif. Agar keberhasilan belajar bahasa tidak akan spekulatif, perancang kurikulum disarankan untuk mampu membuat gradasi seleksi pengembangan materi secara sistematis berdasarkan tingkat kesamaan (mudah) ke tingkat perbedaan (sukar) dari bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Penelitian ini belum mengupas kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia secara tuntas karen analisa data kalimat imperatif hanya dilakukan secara struktural. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini khususnya dari tinjauan secara semantik. Disarankan pula agar dalam penelitian-penelitian selanjutnya untuk dapat menyertakan aspek budaya dalam analisis kontrastif. Selanjutnya, kepada para pembelajar bahasa disarankan untuk selalu memantau kesadaran dan ketajaman intuisi terhadap kebiasaan memakai bahasa Inggris karena kenyataan membuktikan bahwa terjadinya interferensi lebih banyak disebabkan oleh pembelajar sendiri. Kajian ilmiah ini merupakan kajian tentang perbandingan elemen kebahasaan dari dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang
104
secara khusus membahas pembentukkan kalimat imperatif bahasa Inggris yang disebut dengan istilah imperative sentences. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan juga kepada para pengajar kedua bahasa agar memperhatikan kaidah linguistik sehingga pembelajar tersebut dapat memahami bahasa yang diajarkan dengan
lebih
baik.
Untuk
pembelajar
kedua
bahasa
disarankan agar
memperhatikan strategi yang tepat dalam belajar sehingga dapat mengurangi kekeliruan dan kesulitan. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan sumbangsih yang riil bagi proses pengajaran dan pembelajaran dari kedua bahasa tersebut baik bagi para pengajar maupun para pembelajarnya.