BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab pembahasan, yakni bab kedua, ketiga, dan keempat, berikutnya pada bagian ini akan diberikan beberapa simpulannya. Secara umum, penelitian ini berbicara tentang sufiks asing yang diserap dan digunakan dalam proses pembentukan kata bahasa Indonesia. Sufiks asing yang diteliti adalah sufiks serapan asing yang berfungsi membentuk nomina. Terkait hal tersebut, yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) mengelompokkan sufiks serapan asing yang dipungut ke dalam bahasa Indonesia; (2) menelusuri proses penyerapan sufiks serapan asing ke dalam bahasa Indonesia; dan (3) membuktikan produktivitas sufiks serapan asing yang digunakan di dalam kosakata bahasa Indonesia. Pembicaraan seputar sufiks dewasa ini bukan merupakan hal yang baru karena sudah banyak dibicarakan oleh para linguis. Berdasarkan asalnya, sufiks dalam bahasa Indonesia dikelompokkan ke dalam dua jenis, yakni sufiks asli dan sufiks serapan. Yang dimaksud sufiks asli adalah sufiks yang mayoritas hanya dapat melekat pada kata-kata asli bahasa Indonesia. Sufiks asli dalam bahasa Indonesia jumlahnya tidak begitu banyak, yakni hanya ada empat sufiks, yakni sufiks -an, -kan, -i, dan -nya. Hal yang demikian itu amat berbeda jika dibandingkan dengan sufiks serapan asing. Sufiks serapan asing merupakan sufiks yang berasal dari bahasa 129
130
asing. Sufiks serapan bahasa asing yang dimaksud di antaranya berasal dari bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Arab, dan bahasa Sanskerta. Disebut sufiks asing karena diserap secara bersaman dengan bentuk dasar dari bahasa aslinya. Sufiks serapan asing merupakan bentuk yang kurang potensial melekati kata-kata asli dalam bahasa Indonesia kecuali sufiks yang produktif. Dari segi jumlahnya, sufiks serapan asing memiliki jumlah sangat banyak yang digunakann dalam proses pembentukan kata bahasa Indonesia. Dari banyaknya sufiks serapan asing yang ada, sufiks-sufiks pembentuk nomina dapat dikelompokkan berdasarkan bahasa asalnya. Sufiks Belanda merupakan sufiks yang paling banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia, yakni berjumlah 15 sufiks, di antaranya sufiks -ur, -ris, -ir, -isme, -is, -isasi, -at, -logi, log, -nomi, -nom, -ndus, -nda, -um, dan -isida. Sufiks yang diserap ke dalam bahasa Indonesia berikutnya adalah sufiks yang berasal dari bahasa Inggris, yakni berjumlah 10 sufiks. Ke-10 sufiks yang dimaksud adalah sufiks -er/-ers, -or, -us/si, -an, -itas/-tas, -ian, -si, -grafi, -graf/-grafer, dan -ika/-ik. Dari bahasa Arab, sufiks yang diserap hanya ada 3 sufiks, yakni sufiks -at, -in, dan -ah. Sufiks yang terakhir diserap ke dalam bahasa Indonesia adalah sufiks yang berasal dari bahasa Sanskerta berjumlah 4 sufiks, yaitu sufiks -man, -wan, -wati, dan -ita. Selain mengelompokkan sufiks dari segi bahasa asalnya, penelitian ini pun mengklasifikasikan sufiks serapan asing berdasarkan maknanya. Ada beberapa makna gramatikal yang dimiliki sufiks serapan asing pembentuk nomina. Makna yang dimaksud itu di antaranya adalah dapat menyatakan pelaku, gender/jumlah,
131
alat, lokatif, paham, perihal/proses, ilmu, dan pembasmi. Kedelapan makna sufiks serapan asing itu masih terdapat makna khususnya. Sufiks yang dapat menyatakan pelaku adalah -ur, -ir, -isme, -at, -log, -er/ers, -or, -us/-si, -is, -an, -ian, -graf/-grafer, -nom, -man, -ik, -wan, dan -wati. Sufiks yang dapat menyatakan gender/jumlah adalah -ers, -ur, -ris, -ndus, -nda, at, -in, -ah, -us/-si, -man, -wan, -wati, dan -ita. Sufiks serapan asing yang menyatakan alat adalah sufiks -or, -graf, dan -ik. Sufiks serapan asing yang menyatakan lokatif adalah sufiks -at, -itas/-tas, dan -um. Hanya satu sufiks yang menyatakan paham, yakni -isme. Sufiks serapan asing yang menyatakan proses terdapat adalah sufiks -isme, -at, -isasi, -itas, -si, -ah dan -grafi. Sufiks serapan asing yang menyatakan ilmu adalah sufiks -ur, -logi, -si, -grafi, -nomi, dan -ika/ik. Makna sufiks serapan asing yang terakhir adalah menyatakan pembasmi, yaitu hanya sufiks -isida. Penentuan makna sufiks serapan asing itu didasarkan pada bentuk dasar dan konteksnya. Sufiks yang ada dalam bahasa Indonesia sebagian besar berasal dari bahasa asing yang dipungut melalui proses serapan. Penyerapan sufiks asing ke dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya penyerapan secara adaptasi dan adopsi. Sufiks asing yang diserap secara adaptasi ke dalam bahasa Indonesia berjumlah 23 sufiks. Ke-23 sufiks yang dimaksud itu adalah sufiks -ur, -ris, -at, -logi, -log, -nomi, -nom, -ir, -us/-si, -is, -isasi, -an, itas/-tas, -si, -grafi, -graf/-grafer, -ika/-ik, -isida, -at, -in, -ah, -wan, dan -wati. Lalu berikutnya, jumlah sufiks serapan asing yang diserap secara adopsi terdapat
132
10 sufiks. Ke-10 sufiks serapan asing yang dimaksud itu adalah sufiks -isme, ndus, -nda, -um, -er, -or, -an, -ian, -man, dan -ita. Dari sekian banyak sufiks serapan asing yang ada, kemunculannya bervariasi, yakni ada yang produktif dan ada pula yang tidak produktif. Keproduktivitasan sufiks serapan asing dapat dilihat berdasarkan tiga hal, yakni (1) kemampuannya sufiks serapan asing tersebut dapat melekat dengan kata-kata asli bahasa Indonesia, (2) karena adanya analogi atau bentuk yang bersaing, dan (3) banyaknya jumlah kosakata yang dilekati sufiks asing. Secara keseluruhan sufiks serapan asing yang dipungut ke dalam bahasa Indonesia terdapat 31 sufiks. Ke-31 sufiks serapan asing itu terbagi menjadi 8 sufiks yang produktif dan sebanyak 23 sufiks yang tidak produktif. Ke-8 sufiks serapan asing yang dimaksud adalah sufiks -isme, -is, -isasi, -ian, -wan, -wati, -ita, dan -man. Selanjutnya, ke-23 sufiks serapan asing yang improduktif itu adalah sufiks -ur, ris, -ir, -at, -logi, -log, -us/-si, -er, -or, -an, -itas/-tas, -si, -grafi, -graf/-grafer, ika/-ik, -isida, -nomi, -nom, -in, -ah, -ndus, -nda, dan -um.
5.2 Saran Bagi para pembaca yang membaca karya ilmiah ini dipersilakan memberikan pertanyaan, komentar, atau saran untuk kemudian didiskusikan dalam suatu fórum ilmiah. Hal itu dilakukan agar analisis yang sudah dilakukan ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri. Selain itu, dengan adanya diskusi ilmiah mengenai karya ini diharapkan dapat menambah keilmuan tentang
133
kebahasaan khususnya yang berkaitan dengan kajian morfologi mengenai sufiks serapan asing. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk análisis-analisis berikutnya sehingga menjadi lebih lengkap dan sempurna. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan tak hanya membahas problematika seputar sufiks saja, tetapi harus mampu membahas keseluruhan afiks yang ada di dalam bahasa Indonesia, baik afiks asli maupun afiks asing. Afiks yang dibahas pun selain dianalisis dengan kajian morfologi, sebaiknya juga ditinjau dari aspek sintaksis dan semantik agar semakin jelas bentuk, fungsi, dan makna konteksnya.
5.3 Problematika Sepanjang penelitian ini dilakukan hingga terselesaikannya, tentu ada problematika yang dihadapi seputar analisis sufiks serapan asing. Yang menjadi persoalan utama adalah ketika menelusuri proses penyerapan sufiks dari bahasa aslinya. Persoalan yang ditemukan itu adalah masalah aksara dan penerjemahan dari bahasa asalnya, terutama bahasa Sanskerta. Selain itu, persoalan lain yang ditemukan adalah dalam bahasa Arab, yaitu problem aksara yang berbeda. Dengan begitu, penulis hanya menggunakan data terjemahan yang sudah ditranskripsikan.