BAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA
Tujuan metode geokimia digunakan dalam penelitian eksplorasi energi panasbumi adalah untuk mengkaji kemungkinan pengembangan sumber daya panasbumi. Parameter yang diteliti untuk menentukan kelayakan pengembangan eksplorasi panasbumi, antara lain (Lawless, 1996) : •
Ukuran sumber daya
•
Perkiraan temperatur reservoar
•
Permeabilitas formasi
Dalam penelitian ini, data geokimia digunakan untuk menentukan temperature reservoar dengan menggunakan data kimia mata air panas pada daerah penelitian. Manifestasi panasbumi yang terdapat di daerah Jaboi berupa mata air panas, rembesan air panas di dasar sungai, fumarola, solfatara, lumpur panas, tanah panas, batuan teralterasi dan endapan sinter karbonat. Endapan sinter karbonat ditemukan di sekitar mata air panas Ieseum, dekat dengan daerah Ceunohot atau di lereng timur Gunung Leumo Matee. Sedangkan mineral ubahan yang hadir di daerah panasbumi Jaboi ini merupakan mineral ubahan dari fluida hidrotermal. Diantaranya berupa montmorilonit, Na-alunit, K-alunit, opal, dan kaolinit. Terdapat 10 mata air panas yang terletak di daerah penelitian, yaitu: Air Panas Jaboi 1 (APJ 1), Air Panas Jaboi 2 (APJ 2), Air Panas Ieseum 1 (APS 1), Air Panas Ieseum 2 (APS 2) Air Panas Ieseum 3 (APS 3), Air Panas Batetamon (APBA), Air Panas Lho Pria Lhaot (APPL), Air Panas Seurui (APSE), Air Panas Keunakai (APKE), Air Panas Pasi Jaboi (APPJ). Pemunculan manifestasi mata air panas tersebut pada umumnya dikontrol oleh struktur berupa sesar-sesar normal yang ada di daerah penelitian. Selain itu juga terdapat 1 buah mata air dingin, yaitu: Air Dingin Jaboi (ADJA) dan 2 buah manifestasi gas, yaitu : Gas Jaboi 1 (CGJ 1) dan Gas Jaboi 2 (CGJ 2) yang keduanya berupa fumarol dengan suhu 98,4° C (CGJ 1) dan 99,4° C. (CGJ 2) Posisi seluruh manifestasi berupa mata air panas, air dingin dan gas dapat diamati pada gambar 5.1. Sedangkan hasil analisa tiap mata air ditunjukkan pada lampiran.
55
Gambar 5.1. Lokasi mata air panas pada daerah penelitian (modifikasi dari Dirasutisna & Hasan, 2005)
5.1 Tipe Fluida Dari data kimia, akan ditentukan jenis atau tipe air dari tiap mata air panas. Penentuan tipe air ini dilakukan untuk memilih mata air panas yang representatif untuk penentuan suhu reservoar dengan metode geotermometer. Tipe air yang paling representatif sebagai fluida yang berasal dari reservoar adalah air klorida (Cl) (Nicholson, 1993). Untuk melihat apakah air panas dari mata air ini cukup representatif untuk memperhitungkan suhu reservoar, maka data yang ada diplot dalam diagram Terner Giggenbach, 1988 op cit., Nicholson, 1993(Gambar 5.2) antara Cl, SO4, dan HCO3
56
Gambar 5.2. Tipe air panas daerah Jaboi berdasarkan diagram terner Cl-SO4-HCO3
Dari hasil plot diagram segitiga Terner antara Cl-SO4-HCO3, didapatkan bahwa APJ 1 dan APJ 2 merupakan tipe air sulfat, untuk APS 1, APS 2, APS 3, APBA, APSE, dan APKE menunjukan tipe air bikarbonat, sedangkan tipe air klorida didapatkan pada mataair panas APPL dan APPJ. Berdasarkan hasil plot tersebut Air Panas Pria Lhaot (APPL) dan Air Panas Pasi Jaboi (APPJ) layak digunakan sebagai geotermometer karena kandungan klorida yang tinggi. Kandungan klorida yang tinggi tersebut mengindikasikan kedua air panas tersebut merupakan hasil langsung dari fluida reservoar tanpa sempat terkontaminasi dengan batuan samping ataupun dengan fluida lainnya. Namun dengan mempertimbangkan data lapangan dan data kimia air panas, hanya air panas Pasi Jaboi (APPJ) yang digunakan sebagai acuan perhitungan geotermometer. Dikarenakan air panas klorida yang lain yaitu air panas Pria Lhaot (APPL) terletak di daerah dengan topografi yang rendah (0 m), debit airnya sangat
57
kecil dan berada di dekat pantai. Kemungkinan mata air Pria Lhaot ini telah terpengaruh kandungan Klorida dari air laut, sehingga kurang baik untuk dijadikan acuan penentuan geotermometer.
5.2 Temperatur Reservoar Dalam penelitian kali ini perhitungan temperatur reservoar menggunakan beberapa metode, antara lain metode geotermometer Na-K-Mg, Na-K-Ca, Na-K (Fournier), Na-K (Giggenbach) serta K-Mg, dan Kuarsa konduktif.
Gambar 5.3. Plot diagram geotermometer Na-K-Mg pada daerah Jaboi Dari pengolahan di atas didapat bahwa semua mata air yang ada di daerah penelitian mengandung banyak unsur magnesium (Mg) yang berarti telah terjadi proses leaching dari batuan dan dilusi oleh air tanah dan tergolong dalam immature waters, yang artinya air dari sistem panasbumi yang tidak mengalami kesetimbangan. Dikarenakan hasil pengeplotan kelima mata air panas terletak berada di daerah immature sehingga cukup sulit untuk mengetahui temperatur reservoar dari tiap manifestasi air panas yang ada.
58
Karena acuan penentuan geotermometer adalah air panas Pasi Jaboi yang berupa air panas tipe klorida, maka metode geotermometer yang digunakan adalah kuarsa konduktif. Namun karena air panas Pasi Jaboi tergolong dalam immature waters, maka penentuan geotermometer dengan metode kuarsa konduktif tidak dapat digunakan, sehingga digunakan metode yang lain yaitu metode Na-K (Giggenbach, 1988 op cit., Nicholson, 1993) T (0C) Giggenbach = (1390 / (log (Na/K) + 1.75)) – 273
Dari perhitungan tersebut didapatkan temperatur untuk mata air panas Pasi Jaboi (APPJ) menunjukan nilai 253,29° C. Jadi temperatur reservoar daerah panasbumi jaboi ini berada pada kisaran 255° ± 5° C. Berdasarkan temperatur reservoarnya (Hochstein & Browne, 2000), sistem panasbumi daerah Jaboi diklasifikasikan menjadi sistem panasbumi bertemperatur tinggi (T > 225o C).
59