53
Bab V Pembahasan
V.1 Rente Ekonomi dan Kelebihan Pembayaran Manfaat dari “economic rent” atau rente ekonomi (R’j) dari barang-barang import untuk pemenuhan kebutuhan perusahaan yang diterima oleh investor dari luar kabupaten akan direpatriasi (mj). Sedangkan barang-barang yang berasal dari dalam kabuapten akan diterima oleh Kabupaten Rembang. Manfaat dari rente ekonomi (Rj) PT. Sinar Asia Fortuna semuanya direpatriasi ke luar Kabupaten Rembang maka nilainya menjadi nol, sehingga “residual rent” juga tidak ada. Hal ini terjadi karena semua pengelolaan keuangan dipegang dan diatur oleh perusahaan induk yang berlokasi di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Manfaat yang diperoleh dari kelebihan pembayaran setiap tahun relatif meningkat. Kelebihan pembayaran atau “excess payment” ini berkaitan dengan nilai pembayaran kepada tenaga kerja kurang terampil yang berasal dari tenaga kerja lokal. Tenaga kerja ini yang disebut sebagai karyawan golongan I, akan menerima kelebihan pembayaran oleh perusahaan. Pekerja ini biasanya bekerja atau mencari nafkah di sektor pertanian atau sektor lainnya yang ada di daerahnya dengan nilai upah lokal yang tidak sama dengan upah yang diterima dari perusahaan sehingga akan mempunyai selisih kelebihan pembayaran (excess payment). Perincian kelebihan pembayaran dari tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada tabel IV.1. Total nilai manfaat dari kelebihan pembayaran sebesar Rp. 3.507.733.087 (ratarata Rp. 584.622.181/tahun). Nilai manfaat ini pada tahun 2000 sebesar Rp. 227.125.434, tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 945.133.957. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2002 seiring dengan meningkatnya volume produksi. Mulai tahun 2004 kondisinya cenderung stabil. Tahun 2001 mengalami penurunan akibat menurunnya jumlah pekerja tidak terampil (golongan I) yang berasal dari Kabupaten Rembang, dari 280 orang menjadi 151 orang. Gambaran lebih jelas perkembangan kelebihan pembayaran karyawan oleh PT. SAF tersebut dapat dilihat pada gambar V.1.
54
Untuk meningkatkan manfaat dari “excess payment” tenaga kerja sangatlah sulit meskipun PT. Sinar Asia Fortuna adalah perusahaan dengan skala menengah, dimana dalam operasi penambangannya belum dapat dikatakan padat teknologi secara keseluruhan, dan kemungkinan dari segi ini dapat memanfaatkan penggunaan tenaga kerja lokal yang kurang terampil. Namun hal ini terbentur adanya kendala berupa terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia.
Kelebihan Pemb. (Juta Rupiah)
1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun Kelebihan Pembayaran
. Gambar V.1 Grafik Perkembangan Nilai Manfaat Kelebihan Pembayaran Karyawan oleh PT. SAF Tahun 2000-2005 Alternatif lain adalah dengan memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada penyedia jasa lokal untuk pemenuhan input PT. SAF sehingga mereka juga ikut berkembang. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Rembang berkisar antara 60% – 64%, sehingga masih ada sekitar 36% - 40% dari seluruh penduduk usia kerja yang menganggur. Dengan berkembangnya sektor usaha lain diharapkan ada peningkatan penyerapan tenaga kerja terutama di daerah yang dekat dengan lokasi perusahaan seperti Kecamatan Gunem dan Sale. V.2 Manfaat Sosial Neto dari Eksternalitas Manfaat yang diperoleh dari eksternalitas ini berasal dari pengaruh-pengaruh tidak langsung yang ditimbulkan akibat keberadaan perusahaan bagi pengembangan wilayah di Kabupaten Rembang seperti keterkaitan ke belakang (hulu),
55
keterkaitan ke depan (hilir), keterkaitan teknologi, keterkaitan pembayaran kepada pemerintah dan keterkaitan kebutuhan akhir. V.2.1 Keterkaitan ke Belakang (Hulu) Keterkaitan ke belakang atau hulu ini berkaitan dengan proses produksi. Inputinput sebagai pengeluaran perusahaan untuk proses produksi, terutama untuk input antara yang berupa biaya jasa pihak ketiga yang berasal dari Kabupaten Rembang (lokal) cukup besar. Tahun 2000 – 2005 penggunaan input antara lokal oleh PT. SAF sebesasr Rp. 3,56 – 10,23 milyar atau 44,68% – 56,66% dari total input antara yang digunakan. Sedangkan input antara yang berasal dari luar kabupaten berkisar antara Rp. 3,75 – 10,93 milyar atau 43,34% – 55,32%, berimbang dengan input antara lokal (tabel IV.2). Nilai manfaat keterkaitan hulu untuk Kabupaten Rembang tiap tahun pada kisaran Rp. 0,90 – 2,58 milyar. Nilai keseluruhan dari keterkaitan hulu dari tahun 2000 – 2005 sebesar Rp. 10,39 milyar, rata-rata Rp. 1,73 milyar/tahun. Tahun 2001 meskipun produksi turun dibanding tahun 2000 (dari 302.088 ton menjadi 272.030 ton) namun keterkaitan hulu, meskipun kecil, meningkat dari Rp. 0,90 milyar menjadi Rp. 0,97 milyar (tabel IV.3). Hal ini disebabkan oleh meningkatnya biaya jasa pihak ketiga dari Rp. 3,47 milyar menjadi Rp. 3,67 milyar yang semuanya berasal dari perusahaan jasa lokal (lampiran D). Tahun 2004 manfaat keterkaitan hulu turun dibandingkan tahun 2003 (dari Rp. 2,34 milyar menjadi Rp. 2,10 milyar) karena produktifitas perusahaan juga mengalami penurunan (dari 537.600 ton menjadi 474.144 ton) . Namun demikian pada tahun 2005 nilai manfaat ini meningkat lagi (gambar V.2). Input antara yang berupa bahan bakar minyak (BBM) dan pelumas/grease serta perbaikan/perawatan peralatan (termasuk pengadaan suku cadang) semuanya berasal dari luar daerah Rembang. Untuk penyediaan input antara tersebut perusahaan jasa lokal belum banyak dilibatkan. Perbaikan/perawatan dan pengadaan suku cadang alat berat dan peralatan produksi lainnya belum mampu ditangani oleh perusahaan daerah. Untuk kebutuhan input antara berupa bahan peledak hanya bisa disediakan oleh perusahaan tertentu saja yang berasal dari luar Kabupaten Rembang.
56
Keterkaitan Hulu (Juta Rupiah)
3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun Keterkaitan Hulu
Gambar V.2 Grafik Perkembangan Manfaat Keterkaitan Hulu PT. SAF Tahun 2000-2005 Keterkaitan hulu dari perusahaan akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomian daerah. PT. SAF sebenarnya dapat memberikan kepercayaan kepada perusahaan jasa lokal dalam penyediaan input perusahaan seperti penyediaan BBM dan pelumas/grease. Jika input yang berupa BBM dan pelumas/grease disuplai oleh perusahaan jasa lokal maka nilai input antara lokal per tahun meningkat dari Rp. 3,56 – 10,23 milyar menjadi Rp. 4,91 – 15,23 milyar dan persentase input antara lokal naik dari 44,68% - 56,66% menjadi 61,20% 71,98% dari total input antara per tahun PT. SAF (tabel V.1). Tabel V.1 Kenaikan Input Antara Lokal dengan Keterlibatan Perusahaan Jasa Lokal dalam Penyediaan BBM dan Pelumas/Grease
Tahun
Total Input Antara (Rp)
Penggunaan Input Antara Lokal (Rp) Tanpa BBM & Persentase Dengan BBM & Persentase Pelumas/Grease Lokal pelumas/grease Lokal
2000 2001 2002
7.308.990.190 8.563.821.400 12.193.717.790
3.558.462.100 3.826.008.500 6.092.558.500
48,69% 44,68% 49,96%
4.914.618.900 5.241.019.560 7.816.849.080
67,24% 61,20% 64,11%
2003 2004 2005
16.315.755.710 15.862.101.068 21.160.861.320
9.245.316.400 8.364.901.000 10.234.836.800
56,66% 52,74% 48,37%
11.718.796.860 10.742.937.940 15.232.507.175
71,83% 67,73% 71,98%
Rata-rata
13.567.541.246
6.887.013.883
50,18%
9.277.788.253
67.35%
57
Dengan peningkatan penggunaan input antara lokal tersebut otomatis akan meningkatkan keterkaitan hulu. Total nilai manfaat keterkaitan hulu akibat penambahan penggunaan input antara lokal oleh PT. SAF yang berasal dari BBM dan pelumas/grease meningkat dari Rp. 0,90 – 2,58 milyar menjadi Rp. 0,98 – 2,86 milyar atau tumbuh sebesar 7,40% - 10,74%. Total manfaat keterkaitan hulu dari tahun 2000 - 2005 meningkat dari Rp. 10,39 milyar menjadi Rp. 11,29 milyar, naik 8,70% (tabel V.2). Berlainan dengan keterkaitan hulu, keterkaitan hilir tidak memberikan sumbangan manfaat bagi Kabupaten Rembang. Output yang dihasilkan perusahaan yang berupa batugamping dijual ke luar daerah Rembang. Dengan demikian keterkaitan output langsung dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian daerah (Kab. Rembang) tidak ada.
58
Tabel V.2 Kenaikan Keterkaitan Hulu dengan Keterlibatan Perusahaan Jasa Lokal dalam Penyediaan BBM dan Pelumas/Grease Dalam Rupiah BBM TAHUN
Solar
Premium
PELUMAS/GREASE
Keterkaitan Hulu
Keterkaitan Hulu Sebelumnya
JUMLAH
Kenaikan
Nilai
Rente Ek.
Nilai
Rente Ek.
Nilai
Rente Ek.
2000
1.072.513.600
45.045.571
13.852.800
5.541.120
269.790.400
32.374.848
82.961.539
896.050.828
979.012.367
9,26%
2001
1.032.196.800
43.352.266
14.545.440
5.818.176
368.268.820
44.192.258
93.362.700
968.207.085
1.061.569.785
9,64%
2002
1.133.032.000
47.587.344
15.238.080
6.095.232
576.020.500
69.122.460
122.805.036
1.530.907.205
1.653.712.241
8,02%
2003
1.652.628.800
69.410.410
17.372.160
6.948.864
803.479.500
96.417.540
172.776.814
2.319.415.427
2.492.192.241
7,45%
2004
1.742.185.700
73.171.799
20.442.240
8.176.896
615.409.000
73.849.080
155.197.775
2.096.359.846
2.251.557.621
7,40%
2005 4.280.416.800 179.777.506 40.435.200 16.174.080 676.818.375 81.218.205 277.169.791 TOTAL 904.273.655 Keterangan: Setiap liter solar maupun premium, SPBU mendapat margin keuntungan sebesar Rp. 180 dari Pertamina (harga solar Rp. 4.300, premium Rp. 4.500), sehingga rente ekonomi penjualan solar dan premium oleh SPBU sebesar 4,2% dan 4,0%. Sementara rente ekonomi dari penjualan pelumas/grease sebesar 12%.
2.581.339.325 10.392.279.716
2.858.509.116 11.296.553.371
10,74% 8,70%
59
V.2.2 Keterkaitan Teknologi Keterkaitan teknologi berhubungan dengan aspek manajerial dan penguasaan teknologi oleh perusahaan. Kemampuan manajerial dan penguasaan teknologi oleh perusahaan selama ini belum dapat ditransfer atau dialihkan secara efektif kepada daerah mengingat kondisi masyarakat yang ada masih tradisional. Mereka umumnya hidup dan bekerja di sektor pertanian yang bersifat tradisional, khususnya di Kec. Gunem dan Sale dimana perusahaan berada. Sehingga keterkaitan teknologi PT. SAF terhadap daerah relatif kecil. Manfaat dari keterkaitan teknologi dari tahun 2000-2005 berkisar antara Rp. 4,44 – 116,48 juta (rata-rata Rp. 60,41 juta/tahun). Total manfaat keterkaitan teknologi sebesar Rp. 362,48 juta. Meskipun pada tahun 2002 dan 2004 mengalami penurunan, namun secara keseluruhan rata-rata kenaikannya mencapai lebih dari 3 kali lipat (tabel IV.4). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin meningkat dalam memberikan kontribusi terhadap pengembangan masyarakat di Kabupaten Rembang, terutama di wilayah sekitar tambang. Pada tabel IV.5 dapat dilihat perbandingan atau persentase manfaaat keterkaitan teknologi terhadap pendapatan PT. SAF. Persentase total manfaat keterkaitan teknologi terhadap pendapatan PT. SAF rata-rata hanya sebesar 0,81 %, untuk Kabupaten Rembang (lokal) sebesar 0,72 % dan asing sebesar 0,09 %. PT Sinar Asia Fortuna pada tahun 2003 mengajukan SIPD baru dengan luas 47 Ha, dan pada tahun 2004 lokasi tambang tersebut sudah mulai dieksploitasi. Sejalan dengan perkembangan kemajuan perusahaan, untuk kedepan perusahaan diharapkan lebih besar perananannya dalam memberikan bantuan kepada masyarakat melalui pembinaan terhadap usaha kecil masyarakat di daerah. Di kecamatan Gunem dan Sale ada sekitar 751 buah mesin perontok padi dan 38 mesin pengolah jagung dan ubi kayu (Rembang Dalam Angka tahun 2005), semuanya masih bersifat tradisional. Perusahaan diharapkan dapat memberikan bantuan, baik secara manajerial maupun penerapan teknologi tepat guna dalam usaha pengolahan hasil pertanian oleh masyarakat tersebut agar lebih berkembang.
60
Untuk pembinaan terhadap usaha kecil masyarakat, perusahaan dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah. Hal ini dilakukan karena pemerintah daerah melalui dinas atau instansi terkait lebih memahami kondisi masyarakat di daerahnya sehingga pelaksanaannya dapat lebih berhasil dan tepat sasaran. V.2.3 Keterkaitan Pembayaran Kepada Pemerintah Pembayaraan kepada pemerintah oleh PT. SAF sejak tahun 2000 – 2005 mencapai Rp. 11,46 milyar. Dari pembayaran tersebut Rp. 4,96 milyar merupakan bagian pemerintah Kabupaten Rembang, Rp. 0,59 milyar merupakan bagian dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Rp. 5,91 milyar sisanya merupakan bagian dari pemerintah pusat dan provinsi/kabupaten lain (tabel IV.6). Keterkaitan pembayaran kepada pemerintah Kabupaten Rembang antara tahun 2000 – 2005 berkisar antara Rp. 0,23 – 1,15 milyar (rata-rata Rp. 0,82 milyar/tahun) dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 51,87%/tahun. Penerimaan pajak terbesar dari pajak bahan galian C sebesar Rp. 4,07 milyar atau 82,06% (tabel V.3). Tahun 2001 keterkaitan pembayaran pajak PT. SAF kepada Pemerintah Kabupaten Rembang meningkat daripada tahun 2000 meskipun produksinya menurun (gambar V.3). Hal ini sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah mulai tanggal 1 Januari 2001 yang memberikan kewenangan lebih besar kepada daerah. Selain itu kenaikan pembayaran pajak juga karena meningkatnya pajak bahan galian golongan C. Tahun 2000 kebijakan perpajakan bahan galian golongan C masih berpedoman pada peraturan lama, yaitu Keputusan Bupati Rembang No. 14 tahun 1999 tentang Penetapan Standart Harga Dasar Nilai Jual Bahan Galian olongan C di Kabupaten Dati II Rembang. Pada tahun 1999 ada desakan dari para pengusaha tambang agar pemerintah daerah memberikan keringanan atas pajak bahan galian golongan C. Dari hasil kesepakatan antara pemerintah daerah dan pengusaha tersebut lahirlah Keputusan Bupati Rembang No. 14 tahun 1999 yang memberikan keringanan pajak bahan galian golongan C sebesar 20% selama tahun 2000. Tahun 2000 Pemerintah Kabuapaten Rembang mengeluarkan Keputusan Bupati Rembang No. 18 tahun 2000 tentang Pemungutan Pajak Bahan Galian C di Kabupaten Rembang. Pajak atas bahan galian C sebesar 20% dari nilai produksi.
61
Tabel V.3 Keterkaitan Pembayaran Kepada Pemerintah Kabupaten Rembang Terhadap Produksi Batugamping PT. SAF NO 1 2 3 4 5
Pajak Galian C PPh Psl 21 PPh Psl 23 PBB PKB
2000 2001 175.548.900 675.502.000 904.843 963.024 54.470.517 34.963.578 2.200.761 2.349.120 1.249.500 995.852
NILAI (Dalam Juta Rupiah) 2002 2003 2004 682.680.000 860.160.000 758.630.400 1.503.425 1.024.442 1.226.275 141.188.295 193.554.241 190.361.391 5.358.045 5.766.502 9.934.232 1.024.124 1.347.738 1.155.204
JUMLAH
234.374.521 714.773.574
831.753.889 1.061.852.924 961.307.503 1.151.873.840 4.955.936.250 100,00%
JENIS PAJAK
Produksi PT. SAF (ton)
302.088
272.030
443.750
537.600
474.144
Total 2005 914.493.600 4.067.014.900 1.211.241 6.833.251 225.624.405 840.162.427 9.551.683 35.160.343 992.910 6.765.329
509.634
2.539.246
Persen 82,06% 0,14% 16,95% 0,71% 0,14%
1,400
600,000
1,200
500,000
1,000
400,000
800 300,000 600 200,000
400
Produksi (Ton)
Pajak (Juta Rupiah)
62
100,000
200 0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Tahun Pajak
Produksi
Gambar V.3 Grafik Perkembangan Nilai Pembayaran Pajak Kepada Pemerintah Kab. Rembang Terhadap Produksi PT. SAF Untuk batugamping, berdasarkan keputusan tersebut, harga jualnya dinilai sebesar Rp. 10.000/ton. Ketentuan tersebut mulai efektif berlaku pada tahun 2001. Pemerintah daerah sebenarnya dapat menaikkan pendapatan melalui pajak atas penambangan batugamping tersebut. Tahun 2005 harga batugamping dari tambang sudah mencapai Rp. 12.500/ton. Harga ini lebih besar dari harga yang ditetapkan pemerintah daerah untuk perhitungan pungutan pajak produksi atas bahan galian batugamping. Jika harga batugamping ditetapkan sebesar Rp. 12.500/ton, maka Pemda Kabupaten Rembang dapat menaikkan pendapatan dari pungutan pajak bahan galian tersebut sebesar 25%. Jadi total pajak bahan galian batugamping yang akan diterima meningkat dari Rp. 4,07 milyar menjadi Rp. 5,08 milyar (tabel V.4). Oleh karena itu akan lebih baik jika penetapan nilai jual bahan galian C seperti yang tertuang dalam Keputusan Bupati Rembang Nomor 18 tahun 2000 tersebut ditetapkan mengikuti perkembangan harga pasar. Penerimaan dari perusahaan tersebut akan memberikan sumbangan bagi peningkatan PAD Kabupaten Rembang yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pembangunan di daerah. Dalam kurun waktu mendatang, sejalan dengan
63
kemajuan perusahaan diharapkan bahwa penerimaan pajak dari perusahaan tersebut dapat ditingkatkan. Tabel V.4 Perkiraan Nilai Pajak Dengan Dasar Penetapan Harga Batugamping Mengikuti Harga Pasar
TAHUN
TOTAL PAJAK BHN GALIAN C (Rp) Nilai yang Berlaku
2000 2001 2002 2003 2004 2005 TOTAL
Jika Harga Btgpg Rp. 12.500/Ton
KENAIKAN (Rp)
175,548,900 675,502,000
219,436,125 844,377,500
43,887,225 168,875,500
682,680,000 860,160,000 758,630,400 914,493,600 4,067,014,900
853,350,000 1,075,200,000 948,288,000 1,143,117,000 5,083,768,625
170,670,000 215,040,000 189,657,600 228,623,400 1,016,753,725
V.2.4 Keterkaitan Kebutuhan Akhir Pengeluaran untuk konsumsi yang berkaitan dengan keberadaan perusahaan, terutama yang dilakukan oleh karyawan akan memberikan peningkatan terhadap permintaan untuk barang-barang dan jasa yang berasal dari daerah setempat sehingga mendorong perekonomian di daerah. Jumlah seluruh penghasilan atau upah yang diterima oleh karyawan perusahaan merupakan potensi daya beli atau permintaan
terhadap
sektor-sektor
ekonomi
di
daerah
sehingga
dapat
menggerakkan atau mendorong tumbuhnya sektor-sektor ekonomi lainnya melalui “multiplier effect” secara regional. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa keterkaitan kebutuhan akhir karyawan perusahaan ini yang merupakan potensi bagi sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Rembang, yang paling besar adalah kebutuhan akan makanan/minuman dan perumahan. Antara tahun 2000 – 2005 kebutuhan makanan/minuman mencapai Rp. 2,74 – 3,03 milyar, sementara kebutuhan akan perumahan (termasuk peralatan dan perlengkapan rumah tangga) mencapai Rp. 2,05 – 3,05 milyar. Kebutuhan sandang sebesar Rp. 0,39 – 0,59 milyar, kesehatan Rp. 0,25 – 0,38 milyar dan terakhir pendidikan Rp. 61,20 – 96,30 juta (tabel IV.7). Manfaat yang diperoleh dari keterkaitan kebutuhan akhir yang akan diterima oleh sektor ekonomi lain yang ada di Kabupaten Rembang sebesar Rp. 1,82 milyar
64
pada tahun 2000 dan meningkat menjadi Rp. 2,36 milyar pada tahun 2005 dengan total manfaat sebesar Rp. 10,91 milyar, rata-rata Rp. 1,82 milyar/tahun (Tabel IV.7). Kenaikan manfaat ini relatif stabil per tahunnya. Penurunan terjadi pada tahun 2001 karena adanya pengurangan pegawai akibat pekerjaan untuk “development” dan pekerjaan-pekerjaan untuk persiapan lainnya sudah selesai. Keterkaitan kebutuhan akhir berhubungan dengan jumlah tenaga kerja PT. SAF, sehingga besar kecilnya nilai manfaat kebutuhan akhir juga tergantung dari jumlah penyerapan tenaga kerja. Namun karena kemampuan penyerapan tenaga kerja dari PT. SAF terbatas maka yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan manfaat tersebut dengan cara memberdayakan koperasi perusahaan. Koperasi tersebut dapat digunakan untuk menampung kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya yang disuplai oleh masyarakat atau sektor ekonomi lain, terutama yang ada di Kecamatan Gunem dan Sale sehingga membantu perkembangan ekonomi di wilayah tersebut. V.3 Nilai Total NSG dan NGC Manfaat sosial neto (NSG) dari PT. Sinar Asia Fortuna di Kabupaten Rembang selalu meningkat. NSG dari tahun 2000 – 2005 sebesar Rp. 3,18 – 7,16 milyar per tahun. Total nilai NSG sebesar Rp. 30,13 milyar (rata-rata
Rp. 5,02
milyar/tahun) dengan pertumbuhan rata-rata 14,45%/tahun. Manfaat dari rente ekonomi (Rj) tidak ada karena semuanya direpatriasi keluar Kabupaten Rembang. Manfaat dari kelebihan pembayaran yang diterima oleh karyawan golongan I (Pj) tahun 2000 – 2005 sebesar Rp. 0,23 – 0,94 milyar. Manfaat yang terbesar berasal dari eksternalitas (Ej) yang terdiri dari keterkaitan hulu, teknologi, pembayaran kepada pemerintah dan keterkaitan kebutuhan akhir. Manfaat dari eksternalitas Rp. 2,96 milyar pada tahun 2000, meningkat menjadi Rp. 6,21 milyar pada tahun 2005 (tabel IV.9). Manfaat dari eksternalitas tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 3,12% yang disebabkan karena turunnya nilai keterkaitan hulu, teknologi dan pembayaran kepada pemerintah. Pada saat itu produktifitas perusahaan juga mengalami penurunan. Secara keseluruhan manfaat dari eksternalitas dari tahun 2000 – 2005 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,75% per tahun. Nilai keterkaitan hilir tidak ada.
65
Tabel V.5 Rasio Antara Nilai Pajak yang Diterima Pemerintah Kabupaten Rembang dengan Nilai NSG NILAI PAJAK (Rp.)
NILAI NSG (Rp.)
RASIO (PAJAK/NSG)
2000
234.374.521
3.184.836.249
7,36%
2001
714.773.574
3.385.746.718
21,11%
2002
831.753.889
4.424.231.402
18,80%
2003
1.061.852.924
5.931.553.503
17,90%
TAHUN
2004
961.307.503
6.040.595.020
15,91%
2005
1.151.873.840
7.159.619.837
16,09%
Rasio pajak/NSG pada tahun 2000 sangat kecil (7,36%), artinya kontribusi pembayaran pajak terhadap manfaat sosial ekonomi (NSG) yang diterima oleh pemerintah Kabupaten Rembang dari usaha pertambangan batugamping juga kecil. Tahun 2001 rasio pajak/NSG meningkat tajam dibanding tahun 2000, artinya meskipun peningkatan NSG relatif kecil namun peningkatan pembayaran pajaknya sangat besar (nilai rasio meningkat dari 7,36% menjadi 21,11%). Hal ini terjadi karena tahun 2001 mulai diterapkan otonomi daerah. Tahun 2002-2004 rasio pajak/NSG mengalami penurunan, artinya meskipun pajaknya namun tidak sebanding dengan peningkatan NSG. Jadi kontribusi pajak terhadap NSG dapat dikatakan turun (Tabel V.5 dan Gambar V.4).
0.25
7,000 0.20
6,000 5,000
0.15
4,000 0.10
3,000 2,000
0.05
1,000 -
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Tahun Pajak
NSG
Rasio Pajak/NSG
Gambar V.4 Grafik Rasio Antara Nilai Pajak dan Nilai NSG
Rasio Pajak/NSG
Nilai Pajak & NSG (juta Rupiah)
8,000
66
Untuk melengkapi analisis model NSG ini maka dilakukan perhitungan Koefisien NSG (NGC). NGC diperlukan untuk membandingkan NSG dari beberapa kegiatan (waktu) eksport yang berbeda dengan output total. NGC meningkat maka kontribusi perusahaan terhadap NSG juga meningkat.
0.2500
45,000
0.2000
35,000 30,000
0.1500 25,000 20,000 0.1000 15,000 10,000
NGC (Koefisien NSG)
Output/NSG (Juta Rupiah)
40,000
0.0500
5,000 0
0.0000 2000
2001
2002
2003
2004
2005
Tahun Output
NSG
NGC
Gambar V.5 Grafik Perkembangan Nilai Output, NSG dan NGC PT. SAF Tahun 2000-2005 Gambar V.5 memperlihatkan bahwa peningkatan output perusahaan diiringi dengan peningkatan NSG. Tahun 2001 NGC naik dari 0,2109 menjadi 0,2263. Jadi meskipun output perusahaan mengalami penurunan dari Rp. 15,10 milyar menjadi Rp. 14,96 milyar, kontribusi perusahaan terhadap daerah (NSG) meningkat. Sebaliknya pada tahun 2002 NGC turun dari 0,2263 menjadi 0,1648, sementara nilai output perusahaan meningkat tajam, dari Rp. 14,96 milyar menjadi Rp. 26,85 milyar (79,44%). Jadi meskipun NSG juga ikut meningkat namun tidak sebanding dengan nilai output yang dihasilkan perusahaan, jadi berdasarkan output perusahaan yang diperoleh sebenarnya kontribusi perusahaan terhadap NSG turun. Tahun 2003 NGC mulai meningkat lagi sampai tahun 2005. V.4 Pengaruh PT. SAF dalam Pengembangan Ekonomi Daerah V.4.1 Penggunaan Input Perusahaan Selama kurun waktu 2000-2005, perbandingan penggunaan sumber daya lokal terhadap asing oleh perusahaan melalui tenaga kerja dan input antara sudah cukup
67
baik. Dari total tenaga kerja yang ada, penggunaan tenaga kerja lokal setiap tahun berkisar antara 68,97% - 75,68% (rata-rata 73,02%), penggunaan input antara lokal sebesar 44,68% - 56,66% (rata-rata 50,18%). Selebihnya input antara berasal dari luar daerah Kabupaten Rembang (tabel IV.10). Untuk waktu kedepan diharapkan perusahaan lebih meningkatkan penggunaan input antara lokal sehingga akan memperbesar kontribusi perusahaan terhadap pengembangan ekonomi daerah. Meskipun demikian ada batasan-batasan tertentu dalam penyediaan input antara tersebut karena menyangkut penggunaan bahan-bahan yang bersifat spesifik seperti penyediaan bahan peledak dan suku cadang alat berat. Seperti sudah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya dalam permasalahan keterkaitan hulu, peluang untuk penyediaan input antara bagi perusahaan jasa lokal masih terbuka melalui penyediaan BBM dan pelumas/grease yang selama ini disuplai oleh perusahaan luar daerah. Jika input tersebut dapat disediakan oleh perusahaan jasa daerah, maka penggunaan sumber daya lokal oleh perusahaan akan meningkat dari 44,68% - 56,66% (rata-rata 50,18%/tahun) menjadi 61,20% 71,98% (rata-rata 67,35%/tahun), tumbuh sebesar 17,17% (tabel V.1). V.4.2 Manfaat Terhadap Pengembangan Ekonomi Masyarakat Manfaat terbesar yang didapat daerah dengan keberadaan PT. SAF adalah dari keterkaitan kebutuhan akhir yang pada tahun 2005 mencapai Rp. 3,09 milyar. Hal ini merupakan peluang yang paling besar bagi daerah untuk mengembangkan sektor ekonominya, terutama sektor-sektor yang kurang berkembang. Dari hasil analisis “shift share” diketahui bahwa sektor-sektor yang kurang berkembang di Kabupaten Rembang adalah pertanian, industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasajasa. Sektor-sektor yang kurang berkembang dapat berpartisipasi untuk menyediakan kebutuhan akhir bagi karyawan perusahaan. Peluang bagi sektorsektor tersebut untuk menyediakan kebutuhan akhir ini masih cukup lebar. Meskipun tidak cukup signifikan peranannya untuk menaikkan PDRB dalam konteks Kabupaten Rembang, namun dalam konteks wilayah yang lebih kecil dapat membantu menggerakaan ekonomi masyarakat.
68
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang Tahun 20052014, wilayah Kabupaten Rembang dibagi menjadi lima Sub Wilayah Pembangunan (SWP). Pembagian tersebut didasarkan atas potensi sektor-sektor yang dimiliki setiap wilayah kecamatan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peluang untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan akhir karyawan perusahaan dapat disediakan oleh wilayah di sekitar perusahaan sesuai dengan potensinya sehingga wilayah tersebut pertumbuhan ekonominya juga meningkat. V.4.3 Kontribusi PT. SAF Terhadap Produksi Batugamping Kabupaten Rembang Potensi bahan galian golongnan C, khususnya batugamping cukup besar, namun yang dimanfaatkan kurang dari satu persen dari jumlah cadangan yang ada. Jadi masih besar kemungkinannya untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga kontribusinya terhadap sektor penambangan/penggalian semakin meningkat. Rata-rata produksi batugamping PT. SAF per tahun sebesar 423.208 ton, atau 83% dari total produksi batugamping Rembang per tahun yang besarnya 522.373 ton (tabel V.6). Dengan demikian kontribusi PT. SAF terhadap produksi batugamping Rembang sangatlah besar. PT. SAF dalam penambangan batugamping ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada investor lain untuk mengembangkan usaha tambang batugamping di Kabupaten Rembang. Tabel V.6 Perbandingan Produksi Batugamping PT. SAF Terhadap Total Produksi Batugamping Kabupaten Rembang TAHUN 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata
PRODUKSI BATUGAMPING (Ton) KAB. REMBANG 346.011 362.662 779.235 581.560 521.269 543.503 522.373
PT. SAF 302.088 272.030 443.750 537.600 474.144 509.634 423.08
PERSEN 87% 75% 57% 92% 91% 94% 83%
V.5 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Rembang V.5.1 Evaluasi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Dari hasil perhitungan dengan analisis ”shift share” didapatkan bahwa wilayah Kabupaten Rembang, pergeseran bersih tiap sektornya (PBij) seperti terlihat pada
69
tabel IV.11. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor pertambangan/ penggalian termasuk sektor yang nilai pergeseran bersihnya positif (PBij>0), artinya pertumbuhannya cepat (progresif). Sementara itu nilai pergeseran bersih Kabupaten Rembang sebesar -19,92% (PB.j<0). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada sektor-sektor yang mempunyai pertumbuhan progresif, namun secara keseluruhan Kabupaten Rembang termasuk dalam wilayah yang pertumbuhan ekonominya lambat. V.5.2 Sektor Pertambangan/Penggalian Tahun 2000 – 2005 sektor pertambangan/penggalian rata-rata hanya memberikan sumbangan 2,56 %/tahun atau Rp. 31,86 – 45,32 milyar terhadap PDRB Kabupaten Rembang yang besarnya Rp. 1,37 – 1,62 trilyun, relatif kecil (tabel V.7 dan lampiran T). Namun dari hasil analisis ”shift share” sektor tersebut termasuk progresif pertumbuhannya dengan nilai pergeseran bersih positif (PBij = 19,04%). Tabel V.7 Persentase PDRB Tiap Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Rembang NO.
SEKTOR
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanian Pertambangan/Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perushn. Jasa-jasa
Meskipun
kecil
pengaruhnya,
PERSEN THD PDRB REMBANG (%) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 52.40 2.33 5.07 0.44 2.67 18.55 5.51 4.26 8.78
52.80 2.40 5.09 0.44 2.75 18.50 5.37 4.14 8.52
sektor
53.13 2.46 5.00 0.44 2.73 18.39 5.51 4.06 8.29
51.58 2.66 4.99 0.44 2.75 19.46 5.68 4.05 8.38
51.45 2.71 4.98 0.44 2.76 19.64 5.72 4.00 8.29
RATARATA
51.25 2.80 4.96 0.44 2.78 19.87 5.76 3.95 8.19
52.10 2.56 5.01 0.44 2.74 19.07 5.59 4.08 8.41
pertambangan/penggalian
yang
pertumbuhannya progresif diharapkan mampu memberikan dorongan kepada sektor lain yang pertumbuhannya lambat. Mengingat bahwa sektor tersebut potensinya masih cukup besar dan banyak yang belum dimanfaatkan, maka masih mempunyai peluang yang cerah untuk berkembang dan memberikan sumbangan yang besar terhadap pertumbuhan wilayah di Kabupaten Rembang.