BAB V. PEMBAHASAN
5.1 Status Dan Peran Pedagang Perantara Di Bidang Perdagangan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Untuk menjawab tujuan penelitian yang mengacu pada hasil pengamatan di
bab
IV,
menjelaskan
bahwa
status
ibu
Prapti
adalah
sebagai
pengepul/pengumpul. Menurut Kotler (1996), status adalah kedudukan seseorang dalam setiap kelompok atau organisasi, dan Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dilihat dan dijelaskan dalam pengertian status dan peranan. Setiap peranan membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat sesuai dengan peranan yang dilakkukan oleh seseorang. Dari tabel 1 dijelaskan bahwa Peran yang dijalankan ibu Prapti sesuai dengan statusnya sebagai pengepul/pengumpul dalam kegiatan perdagangan dan pemasaran hasil pertanian adalah sebagai orang yang menjalankan tiga peran sekaligus : 1. Yang pertama adalah sebagai orang yang menerima, mengumpulkan, mencari, dan membeli hasil pertanian dari petani atau pun dari para pengepul lain sebagai mitra bisnis di luar dusun. Atau pedagang perantara adalah orang yang berprofesi sebagai pembeli hasil pertanian dari petani (Sadikin dan Sofwan, 2007). 2. Yang kedua sebagai orang yang ikut berjasa dalam memasarkan dan mendistribusikan hasil pertanian dari para petani (pemasok) yang ada di desa, sehingga bisa sampai ke tangan konsumen akhir atau kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirnya barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen, serta memberikan keuntungan bagi produsen, kegiatan pemasaran menyangkut masalah mengalirnya produk dari produsen ke konsumen (Assauri, 1990). 3. Yang ketiga, dari pandangan/persepsi negatif orang selama ini, dan selalu mengkaitkan pedagang perantara dengan tengkulak, bahwa di dalam penelitian
53
ini,
pedagang
perantara
sebagai
penolong
petani
dalam
mengatasi
permasalahan tentang pemasaran hasil pertanian. Untuk memperkuat hal tersebut diperlukan pernyataan, informasi, serta pengakuan dari para key informan. Berikut pernyataan dari ibu Fatimah yang berprofesi sebagai pengepul dan merangkap sebagai mitra bisnis berkaitan dengan status dan peran ibu Prapti dalam bidang perdagangan dan pemasaran hasil pertanian :
4.1.8 Foto ibu Fatimah saat bersama suami, disela-sela kegiatan wawancara di rumahnya.
“Kalau mbak prapti yah...pengepul, pengumpul mas...yang mengumpulkan sayuran dari petani, trus diambil bakul atau pedagang......baru setelah dagangan dibayar bakul, baru mbak prapti membayar ke petani dan tengkulak lain...seperti saya mas.. dan biasanya saya mengambil uangnya pagi mas”...ucap ibu Fatimah saat diwawancari di rumahnya.
Daryanti sebagai adik dari ibu Prapti, menambahkan sebagai berikut : “Kalau mbak prapti sebagai pedagang sayur mas...seperti kulbis, wortel, lombok dan lain sebagainya...(karena jawaban kurang spesifik, maka peneliti terus bertanya untuk mendapatkan jawaban yang diharapkan tentang status ibu prapti)...pengepul mas...atau pengumpul sayuran dari petani mas...khususnya petani yang ada di sini mas...di dusun sowanan”...kalau sehari-hari yah..mengumpulakan sayuran dari petani di sini, kalau dagangan sedang sepi di rumah...biasanya cari di luar dusun mas..yang terpenting bisa membantu petani dalam hal pemasaran sayuran mas...ucap daryanti ketika diwawamcari di rumah kakanya.
Menurut bapak Marjono sebagai pemasok sayuran untuk ibu Prapti, menambahkan :
“Kalau mbak Prapti mas...pedagang sayur atau pengepul, pengumpul hasil pertanian sayuran mas...dari petani. hampir semua petani di sini semuanya larinya ke mbak prapti mas”..kalau peran???(sedikit bingung, tapi akhirnya menjawab): “perannya sebagai orang yang mengumpulkan sayuran dari petani dan dibeli oleh bakul, setelah dibayar oleh bakul, baru mbak prapti membayar ke petani..tapi biasanya saya sekeluarga kalau meminta uang sesuai dengan keperluan dan kebutuhan mas, selain
54
itu mbak prapti sudah menolong petani mas...khusunya dalam hal jual beli sayuran mas”...ucap bapak satu anak ini sambil terseyum, ketika diwawancari di rumahnya.
Bapak Sumarno sebagai supir dari Sutris dan Waginah, pelanggan dari ibu Prapti, juga menambahkan sebagai berikut :
“Kalau ibu Prapti sebagai pedagang sayur atau pengumpul mas...tugasnya yah...sebagai orang yang megumpulkan, mencari hasil pertanian berupa sayuran, seperti kulbis, wortel, lombok dan lain sebagainya dari petani sekitar dan di luar dusun mas...ya..dari situ kan bisa dilihat mas...bahwa mbak prapti selama ini sudah sangat membantu petani. Biasanya saya mengambil dagangan siang mas...yah jam 2an mas, barang yang saya ambil, setelah itu, saya bawa ke pasar di Klaten mas.., terus di ecerkan..., setelah itu...biasanya saya kembali lagi 2 sampai 3 hari ke tempat bu prapti untuk membayar dagangan yang kemarin dan saya mengambil lagi...dan seperti itu terus mas”.....ucap bapak yang sudah lama menjadi supir di sela-sela percakapan dengan peneliti di dalam mobil saat perjalanan menuju Klaten.
Dari pernyataan para key informan tersebut, semakin mempertegas tentang status dan peran ibu Prapti dalam bidang perdagangan dan pemasaran hasil pertanian. Aktifitas yang dilakukan seseorang dalam mengumpulkan, menerima, mencari, serta membeli hasil pertanian baik dari petani atau pun pengepul lain, dan memberikan uang kepada petani dan pengepul lain sebagai bagian dari proses kegiatan jual beli, serta ikut membantu dalam memasarkan hasil pertanian dari petani yang ada di desa. Dari segi persepsi/pandangan negatif orang selama ini yang masih mengkaitkan pedagang perantara sayur dengan tengkulak, bahwa merugikan petani dan lain sebagainya, ternyata tidak terjadi dalam penelitian ini, bahwa dalam penelitian sebagai aspek sosial menjaskan bahwa pengepul malah menjadi penolong bagi petani dalam hal mengatasi masalah pemasaran hasil pertanian. Di saat petani bingung mau menjual kemana sayurannya, dan kalau dijual ke pasar harus memikirkan biaya biaya lagi, apalagi kalau hasil pertanian lebih dari 1 Kwintal bahkan mencapai lebih dari itu, tetapi secara tidak langsung keberadaan pengepul di tengah-tengah kehidupan petani sangat membantu, walaupun keuntungan yang didapat oleh pengepul hanya Rp.100/Kg hasil pertanian, tetapi
55
pengepul tetap memberikan harga yang layak untuk petani, dalam artian pengepul tetap memberikan uang kepada petani sesuai dengan harga pasaran.
5.2 Sistem Pembelian Dan Sistem Penetapan Harga Yang Di Jalankan Menurut para key informan, tentang sistem pembelian dan penetapan harga yang diterapkan dan dijalankan oleh ibu Prapti adalah sebagai berikut : Dari ibu Fatimah yang berprofesi sebagai pengepul dan merangkap sebagai mitra bisnis menjelaskan : “Untuk masalah pembelian sayuran dari petani, biasanya mbak prapti langsung dari petaninya mas...khususnya dari petani setempat to mas..petani datang ke rumah mbak prapti dengan membawa sayuran, terus di timbang dan petani dikasih girik mas..sebagai bukti penyerahan sayuran dan pengambilan uang toh mas..lah misal kalau persediaan di rumahnya sedang kosong, barulah mbak prapti mencari di tempat saya mas...biasanya mbak prapti menghubungi saya terlebih dulu, setelah itu melihat sayuranya, dan setelah sepakat, barulah pada siang hari diambil oleh pelanggannya mbak prapti...dan biasanya saya juga langsung mengantarkan sayuran ke rumah mbak prapti...kalau mobil sedang ada di di rumah dan segala macam urusan keuangan biasanya langsung ke mbak prapt dengan membawa girik mas sebagai bukti pengambilan dagangan... Dan biasanya keuntungannya Rp.100 /kg hasil pertanian, misal mbak prapti mengambil dari petani Rp.1000 /kg , biasanya harga jualnya Rp. 1100 /kg, dan keuntungan mbak prapti Rp.100 /kg hasil pertanian mas...jadi seperti itu mas”...ucap ibu berkerudung ini, ketika diwawancari di rumahnya.
Daryanti sebagai adik dari ibu Prapti menambahkan :
4.1.9 Foto Daryanti saat berada di rumah kakaknya
“Ya...kalau dagangannya dari petani disini mas...petani datang dengan membawa sayuran, ditimbang lalu diberikan girik untuk di bawa pulang dan di bawa kembali pada saat mau meminta uang mas...kalau gak ada girik...wah repot mas... Jadi model perdagangannya seperti itu mas...mbak prapti membeli sayuran dari petani, tetapi uangnya diberikan kemudian hari setelah para pembeli membayar mas... Dan biasanya keuntungannya Rp.100 /kg hasil pertanian, misal mbak prapti mengambil dari petani Rp.1100 /kg , biasanya harga jualnya Rp. 1200 /kg, dan biasanya setiap hari para pembeli
56
datang ambil sayur mas...,ada yang 100 kg s/d 1000 kg lebih, ya lumayan lah keuntunganya mas”...ucapnya saat diwawancari.
Bapak Marjono ikut menambahkan : “Hampir semua petani yang ada di sini, semuanya larinya ke mbak prapti mas, setelah panen langsung di bawa di tempatnya mbak prapti, di timbang lalu dapat girik dan di bawa kembali pas mau ambil uang mas...biasayan petani sini gak tawar menawar soal harga mas...yang terpenting saling percaya dan pengertian mas..sayuran di beli mbak prapti, baru beberapa hari kita minta uangnya mas..hehe..disesuaikan keperluan dan kebutuhan mas..apalagi mbak prapti orangnya jujur dan konsisten pas para petani minta uang, selalu ada mas....Dan biasanya keuntungannya yang di dapat oleh mbak prapti Rp.100 /kg hasil pertanian”...ucapnya saat diwawancari di rumahnya.
Bapak Sumarno juga menambahkan seperti ini : “Kalau untuk konsep pembelian dan penjualan yang diterapkan oleh mbak parpti...yah gini toh mas...kegiatan jual beli sayuran, yang pembayaran bisa dilakukan beberapa hari sesudah penyerahaan sayuran..itu kalau dari petani, kalau dari kami pembeli..ya barang di ambil, beberapa hari kemudian baru di bayar uangnya mas...kan nunggu barang sampai di tempat kami mas...di pasar-pasar di Klaten, biasanya diambil para bakul untuk diecerkan dan semuanya pake girik mas,sebagai bukti pengambilan dan pembayaran,supaya tidak kisruh mas.. biasanya keuntungannya Rp.100 /kg hasil pertanian, misal mbak prapti mengambil dari petani Rp.1100 /kg , biasanya harga jualnya Rp. 1200 /kg mas, ya kalau menurut saya untungnya ya besar mas, lha wong setiap hari bukan saya saja yang datang, tetapi pembeli dari kota-kota lainnya, dan biasanya saya dan yang lainnya ambil sayur mulai dari 100 kg bisa sampai 1000 kg lebih mas, bisa dibayangkan keuntungan yang didapat setiap hari toh mas..ya pokoknya prospek menjalani bisnis sayur mas”..ucapnya disela-sela wawancari di rumahnya di Klaten.
Dari pernyataan key informan di atas, menjelaskan bahwa sistem pembelian dan sistem penetapan harga yang diterapkan dan dijalankan oleh ibu Prapti, adalah sebuah sistem jual beli hasil pertanian yang berupa sayuran, dengan cara mengumpulkan dan mencari sayuran baik dari dari petani atau pun pengepul lain yang berada di luar dusun, untuk di beli sesuai dengan harga pasaran, tetapi pembayaran kepada petani dan pengepul lain dilakukan setelah dagangan diambil dan beberapa hari kemudian dibayar oleh para pembeli. Atau sistem pembelian merupakan fungsi yang bersangkutan dengan pemindahan atau pemilikan
57
sejumlah barang yang dimaksuudkan sebagai persediaan produksi atau untuk keperluan untuk mencukupi kebutuhan. Pengumpulan sangat berkaitan dengan pembelian karena dalam usaha mengumpulkan barang-barang yang diperlukan dari produsen tetuntulah harus di tempuh dengan cara pembelian dan Penjualan merupakan kegiatan untuk mencari dan mengusahakan agar barang-barang yang telah diproduksi atau yang telah dimiliki mendapatkan permintaan pasar (para konsumen) yang cukup baik atau banyak, terutama mengenai kualitasnya dan harganya yang cukup menguntungkan (Kartasapoetra, 1986). Dalam kegiatan jual beli tersebut, menurut key informan, keuntungan yang di dapat oleh ibu Prapti adalah Rp. 100 /kg hasil pertanian, dan omset per hari bisa mencapai Rp.250.000 s/d Rp.500.000, yang didasarkan para pembeli setiap hari ambil sayur dengan berat 100 /kg s/d 1.000 /kg. Dari informasi para key informan, menjelaskan juga bahwa istilah girik memang tidak bisa dilepasakan dari aktifitas pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh ibu Prapti, seperti yang sudah dipaparkan di bab 4, girik merupakan suatu tanda bukti yang diberikan oleh pihak pengepul kepada pihak yang menyerahkan hasil pertanian dan menjual hasil pertanian, serta pihak yang mengambil atau membeli hasil pertanian tersebut, untuk beberapa hari kemudian dijadikan juga sebagai tanda/bukti untuk pihak penyerah hasil pertanian untuk mengambil haknya, dan begitu juga untuk pengepul lain, untuk tanda bukti pengambilan uang, serta pihak pembeli untuk membayar uang dari pengambilan dan pembelian hasil pertanian tersebut. Dari informasi key informan, juga menjelaskan bahwa metode yang dilakukan dan dijalankan oleh ibu Prapti dalam menetapkan sistem pembelian dan sistem penetapan harga dengan cara membeli sayuran dari petani sesuai dengan harga pasaran pada saat itu. Untuk penetapan harga jual, berdasarkan teori yang ada menjelaskan bahwa ibu Prapti hanya menjalankan metode penetapan harga Mark-Up (Mark–Up Pricing Method), metode yang ditunjukan pada produk yang dibeli untuk dijual kembali tanpa memerlukan proses lebih lanjut (Harga Jual = Harga Beli + MarkUp). Mark up merupakan kelebihan harga jual produk di atas harga beli. Keuntungan diperoleh ibu Prapti dari mark up sebesar Rp.100 /Kg dari harga yang diberikan kepada pembeli. Misalnya harga beli dari petani untuk 1 Kg
58
sayuran kulbis Rp.1.000, maka penetapan harga jualnya adalah Rp.1.100 (Rp.1.000 + Rp.100 = Rp.1.100). Dari aktifitas ibu Prapti sebagai pengepul juga menciptakan/menambah kegunaan barang karena tempat, kegunaan karena waktu dan kegunaan karena milik (Assauri, 1990). 1) Kegunaan karena tempat (place utility) : pengangkutan mempunyai arti memindahkan sesuatu produk/barang dari sumber penghasilnya ke pasar atau tempat konsumen pada waktu tertentu yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan atau kepentingan pasar atau konsumen. Dalam hal ini, ibu prapti mengumpulkan sayuran dari petani dan diambil oleh pembeli dari luar daerah untuk di jual kembali, jadi terdapat perbedaan tempat dari proses sumber dagangan menuju ke sumber penjualan. 2) Kegunaan karena waktu (time utility) : yang di maksud dengan kegunaan waktu yaitu kegiatan yang menambah keggunaan suatu barang karena ada proses waktu atau ada perbedaan waktu. Dari hal ini, terjadi perubahan waktu yaitu pada saat pembeli mengambil sayuran di tempat ibu Prapti dan pada saat menjualnya kembali di pasar di Klaten. 3) Kegunaan karena kepemilikan (posesion utility) : kegiatan ini adalah yang menyebabkan bertambah bergunanya suatu barang karena telah terjadi proses pemindahan dari pihak satu ke pihak yang lainnya. Dari hal ini, terjadi proses pemindahan dan kepemilikan barang, mulai dari pihak petani pihak pengumpul/pengepulpihak pembeli.
5.3 Suppplier And Customer Relationship Management Pedagang Perantara Terkait dengan hubungan antara ibu Prapti sebagai pengepul dengan petani (pemasok) dan pedagang (pelanggan), para key informan menjelaskan sebagai berikut : Daryanti sebagai adik dari ibu Prapti menuturkan : “Kalau hubungannya ya...baik mas...sudah kayak keluarga sendiri....emang kayak gitu toh mas...kalau orang-orang di desa...satu dengan yang lainya saling menghargai...apalagi kalau pas ada acara seperti nikahan ataupun kematian kita saling bantu, pas lebaran juga, tidak lupa kita selalu menyambangi rumah-warga semua, bukan hanya
59
sekedar memberi selamat, tetapi menjaga tali silahturahmi mas..ya pokokny sudah kayak keluarga sendiri mas..” “Kalau untuk urusan jual beli, juga sama mas...antara mbak Prapti dengan petani dan para bakul hubugannya baik mas...yang terpenting saling percaya dan pengertian, karena juga sama-sama membutuhkan mas”... “Mbak prapti selalu jujur mas dengan petani, tidak pernah membohongi petani mas...,misal harga pasaran sayuran sawi, untuk saat ini Rp.1.200 /kg, ya..mbak prapti membelinya dengan harga segitu mas...dan biasanya para petani menerima mas...Apalagi kalau petani sedang ada urusan mendadak, biasanya mbak prapti diusahakan selalu ada uangnya mas...ssehingga tidak membuat petani kecewa...mas”...ucapnya pada saat diwawancari di kediaman kakaknya.
Bapak Marjono menambahkan : “Hubungan antara kami dengan mbak prapti ya....sejauh ini baik mas, biasa mas...hubungan orang-orang desa kan seperti itu toh mas, udah kayak keluarga sendiri mas”... “Kalau urusan sayuran, mbak prapti bagus mas...dia pedagang yang baik, jujur, ramah, dan dia mengerti apa yang petani butuhkan mas...terbuka juga, pada saat petani tanya tanya harga sayura...,juga diberitahu. Ketika petani petani bingung, mau dijual kemana hasil pertanian, walaupun pasar ngablak tidak jauh dari rumah...kan semua juga butuh biaya lagi toh mas...misal hasil sayuran lebih dari 100 kg, juga butuh sarana pengangkut dan lain sebagai, dan semua itu juga butuh biaya...kalau disini ada mbak prapti kan enak mas, apalagi mbak prapti punya relasi para bakul yang dari luar daerah sini, yang siap membeli sayuran yang dikumpulakan di rumahnya, apalagi dalam hal pencairan uang, mbak prapti juga selalu ada disaat kita membutuhkan, dan biasanya lewat hp, telpon atau sms, bilang kalau nanti siang mau ambil uang, siangnya waktu kita ambil langsung ada...jadi enak toh mas”...ucap bapak ini, ketika diwawancari di rumahnya.
Bapak Sumarno mewakili dari sutris dan waginah sebagai pelanggan, menjelaskan sebagai berikut :
4.1.10 Foto Sumarno pada saat m.encuci truk yang sering digunakan untuk mengambil sayuran.
“Hubungan antara mbak prapti dengan juragaan saya...sangat baik mas, sampai sekarang, mau itu urusan jual beli sayur atau urusan yang lainya...sama-sama profesional mas, saling pengertian, saling percaya dan kesadaran semuanya saling membutuhkan dan menguntungkan mas, apalagi dalam hal
60
menyambut tamu selalu baik mas..., misal saya waktu ngambil sayuran, disambut baik dan ramah, minuman dan makanan selalu keluar, dan begitu juga untuk yang lainya mas, baik petani yang menyerahkan sayuran dan para pembeli, diaiak ngobrol seputar harga sayur dan setelah urusan selelsai pamitan dan bilang terima kasih ya intinya sikapnya baik mas...kalau kayak gitu ya...enak toh mas, jadi betah, apalagi soal keuangan juga tidak dibuat sulit.. Dan misal sayuran yang kami pesan, pas saya datang, saya langsung melihat sayurnya, dan kalau kurang besar atau tidak sesuai yang dipesan bisa ditukar dengan sayuran yang ada di situ dan lebih sesuai dengan harapan. Untuk pemesanan sayuran, biasanya juragan saya menghubungi mbak prapti lewat hp...telpon dan sms, pesan sayuran...kalau sayuran yang kami pesan sedang tidak musim atau sedang tidak ada, biasaya mbak prapti berusaha untuk terus mencarikan sampai di luar dusun mas, dan mencoba tidak membuat pelangganya kecewa mas...selain itu juga, misal ada komplain dari juragan saya mengenai sayur tidak sesuai yang diharapkan, biasanya mbak prapti juga menerima sebagai masukan untuk kemajuan usahanya mas..ya karena dasar saling percaya dan pengertian tersebut mas, sehingga bisa membuat kami terus-menerus mengambil sayuran di tempat mbak prapti mas, tidak ke tempat lain lagi, di sini terus mas”....ucapnya disela-sela wawancara di rumahnya di Klaten.
Dari pernyataan tersebut, menjelaskan bahwa hubungan yang terjalin antara ibu Prapti dengan para pemasok dan pelangganya sangatlah baik sekali, dan sudah seperti keluarga sendiri. hal itu diperlihatkan bukan hanya dari servis atau pelayanan yang diberikan pihak ibu Prapti kepada para pelanggannya, tetapi hubungan kesetiakawanan dan kekeluargaan yang ditunjukan pada saat ada warga yang sedang punya hajatan ataupun ada yang meninggal secara langsung ikut membantu, pada saat lebaran juga tidak lupa selalu menyambangi rumah para warga semua, bukan hanya sekedar memberi selamat, tetapi menjaga tali silahturahmi agar tidak putus. Dari aktifitas CRM, yang merupakan sebuah cara dalam menghadapi dan memperlakukan pelanggan. Pada intinya, CRM merupakan upaya yang dilakukan tanpa kenal lelah agar perusahaan senantiasa berorientasi pada pelanggan atau customer centric, sehingga bisa menumbuhkan kesetiaan mereka. Dari hal tersebut, menjelaskan sikap yang dilakukan oleh ibu Prapti dalam menghadapi dan memperlakukan pelanggan sangat baik sekali (memberikan kesan yang baik), hal itu ditunjukan ketika menyambut tamu dan para pelanggan sangatlah ramah, diajak ngobrol (memilih percakapan yang baik), ditawari makan dan minum, mengijinkan
pelanggan
untuk
mengecek
61
kembali
sayur
yang
dipesan
(membiarkan pelanggan mengalami sesuatu), dan kalau tidak sesuai bisa ditukar dengan jenis sayur yang sama yang ada pada saat itu. Pada saat menutup pertemuan dengan pelanggan juga tidak lupa selalu mengucapkan “terima kasih” atau “matur nuwun”(menutup interaksi dengan baik), sehingga dari hal hal kecil tersebut mempunyai makna yang dalam untuk menciptakan nilai yang positif di mata pelanggan. Selain itu juga, ibu Prapti juga selalu menerima masukan dari pelanggan untuk kemajuan usahanya (memancing untuk mendapatkan umpan balik), sehingga pelanggan merasa diperhatikan dan dihargai, sehingga bisa menumbuhkan kesetiaan mereka. Berdasarkan pernyataan para key informant, menjelaskna juga bahwa ibu Prapti telah menjalankan teori SRM yang ada. Hal tersebut ditunjukan (komitmen) ibu Prapti dalam memenuhi janjinya memberikan uang pada saat petani meminta dan sedang ada kebutuhan mendesak, baik pemberitahuan terlebih dulu lewat sms atau pun telepon. (Komunikasi) yang terjalin antara ibu Prapti dengan petani (pemasok), ditunjukan pada saat ibu Prapti menawar, dan membeli sayuran dari petani, dan menjelaskan sayuran yang ditawar sesuai dengan harga pasaran, sehingga petani jadi tahu dan merasa diperhatikan dan dihargai. Ibu Prapti juga tidak lupa selalu (diskusi) dengan petani pada saat petani mau mencairkan atau mengambil uangnya, lewat pemberitahuaan terlebih dahulu baik lewat hp, atau pun pada saat petani datang langsung ke rumah ibu Prapti, petani menjelaskan atau menceritakan sedang butuh uang karena ada kebutuhan yang mendesak. Pada saat itu, ibu Prapti langsung memberikan uang kepada petani. Dari hal itu, bisa menarik hati petani sebagai pemasok, serta menumbuhkan kesetiaan mereka. (Kejujuran) dari ibu prapti dalam menawar sayuran dari petani untuk dibeli sesuai dengan harga pasaran, juga membuat petani merasa terkesan, sehingga menciptakan nilai yang positif dimata petani. Ibu Prapti selalu (berbagi informasi) dengan petani, ketika mereka bertanya tentang harga harga sayuran pada saat itu, dari hall ini, menunjukan bahwa ibu Prapti juga tidak menutup diri dan selalu terbuka dengan para pemasoknya. Dari uraian tersebut, pada akhirnya menjelaskan juga kredibilitas sebagai pedagang yang jujur, selalu mengutamakn
62
kebutuhan petani dan serta komitmen yang dipegang teguh untuk selalu menepati janji dalam memberikan uang pada saat petani membutuhkan, bisa dipercaya. Sehingga membuat para petani lebih menghargai dan menghormati ibu Prapti. Dari penjelasan hubungan yang terjalin antara ibu Prapti dengan para pemasok dan pelanggan di atas, pada akhirnya menjelaskan juga sebuah sikap atau perilaku yang dilakukan oleh ibu Prapti dalam menjaga hubungan yang baik dengan pemasok dan pelanggannya, agar para mereka tidak berpindah pada pengepul yang lain dan setia sampai sekarang ini. Ada pun para key informan menjelaskan terkait hal tersebut adalah sebagai berikut : Ibu Fatimah menjelaskan : “Cara yang dilakukan mbak prapti dalam menjaga hubungan yang baik dengan para petani toh mas (ibu ini sedikit bingung dengan pertanyaan yang di ajukan peneliti, walaupun pada akhirnya menjawab), ya...yang di lakukan mbak prapti selalu jujur dengan petani mas...soal harga sayuran, selalu mengusahakan uang itu selalu ada, pada saat petani sedang butuh uang mas...petani sekarang sudah pintar mas, mungkin kalau mbak prapti tidak seperti itu, mungkin petani sudah pindah ke tempat lain toh mas” “Dalam hal pembukuan mbak prapti juga bagus mas, segala transaksi, baik pengumpulan sayur dan pembayaran selalu diberikan girik dan dicatat di dalam bukunya mas...ucapnya disela-sela akhir wawancara di rumahnya, karena hari sudah menjelang maghrib.
Daryanti menambahkan : “Kalau mbak prapti itu mas...dalam bisnis sayur ini, selalu mengutamkan petani mas, selalu jujur dengan petani mas...karena mbak prapti bisa seperti sekarang ini, juga karena mereka juga toh mas...dan bukan hal yang umum lagi mas misal petani atau pun para pembeli datang, selalu di suguhi minuman dan ditawarkan untuk makan mas..ya memang seperti itu mas kehidupan di desa mas...dan kita mencoba memberikan yang terbaik untuk mereka mas” “Dalam hal kerja juga bagus mas, segala pengumpulan sayur dari petani selalu dicatat di buku merah, dan para petani diberikan girik untuk mencairkan uang, begitu juga untuk para bakul mas...sama juga....ucapnya di akhir wawancara di rumah kakaknya.
Bapak Marjono menuturkan sebagai berikut : “Kalau mbak prapti disini sudah terkenal sebagai pedagang yang besar mas.., ramah, sabar, jujur dan selalu mengutamakan kebutuhan petani mas..., sehingga petani disini sangat menghormati mas”....
63
“Kalau cara yang dilakukan mbak prapti agar para petani tidak berpindah ke tempat lain...ya kejujurannya dan selalu mengusahakan yang terbaik untuk para petani mas, misal dalam membeli sayuran dari petani sesuai dengan harga pasaran, dan untuk pencairan uang dan informasi panen dari petani, biasanya juga lewat hp..ya sms atau telpon juga bisa, jadi lebih mudah mas, selain itu, dalam menyambut petani atau para pembeli juga sangat baik mas, sopan, disuguhi minuman, makanan, diajak ngobrol, menghargai mas”...ucapnya diakhir kegiatan wawancara di rumahnya.
Bapak Sumarno menambahi : “Cara-cara yang dilakukan mbak prapti agar para pelanggan tidak lari ke pengepul yang lain...ya gini mas...mbak prapti selalu jujur dengan petani atau pun dengan pembeli seperti kami mas..misal gini mas ada perubahan harga sayuran, mbak prapti selalu menguhubungi kami terlebih dulu mas, sehingga kami tidak kaget dan bisa mempersiapakan uangnya mas...selain itu juga komplain dari pelanggan dijadikan masukan untuk kemajuan usahahnya mas...ya jadi sama-sama enak mas, tetapi semua itu harus ada rasa saling percaya dan saling jujur karena semuanya sama membutuhkan dan sama-sama menguntungkan mas”... “misal saya waktu ngambil sayuran, disambut baik dan ramah, minuman dan makanan selalu keluar, dan begitu juga untuk yang lainya mas, baik petani yang menyerahkan sayuran dan para pembeli, diaiak ngobrol seputar harga sayur dan setelah urusan selelsai pamitan dan bilang terima kasih ya intinya sikapnya baik mas...kalau kayak gitu ya...enak toh mas, jadi betah, apalagi soal keuangan juga tidak dibuat sulit.. Dan misal sayuran yang kami pesan, pas saya datang, saya langsung melihat sayurnya, dan kalau kurang besar atau tidak sesuai yang dipesan bisa ditukar dengan sayuran yang ada di situ dan lebih sesuai dengan harapan. Untuk pemesanan sayuran, biasanya juragan saya menghubungi mbak prapti lewat hp...telpon dan sms, pesan sayuran...kalau sayuran yang kami pesan sedang tidak musim atau sedang tidak ada, biasaya mbak prapti berusaha untuk terus mencarikan sampai di luar dusun mas, dan mencoba tidak membuat pelangganya kecewa mas...selain itu juga, misal ada komplain dari juragan saya mengenai sayur tidak sesuai yang diharapkan, biasanya mbak prapti juga menerima sebagai masukan untuk kemajuan usahanya mas..ya karena dasar saling percaya dan pengertian tersebut mas, sehingga bisa membuat kami terus-menerus mengambil sayuran di tempat mbak prapti mas, tidak ke tempat lain lagi, di sini terus mas...ucapnya meyakinkan kembali kepada peneliti disela-sela percakapan di dalam mobil pada saat perjalanan menuju ke Klaten, sehabis mengambil sayuran. 5.3.1 Aktifitas CRM Pedagang Perantara
Dari pernyataan para key informan di atas, menjelaskan bahwa ibu Prapti sudah menerapkan “costumer relationship management” agar para pelanggannya tidak berpindak ke pengepul yang lain. Yang terdiri dari :
64
5.3.1.1 Memberikan kesan yang baik Sikap ibu Prapti dalam memperlakukan dan menyambut pelanggan sangat baik sekali. Pelanggan yang datang disambut dengan baik dan ramah, dipersilahkan masuk dulu, disuguhi minuman, dan makanan, serta diajal ngobrol sudah seperti keluarga sendiri. Ibu Prapti selalu memberikan informasi, misal tentang perubahan harga sayuran kepada para pedagang sebagai pembeli, dengan maksud agar para pembeli tidak kaget dan bisa mempersiapakan uangnya, karena biasanya para pembeli suka dengan segala sesuatu yang diinformasikan terlebih dahulu. Serta ibu Prapti selalu mengusahakan sayuran yang di pesan oleh para pembeli selalu ada, walaupun para pembeli tidak tahu kalau di rumah ibu Prapti sedang sepi sayuran dan harus mencarikan di luar dusun. Hal tersebut dilakukan oleh ibu Prapti semata-mata hanya ingin memberikan yang terbaik untuk para pelanggannya, agar para pelanggannya tetap setia kepadanya.
5.3.1.2 Menggunakan percakapan yang baik Dalam hal percakapan dengan pelanggan, ibu Prapti tidak suka memonopoli pembicaraanya, mencoba menjadi pendengar yang baik, apa yang pelanggan mau, sehingga memasukan keseimbangan memberi dan menerima. Jadi menciptakan satu lingkungan yang “aman” untuk berinteraksi merupakan satu tugas penting bagi pewawancara untuk tidak memonopoli suatu percakapan dan dengan memperoleh dan mendorong umpan balik dengan menjadi pendengar yang baik. 5.3.1.3 Membiarkan pelanggan mengalami sesuatu Ibu Prapti selalu mengijinkan pelanggan untuk mengecek kembali sayur yang dipesan, dan misal sayur tidak sesuai bisa ditukar dengan jenis sayur yang sama yang ada pada saat itu.
65
5.3.1.4 Memancing mendapatkan umpan balik Ibu Prapti selalu menerima masukan/komplain dari pelanggan untuk kemajuan usahanya, sehingga pelanggan merasa diperhatikan dan dihargai, sehingga bisa menumbuhkan kesetiaan mereka. 5.3.1.5 Menutup interaksi dengan baik Pada saat menutup pertemuan dengan pelanggan, ibu Prapti juga tidak lupa selalu mengucapkan “terima kasih” atau “matur nuwun” sehingga dari hal hal kecil tersebut mempunyai makna yang dalam untuk menciptakan nilai yang positif di mata pelanggan. 5.3.2 SRM Pedagang Perantara Berdasarkan pernyataan key informant dan pembahasan, menunjukan bahwa ibu Prapti sudah menerapkan dan melakukan “supplier relationship management”, yang meliputi sebagai berikut : 5.3.2.1 Komitmen Ibu Prapti selaku pengepul sayur selalu menepati janjinya, ketika ada petani yang meminta uang, baik pemberitahuan terlebih dahulu atau pun petani langsung datang ke rumah pengepul. 5.3.2.2 Komunikasi Dalam hal menawar dan membeli sayuran dari petani, ibu Prapti selalu mengusahakan berkomunikasi terlebih dahulu dengan petani selaku pemasok, hal ini dimaksudkan agar petani tahu dan mengerti tentang harga yang diberikan oleh pengepul. 5.3.2.3 Diskusi Ibu Prapti selalu memberikan waktu, dan kesempatan jika pada saat petani meminta uang, ada yang menjelaskan alasannya mereka, misal ada kebutuhan mendesak, maka mereka butuh uang dsb. 5.3.2.4 Kejujuran Ibu Prapti selalu mencoba jujur pada saat membeli sayuran dari petani, dan mempersilahkan petani untuk mengecek kembali di tempat
66
lain. Hal ini dimaksudkan agar para petani merasa puas dan merasa tidak dibohongi. 5.3.2.5 Berbagi Informasi Berbagi informasi tentang harga pasaran sayuran dengan petani, juga dilakukan agar petani bisa merasakan keterbukaan dari ibu Prapti, sehingga bisa menumbuhkan kesan yang positif, dan pada akhirnya bisa terus menumbuhan kesetiaan para pemasoknya.
5.4
Aspek Sosial Dari hasil pernyataan para key informant, hubungan dari aspek sosial yang
sangat kuat dan terjalin sejak lama, juga menjadi salah satu unsur yang membuat para pemasok dan pelanggan tetap setia dengan ibu Prapti. Aspek sosial tersebut meliputi :
5.4.1 Aspek kekeluargaan Dari hubungan kekeluargaan yang baik terus dibina oleh ibu Prapti kepada para pemasok dan pelanggannnya. Misal dalam hal menyambut pemasok dan pelanggan yang datang sudah layaknya seperti keluarga sendiri, disuguhi minuman, ditawari makan dan diajak ngobrol agar para pelanggan merasa diperhatikan dan dihargai, sehingga pelanggan bisa mendapatkan rasa aman, nyaman dan betah, serta bisa menciptakan nilai yang positif di mata pelanggan. Selain itu, mengalah dengan petani disaat sedang tidak ada uang, dan pengepul harus mengambil uang pribadi, juga dilakukan pengepul agar para pelanggannya bisa tetap setia kepadanya. 5.4.2 Aspek kesetiakawanan sisoal Menjelaskan
bahwa
kesadaran
saling
membutuhkan
dan
menguntungkan di antara Pengepul dengan para pemasok dan pelanggan, membuat kerja sama pengepul dengan pemasok dan pelanggan bisa bertahan sampai sekarang ini, selain itu hubungan kesetiakawanan yang ditunjukan pada saat ada warga yang sedang punya hajatan ataupun ada yang meninggal secara langsung ikut membantu, serta pada saat moment
67
lebaran juga tidak lupa selalu menyambangi rumah para warga semua, bukan hanya sekedar memberi selamat, tetapi menjaga tali silahturahmi agar tidak putus, juga merupakan salah satu cara dalam mempertahankan pemasok dan pelanggan dari aspek sosial, karena hubungan yang sudah terjalin baik itu akan membuat para pemasok dan pelanggan ewuh pakewuh (rasa tidak enak) untuk berpindah ke pengepul yang lainnya.
68