BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1
Dasar Perencanaan dan Perancangan Perancangan yang mengangkat konsep hemat energi listrik merupakan salah satu upaya dalam penerapan arsitektur berkelanjutan. Konsep ini sangat tepat diaplikasikan pada bangunan, khususnya bagi Gedung Rawat Inap Rumah Sakit yang merupakan pelayanan kesehatan yang beroperasi 24jam non-stop. Pengguna menjadi aspek penting yang diperhatikan dalam perancangan, yang menentukan keseluruhan konsep perancangan bangunan, namun tetap mengacu pada penghematan energi listrik, khususnya untuk penghawaan dan pencahayaan.
V.2
Konsep Perencanaan dan Perancangan V.2.1 Konsep Penentuan Pintu Masuk Pintu masuk diletakan di sebelah utara dan selatan tapak, dengan pertimbangan kondisi lalulintas kendaraan, dimana utara dan selatan tapak merupakan akses jalan utama yang sering dilalui kendaraan, Pintu masuk diletakan di tempat yang mudah terlihat, mudah diakses dan tidak menggangu sirkulasi kendaraan lainnya.
Gambar 42. Konsep Enterance
Terdapat 2 pintu masuk dari utara dan selatan tapak yang bertujuan untuk memudahkan akses pencapaian, serta dapat digunakan sebagai jalur evakuasi bila terjadi keadaan darurat. 103
Side enterance diletakan di sebelah barat, dengan pertimbangan posisi side enterance jauh dari massa bangunan rawat inap serta berada dekat dengan area service yang memerlukan akses tersendiri untuk loading barang maupun sampah.
V.2.2 Konsep Zoning Horisontal Bangunan
Gambar 43. Konsep Zoning Horisontal
Orientasi massa bangunan Orientasi massa bangunan mengarah ke selatan tapak, untuk memudahkan akses penghubung dengan bangunan rumah sakit, yang cenderung mengarah ke selatan tapak. Gubahan Massa Bentuk massa Bangunan berbentuk Pipih Memanjang, dengan Orientasi Bukaan massa bangunan ke arah Utara dan selatan sesuai dengan konsep pencahayaan dan penghawaan alami serta, konsep bangunan Rawat Inap yang efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan pada pasien (pasien safety) dengan bentuk pipih memanjang dan koridor double loadaed. Taman Taman selain berfungsi sebagai penghijauan kawasan, berfungsi pula untuk mencegah pemantulan radiasi panas matahari pada material keras, yang dapat memanaskan bangunan.
104
Parkir Perletakan parkitr di atas tapak dengan jumlah terbatas, dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi pengunjung yang ingin parkir hanya sebentar, parkir utama terletak di basement agar tampak keseluruhan bangunan tidak terganggu oleh lahan parkir yang mendominasi tapak.
Konsep Sirkulasi Horizontal Sirkulasi yang akan diterapkan pada perancangan bangunan rawat inap menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini dapat memudahkan pencapaian ke unit-unit hunian (kamar). Jenis koridor yang akan digunakan adalah double loaded, dengan pertimbangan kemudahan pencapaian tiap unit dan dapat menampung unit lebih banyak dan penggunaan lahan menjadi lebih efisien, Nurse Station menggunakan pola sirkulasi terpusat, disebabkan karena sebagian besar kegiatan akan dilakukan terpusat dari satu (1)titik, yaitu connector bride dan core yang menjadi pusat kegiatan pelayanan rawat inap. dimana connector bridge diletakan 1 level dibawah kamar perawatan.
dari RS
Gambar 44. Layout kamat Perawatan
105
V.2.3 Konsep Zoning Vertikal Tapak
Gambar 45. Zoning Vertikal Tapak
Connector Bridge, digunakan untuk menghubungan 2 massa bangunan, terdapat 2 jenis connector, yaitu untuk pasien dan untuk loading. Connector Bridge Pasien, diletakan di atas tapak, berupa jembatan di lantai 2 rumah sakit, sebagai jalur akses ke lokasi rawat inap dari rumah sakit, letak jembatan berdasarkan pertimbangan terhadap fasilitas lantai 2 rumah sakit yang merupakan bagian poliklinik, sehingga memudahkan akses pasien yang akan dirawat setelah berkonsultasi. Serta pertimbangan agar jalan raya tetap dapat diakses untuk jalur umum. Connector Bridge Service diperlukan karena letak fasilitas penunjang medis dan penunjang klinik terletak pada massa bangunan rumah sakit, seperti Laundry dan CSSD untuk mencuci Linen kotor dan desinfeksi peralatan kesehatan, sehingga sebaiknya jalur ini terpisah dari jalan umum yang biasa dilalui pasien.
V.2.4 Konsep Zoning Vertikal Bangunan Massa Bangunan dibuat beberapa lapis, dengan pembagian zona lantai digunakan dasar untuk fasilitas penunjang bangunan, dan kamar kamar perawatan diletekan di lantai berikutnya. 106
Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan
Fasilitas penunjang yang terletak di lantai 1 terutama berada di sebelah Timur tapak, dengan pertimbangan memperoleh cahaya matahari pagi, sehingga membantu penghematan energi listrik tanpa penerangan buatan. Basement untuk parkir, menggunakan sistem semi basement pada basement (satu)
dan penggunaan sistem cut and fill untuk
mencegah perusakan daerah resapan, pada basemen terdapat ruang sevice seperti ruang genset, panel serta ruang STP, yang terletak di dekat side Enterance yang bertujuan agar, akses tersebut terpisah dari jalur umum dan terletak jauh dari bangunan utama yang membutuhkan ketenangan dan kebersihan. Jalur service yang terletak di dekat side enterance bertujuan untuk memudahkan akses pembuangan sampah dan karena terletak jauh dari gedung utama.
Konsep Sirkulasi Vertikal Sirkulasi vertikal bangunan akan menggunakan tangga, lift dan ramp. Tangga dapat digunakan pada saat keadaan darurat, seperti kebakaran 107
dimana lift tidak dapat digunakan. Sedangkan lift sangan dibutuhkan untuk bangunan tingkat tinggi agar dapat memudahkan penghuni dalam pencapaian ke ruangan tertentu, ramp berfungsi untuk pengguna bangunan yang cacat atau lanjut usia, yang tidak memungkinkan mereka menggunakan tangga.
V.2.5
Konsep Perancangan Kamar Berdasarkan tanalisa yang telah dilakukan kamar pasien dibedakan menjadi 2 tipe berdasarkan usia pasien, yaitu untuk pasien dewasa dan anak-anak. Dengan layout kamar yang sama namun, penggunaan material interior ruang kamar disesuaikan dengan
usia
pasien (anak) dengan nuansa yang lebih ceria dan berwarna.dengan seluruh kamar perawatan merupakan kelas III dengan jumlah 5 bed/kamar dilengkapi dengan 1 kamar mandi, TV dan area tunggu untuk masing-masing keluarga pasien. Area tunggu dapat menggunakan furniture built-in berupa sofabed yang dapat di tarik menjadi kasur pada malam hari, untuk memaksimalkan area kamar yang ada, serta memberi kenyamanan bagi keluarga pasien tanpa mengganggu layout ruang kamar pada siang hari.
Gambar 47. Layout Unit Kamar Perawatan
108
Perancangan Menggunakan modul untuk menghemat waktu pengerjaan
dan,
penggunaan
material
yang
dapat
membantu
penghematan energi listrik untuk penghawaan dan pencahayaan dalam bangunan. Material prefabrikasi yang digunakan adalah Beton Aerasi Ringan, yang disesuaikan dengan modul kamar perawatan dengan jarak bentang antar kolom 660 x 900 cm,yang menyesuaikan dengan material prefabrikasi yang tersedia, sehingga diperoleh ukuran panel yang digunakan adalah: Lebar.60, Panjang.330 Tebal 15cm.
Gambar 48. Panel Lantai Prefabrikasi
V.2.6 Konsep Sistem Struktur Pondasi yang akan digunakan pada bangunan rawat inap ini adalah pondasi tiang pancang dengan sistem hidrolik. Hal tersebut dikarenakan getaran yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan cukup kecil sehingga cocok untuk digunakan di daerah tapak yang akan dibangun karena getaran yang dihasilkan kecil, maka akan memperkecil pula kemungkinan kerusakan pada lingkungan. Untuk upper structure, akan menggunakan portal dengan beton bertulang untuk bagian hunian karena pada hunian tidak membutuhkan bentangan yang lebar, sedangkan bentangan yang melebihi 9 meter pada ruang seminar akan menggunakan truss baja untuk mengurangi kebutuhan ruang bagi tinggi balok dan dikondisikan agar tidak terjadi lendutan.
109
V.2.7 Konsep Hemat Energi Listrik Dari analisa terhadap pembayangan matahari yang berpengaruh besar dalam aspek perancangan karena, sinar matahari yang dapat menjadi potensi untuk pencahayaan dan kedala dalam penghematan energi listrik, akibat radiasi panas yang dapat meningkatkan beban listrik pendingin ruangan,maka: Penerangan alami: Meletakan bukaan-bukaan pada sisi utara dan selatan unit kamar perawatan, sehingga kamar perawatan tidak menggunakan penerangan buatan pada siang hari. Penerangan buatan Unit-unit kamar perawatan akan menggunakan pencahayaan buatan ini, tingkat terang cahaya akan dirancang sesuai peraturan yang berlaku, dengan intensitas 100-200 lux dan dibawah 50 lux (saat tidur). Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan lampu recessed, lampu ini memberikan pancaran yang lembut dan tidak langsung menerangi ke area yang diterangi serta tidak mengumpulkan debu. Penghawaan Penghawaan
dalam
bangunan
dibagi
menjadi
2,
yaitu
penghawaan alami dan buatan. Penghawaan buatan dapat dilakukan pada kamar perawatan dengan penggunaan AC slit duct yang dapat dimatikan apabila kamar perawatan sedang tidak digunakan. Sedangkan, penghawaan alami dalam bangunan rawat inap dapat dilakukan dengan ventilasi silang agar udara dapat mengalir pada koridor bangunan. Fasade Untuk mengurangi radiasi panas matahari langsung pada area barat yang banyak memperoleh radiasi matahari menggunakan overstek pada jendela agar ruangan tetap memperoleh cahaya mataharu namun mengurangi radiasi panas yang masuk dalam bangunan dan dapat meningkatkan beban energi listrik untuk pendingin ruangan.
110
Gambar 49. Analisa Pembayangan (google sketch-up) 111
V.2.8
Konsep Pewarnaan Ruang Pewarnaan ruang luar kamar akan dibagi menjadi 2 sesuai pembagian tipe berdasarkan usia, untuk perawatan anak, warna ruang luar kamar, seperti koridor, ruang tunggu, akan digunakan warna-warna yang ceria dan colourfull terutama merah, peach/kuning dan hijau muda. Sedangkan untuk perawatan dewasa akan digunakan warna putih/ abu-abu muda dan hijau muda, karena warna tersebut merupakan yang netral dan dapat memberi rasa nyaman serta membantu menenangkan syaraf. Pewarnaan ruang luar selain unit hunian seperti lobby dan reseption akan menggunakan warna dominan putih dan dipadukan warna coklat yang memiliki kesan hangat dan menyambut (welcoming).
V.2.9
Konsep Utilitas
Proteksi Kebakaran Proteksi pasif menggunakan tangga darurat atau struktur bermaterial tahan api. Tangga kebakaran maksimal berjarak 30m dari unit hunian,12m dari koridor buntu, lebar koridor minimum 180 cm. Sedangkan, proteksi aktif, menggunakan hidran, sprinkler, APAR dan alarm. Penyediaan alarm dirancang dengan peletakkan setiap 20m pada koridor, sprinkler otomatis yang diletakkan setiap 9m dengan daya jangkau 25 m2/unit. Hidran dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam tangga kebakaran, dilengkapi selang, katup, tabung pemadam, serta alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari menara air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk keperluan darurat. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang. Sumber airnya dari sistem hidran kota.
Sistem Pembuangan Limbah Limbah Medis Sistem pengangkutan sampah yang akan diaplikasikan pada bangunan rawat inap ini adalah sistem pengangkutan door-to-door.
112
Setelah sampah dikumpulkan dari tiap unit hunian per lantai, sampah kemudian di angkut melalui jalur service, menuju tempat pemusnahan (incenerator). Sedangkan untuk limbah medis cair, menggunakan sistem shaft karena bangunan rawat inap ini terdiri dari beberapa lapis lantai. Limbah Non Medis Limbah non medis merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan dapur, kantor dan taman, sampah tersebut diangkut menuju tempat penampungan sampah sementara, atau untuk sampah-sampah organik dapat menggunakan sistem biopori untuk membantu menjaga kesuburan tanah.
V.3
Tuntutan Rancangan V.3.1 Terhadap Aspek Manusia Rawat inap ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan rawat inap, khususnya kelas III. Hunian ini dirancang dengan memperhatikan perilaku pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan pasien, Dengan demikian dapat diketahui kebutuhan-kebutuhan serta perancangan kamar yang sesuai untuk pasien.
V.3.2 Terhadap Aspek Lingkungan Orientasi massa bangunan rawat inap menghadap timur dan barat, untuk itu penggunaan sunshading diperlukan untuk mengurangi radiasi panas yang masuk, dan untuk membelokan arah angin agar terjadi cross ventilation dalam bangunan. Disekitar bangunan juga akan diberikan pepohonan sebagai sound buffer dari bising dan penghijauan lingkungan, selain itu juga berfungsi sebagai elemen pendukung estetika bangunan.
V.3.3 Terhadap Aspek Bangunan Bangunan rawat inap ini dirancang dengan mengacu pada konsep sustainable, khususnya dalam penghematan energi listrik dimana
113
bangunan tersebut akan dirancang agar kenyamanan thermal pasien dengan penghawaan buatan dapat tercapai, namun minim dalam penggunaan energi listrik, yang meliputi beberapa aspek seperti, layout ruang,
pencahayaan,
pewarnaan
pada
karakteristik ruang yang baik dapat tercapai.
114
ruang,
utilitas
sehingga