BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN KELEMAHAN PENELITIAN
Bab ini memuat kesimpulan dari uraian pada bab-bab sebelumnya serta rekomendasi terkait dengan hasil kesimpulan tersebut. Bab ini juga menguraikan secara ringkas kelemahan-kelemahan yang ada dalam penelitian ini. V.1. Kesimpulan Dari uraian pada bagian-bagian sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa pola operasional layanan angkot pada trayek Cicaheum-Ciroyom sangat dipengaruhi oleh perilaku pengemudi sebagai respon terhadap kondisi lingkungan operasionalnya. Tujuan utama operator angkot, terutama pengemudi, adalah memaksimalkan pendapatan yang dimungkinkan karena tidak adanya standar kualitas layanan yang harus dipenuhi oleh operator. Pola operasional angkot sebagai respon pengemudi terhadap kondisi lingkungan terdiri dari luas layanan, yang tergambar dari panjang lintasan yang ditempuh dan ruas-ruas jalan tertentu yang dilintasi, waktu untuk melakukan pergerakan, yang tergambar dari frekuensi layanan (bervariasi menurut waktu dan ruang) dan adanya kecenderungan pada sebagian pengemudi untuk bergerak hanya dengan tingkat keterisian kendaraan tertentu (ngetem). Keputusan pengemudi angkot sehari-harinya sebagai respon terhadap kondisi lingkungan, yang membentuk pola operasional layanan, memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kinerja finansial sehingga pengemudi memperoleh keuntungan sebagai bagian perolehan yang dapat dibawa pulang (take home pay).
V.1.1. Pola operasional dan kinerja finansial pengemudi 1.
Dalam upaya memaksimalkan pendapatan, pengemudi angkot lebih sensitif terhadap kondisi jumlah penumpang karena berhubungan langsung dengan penerimaan pengemudi sementara terhadap kondisi kemacetan lalu lintas pengemudi cenderung tidak peduli.
100
Pada kondisi jumlah penumpang yang rendah, respon pengemudi relatif beragam yaitu melakukan pemotongan rute (32,8% dari 67 responden), ngetem (37,3%), tetap beroperasi/melintas sesuai ketentuan (28,4%) dan 1,5% sisanya tergantung dari perolehan pendapatan (berhenti beroperasi setelah target terpenuhi). Beragamnya respon pengemudi ini menunjukkan bahwa pengemudi memiliki alternatif pilihan untuk melakukan maksimalisasi pendapatan Terhadap kondisi kemacetan lalu lintas, 64,2% dari 67 orang responden tidak peduli dengan tetap melintas sementara sisanya melakukan pemotongan rute (14,9%) atau berupaya mencari lintasan alternatif (20,9%) menghindar dari kemacetan. 2.
Dalam upaya melakukan optimalisasi pendapatan, panjang pergerakan angkot ditentukan oleh keputusan pengemudi sebagai respon terhadap jumlah penumpang. Luas layanan rata-rata angkot pada arah Cicaheum menuju Ciroyom adalah 94,59% dari panjang lintasan trayek 12,67 km dan dari arah Ciroyom menuju Cicaheum rata-rata 90% dari panjang lintasan trayek 14,48 km. Pada arah dari Terminal Cicaheum menuju Terminal Ciroyom pemotongan rute terjadi, dengan tidak melintas sampai ke Terminal Ciroyom, karena jumlah penumpang pada daerah tersebut relatif rendah yaitu rata-rata 2,3 org/km (Senin), 1,5 org/km (Jum’at) dan 0,7 org/km (Minggu). Sementara dari arah Terminal Ciroyom menuju Terminal Cicaheum pengemudi angkot tidak melakukan pemotongan rute karena jumlah penumpang pada daerah sekitar Terminal Cicaheum relatif tinggi yaitu 9,2 org/km (Senin), 6,3 org/km (Jum’at) dan 5,8 org/km (Minggu).
3.
Kinerja finansial pengemudi yang diukur dari rasio pendapatan terhadap biaya operasional sehari-hari sebagian besar (49 dari 67 responden, 73%) berada pada interval 1,5 sampai 1,7 yang berarti pengemudi memperoleh
101
marjin
keuntungan
50%-70%
dari
total
biaya
operasional
yang
dikeluarkannya. 4.
Kinerja finansial pengemudi memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan respon pengemudi terhadap kondisi jumlah penumpang yang sedikit maupun terhadap kondisi adanya kemacetan lalu lintas Terhadap kondisi rendahnya jumlah penumpang, kinerja finansial pengemudi sebagian besar adalah antara 1,5 sampai 1,7 (73% dari 67 responden) dengan koefisien kontingensi C = 0,644, namun kecenderungan pemusatan besaran rasio pendapatan terhadap biaya pada interval 1,5 ~ 1,7 tidak menunjukkan adanya hubungan yang unik dengan pilihan keputusan tertentu dari pengemudi apakah akan melakukan pemotongan rute, ngetem ataupun tetap beroperasi sesuai dengan ketentuan karena pada ketiga kemungkinan perilaku tersebut, kinerja finansial pengemudi ternyata juga memusat pada interval 1,5 ~ 1,7. Terhadap kondisi kemacetan lalu lintas, kinerja finansial pengemudi sebagian besar adalah antara 1,5 ~ 1,7 (71,6% dari 67 responden) dengan koefisien kontingensi C = 0,587.
5.
Dibanding respon pengemudi terhadap kondisi jumlah penumpang yang beragam, respon pengemudi terhadap kondisi kemacetan menunjukkan kecenderungan bahwa sebagian besar pengemudi angkot (64,2% dari 67 orang responden) tidak peduli dengan tetap melintas pada lokasi kemacetan dan sebagian besar (74%)
dari pengemudi yang memilih keputusan ini
memiliki kinerja finansial 1,5 ~ 1,7 dengan rata-rata sebesar1,59. Namun pengemudi yang memilih melakukan pemotongan rute dengan menghindari kemacetan, rata-rata kinerja finansialnya lebih tinggi yaitu sebesar 1,81 sementara yang mencari lintasan jalan alternatif memiliki kinerja finansial yang hampir sama dengan yang tetap melintasi kemacetan yaitu 1,58.
102
V.1.2. Kualitas layanan angkot 1.
Mayoritas penumpang angkot menilai bahwa layanan angkot yang diberikan dewasa ini cukup memuaskan (75% dari 100 responden) namun mayoritas pengguna angkot ini (47%) termasuk kategori paksawan (captive riders) sehingga tidak menjamin bahwa tanpa adanya perbaikan kualitas layanan mereka akan tetap menggunakan angkot apabila kondisi ekonomi memungkinkan untuk memiliki kendaraan pribadi.
2.
Terhadap usulan perbaikan kualitas layanan, mayoritas pengemudi tidak setuju apabila dilakukan pengaturan titik-titik perhentian secara ketat, sebaliknya terhadap usulan pembatasan jumlah dan spesifikasi teknis kendaraan mayoritas pengemudi menyatakan setuju sementara terhadap usulan penjadwalan keberangkatan angkot, pengemudi tidak menunjukkan kecenderungan pengelompokan sikap antara setuju-tidak setuju ataupun netral. Respon ini menunjukkan kecenderungan bahwa pengemudi angkot akan berupaya mempertahankan kondisi layanan yang ada sekarang yang terbukti menjamin tingkat pendapatan mereka dan karenanya akan menghalangi kemungkinan adanya pesaing baru.
V.2. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan di atas beberapa hal yang dapat disarankan kepada pemerintah kota selaku pengelola transportasi perkotaan adalah sebagai berikut: 1.
Ijin trayek yang selama ini melekat pada kendaraan dan bersifat quantity license secara bertahap diarahkan ke arah quality license dengan ijin trayek tidak melekat pada unit kendaraan langsung melainkan pada operator dengan kewajiban untuk menyediakan layanan dengan kriteria dan kualitas layanan tertentu
2.
Ijin operasi angkutan umum diberikan dalam bentuk kontrak kerja antara operator dan pemerintah kota dengan hak dan kewajiban yang jelas bagi 103
masing-masing pihak, klausul pemutusan kerja sama dalam hal terjadi wanprestasi dan sebaliknya opsi prioritas perpanjangan kerja sama bagi operator yang berprestasi melebihi dari standar yang ditetapkan. V.3. Kelemahan Studi Untuk dapat memberi gambaran pola operasional layanan angkot secara umum di Kota Bandung, penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu: 1.
Penelitian dilakukan hanya pada satu trayek dari 38 trayek angkot yang ada di Kota Bandung. Masing-masing trayek angkot memiliki karakteristik wilayah layanan yang berbeda-beda dengan kondisi lingkungan operasional yang juga beragam sehingga terdapat kemungkinan bahwa respon pengemudi terhadap kondisi lingkungan juga akan bervariasi antar trayek.
2.
Penelitian tidak memperhitungkan adanya tumpang-tindih trayek yang ada pada koridor Cicaheum-Ciroyom. Tumpang-tindih lintasan beberapa trayek pada koridor yang sama merupakan salah satu kondisi operasional yang dihadapi oleh pengemudi angkot dimana penumpang memiliki banyak alternatif dalam pergerakan. Terdapat kemungkinan bahwa sekalipun calon penumpang memiliki asal dan tujuan perjalanan yang dapat dilayani oleh trayek Cicaheum-Ciroyom ini, namun dengan adanya tumpang tindih 5 trayek pada lintasan ini, penumpang dapat menggunakan angkot trayek lain yang melintas pada ruas jalan yang sama.
104