BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Penelitian ini membuktikan bahwa seniman telah memiliki kesadaran dalam mempresentasikan karya sebagai pertunjukan. Hal ini terlihat dari adanya manipulasi medium yang dilakukan oleh seniman seni rupa baik dalam bentuk karya interaktif atau tidak. Penelitian berjudul “Seni Instalasi Karya Heri Dono sebagai Pertunjukan” dilakukan untuk mengetahui latar belakang Heri Dono
dalam
membuat
karya
instalasi
sebagai
sebuah
pertunjukan. Penelitian dilakukan dengan studi kasus karya seni instalasi S.O.S Rescue Me (2015) dan Fermentation of Nose (20112015). Proses kreatif Dono dilakukan melalui pembagian kerja yang terdiri atas 3 tahap, kontemplasi, studi, dan praktik bekerja. Berdasarkan hasil penelitian, Heri Dono membangun konsep karya instalasinya melalui konsep fermentasi yang mencakup pengumpulan dan penyimpanan benda temuan, pembuatan sketsa serta pengendapan ide-ide mikro. Kekuatan riset menjadi poin penting dalam proses kreatif yang dilakukan melalui membaca buku, melihat film, dan berbincang dengan orang lain.
135
Sesuai teori David Davies, karya Fermentation of Nose dibuat melalui serangkaian proses manipulasi medium yang terlihat dari segi ide bentuk, penyusunan ruang, dan penambahan unsur kinetik serta suara. Dono berusaha membangun tiruan sekaligus suasana belajar. Atmosfer yang tercipta terasa seperti aslinya dan seolah-olah sedang terjadi pada saat itu juga. Keseluruhan elemen tersebut menimbulkan situasi kehadiran yang nyata. Sesuai teori Claire Bishop, jenis pengalaman saat melihat karya Fermentation of Nose bukan hanya bangkitnya persepsi (heightened perception) tetapi juga adegan mimpi (the dream scene). Terdapat narasi, setting tempat, dan situasi dalam karya tersebut. Terdapat beberapa aspek yang tidak berhasil pada karya tersebut. Pertama, bentuk partisipasi diharapkan lebih dari sekedar
menghidupkan
karya,
tetapi
juga
memasukinya.
Berdasarkan hasil pengamatan, poin tersebut kurang berhasil. Penonton yang menikmati karya umumnya hanya menghidupkan karya dan berdiri di depan karya sambil berfoto. Kondisi tersebut disebabkan adanya larangan bagi pengunjung untuk menyentuh atau memasuki beberapa karya Art Jog. Kedua, pendisplayan cukup terganggu karena karya Dono berada pada area yang dikelilingi karya interaktif, seperti karya video Loss of Limit (2015) dan L’Obscura (2015). Pendisplayan tersebut telah diupayakan
136
semaksimal mungkin oleh penyelenggara, mengingat karya Art Jog 8 merupakan karya intermedia dan interaktif. Salah satu aspek pertunjukan dalam seni instalasi yaitu presentasi karya yang dapat dilakukan lebih dari satu kali. Terdapat beberapa alasan yang melandasi perpindahan ruang pamer pada karya Fermentation of Nose, yaitu adanya peluang karya menyampaikan isu hari ini, ketidakpuasan seniman atas teknis penyajian karya sebelumnya, dan perbedaan ruang yang mempengaruhi bingkai pembacaan karya. Keseluruhan aspek tersebut sangat terasa karena adanya perbedaan kondisi sosial budaya masyarakat di kedua ruang pamer. Keterbacaan karya bersifat relatif dan bergantung pada ketertarikan serta kedekatan penonton dengan karya. Karya kedua yang berjudul S.O.S Rescue Me memberikan pengalaman heightened perception. Persepsi penonton dikaburkan oleh pemilihan medium berupa boneka seukuran manusia normal. Pemilihan letak ruang dan pencahayaan yang gelap cukup sesuai dengan harapan seniman. Namun efek psikologis tidak terasa kuat karena adanya suara video Nobody’s Land yang didisplay di ruangan yang sama. Kedua karya tidak berhubungan dan berbeda dari segi konsep serta bentuk karya. Karya Nobody’s Land dirasa lebih mendominasi karena bersifat interaktif.
137
Berdasarkan
hasil
penelitian,
presentasi
kedua
karya
menyuguhkan sebuah pertunjukan. Hal tersebut ditandai adanya kesadaran seniman dalam memanipulasi media yang ditujukan bagi
penonton,
adanya
partisipasi
penonton,
dan
adanya
kebutuhan diapresiasi penonton. Partisipasi penonton tidak hanya melihat, tetapi dapat mengelilingi, memasuki dan menghidupkan karya. Aspek teatrikalitas terjadi saat penonton berinteraksi dengan karya tersebut dalam durasi waktu tertentu. Khususnya pada karya Fermentation of Nose, penonton menjadi kunci yang menghidupkan karya. Hal tersebut sesuai dengan teori Davies bahwa karya seni apapun, merupakan sebuah pertunjukan. Latar belakang Heri Dono mempresentasikan karya seni instalasi sebagai pertunjukan didasari masa kecil dan riwayat keluarga yang berdekatan dengan dunia pewayangan. Sang ibu mengenalkan kisah wayang dan sastra Jawa kuno pada Dono. Kecintaan
tersebut
semakin
berkembang
saat
Dono
aktif
menyerap informasi dari seniman pertunjukan di TIM pada akhir 70-an. Eksplorasinya bertambah saat Dono mempelajari seni pertunjukan wayang pada dalang Sukasman pada 1987 hingga 1988. Latar belakang tersebut mendorong eksplorasi Dono dalam menggabungkan berbagai disiplin seni yang berbeda. Bentuk karya non konvensional, aspek intermedia, dan interaktivitas karya merupakan hasil peleburan seni rupa dan seni pertunjukan
138
khas Dono. Hal tersebut menunjukkan adanya kesadaran Dono dalam
mempresentasikan
karya
seni
rupa
menjadi
sebuah
pertunjukan yang membutuhkan kehadiran penonton. B. Rekomendasi Penelitian ini hendaknya dapat memberi tambahan referensi mengenai proses berkarya dan presentasi karya oleh seniman seni rupa. Bentuk karya interaktif dan intermedia menjadi salah satu pilihan yang menarik bagi seniman saat ini. Keterbukaan dan kemudahan akses sumber data yang diberikan oleh seniman, kurator, maupun galeri, menjadi poin penting yang mendukung hasil penelitian. Penelitian ini juga membuka peluang untuk penelitian berikutnya berdasarkan perspektif yang lain, misalnya gender. Beberapa poin tersebut hendaknya dapat dijadikan masukan bagi penulis sekaligus pihak terkait untuk keperluan penelitian berikutnya yang sejenis.
139