BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat tiga hal yang penulis simpulkan dalam bab ini sehubungan dengan permasalahan yang dibahas pada skripsi yang berjudul “Dampak Perbedaan Strategi Pemimpin Angkatan Bersenjata Jerman (Hitler dan Dönitz) : Peranan U-boat Dalam Blokade Inggris Di Lautan Atlantik 1939-1944”. Kesimpulan yang penulis paparkan menggunakan kajian interdisipliner, yaitu memakai ilmu politik, psikologi, dan konep-konsep kemiliteran (taktik, strategi dan perang) yang mendukung pembahasan pada bab 4. Dengan merujuk pada pada ilmu dan konsep tersebut, kesimpulannya adalah sebagai berikut : Pertama, perbedaan taktik strategi perang antara dua petinggi yang paling berpengaruh (Hitler dan Dönitz) pada peranan U-boat dalam blokade Inggris di lautan Atlantik 1939-1944 menjadi salah satu pemicu kegagalan Jerman dalam PD-II. Pada pembahasan pertama ini penulis menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu memakai konsep perang yang didalamnya meliputi taktik dan strategi perang. Selain itu penulis menggunakan konsep dari ilmu psikologi yaitu konsep kepemimpinan yang mengacu pada bagaimana gaya kepemimpinan berpengaurh pada keberhasilan
121
122
mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pertempuran. Karena dengan adanya perbedaan taktik dan strategi tersebut membuat kurang maksimalnya penyerangan, karena penyerangan terpecah pada beberapa misi penyerangan. Latar belakang Hitler menjadi prajurit angkatan darat membuat pemahaman akan pentingnya sebuah kekuatan laut sedikit terabaikan, tidak hanya itu pengaruh pemikiran Erich Raeder selaku pemimpin tertinggi Kriegsmarines membuat Hitler lebih menyukai dan memahami arti kekuatan laut berdaswarkan kuantitas (besar atau kecilnya sebuah kapal perang). Sedangkan Dönitz yang berlatar belakang sebagai lulusan angkatan laut sangat memahami betul apa yang seharusnya Jerman lakukan menghadapi Inggris. Salah satunya adalah menggagalkan pengiriman barang-barang mentah yang diimpor dari Amerika ke Inggris, Dönitz meyakini jika Jerman berhasil blokade denga cara menenggelamkan kapal-kapal dagang milik Inggris maka cepat atau lambat kekuatan Inggris akan melemah, sehingga Kriegsmarines mudah untuk mengalahkannya. Tidak hanya itu, perubahan konsep Hitler dari ofensif menjadi semi defensif membuat keberadaan kapal-kapal tempur permukaan terlihat sia-sia. Tetapi pada akhirnya perbedaan latar belakang antara Hitler dan Dönitz menjadi sebuah pemicu kegagalan Jerman pada kancah PD-II. Kedua, jalannya blokade Inggris yang dilakukan oleh Kriegsmarines berlangsung sangat sengit. Pada awalnya jalannya blokade berlangsung sangat membanggakan dengan berhasil menorehkan prestasi yang luar biasa, dengan berhasil menenggelamkan hingga ribuah ton kapal-kapal dagang Inggris. Jika dilihat
123
dari konsep geopolitik, pemilihan Dönitz dengan menggunakan taktik jalur laut sangat tepat jika diaplikasikan pada Inggris. Karena Inggris merupakan salah satu negara kepulauan yang sangat tergantung pada jalur laut untuk menopang keperluan nasionalnya. Maka dengan cara memotong urat nadi Inggris, Jerman mampu membuktikan kemenangannya pada PD-II. Tetapi prestasi yang diperoleh tidak cukup membuat Jerman lega, pasalnya dengan makin pesatnya teknologi yang dikembangkan oleh Inggris untuk membuat antikapal selam, dan juga masuknya Amerika pada pertempuran di lautan Atlantik, maka dengan perlahan tapi pasti kekuatan Kriegsmarines mulai melemah dan akan segera menemukan ajalnya. Apabila Hitler mau mendengarkan strategi Dönitz, tidak menutup kemungkinan Jerman akan keluar sebagai pemenang pada PD-II. Karena satu-satunya yang bisa melumpuhkan kekuatan Royal Navy adalah dengan menggunakan U-boat, dengan jumlah tonase yang sangat besar dalam menggelamkan kapal-kapal dagang milik Inggris, dan hal tersebut hampir membuat Inggris bertekuk lutut pada Jerman. Prestasi yang ditorehkan U-boat dengan taktik “Wolfpack” yang diciptakan sendiri oleh Dönitz pada awal PD-II menjadi bukti nyata bagi Dönitz untuk mengangkat derajat armada U-boat sejajar dengan kapal-kapal perang permukaan. Ketiga, perbedaan strategi Hitler dan Dönitz mempunyai dampak yang sangat besar pada sepak terjang armada U-boat (Kregsmarines). Kurangnya dukungan baik secara moril dan materil, menjadikan armada U-boat tidak dapat memaksimalkan kemampuan potensi yang dimilikinya. Minimnya armada yang tersedia, lambatnya
124
pengembangan teknologi, serta kurannya inovasi taktik-taktik baru membuat kondisi armada U-boat semakin parah. Tidak hanya itu,
majunya teknologi yang
dikembangkan oleh Inggris beserta Sekutunya membuat ketangguhan U-boat melemah secara perlahan-lahan. Produksi masal antikapal selam juga maraknya patroli udara yang dilakukan RAF Inggris, dan bergabungnya Amerika Serikat membuat
keberadaan
U-boat
makin
tersudut.
Kegagalan
demi
kegagalan
meneggelamkan kapal-kapal dagang Inggris membuat Berlin kehilangan armada andalannya. Gencarnya perburuan pada U-boat di lautan Atlantik menjadi ancaman serius bagi Kriegsmarines, untuk tetap mempertahankan pertempuran melawan Inggris. Tidak hanya itu, letak geografis Inggris menjadi modal utama pada prinsip teori geopolitik untuk membuat perisai diri dari serangan lawan. Kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan U-boat untuk berkembang, tidak menyurutkan keyakinan Dönitz untuk tetap memperjuangkannya. Perjuangan Dönitz pun akhirnya berbuah manis, melihat prestasi-prestasi U-boat pada pertempuran di Atlantik membuat Hitler tergerak untuk mendukungnya. Percepatan pengembangkan dan produksi U-boat sedikit terlambat, hal tersebut mengakibatkan tersudutnya sepak terjang U-boat oleh Inggris dan Sekutu yang mengakibatkan terseretnya Jerman pada kekalahan untuk kedua kalinya. Pertempuran antara penguasa lautan (Inggris) dan pendatang baru (Jerman) memberikan warna baru dalam sejarah PD-II. Jika kita lihat dari segi kualitas, pihak Jerman melalui U-boatnya mempunyain peluang yang besar dalam melawan
125
ketangguhan Inggris, terbukti pada awal PD-II U-boat mampu menenggelamkan kapal-kapal dagan Inggris sebanyak ratusan ton. Pada segi teknologi, armada U-boat sudah selangkah lebih maju dalam segi fungsi dan kegunaan. Dibawah pimpinan laksaman besar Karl Dönitz, armada U-boat berhasil mencetak prestasi yang mengagumkan, hanya saja hal tersebut tidak didukung dengan segi finansial dan kepercayaan dari para petinggi angkatan bersenjata Jerman termasuk Adolf Hitler sebagai seorang pemimpin tertinggi Jerman. Ia menjadi salah satu faktor penghambat keberhasilan U-boat dalam blokade Inggris, jika ia bersedia mendukung pengembangan dan produksi U-boat maka tidak menutup kemungkinan Jerman akan mendapatkan kemenangan yang mutlak melawan Inggris. Sebagai orang nomor satu di Kriegsmarines, Laksamana Besar Karl Dönitz dengan tekad mengupayakan pembangunan produksi U-boat. Walaupun pada PD-II U-boat berhasil mencetak prestasi yang luar biasa dan jika tidak diimbangi dengan dukungan politik dan dukungan militer, tetap saja kekuatan U-boat tidak dapat mengantarkan Jerman menjadi pemenang pada perang dunia untuk kedua kalinya.