BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis menggunakan pendekatan struturalisme yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” karya Seno Gumira Ajidarma.
1. Fakta cerita dalam cerpen“Dodolitdodolitdodolibret” terdiri dari alur, tokoh, dan latar. a. Alur Cerpen “Dodolitdodolitdolibret” merupakan cerpen yang menggunakan alur maju. Seperti yang telah diketahui alur merupakan rangkaian kejadian yang memiliki sebab dan akibat. Pada cerpen “Dodolitdodolitdodolibret”, alur yang terjadi difokuskan pada perjalanan Guru Kiplik untuk mengajarkan pengetahuan tentang doa yang benar. Dia berpetualang dari satu tempat ke tempat yang lain untuk membuat orang-orang di sekitarnya belajar tentang doa yang benar dan cara melaksanakannya, hingga dia bertemu dengan sembilan orang penduduk pulau terpencil yang berdoa dengan doa yang salah namun memiliki kemampuan berjalan di atas air, kemampuan yang hingga saat itu dipertanyakan olah Guru Kiplik yang belum pernah melihatnya. Suspense dalam cerpen tersebut terdapat dalam adegan ketika Guru Kiplik dikejar oleh sembilan muridnya yang berjalan di atas air ketika mereka lupa cara berdoa yang benar.
81
82
b. Tokoh Guru Kiplik disebut sebagai karakter mayor atau tokoh utama karena Guru Kiplik selalu ada dan relevan dalam setiap peristiwa yang terdapat di dalam cerita. Dia merupakan tokoh sentral yang merupakan awal dan sebab terciptanya cerita. jadi dapat disimpulkan tanpa Guru Kiplik maka cerpen tersebut tidak akan memiliki arti apa-apa. Sembilan penduduk pulau terpencil merupakan tokoh bawahan atau karakter minor dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret”. Sembilan orang tersebut adalah orang yang sangat lugu, jauh dari peradaban, dan juga termasuk jauh dari agama. c. Latar Latar adalah lingkungan di dalam cerita yang tersusun dari beberapa elemen yakni tempat, waktu, dan sosial. Dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” ada beberapa elemen yang muncul dengan jelas. Latar tempat berpusat pada pulau yang terpencil di tengah danau yang seluas lautan. Terciptanya tone dan mood emosional terwujud di latar tempat ini, sebagai tempat terjadinya hubungan antara sembilan penduduk dan Kiplik. Latar waktu adalah saat suatu kejadian terjadi. Dalam cerpen tersebut tidak ada keterangan waktu secara tersurat tetapi dapat diketahui latar waktu yang digunakan adalah siang hari.
83
Latar sosial menggambarkan pergeseran nilai sosial ketika dongeng mulai tidak diyakini kebenarannya, tidak seperti zaman dahulu ketika dongeng dianggap sakral dan dipercaya. Selain itu, dapat kita lihat orang mulai tidak mengkultuskan guru atau pemuka. Untuk berdoa cukup membeli buku-buku tentang doa yang benar. 2. Sarana sastra dalam cerpen“Dodolitdodolitdodolibret” terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme dan ironi. a. Judul Penulisan judul “Dodolitdodolitdodolibret” dapat dirumuskan sebagai bahasa nonsen yang berasal dari pengulangan kata dodolit dan penambahan kata dodolibret. Judul tersebut digunakan meskipun tidak menggambarkan isi cerita, dan menjadi salah satu sarana pembeda cerpen tersebut dengan cerpen-cerpen lain. b. Sudut pandang Cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. c. Gaya dan Tone Dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” terdapat beberapa penggunaan majas, antara lain majas hiperbola, majas alegori, dan majas metafora.
84
d. Simbolisme Kemampuan berjalan di atas air menyimbolkan tujuan dan doa menyimbolkan cara atau sarana kita untuk bisa mendapatkan tujuan itu. Sembilan orang yang berada di pulau mengilustrasikan manusia di bumi dengan kekayaan yang berlimpah dan kemakmuran pulau yang menunjukkan keduniawian. e. Ironi Dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” terdapat ironi dramatik. Ironi dramatik ini terjadi pada diri tokoh Guru Kiplik karena dia percaya bahwa berjalan di atas air hanya dongeng. Dalam akhir cerita pendek tersebut tertulis bahwa sembilan orang penghuni pulau dapat berjalan di atas air, hal ini bertentangan dengan apa yang sudah dipercayai oleh guru Kiplik, bahwa berjalan di atas air hanya sebuah dongeng, dan hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang sudah bebas dari ketertarikan duniawi. 3. Tema dalam cerpen“Dodolitdodolitdodolibret” Tema cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” dibangun atas berbagai macam masalah, dan dari masalah-masalah yang ada, dapat ditarik kesimpulan menuju tema cerita. Masalah-masalah yang ada dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” dapat digolongkan sebagai tema minor yang mendukung dan mempertegas tema mayor. Tema minor yang terdapat dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” antara lain.
85
a. Doa yang salah tidak akan sampai. b. Berjalan di atas air hanya dongeng. c. Guru Kiplik antara percaya dan tidak percaya dengan dongeng. d. Cara berdoa penghuni pulau yang salah. e. Orang yang salah cara berdoanya ternyata bisa berlari di atas air. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tema mayor yang terkandung dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” adalah cara berdoa yang benar tidak menentukan kebahagiaan seseorang dan kemampuan untuk berjalan di atas air. 4. Hubungan antar unsur yang terdapat dalam cerpen“Dodolitdodolitdodolibret” antara lain 1. Kesatuan (Unity) a. Hubungan alur dengan tokoh Adapun
hubungan
alur
dengan
tokoh
dalam
cerpen
“Dodolitdodolitdodolibret” yaitu semua peristiwa yang dialami oleh tokohtokohnya membentuk suatu alur. Tokoh utama dan tokoh sampingan dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” dapat dikatakan sebagai penggerak alur. Pada awalnya keragu-raguan Kiplik tentang realita dan dongeng menyebabkan Kiplik belajar berdoa dengan cara yang benar dan menjadi seorang guru. b. Hubungan latar dengan alur
86
Perkembangan cerpen “Dodolitdodolibret dipengaruhi oleh latar yang dibangun oleh pengarang. Latar sosial sudah terlihat yaitu pergeseran nilai sosial tentang pemahaman dongeng, dan orang tidak menganggap guru lagi karena sudah banyak buku yang dijual. c. Hubungan tokoh dengan latar Latar berpengaruh terhadap perkembangan watak tokoh, begitu juga sebaliknya. Pengaruh latar sosial terhadap watak tokoh dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” dapat dilihat pada bagian cerita yang berkaitan dengan pergeseran nilai sosial tentang kepercayaan Kiplik dan orang-orang tentang dongeng dan pengkultusan guru. Akibat dari pergeseran nilai sosial tersebut membuat Kiplik ingin membuktikan kebenaran tentang dongeng berjalan di atas air. d. Hubungan tema, alur, penokohan, dan latar Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan, berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas, sesuai dan memuaskan berkat keberadaan tema. Tokoh-tokoh cerita adalah pembawa, pelaku, dan penderita peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita. Dengan demikian, tokoh-tokoh bertugas menyampaikan tema cerita. Alur berkaitan dengan erat dengan penokohan. Alur merupkan penyajian secara linear mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan tokoh. Latar merupakan tempat, waktu, dan keadaan sosial yang menjadi tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu peristiwa.
87
Masalah
utama
yang
dimunculkan
dalam
cerpen
“Dodolitdodolitdodolibret” adalah keragu-raguan Kiplik tentang realita dan dongeng yang membuat Kiplik ingin membuktikan kebenaran tentang dongeng berjalan di atas air membawanya sampai pada sebuah pulau di tengah-tengah danau untuk mengajari kesembilan penghuni pulau. Antara alur, penokohan, dan latar mempunyai kaitan fungsi yang kuat dalam membangun tema cerpen “Dodolitdodolitdodolibret”. 2. Kesatuan Organik a. Hubungan peristiwa dan tokoh sentral Dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret”, terdapat beberapa peristiwa yang berhubungan dengan tokoh sentral. Peristiwa-peristiwa tersebut mengenai tokoh sentral atau apa yang dilakukan oleh tokoh sentral dan akhirnya penyelesaian cerita diselesaikan oleh tokoh sentral. Peristiwa itu adalah peristiwa keraguan Kiplik tentang realitas dan dongeng yang berlanjut pada Kiplik belajar dan mengajarkan doa yang benar, dan terjawabnya keragu-raguan Kiplik. b. Hubungan pola bagian cerita dan tokoh sentral Hubungan
pola
bagian
cerita
yang
terlihat
dalam
cerpen
“Dodolitdodolitdodolibret” berhubungan dengan tokoh sentral yaitu keraguraguan Kiplik tentang realita dan dongeng. c. Hubungan tokoh bawahan dengan tokoh sentral
88
Tokoh bawahan berperan untuk mendukung tokoh sentral dalam sebuah karya sastra. Tokoh-tokoh bawahan yang dimunculkan pengarang mempertegas watak dan karakter tokoh sentral. Karakter tokoh bawahan yang ingin ditonjolkan pengarang dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” adalah jawaban atas keraguraguan Kiplik. d. Hubungan konflik bawahan dengan konflik sentral Konflik sentral yang terjadi dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” didukung olek konflik-konflik bawahan, konflik bawahan yang terjadi dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” akan terpusat pada konflik sentral dan akan mencapai
klimaksnya.
Konflik
yang
terjadi
dalam
cerpen
“Dodolitdodolitdodolibret” disebabkan oleh ketegangan batin Kiplik antara realita dan dongeng sebagai akar dari konflik yang terjadi. Adanya keragu-raguan Kiplik menimbulkan konflik-konflik bawahan. e. Hubungan tema bawahan dengan tema sentral Hubungan dari tema sentral dengan tema bawahan yaitu tema-tema bawahan merupakan bagian kecil dari tema sentral, dan menjadi sarana untuk menarik kesimpulan dari tema sentral yang menjadi gagasan utama yang mendasari cerita. Tema sebuah cerita erat sekali hubunganya dengan konflik, sebab tema sebuah cerita dibangun atas berbagai macam konflik yang ada dalam cerita. Berbagai konflik yang terjadi dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” berakar dari konflik ketegangan batin Kiplik antara realita dan dongeng.
89
3. Kesatuan dunia Dunia yang digambarkan dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” mengetengahkan ketidakpercayaan tentang berjalan di atas air, kejadian yang terjadi hanya dalam dongeng, dari kejadian tersebut pengarang membuat gambaran berlaku jujur karena pengarang memberi kesempatan terhadap tokohnya untuk melakukan pembuktian kebenaran dongeng tersebut, belajar berdoa dengan benar, mengajarkan dan membaginya kepada orang lain dengan harapan agar bisa berjalan diatas air. Terlihat koheren karena peristiwa-peristiwa saling berkaitan dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret”, di akhir cerita pengarang memperlihatkan pembuktian berjalan diatas air yang dilakukan oleh para penghuni pulau yang awalnya berdoa dengan cara yang salah dan berdoa dengan makna mengutuk. Peristiwa tersebut mengkotradiksi apa yang dipercayai oleh Guru Kiplik. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh Kiplik ini mencerminkan koherensi di antara peristiwa satu dengan lainnya. Seperti syarat sebuah dunia yang harus bersifat jujur dan koheren.