BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Mejtoft (2006), mengungkapkan bahwa perusahaan yang bersaing pada pasar persaingan yang ketat haruslah mempunyai kemampuan untuk mencari celah atau peluang baru, mengembangkan strategi dengan siklus pendek, mengabaikan cash cow lama serta berusaha memenuhi kebutuhan konsumen di masa sekarang dan jugadi masa depan. Sebuah perusahaan tentunya dipaksa untuk menghancurkan keunggulan kompetitif mereka yang lama dan menciptakan keunggulan baru sebelum terbentuknya product cycle yang baru dan kompetitor melakukan hal serupa. Perusahaan yang bersaing di dalam lingkingan persaingan ketat harus mampu mendobrak dan mengubah pola pikir dan perilaku perusahaan yang ikut bersaing di dalam pasar tersebut. Dengan kata lain perusahaan tersebut harus menjadi rule maker Hal tersebut sedang dirintis oleh manajemen Mangrove Printing dengan fokus untuk menciptakan keunggulan bersaing di masa depan dengan mengakuisisi mesin-mesin terbaru dan terbaik di setiap segmen produk. Dengan melakukan sosialisasi intensif keunggulan harga dan produk yang mereka tawarkan, Mangrove berusaha untuk menanamkan image branding sebagai pusat printing dengan kualitas baik, harga murah serta inovasi pelayanan prima yang memberikan
kemudahan
bagi
para
konsumennya.
Mejtoft
(2006),
mengungkapkan bahwa sangat penting untuk menjaga hubungan loyalitas para 112 112
konsumen dalam kondisi pasar persaingan yang sangat ketat. Implementasi strategi bersaing
dalam pasar persaingan yang ketat (hiperkompetitif) dapat
dijabarkan dalam gambar berikut:: Gambar 5.1 Ilustrasi Strategi Bersaing Dalam Pasar Persaingan Hiperkompetitif Eksploitasi
Keunggulan Masa Depan Serangan balik
Awal Profit
Sumber: D’Aveni (1994 dalam Mejtoft 2006)
Periode Waktu
Menurut D’Aveni (1994 dalam Mejtoft 2006), pesaingan usaha
terjadi pada
empat aspek; yaitu biaya dan kualitas, timing, hambatan masuk dan deep pockets. Perusahaan perusahaan umumnya melakukan pergerakan di antara keempat aspek ini ketika persaingan telah mengalami ekskalasi dan opsi untuk keunggulan kompetitif tidak dapat digunakan lagi. D’Aveni (1994 dalam Mejtoft 2006) mengungkapkan bahwa daripada hanya sekadar masuk kedalam persaingan, akan lebih baik apabila menciptakan standar baru, aturan baru dan pemain baru di dalamnya. Jika dikaitkan dengan konteks strategi Mangrove Printing , manajemen berusaha untuk melakukan penetrasi pasar dengan menciptakan keunggulan masa depan
113 113
melalui mesin-mesin terbaru dan berbagai fasilitas pendukung. Mereka berusaha mengeksploitasi keunggulan tersebut dengan memberikan harga yang sangat murah bagi para konsumen. Dalam jangka pendek, hal ini bukanlah suatu keuntungan, tetapi di masa depan hal tersebut menjadi sebuah keunggulan yang berpotensi untuk merubah standar dan paradigma tentang persaingan di dunia printing. Ketika para pesaing sudah tidak mampu melakukan efisiensi dan profit semakin menipis karena masih berkutat dengan teknologi lama, hal ini menjadi sebuah momentum bagi Mangrove untuk melakukan kapitalisasi pasar lebih lanjut. Namun, perusahaan tidak hanya boleh fokus pada tujuan jangka panjang dan mengabaikan tujuan jangka pendek. Menurut Robinson dan Pearce (2008) tujuan jangka pendek merupakan “penopang” tujuan jangka panjang. Dengan tercapainya tujuan jangka pendek maka hal itu akan memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuan jangka panjangnya. Jika mengacu pada evaluasi pada indikatorfinansial, kinerja Mangrove Printing secara jangka pendek memang belum memuaskan. Salah satu yang terlihat signifikan adalah penurunan penjualan dari tahun 2013 sebesar 21% menjadi 20,5% di tahun 2014. Meskipun mendatangkan mesin-mesin terbaru, namun penjualan Mangrove Printing justru mengalami penurunan yang tentunya hal ini tidak sesuai dengan ekspektasi manajemen. Mangrove Printing juga diharapkan dapat melakukan analisis biaya manfaat pada setiap detail aktivitas operasionalnya agar lebih efektif dan efisien. Sedangkan untuk pencapaian dari sisi non finansial dapat terlihat dari proses inovasi dan pembelajaran yang dirancang oleh manajemen dengan memberikan kemudahan-mudahan bagi para konsumenya seperti 114 114
menciptakan layanan self-printing dan order print via online. Memberikan nilai yang terbaik bagi konsumen tentunya juga harus sejalan dengan nilai yang didapat oleh perusahaan. Hal itulah yang belum diraih oleh Mangrove Printing pada saat ini. Gambaran dinamika persaingan industri digital printing
di masa yang akan
datangmenjadi sebuah ancaman dan peluang bagi Mangrove Printing . Jika mengacu pada prediksi dari Stranegger (2014), akan muncul potensi konsolidasi perusahaan tentu hal ini mejadi peluang bagi Mangrove Printing untuk melakukan konsolidasi untuk mewujudkan visi jangka panjang mereka sebagai perusahaan digital printing terbanyak di Indonesia. Tetapi juga akan menjadi ancaman apabila Mangrove Printing gagal bersaing maka justru mereka yang akan diakuisisi oleh perusahaan pesaing. Selain itu perusahaan juga harus mewaspadai beberapa produk digital printing yang mengalami penurunan permintaan akibat adanya ancaman subtitusi dan segera fokus terhadap niche market baru yang tumbuh. 5.2
Saran
5.2.1 Saran Untuk Mangrove Printing Mejtoft (2006), mengungkapkan dalam kondisi pasar persaingan yang sangat ketat sepeti digital printing ,perusahaan harus mengembangkan value creation yang meningkatkan posisi tawar perusahaan terhadap konsumen. Ada 4 aspek yang harus menjadi perhatian perusahaan dalam mengembangkan value creation kepada konsumen yaitu harga, kecepatan, atribut yang diinginkan dari produk serta kualitas. Masing-masing segmen produk tentu mempunyai derajat penilaian yang berbeda-beda dan hal ini menjadi tugas perusahaan untuk terus 115 115
meningkatkan rating yang diminta konsumen pada tiap aspek tersebut. Perusahaan hendaknya juga berani meninggalkan zona nyaman dengan mempelajari aplikasi-aplikasi terbaru yang lebih kompleks dengan harapan meningkatkan fleksibilitas pelayanan kepada konsumen (Mejtoft, 2006). Namun, value creation harus tetap dibarengi dengan efisiensi dalam aktivitas operasional. oleh karena itu, penting bagi manajemen untuk terus melakukan evaluasi terhadap efisiensi dari setiap aktivitas produksinya dengan analisis biaya manfaat. Perusahaan juga hendaknya menghindari menumpuk logistik bahan baku secara besar-besaran dan menerapkan metode just in time. Manajemen Mangrove juga sebaiknya mengevaluasi kualitas pelayanan mereka secara berkala terlebih dengan ditemukannya turunnya persentase penjualan dari tahun 2013-2014. Meskipun terdapat kenaikan nominal penjualan dari tahun 2013-2014, namun apabila dihitung secara persentase terdapat penurunan apabila dibandingkan tahun 2012-2013. 5.2.2 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya Dari hasil evaluasi indikator finansial Mangrove Printing terdapat indikasi inefisiensi pada aktivitas operasinya. Untuk itu peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang analisis biaya manfaat untuk mengukur secara jelas dan terperinci manfaat yang diperoleh dari investasi yang mereka tanamkan ke perusahaan. Kemudian dari sisi sumber daya manusia, peneliti selanjutnya dapat meneliti pengaruh budaya kerja terhadap produktivitas perusahaan. 116 116