BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan Manajemen laba merupakan permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan selama beberapa dekade terakhir ini. Manajemen laba seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan yang dipraktikkan semua perusahaan di dunia. Sebab dan akibat yang ditimbulkan dari aktivitas manajemen laba ini tidak hanya menghancurkan tatanan ekonomi, namun juga tatanan etika dan moral. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan diproksikan dengan absolute discretionary accruals menggunakan Modified Jones Model. Rasio ini digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap manajemen laba, yaitu struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional),
penerapan Good Corporate Govarnance
(proporsi
komisaris
independen dan keberadaan komite audit), financial leverage, total aktiva, dan kualitas audit (ukuran kantor akuntan publik dan opini auditor). Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Praktik manajemen laba terjadi pada seluruh industri perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Rata-rata absolute discretionary accruals yang didapat untuk setiap industri bernilai negatif mengindikasikan rata-rata perusahaan dalam setiap sektor industri melakukan manajemen laba dalam bentuk 180
181
penurunan laba dan bersikap konservatif dalam melaporkan kinerja. Penurunan laba yang dilakukan dapat disebabkan karena motivasi perusahaan untuk melakukan penghematan pajak pendapatan (tax motivation) atau untuk mengurangi tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat (political motivation). Selain itu, kecenderungan ini terjadi karena pada saat penelitian ini dilakukan yaitu pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global yang berdampak pada perkonomian Indonesia. Inflasi yang meningkat sehingga menyebabkan daya beli menurun membuat permintaan terhadap barang dan jasa menurun. Akibatnya pendapatan perusahaan pun menurun. Persaingan yang tajam dengan negara-negara lain khususnya China juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pendapatan perusahaan menurun. 2. Pada tahap pengujian hipotesis semua variabel pada industri secara keseluruhan, diketahui bahwa hanya variabel kepemilikan institusional, financial leverage, total aktiva, dan ukuran kantor akuntan publik yang memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Sedangkan variabel-variabel lainnya yaitu kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit dan opini auditor tidak terbukti berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. a. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Dalam penelitian ini diketahui bahwa semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan dilakukannya manajemen laba karena adanya pengawasan yang ketat oleh investor insitusional.
182
b. Financial leverage berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Dalam penelitian ini diketahui bahwa perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung akan melakukan manajemen laba lebih besar agar perusahaan dapat melakukan negosiasi dan penjadwalan kembali pembayaran hutang perusahaan. c. Total aktiva memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Dalam penelitian penelitian ini diketahui bahwa semakin besar total aktiva perusahaan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula permintaan informasi perusahaan oleh publik sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui hampir semua informasi perusahaan. d. Ukuran kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap praktik majemen laba. Dengan demikian dapat disimpulkan para auditor big four memiliki kemampuan untuk membatasi klien mereka dalam mempergunakan metode dan praktik akuntansi yang agresif serta lebih baik dalam mendeteksi praktik-praktik yang mencurigakan yang akan membatasi ruang gerak manajemen untuk menggunakan akuntansi accruals yang agresif.
183
3. Pada tahap pengujian hipotesis untuk masing-masing industri diketahui bahwa variabel kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, dan keberdaan komite audit berpengaruh terdahap praktik manajemen laba. a. Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap praktik manajemen laba dalam sektor aneka industri, industri dasar dan kimia, pertanian serta property dan real estate. Berpengaruhnya variabel kepemilikan manajerial dalam industri-industri tersebut disebabkan karena cukup signifikannya persentase kepemilikan manajerial dalam industri tersebut dibandingkan dengan industri-industri lain. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba jika persentasenya kepemilikannya mencukupi. b. Variabel proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan pada praktik manajemen laba dalam industri barang konsumsi. Hal ini disebabkan karena industri barang konsumsi memiliki proporsi komisaris independen yang lebih tinggi dibanding industri-industri lain. Contohnya TSPC dengan proporsi 67%, MERK dengan proporsi 67%, LMPI dengan proporsi 100% untuk komisaris independen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap praktik manajemen laba apabila proporsinya mencukupi yaitu minimal 50,4%. c. Variabel keberadaan komite audit berpengaruh terhadap praktik manajemen laba dalam industri pertambangan. Hal ini disebabkan karena sebagaian besar perusahaan-perusahaan dalam industri pertambangan (71%) telah memiliki komite audit. Persentase ini jauh lebih besar dibandingkan dengan industri-
184
industri lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan komite audit mempengaruhi praktik manajemen laba tetapi karena data yang tidak representatif (sebagian besar perusahaan tidak memiliki komite audit) maka hasilnya tidak berpengaruh pada industri secara keseluruhan. 4. Selain variabel kepemilikan institusional, financial leverage, total aktiva dan ukuran kantor akuntan publik dapat disimpulkan bahwa sebenarnya variabel kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit juga berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada kondisi tertentu. Dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap praktik manajemen laba secara signifikan jika proporsinya mencukupi. Jika dihubungkan dengan statistik deskriptifnya, kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba jika rata-rata kepemilikan manajerialnya pada masing-masing industri minimal 0,035242 atau 3,5242%. Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba jika proporsinya minimal sebesar 0,504063 atau 50,4063%.
Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap
manajemen laba jika proporsinya sebesar 0,714286 atau 71,4286%. 5. Perilaku masing-masing variabel pada setiap sektor industri adalah sama. Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
proporsi
komisaris
independen, komite audit, total aktiva, dan ukuran kantor akuntan publik diketahui dapat mengurangi praktik manajemen laba karena memiliki hubungan yang positif dengan ADACC, sedangkan financial leverage dan opini auditor akan memperbesar manajemen laba karena memiliki hubungan yang negatif dengan ADACC.
185
V.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang didapat, maka saran dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Para praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan harus lebih serius dalam menghadapi praktik manajemen laba. Sebab praktik manajemen laba dapat menghancurkan tatanan perekonomian, etika dan moral. Selain itu kegagalan dalam mendeteksi praktik menajemen laba dapat menghancurkan kepercayaan publik terhadap perusahaan serta diragukannya kredibilitas dan integritas akuntan. Praktik menajemen laba dapat diminimalisasi dengan perbaikan struktur kepemilikan, penerapan Good Corporate Govarnance, perbaikan komposisi hutang, rendahnya asimetri informasi dan peningkatan kualitas audit. 2. Pengguna laporan keuangan (khusunya investor, kreditor, regulator dan pemerintah) harus lebih waspada dalam membaca dan menggunakan informasi dalam laporan keuangan agar tidak mengalami kesalahan dalam mengambilan keputusan ekonomi. 3. Pada masa krisis, perusahaan-perusahaan memiliki kecenderungan untuk melakukan penurunan laba sehingga menyebabkan para pengguna laporan keuangan salah dalam mengambil keputusan. Dengan demikian diharapkan manajemen sebagai pihak yang menyusun laporan keuangan memberikan informasi perusahaan secara lebih objektif, lengkap, transparan, relefan, dan tepat waktu. Selain itu diharapkan manajemen dapat memilih kebijakan akuntansi yang lebih tepat terkait manajemen laba.
186
4. Periode penelitian sebaiknya diperpanjang untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Penelitian ini hanya menganalisis data pada tahun 2008, sehingga tidak menganalisa trend manajemen laba yang terjadi. 5. Penelitian ini hanya mengambil sampel dari industri-industri non keuangan. Penelitian selanjutnya dapat diperluas dengan membandingkannya dengan sampel perusahaan dari industri keuangan. 6. Penelitian yang akan datang sebaiknya membandingkan periode sebelum, pada saat dan sesudah krisis ekonomi untuk mengetahui dampak krisis terhadap manajemen laba perusahaan. 7. Penggunaan alternatif yang berbeda sebagai proksi masing-masing variabel. Sebagai contoh, penggunaan nilai penjualan atau nilai laba bersih sebagai proksi dari ukuran perusahaan menggantikan variabel total aktiva karena tidak semua kekayaan perusahaan tercermin melalui total aktivanya seperti misalnya tenaga kerja. Untuk financial leverage, terdapat banyak alternatif pengukuran selain rasio total hutang per total aset, misalnya total hutang per total ekuitas atau hutang jangka panjang per total ekuitas. 8. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan variabel-variabel baru untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi manajemen laba, seperti profitabilitas, pertumbuhan asset dan pertumbuhan penjualan.
V.3 Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
187
1. Periode pengamatan hanya satu tahun. Pendeknya periode pengamatan akan mempengaruhi temuan yang didapat, seperti tidak diketahui trend manajemen laba yang terjadi. 2. Penelitian dilakukan hanya dilakukan pada tahun 2008 dimana krisis ekonomi global terjadi dan tidak membandingkannya dengan pada saat kondisi ekonomi Indonesia relatif stabil. 3. Terbatasnya alternatif yang digunakan sebagai proksi masing-masing variabel. Penggunaan proksi yang berbeda untuk masing-masing variabel dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda pula. 4. Penelitian ini hanya terfokus pada upaya mendeteksi manajemen laba dan besarnya angka laporan keuangan yang direkayasa tetapi belum mengidentifikasi perilaku etis dan motivasi pendorong seseorang untuk melakukan manajemen laba.