BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Penelitian Penyusunan strategi pemasaran dapat dimulai dengan melakukan proses segmentasi untuk memahami karakter pelanggan, kemudian memilih target pasar yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki, dan menyusun positioning. Ketiga hal inilah yang dibahas di dalam penelitian. Berdasarkan hasil survei terhadap responden, dapat disimpulkan bahwa:
Tamu yang berkunjung ke Togapuri sebagian besar: ‐
Berusia 20 tahun ke atas
‐
Sudah Menikah
‐
Berpendidikan sarjana
‐
Bekerja sebagai pegawai swasta dan pegawai negeri
‐
Berada pada kelas sosial ekonomi menengah atas
‐
Berwisata satu kali dalam sebulan
‐
Mengeluarkan biaya di atas Rp 100.000 ‐ Rp 300.000 untuk berwisata
‐
Bersantai dan membebaskan dari kejenuhan ataupun kebosanan adalah hal yang menjadi motivasi bagi mereka untuk berwisata
‐
Mendapatkan informasi wisata dari saudara, teman ataupun relasi sebesar
‐
Untuk menentukan tempat wisata yang akan dikunjungi biasanya mereka memutuskan bersama anggota keluarga dan lebih suka mengatur sendiri perjalanan wisatanya
‐
Faktor yang paling banyak diperhatikan dalam memilih tempat wisata adalah suasananya
‐
Senang berkunjung ke tempat yang biasa dikunjungi dan sudah dikenal banyak orang, tapi senang juga berkunjung ke tempat yang belum pernah dikunjungi; wisata yang mayoritas mereka senangi adalah wisata alam.
71
Luas area layanan Togapuri Togapuri berada di daerah kabupaten Sumedang. Saat ini, luas area layanan Togapuri dapat dilihat dari area domisili tamu yang berkunjung sebagian besar berasal dari Bandung, yaitu sebesar 81,6%. Hanya 18,4% yang berasal dari luar Bandung diantaranya dari Sumedang, Jakarta, Sidoarjo, dll.
Segmentasi pasar Berdasarkan hasil olah data demografi dan psikografi para pengunjung melalui analisis klaster dan diskriminan, terbentuklah tiga segmen pasar dengan karakter yang berbeda seperti yang terlihat pada tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1 Karakter yang Berbeda dari 3 Segmen Segmen 1 Menikah Pegawai BUMN/BUMD Pengeluaran Rp 2.500.000 ‐ Rp 5.000.000
Segmen 2 Belum Menikah Pegawai Swasta Pengeluaran Rp 1.000.000 ‐ Rp 2.500.000
Motivasi berwisata untuk kebutuhan beristirahat karena kelelahan berpikir
Motivasi berwisata untuk pemulihan kesegaran jasmani agar dapat menumbuhkan kembali gairah bekerja
Mereka cenderung individual, karena tidak terlalu tertarik untuk terlibat dengan banyak orang. Selain itu, mereka juga tidak ikut serta dalam kegiatan sosial. Mereka tidak memiliki waktu khusus untuk menekuni hobinya. Bagi mereka berbelanja bukan merupakan suatu bentuk rekreasi, mereka lebih senang melakukan kegiatan bersama dengan keluarga daripada bersama teman. Kelompok ini tergolong orang yang ragu dalam menghadapi persaingan di masa mendatang.
Segmen 3 Berdomisili di luar Bandung (Sumedang)
Mereka tergolong orang‐orang yang pesimis, tidak yakin pada diri sendiri dan tidak berani mengambil resiko. Mereka Mereka senang terlibat dengan banyak orang dan memiliki merasa bahwa hal‐hal yang berhubungan dengan waktu untuk menekuni hobi mereka. Selain itu, mereka aktif perkembangan ekonomi bukan hal yang menarik untuk dalam kegiatan sosial, dan senang berkumpul dan melakukan dicermati. Untuk mencari hiburan, mereka lebih suka pergi ke kegiatan bersama teman. Bagi mereka berbelanja merupakan luar rumah daripada di rumah. salah satu bentuk rekreasi. Mereka termasuk orang‐orang yang optimis dalam menghadapi persaingan di masa mendatang.
Target pasar Dari ketiga segmen tersebut, yang dijadikan target pasar yang potensial adalah segmen 1. Alasannya, karena minat mereka terhadap kesehatan dan memiliki daya beli yang lebih tinggi dari kedua segmen lainnya. Selain itu, potensi pertumbuhan segmen inipun cukup menjanjikan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki Togapuri saat ini sesuai dengan segmen 1 yang cenderung senang berlibur bersama keluarganya.
Hasil evaluasi positioning Positioning Togapuri ‘Wisata Sehat Alami’ saat ini sudah tepat, karena makna dan infrastruktur yang tersedia sesuai dengan reason to buy tamu yang
72
berkunjung. Untuk memperkuat positioning yang ada, memang masih banyak infrastruktur yang perlu dikembangkan dan diperbaiki. Selain itu, Togapuri juga harus giat mengkomunikasikan positioning‐nya tersebut agar semakin menancap di benak pelanggan. 5.2 Target ke Depan dan Kendala yang Dihadapi Karakteristik pengunjung yang ada saat ini, menunjukkan kecenderungan kelas sosial menengah atas. Hal ini dilihat dari pendapatan mereka yang berkisar antara Rp 1.000.000 ‐ Rp 5.000.000. Saat ini, yang dijadikan target pasar adalah segmen yang berpenghasilan Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000, karena kemampuan daya beli mereka lebih tinggi daripada segmen lainnya. Namun, ini bukan berarti tamu yang berkunjung ke Togapuri tidak ada yang berpenghasilan di atas Rp 5.000.000, hanya saja jumlahnya sedikit, yaitu hanya sekitar 10% dari jumlah responden yang ada. Rencana ke depan, Togapuri ingin fokus pada pengunjung yang berpenghasilan di atas Rp 5.000.000, berusia sekitar 30 tahun ke atas dan sudah menikah, karena mereka tentunya memiliki daya beli yang lebih tinggi dan sudah bisa dibilang mapan, selain itu, di usia 30 tahun ke atas, biasanya berpotensi terhadap berbagai penyakit, sehingga mereka mulai menyadari arti penting kesehatan. Dengan demikian, wisata yang berhubungan dengan kesehatan bisa menjadi daya tarik bagi mereka. Selain itu, ke depannya Togapuri juga menargetkan pasar anak‐anak muda, karena generasi muda adalah generasi penerus bangsa yang dapat mengembangkan kekayaan alam tanaman obat Indonesia di masa mendatang. Biasanya mereka juga memiliki pengaruh yang kuat dalam proses pengambilan keputusan suatu pembelian. Namun, untuk mencapai target‐target tersebut, masih banyak hal yang menjadi kendala saat ini, diantaranya masih terbatasnya sumber daya yang dimiliki Togapuri, baik sumber daya manusia, sumber dana, infrastruktur 73
maupun luas lahan yang dimiliki untuk menjadi tempat wisata yang menjanjikan wisata sehat dan alami. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada para pengunjung Togapuri, mereka memang menyadari masih banyaknya kekurangan yang dimiliki Togapuri, karena memang masih terbilang baru. Namun, uniknya pengembangan infrastruktur yang masih terus dilakukan Togapuri ini justru menjadi daya tarik tersendiri, sehingga tak jarang pengunjung kembali lagi ke Togapuri untuk mengetahui perkembangan Togapuri selanjutnya. Pengembangan infrastruktur memang dilakukan secara bertahap, karena keterbatasan sumber dana yang dimiliki. 5.3 Rekomendasi untuk Perusahaan Setelah segmentasi, targeting dan positioning disusun, maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh Togapuri untuk membuat grand design dari produk, merek, dan usahanya dengan menggunakan model STV‐Triangle dan didasarkan pada hasil penelitian adalah seperti yang direkomendasikan berikut:
5.3.1 Membangun Diferensiasi Keberadaan pesaing yang lebih dulu ada dan dikenal serta banyaknya jasa yang ditawarkan sebagai pengganti wisata kebun tanaman obat menjadi ancaman bagi Togapuri. Untuk itu, Togapuri harus memperkuat positioning dengan membangun unique selling proposition (USP) atau diferensiasi yang kuat sehingga tidak mudah ditiru oleh pesaing. Ada empat tahap dari STV‐Triangle yang dapat dilakukan Togapuri dalam membangun diferensiasi:
Tahap #1 Melakukan segmentasi, targeting dan positioning. Tahap pertama ini sudah dilakukan.
Tahap#2 Merumuskan konten, konteks, dan infrastruktur. Konten adalah apa yang akan ditawarkan. Secara umum, apa yang ditawarkan Togapuri sama dengan yang ditawarkan pesaing sejenis, yaitu wisata kebun tanaman obat.
74
Sedangkan konteks adalah bagaimana cara menawarkannya. Togapuri menawarkan berbagai paket wisata untuk mendukung konten yang ditawarkannya. Namun, saat ini paket wisata yang ditawarkan masih sama dengan pesaing. Untuk itu, Togapuri perlu melakukan pengembangan produk agar berbeda dengan pesaing.
Infrastruktur adalah faktor‐faktor yang memungkinkan terealisasinya diferensiasi konten maupun konteks. Saat ini, infrastruktur Togapuri masih terus dikembangkan sebagai upaya untuk memperkuat positioning yang ada. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi ke lapangan, pengunjung pada umumnya mengharapkan suasana yang alami adalah suasana yang cenderung tradisional. Sedangkan infrastruktur yang ada di Togapuri saaat ini, belum sepenuhnya mendukung ke arah tersebut, selain itu, alami menurut pihak manajemen tidak harus selalu tradisional. Jadi terdapat gap antara persepsi pelanggan dengan pihak manajemen mengenai hal ini. Ada tiga alternatif yang dapat dijadikan solusi, yaitu: Alternatif #1 Menciptakan suasana alami dengan mengaitkannya pada hal yang tradisional. Berdasarkan hasil survei, faktor suasana adalah hal yang paling banyak dipilih pada saat pengunjung hendak menentukan tempat berwisata yaitu sebesar 68%, baru urutan berikutnya adalah lokasi dan harga. Selain itu, para tamu yang berkunjung pada umumnya menyukai wisata alam, dan bagi mereka sesuatu yang alami sangat dekat dengan tradisional.
Alternatif #2 Mengkomunikasikan makna alami secara luas kepada para pengunjung. Memberikan pemahaman kepada pengunjung mengenai makna alami yang dimaksudkan oleh pihak manajemen dengan mengkomunikasikannya di sela‐sela kegiatan mereka berwisata. Sehingga tidak harus terikat dengan segala sesuatu yang tradisional.
75
Alternatif #3 Mengkombinasikan alternatif 1 dan 2, dengan memilih dan memilah infrastruktur mana yang dapat mendukung harapan konsumen terhadap sesuatu yang alami adalah tradisional dan menggunakan beberapa infrastruktur yang mampu mendukung kinerja perusahaan menjadi lebih baik tanpa harus tradisional. Tahap #3 Uji diferensiasi apakah sustainable atau tidak. Untuk menguji, apakah diferensiasi yang dibangun akan bertahan lama atau tidak, dapat digunakan tiga syarat penentuan diferensiasi, yaitu: mampu mendatangkan nilai dan manfaat excellent kepada konsumen, merupakan keunggulan dibanding pesaing, dan memiliki keunikan yang sulit untuk ditiru oleh pesaing.
Tahap #4 Mengkomunikasikan diferensiasi. Togapuri harus mengkomunikasikan diferensiasi dengan baik melalui kriteria simple, meaningful dan focus. Maksudnya dalam membahasakannya sederhana (simple) dengan kata‐kata yang singkat tetapi penuh makna (meaningful) dan harus benar‐benar menuju pada satu titik dimana Togapuri tampil beda dan meninggalkan pesaing (focus). Setiap aspek dari program komunikasi haruslah menunjukkan diferensiasi yang dimiliki Togapuri. Keempat tahap di atas dapat membantu Togapuri merumuskan diferensiasi utama dari bisnisnya. Saat ini, diferensiasi yang dimiliki Togapuri dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya dari segi layanan, yaitu senam kesehatan, diagnosa penyakit, dan keramahtamahan pemilik dalam menyambut tamu. Kemudian dari segi infrastruktur, yaitu Bale Sehat, Sarana Olah Raga, dan Camping Ground. Dan dari segi sumber daya manusianya, Togapuri membina anak‐anak Sekolah Menengah Pertama melalui SMP Terbuka yang memasukkan mata pelajaran yang berhubungan dengan tanaman obat. Ke depan, mereka dapat menjadi sumber daya manusia yang kompeten bagi Togapuri.
76
Seluruh diferensiasi yang dimiliki Togapuri saat ini cukup mendukung positioning Togapuri sebagai tempat wisata yang sehat dan alami. Bale sehat, sarana olah raga, layanan senam kesehatan dan diagnosa penyakit mendukung konsep sehat yang diangkat sebagai positioning. Sedangkan camping ground mendukung konsep alami dari positioning Togapuri. Dari keseluruhan diferensiasi yang ada, Togapuri harus menjaganya dengan cara fokus pada core differentiation, tidak membingungkan konsumen dengan tetap konsisten dalam hal pesan yang disampaikan dan operasional perusahaan, dan yang terakhir adalah jangan pernah puas dengan diferensiasi yang sudah dimiliki, teruslah diperkuat dari waktu ke waktu sehingga dapat tetap unggul di pasar. 5.3.2 Menyusun Taktik melalui Marketing Mix Agar diferensiasi yang telah dibangun tadi kokoh, maka harus didukung dengan konsep marketing mix yang kokoh. Melalui model STV‐Triangle, Hermawan membagi marketing mix menjadi dua bagian, yaitu offer dan access.
1. Offer (Tawaran): Product dan Price
Product – Product Development Strategy Untuk mempertahankan pengunjung yang ada saat ini agar mereka
melakukan pembelian berulang dan loyal, maka perlu dibuat paket wisata yang lebih bervariasi dan unik. Dalam hal ini, Togapuri harus menggunakan strategi pengembangan produk dengan memperkenalkan produk baru kepada pasar yang ada (new products to existing markets). Melalui strategi pengembangan produk, Togapuri dapat mengembangkan berbagai paket wisata yang dimilikinya sepanjang produk tersebut mendukung positioning Togapuri sebagai Wisata Sehat Alami. Beberapa produk yang dapat dikembangkan diantaranya:
Paket Wisata Keluarga Sehat Alami, paket ini sangat cocok untuk segmen 1 yang menjadi target pasar saat ini.
77
Paket Kecantikan Sehat Alami, paket yang cocok untuk segmen 2
Paket yang menawarkan berbagai atraksi atau demo yang melibatkan para pengunjung secara langsung, seperti belajar membudidayakan tanaman obat dengan mengajak pengunjung untuk ikut menanam, dan lain sebagainya.
Pengembangan produk juga dapat dirancang melalui services based on jobs, merancang layanan yang didasarkan pada pekerjaan dari para pengunjung, karena ada suatu penelitian yang menyatakan bahwa pekerjaan lebih bisa bertahan lama (sustain) jika dibandingkan needs ataupun wants konsumen. Keseluruhan
strategi
pengembangan
produk
ini
tetap
perlu
memperhatikan sumber dana yang tersedia dan kebutuhan serta keinginan dari konsumen, sehingga produk yang dikembangkan tidak merugikan perusahaan. Selain itu, untuk mendukung pengembangan produk dapat dilakukan kerjasama dengan event organizer dengan sistem bagi hasil. Cara ini dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja dan biaya lainnya yang dapat ditekan.
Price Togapuri merupakan follower di industri wisata kebun tanaman obat.
Sebagai follower Togapuri dapat menggunakan strategi market power dalam menentukan harga. Market power ini lebih melihat ke pasar, terutama dalam hal positioning dan komunikasi, karena positioning berpengaruh paling besar terhadap pangsa pasar. Melalui strategi ini, Togapuri tidak sekedar mengandalkan perbaikan produk dan harga murah, tetapi juga mempunyai positioning unik yang bisa menjadi alasan pelanggan untuk membeli. Selain itu, untuk menentukan harga dapat pula digunakan metode perceived‐value pricing. Untuk menentukan strategi harga lebih mendalam, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai strategi harga. 78
2. Access (Akses): Promotion dan Place
Promotion Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengunjung dapat disimpulkan
bahwa mayoritas dari pengunjung baru pertama kalinya berkunjung ke Togapuri, dan mereka mengetahui informasi tentang Togapuri dari saudara dan teman‐teman mereka. Hal ini menunjukkan bahwa strategi komunikasi Togapuri selama ini melalui word of mouth terbilang efektif. Selain itu, mereka juga menyatakan ingin kembali lagi dengan membawa rombongan lainnya, mayoritas dari mereka memang ingin merekomendasikan Togapuri kepada rekan ataupun saudaranya. Saat ini, komunikasi pemasaran melalui strategi below the line dapat dijadikan alternatif terbaik karena keterbatasan sumber dana yang ada. Word of mouth yang cukup efektif dapat terus dipertahankan. Selain itu, pemilik Togapuri perlu memperluas jaringan komunikasi dengan ikut aktif dalam berbagai organisasi, sehingga melalui komunitas tersebut Togapuri dapat dikomunikasikan secara luas dan mempengaruhi komunitas tersebut agar berkunjung ke Togapuri. Untuk melakukan strategi masuk ke komunitas, dapat dilakukan dengan mencari komunitas yang paling relevan dengan nilai yang dimiliki Togapuri, kemudian pilihlah komunitas yang jumlahnya besar dan
loyal,
lalu
pilih
opinion
leader
yang
paling
cocok
untuk
mengkomunikasikan Togapuri pada segmen yang berbeda.
Place Dari luas area pelayanan, dapat dilihat bahwa mayoritas pengunjung
berasal dari Bandung, sedangkan lokasi kebun wisata terletak di Kabupaten Sumedang. Untuk memberikan kemudahan akses bagi calon pengunjung, maka Togapuri dapat membuat semacam outlet melalui kerja sama dengan event organizer ataupun travel agent tertentu. Strategi ini dirasa cukup tepat, mengingat Togapuri saat ini masih memiliki keterbatasan sumber daya.
79
Pada saat Togapuri sudah cukup mapan disosialisasikan secara luas, maka perlu dibuat website yang interaktif, menarik dan unik untuk memperluas pasar. Cara ini juga memberikan kemudahan akses bagi para calon pengunjung, karena melalui media website Togapuri dapat memanfaatkannya sebagai pusat informasi sekaligus tempat untuk berjualan produk. Untuk mengetahui lebih dalam bagaimana menyusun strategi komunikasi yang tepat, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. 5.3.3 Menyusun Strategi Selling Untuk menentukan strategi selling, Togapuri dapat menggunakan strategi solution selling. Melalui strategi ini, Togapuri harus mampu mengidentifikasi permasalahan pelanggan. Sehingga produk ataupun jasa yang ditawarkan dapat menjadi solusi bagi para pelanggan. Seperti yang dilakukan Togapuri saat ini, menawarkan paket wisata yang disesuaikan dengan keinginan pengunjung atau customized. Hal tersebut menunjukkan bahwa customer‐focused selling sangat cocok bagi Togapuri. Untuk mewujudkannya, Togapuri perlu memahami tahap buy‐learning process yang dilalui pelanggan ketika membeli produk. 5.3.4 Building Brand Pada saat Togapuri telah berbadan hukum dan siap memperkuat posisinya di pasar wisata kebun tanaman obat, maka Togapuri perlu menguatkan brand‐nya. Ketika Togapuri menentukan positioning dan kemudian berusaha untuk memenuhi janji yang tercermin dalam positioning tersebut dengan diferensiasi kokoh, maka sebenarnya Togapuri sedang menjalani proses untuk membangun sebuah brand. Brand yang kuat memiliki ekuitas yang tinggi. Menurut David Aaker ada lima unsur utama untuk mengukur brand equity (ekuitas merek), yaitu brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty, dan aset merek seperti
80
trademark dan paten. Untuk mengukur brand equity Togapuri, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut. 5.3.5 Service Improvement Menurut hasil wawancara dengan para pengunjung Togapuri, sejauh ini Togapuri telah memberikan pelayan yang baik dan ramah. Image ini harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Untuk itu, Togapuri perlu melakukan evaluasi secara berkala melalui survei kepuasan pelanggan dengan mengacu kepada standar RATER (Reliability, Assurance, Tangible, Emphaty, dan Responsiveness). Hasil dari survei kepuasan pelanggan tersebut perlu ditindaklanjuti, sehingga tidak sekedar dokumen hasil survei. Hasil survei tersebut harus dievaluasi dan diupayakan untuk menutup lubang‐lubang gap yang terdapat diantara pelanggan dan Togapuri. Jika Togapuri ingin lebih tinggi lagi melangkah dalam memberikan servis, maka dapat digunakan cara experiential service. Melalui cara ini, Togapuri dapat meningkatkan kualitas servisnya dengan menambah kadar experience‐nya pada setiap layanan. Misalnya dalam paket wisata tersebut ditawarkan demo membuat minuman dari tanaman obat, dan pengunjung bersama‐bersama dalam kelompoknya langsung ikut serta mempraktekkannya. Dan keseluruhan aktivitas mereka di Togapuri direkam dalam bentuk CD sebagai kenang‐kenangan yang dibagikan di akhir acara. Ada lima langkah yang dapat dilakukan oleh Togapuri dalam membangun customer experience: 1. Memvisualisasikan experience 2. Menterjemahkan visi, mendesain experience maps, dan melatih karyawan 3. Membangun The Experience Plan 4. Berinteraksi dengan pelanggan 5. Mengukur customer delight
Untuk lebih memantapkan strategy experiential service ini, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut.
81
5.3.6 Process Ada tiga parameter yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas proses, yaitu Quality, Cost, dan Delivery (QCD). Dari ketiga parameter tersebut, ada tiga aktivitas yang harus selalu diukur untuk memastikan bahwa proses telah berjalan dengan benar, yaitu routine delivery order, customer handling, dan new product development. Routine delivery order adalah proses sejak Togapuri menerima permintaan dari pengunjung sampai layanan diterima oleh pelanggan. Customer handling adalah proses pengelolaan pelanggan jika terjadi masalah yang diukur dari efektivitas cara perusahaan menangani permintaan dan keluhan pelanggan. Dan new product development adalah kemampuan Togapuri dalam menghasilkan produk baru. Kalaupun new product development ini diserahkan penanganannya kepada event organizer, Togapuri harus tetap mengevaluasi aktivitas tersebut. Semuanya ini harus dikelola dengan baik sehingga kualitasnya terjamin, harganya rendah, dan delivery‐nya cepat. Selain rekomendasi yang telah dijelaskan di depan dengan menggunakan keenam elemen yang terdapat dalam model STV‐Triangle tersebut, ada pula beberapa rekomendasi lainnya, yaitu berupa:
Membangun Wisata Terpadu Lokasi Togapuri yang terletak di Desa Cilembu, Kabupaten Sumedang
mendukung pengembangan wisata ke arah wisata terpadu. Pemerintah Kabupaten Sumedangnya pun mendukung pengembangan wisata yang ada di daerahnya, hal ini didukung dengan visinya yaitu:
“ Terwujudnya Kabupaten Sumedang sebagai daerah Agribisnis dan Pariwisata yang didukung oleh masyarakat beriman dan bertakwa, yang maju dan mandiri, sehat, demokratis, berwawasan lingkungan serta menjunjung tinggi hukum “ (sumedang.go.id, 2007)
82
Kata agribisnis dan pariwisata sangat dekat dengan Togapuri, karena Togapuri adalah salah satu wisata agro dan satu‐satunya wisata agro tanaman obat yang terdapat di Sumedang. Hal ini tentunya sangat mendukung Togapuri, apalagi jika dibuat sebagai wisata terpadu yang akan mengangkat nama kota Sumedang. Untuk memperkuat positioning Togapuri, wisata terpadu yang dipadukan tentunya berhubungan dengan sesuatu yang menyehatkan dan alami. Di sekitar desa Cilembu sendiri yang dekat dengan Togapuri terdapat kebun ubi Cilembu dan pabrik tahu. Ketiga tempat ini dapat dipadukan menjadi tempat wisata, Togapuri dapat dijadikan base camp sekaligus tempat wisata tanaman obat, kemudian dilanjutkan ke pabrik tahu sumedang dan belajar menanam serta menyantap Ubi Cilembu. Hal ini dapat dilakukan lebih luas lagi melalui wisata terpadu kabupaten Sumedang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Agus Yoman bagian Pariwisata Agro Jawa Barat, untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan dukungan dari ketiga pelaku yaitu, pihak pemerintah daerah, masyarakat di lingkungan sekitar dan Togapuri sendiri sebagai pihak swasta. Pemerintah merupakan pelaku yang memiliki kekuatan dalam hal manajerial, birokrasi dan akses informasi. Swasta yang memiliki badan hukum dengan modal kerja yang cukup atau besar, manajemen yang professional, pemasaran yang jelas dan terfokus, namun memiliki keterbatasan dalam hal akses informasi, SDM dan sumber daya lokal, namun dapat berjalan tanpa adanya kebijakan birokrasi dari pemerintah sebagai pemegang otorita di daerah. Sedangkan Masyarakat sebagai pemilik pengetahuan, serta sumber daya lokal yang harus diberdayakan (community based tourism development). Berlandaskan pada hal di atas, Togapuri sebagai pihak swasta perlu berbadan hukum dan memperkuat struktur modalnya, sehingga wisata terpadu dapat diwujudkan untuk meningkatkan potensi daerah yang secara langsung maupun tidak langsung juga membantu meningkatkan penjualan Togapuri.
83
Market Development Strategy Pada saat infrastruktur penunjang wisata sudah mantap dan Togapuri
sendiri siap, maka selanjutnya dapat dilakukan perluasan pasar (market development) dan merealisasikan target pasar high end yang diinginkan. Strategi perluasan pasar ini dapat dilakukan dengan menawarkan produk yang sudah ada saat ini ditambah dengan produk yang baru yang telah dihasilkan dari strategi pengembangan produk. Selain itu, strategi ini harus didukung dengan strategi komunikasi yang tepat. Jika segmen dan target pasar yang baru telah ditetapkan, maka selanjutnya Togapuri harus terus mengevaluasinya melalui sembilan elemen yang terdapat pada model STV‐Triangle agar usahanya dapat terus menggelinding bagaikan bola salju yang terus membesar. Untuk keperluan tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Melalui rekomendasi di depan, diharapkan Togapuri dapat mencapai berbagai target yang diinginkan dan dapat meminimalisasi kendala yang dihadapi, sehingga visi dan misi perusahaan dapat terealisasikan.
84