BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Industri kuliner memiliki fungsi penting dalam pembangunan ekonomi terutama bagi perempuan di pedesaan. Studi dari Desa Ngawu menunjukkan bahwa usaha ini memang membawa prospek terhadap ekonomi rumah tangga dan membuka peluang kerja. Konsep mengenai modal sosial dan modal budaya penting untuk memahami kemajuan usaha kuliner lokal yang dikelola oleh perempuan. Hal ini karena dengan modal material yang kecil, perempuan dapat survive bahkan bisa mengembangkan usahanya menjadi relatif mapan. Oleh karena itu kekuatan bisnis kuliner lokal yang dikembangkan oleh perempuan bukan pada uang tetapi pada modal sosial dan budayanya. Keberadaan modal sosial dalam bentuk kerjasama, saling membantu yang dilandasi prinsip kepercayaan, kebersamaan dan norma telah tumbuh dalam masyarakat setempat. Perempuan kemudian mereproduksi modal sosial tersebut menjadi kekuatan dalam membangun bisnis kuliner lokal. Modal sosial yang lebih banyak tumbuh dalam lingkungan keluarga dan tetangga ini memudahkan perempuan untuk memperoleh pengetahuan, bahan baku, memasarkan produk serta menjalankan perannya sebagai pengusaha sekaligus ibu rumah tangga. Dengan modal sosialnya, perempuan juga dapat membentuk perkumpulan yang berbasis usaha. Perkumpulan tersebut kemudian menjadi jembatan dalam membangun jaringan kerja sama dengan pihak luar sehingga perempuan mampu
99
memperluas jangkauan pemasaran dan memperoleh insentif dengan mengikuti berbagai program pemerintah. Hasil studi ini menunjukkan bahwa modal sosial penting bagi perempuan dengan modal material yang rendah. Pengusaha mikro dapat menjaga eksistensi bisnisnya dengan mengandalkan modal sosial dari pada modal materialnya. Sementara itu pengusaha yang leading sangat di dukung modal sosial. Perempuan yang bisnisnya semakin mapan ternyata sangat di dukung oleh pengembangan modal sosial. Modal sosial yang sangat relevan dalam pengembangan bisnis adalah jaringan supra desa bahkan lintas kabupaten. Ini yang menjadi kekuatan pengusaha, meskipun jumlah pengusaha mapan belum banyak tetapi memberi harapan bagi mereka untuk memiliki pangsa pasar yang relatif luas. Selain modal sosial, studi ini melihat bahwa modal budaya juga penting bagi pengusaha berupa life skill yang dimiliki oleh perempuan yaitu keterampilan memasak, keterampilan dagang, keterampilan mengelola aset rumah tangga. Berbagai life skill yang dimiliki oleh perempuan tersebut didapat melalui lingkungan keluarga, kerabat, teman, dan tetangga. Bagi pengusaha lapisan bawah modal budaya dasar tersebut sudah cukup untuk menjalankan bisnis kuliner lokal. Sementara pengusaha lapisan menengah akan meningkatkan keterampilan mengolah kuliner lokalnya dengan mengikuti berbagai pelatihan. Implikasinya pengusaha dapat menghasilkan berbagai produk unggulan. Dengan mereproduksi modal sosial dan budayanya perempuan desa Ngawu dapat bangkit perekonomiannya. Mereka juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan skala bisnis dari mikro ke skala kecil. Dari sekedar membuat
100
kuliner untuk pasar lokal, bisa merambah pangsa pasar yang lebih luas. Dengan demikian perempuan dapat mengembangkan market yang lebih stabil.
B. Rekomendasi UKM kuliner lokal selama ini umumnya didominasi oleh para perempuan dari lapisan bawah. Mereka membangun bisnis dengan modal kecil serta jangkauan pemasaran yang terbatas sehingga menyebabkan pada perkembangan usaha yang terkesan statis. Upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan pengusaha telah banyak dilakukan oleh berbagai stakeholder. Salah satu entry point yang sering digunakan oleh stakeholder dalam melakukan upaya pemberdayaan perempuan yaitu melalui penguatan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kebanyakan perempuan pedesaan kesulitan dalam memulai bisnis karena karena kurang mendapatkan akses terhadap sumber daya keuangan. Implikasinya berbagai kegiatan pemberdayaan lebih banyak dilakukan melalui mekanisme pemberian bantuan modal usaha dan kredit usaha kecil. Namun demikian pada kenyataanya bantuan berupa modal material tersebut direspon secara berbeda-beda oleh perempuan pengusaha. Ada pengusaha yang benar-benar mengalokasikan modal keuangan tersebut untuk meningkatkan bisnis, tetapi ada juga yang memanfaatkannya untuk kepentingan lain seperti membeli kebutuhan sehari-hari dan membayar hutang. Kurangnya pengawasan serta lemahnya pendampingan dari stakeholder membuat pemberian bantuan modal material kurang berjalan secara efektif.
101
Melihat situasi tersebut, akan sulit apabila upaya pemberdayaan perempuan pengusaha hanya didasarkan pada penguatan modal material. Pada kenyataannya, ada perempuan dengan modal material yang kecil mampu bangkit menjadi pengusaha yang relatif mapan dengan mendayagunakan modal sosial dan modal budayanya. Oleh karena itu perlu adanya upaya pemberdayaan perempuan melalui penguatan modal sosial dan budaya. Kekuatan modal sosial terletak pada pengorganiasian perempuan dalam kelompok usaha dan melakukan penguatan jaringan di dalam dan luar desa. Pengorganisasian ini dilakukan tanpa memisahkan antara pengusaha lapisan menengah, pengusaha lapisan atas, para pedagang bahan baku dan para pengepul lokal. Tujuannya supaya setiap pelaku usaha memiliki posisi tawar yang sama dalam rantai perdagangan kuliner lokal. Kelompok usaha yang terorganisir ini juga akan membuat aktivitas produksi dan distribusi kuliner lokal bisa berjalan lebih efisien misalnya dengan adanya upaya pembelian bahan baku secara kolektif dan pemasaran produk secara bersamasama. Selain itu upaya pengorganisasian perempuan dapat memberikan peluang lebih besar kepada perempuan dalam membangun kekuatan kolektif dalam menjaga keberlangsungan bisnis dan menghadapi berbagai kendala usaha. Perempuan yag tergabung dalam kelompok juga akan memiliki akses yang lebih besar terhadap berbagai bantuan dari stakeholder. Selama ini mekanisme pemberian bantuan berupa modal usaha, pendampingan dan pelatihan lebih banyak ditujukan kepada perempuan yang memiliki kelompok usaha.
102
Penguatan jaringan di dalam dan luar desa juga perlu dilakukan mengingat perempuan pengusaha lebih banyak bergerak di pasar lokal. Relasi bisnis yang terbangun lebih banyak dilakukan antar kerabat, tetangga dan teman dalam satu desa. Relasi antar masyarakat pedesaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk saling tolong menolong dalam hal pembelian bahan baku, produksi dan pemasaran. Sehingga perempuan dengan modal material yang kecil tetap mampu melakukan aktivitas produksi dan memasarkan produknya. Membangun jaringan luar desa juga perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan perempuan pengusaha terhadap pengepul lokal. Hal ini bisa dilakukan dengan membuka akses kerjasama dan kemitraan dengan berbagai stakeholder. Hubungan kerjasama yang terjalin dengan pihak luar memudahkan pengusaha untuk menerima informasi pemasaran serta ide-ide baru terkait dengan perkembangan bisnis kuliner lokal. Dengan demikian mereka dapat menjual produknya sendiri langsung kepada pelanggan dengan harga yang lebih baik. Sementara itu, upaya penguatan modal budaya dapat dilakukan dengan meningkatkan life skill perempuan melalui pelatihan keterampilan mengolah kuliner, memasarkan produk dan mengelola aset rumah tangga. Para perempuan pada dasarnya telah memiliki keterampilan dasar yang diperolehnya sejak kecil melalui pembelajaran orang tua. Mereka akan cepat menyerap ilmu yang diperoleh dari pelatihan karena telah punya life skill. Melalui berbagai pelatihan tersebut kemampuan perempuan semakin terasah sehingga dapat mengelola bisnis dengan baik. Mereka juga bisa menghasilkan produk kuliner lokal sesuai dengan permintaan pasar yang lebih luas. Selama ini perempuan pengusaha lebih banyak
103
memproduksi kuliner tradisional yang masih rawan dari segi kualitas terkait dengan daya tahan, pengolahan, penyajian serta variasi rasa. Padahal kualitas kuliner lokal erat kaitannya dengan pemerimaan konsumen yang menginginkan produk makanan yang memiliki keunggulan termasuk kepraktisan. Oleh karena itu perempuan pengusaha perlu dibekali keterampilan yang lebih tinggi dalam mengolah berbagai kuliner lokal agar mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan generasi masa kini.
104