BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut) peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kain tenun di Kampung Tenun melalui dua tahapan pembuatan benang yaitu pembuatan benang lungsi dan pakan. Alat yang digunakan masih menggunakan alat tenun tradisional yaitu alat tenun tijak atau sekarang lebih terkenal dengan sebutan alat tenun bukan mesin (ATBM). Teknik yang digunakan untuk membuat kain tenun ikat yaitu dengan cara mengikat benang ditempat-tempat tertentu sebelum dicelup dan ditenun. Setelah ikatannya dibuka, bagian benang yang diikat, dalam kain akan membentuk ragam hias atau motif, sedangkan bagian yang tidak dicelup merupakan warna dasar dari kainnya. Pembuatan kain tenun ikat ini membutuhkan waktu yang cukup lama mulai dari proses persiapan dan proses pembuatan tenun karena alat yang digunakan adalah alat tradisonal. 2. Ornamen di Kampung Tenun dibuat dengan cara mendesain terlebih dahulu pada kertas, setelah itu motif yang telah dirancang diterapkan pada benang sutera yang telah disusun dalam penyangga ketika akan dibuat benang untuk proses tenun. Setelah benang tersebut diikat maka benang dilakukan pencelupan dan pencoletan terlebih dahulu supaya motif yang telah dirancang terlihat menarik. Maka setelah melakukan proses tenun, ornamen dari kain tersebut muncul dan menjadi ornamen dengan motif yang menarik dan unik. Ornamen di Kampung Tenun terdiri dari motif geometris dan non geometris. Motif geometris yaitu motif Wajik, motif Etnik modifikasi dari kain tenun NTT, Bali, dan Kalimantan. Sedangkan motif non geometris yaitu motif Bunga Puspa, Bunga Tapak Dara, Bunga Gambir, Bunga Kusuma, Burung Bangau, Sumping, Etnik Garut, dan Ukel. Motif ini terinspirasi dari alam sekitar Garut Genisa Meira, 2013 Kain Tenun Ikat Dengan Bahan Sutera Alam (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
178
dan ciri khas Garut sendiri. Selain itu, motif-motif yang dibuat ada juga motif lain yang dimodifikasi dari daerah lain. Hal ini membuat kain ikat di Garut menambah motif hias yang beraneka ragam meskipun belum menandakan bahwa kain tenun tersebut adalah khas Garut. Terdapat beberapa kesamaan motif kain tenun ikat di Garut dengan batik tulis dan cap Garutannya. Hal ini bisa kita lihat pada ornamen dengan motif Wajik dan Domba Garut yang menjadi ciri khas Garut. 3. Warna-warna yang ditampilkan adalah warna yang sedang trend pada setiap tahun. Contohnya pada tahun kemarin 2012 warna yang sedang trend adalah warna musim panas, maka warna yang digunakan adalah warna hijau dan kuning, sedangkan warna yang trend pada tahun 2013 adalah warna musim semi seprti warna hijau anggur segar dan warna biru tebal. Tetapi pembuatan kain tenun ikat pada tahun 2013 tidak hanya membuat kain dengan warna yang sedang trend pada tahun itu saja, terdapat warna lain yang tidak menampilkan bahwa kain tersebut dibuat di tahun 2013. Hal itu terjadi karena kain tenun ikat di Kampung Tenun selain membuat motif sesuai dengan yang dibuat oleh perancangnya tetapi ada juga kain hasil pesanan konsumen yang warnanya tidak sesuai dengan warna yang sednag trend pada tahun itu. 4. Berdasarkan analisis dan penyusunan hasil data yang diperoleh yang dikaji secara empirik bahwa menurut penulis jenis ornamen di Kampung Tenun melakukan pengulangan bentuk pada setiap motif di kain tenun ikatnya. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Wajik yaitu 64 kali pengulangan. Pengulangan pada kain tenun ikat motif Etnik modifikasi kain tenun NTT yaitu 68 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Etnik modifikasi kain tenun Bali yaitu 400 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Etnikmodifikasi kain tenun Kalimantan yaitu 176 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Bunga Puspa yaitu 52 kali pengulangan. Pengulangan pada kain tenun ikat motif Bunga Tapak Dara yaitu 30 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Bunga Gambir yaitu 60 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Bunga Kusuma yaitu 22 kali pengulangan. Pengulangan motif Genisa Meira, 2013 Kain Tenun Ikat Dengan Bahan Sutera Alam (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
179
pada kain tenun ikat motif Burung Bangau yaitu 32 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Sumping yaitu yaitu enam kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Etnik Garut yaitu yaitu enam buah. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Ukel yaitu lima kali pengulangan. Pengulangan dengan motif terbanyak ada pada motif Etnik modifikasi kain tenun Bali dan motif yang sedikit pengulanganya ada pada motif Ukel. 5. Keseimbangan yang nampak dari seluruh ornamen yaitu keseimbangan tegak lurus, mendatar dan kombinasi. Ornamen yang memiliki keseimbangan tegak lurus yaitu ornamen kain motif Etnik modifikasi kain tenun Bali dan Kalimantan serta motif Bunga Puspa, keseimbangan mendatar terdapat pada ornamen kain dengan motif Bunga Gambir dan motif Ukel serta keseimbangan kombinasi terdapat pada ornamen kain motif Wajik, Etnik NTT, Bunga Tapak Dara, Bunga Kusuma, Burung Merak, Sumping, dan Etnik Garut. Dapat diketahui bahwa secara keseluruhan ornamen ini mempunyai keseimbangan kombinasi dan menggunakan teknik pengulangan full repeat dikarenakan pembuatan tenun ikat di Kampung Tenun membutuhkan proses yang tidak sebentar. Sehingga kain yang dibuat keseluruhan membentuk pola dan desain yang sederhana dan dibentuk dengan ukuran besar-besar terutama pada motif non geometris.
B. Rekomendasi Berdasarkan
kesimpulan
dari
hasil
penelitian
ini
maka
peneliti
menyampaikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Bagi Penulis dan Pembaca Sebagai generasi penerus bangsa sudah selayaknya kita melestariakan warisan budaya bangsa yang diturunkan secara turun-temurun. Warisan kain tenun ini yang sudah ada sejak zaman dahulu dan berada di berbagai daerah di Indonesia ini. Kain tenun tersebut harus kita jaga dan jangan sampai hilang atau diambil dan diakui oleh negara lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan secara teoritis mengenai ornamen yang terkandung pada kain tenun Genisa Meira, 2013 Kain Tenun Ikat Dengan Bahan Sutera Alam (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
180
ikat serta diharapkan menciptakan ornamen dengan inovasi yang baru, kreatif dan unik yang sesuai dengan daerahnya masing-masing. 2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Seni Rupa adalah tempat untuk para mahasiswa yang kreatif dan inovatif. Diharapkan Jurusan Pendidikan Seni Rupa ini selain memberikan pelayanan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan fasilitas yang maksimal kepada mahasiswanya terutama bahan referensi kepustakaan untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya tentang tekstil. 3. Bagi Peneliti Lain Peneliti lain yang berminat akan melakukan penelitian di Kampung Tenun untuk kedepannya penulis sarankan supaya mengkaji lebih dalam tentang tenun di Kampung Tenun yang tidak hanya memproduksi kain tenun ikat saja, tetapi ada kain tenun sulaman yang menarik juga untuk diteliti. 4. Bagi Perajin dan Pabrik Perajin bukanlah tukang yang membuat sesuatu berdasarkan perintah. Tetapi perajin bekerja sesuai dengan kreasinya yang dapat memberikan perhatian lebih dari masyarakat. Tidak adanya pembukuan dalam mendokumentasikan motif yang telah dibuat di pabrik, membuat penulis dan konsumen tidak mengetahui motif apa saja yang dibuat di Kampung Tenun. Hal ini berakibat pada konsumen yang ingin memilih dan mencari motif dengan pilihan yang sedikit karena kain tenun yang ada, hanya ada pada hari itu. Tidak ada pembukuan yang menunjukan motif yang beragam yang bisa dipilih oleh konsumennya. Adanya penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi perajin untuk lebih berkreasi baik dalam segi teknis maupun estetisnya sehingga akan lebih diminati oleh masyarakat serta dapat mengembangkan jenis ornamen kain tenun ikat baru yang menjadi ciri khas Garut serta manajemen di pabrik harus lebih ditingkatkan lagi secara optimal. 5. Bagi Pemerintah daerah dan masyarakat Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya yang berada di Kabupaten Garut. Masyarakat pun dapat termotivasi untuk memanfaatkan
keterampilan
dan
kreatifitas
sehingga
memajukan
Genisa Meira, 2013 Kain Tenun Ikat Dengan Bahan Sutera Alam (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
181
perekonomian rakyat sekaligus dapat berupaya melestarikan budaya bangsa khususnya tenun agar dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat Indonesia.
Genisa Meira, 2013 Kain Tenun Ikat Dengan Bahan Sutera Alam (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu