BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan hal-hal khusus dan persoalan yang ditemukan di lapangan, sehingga dari hasil temuan studi dan kesimpulan tersebut akan didapatkan rekomendasi dan saran studi lanjutan.
5.1
Temuan Studi Temuan dari studi ini terdiri dari dua hal utama yang ingin diteliti, yaitu
kesesuaian dan persoalan dari keempat jenis jalur hijau. Hasil analisis kesesuaian jalur hijau akan disampaikan pada tabel berikut:
TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU JENIS JALUR HIJAU Jalur Hijau Jalan
KESESUAIAN •
• • •
• • Jalur Hijau Sungai
• •
-
Aspek Teknis : Tidak sesuai(belum dipenuhi) : Lebar jalur khusus, penanaman pada tikungan. Cukup sesuai (sebagian dipenuhi): jarak penanaman, tidak mengganggu pejalan kaki,. Sesuai (dipenuhi) : Lebar sempadan, tidak menghalangi pengemudi, perakaran tidak mengganggu fondasi, tinggi pohon, tinggi percabangan Aspek Ekologis : Tidak sesuai (belum dipenuhi): pengendali iklim mikro, perlindungan pejalan kaki dari kendaraan, pematah angin Cukup sesuai (sebagian dipenuhi): peredam kebisingan Sesuai (dipenuhi): memberikan keteduhan, penyerap polusi Aspek Estetis Tidak sesuai (belum dipenuhi): pengarah jalan atau penunjuk arah Cukup sesuai (sebagian dipenuhi): memperhatikan peletakan pohon Sesuai (dipenuhi): memberikan kesan yang menarik Aspek Teknis : Tidak sesuai (belum dipenuhi): lebar sempadan Aspek Lindung :
106
JENIS JALUR HIJAU
KESESUAIAN • -
Jalur Hijau Rel KA
• • -
Jalur Hijau SUTT
• •
-
Tidak sesuai (belum dipenuhi): tumbuhan dengan perakaran dalam, penyangga Aspek Estetis : Tidak sesuai (belum dipenuhi): Kontinuitas penanaman Aspek Teknis : Tidak sesuai (belum dipenuhi): sempadan Sesuai (dipenuhi): tinggi tumbuhan, jenis tumbuhan, tidak mengganggu konstruksi rel Aspek Lindung : Cukup sesuai (sebagian dipenuhi): penyangga Aspek teknis : Tidak sesuai (belum dipenuhi): sempadan. Aspek lindung : Tidak sesuai (belum dipenuhi): penyangga Cukup sesuai (sebagian dipenuhi): tinggi tumbuhan.
Sumber : Hasil Analisis, 2007
Setelah didapat hasil analisis kesesuaian, dan diidentifikasi persoalan apa saja yang mempengaruhi, selanjutnya akan didapatkan hasil pengklasifikasian persoalan sebagai berikut : TABEL V.2 KLASIFIKASI PERSOALAN Jalur Hijau Jalan
Persoalan Teknis Pemanfaatan dan Ketersediaan Lahan • Tidak cukupnya lebar sempadan untuk pembangunan jalur khusus • Adanya penumpukan jalur hijau dan trotoar • Pemanfaatan lahan jalur hijau oleh PKL • Pada kawasan komersial tidak terdapat jalur hijau sama sekali
Ekologis Perlindungan •
•
Jalur hijau pada umumnya tidak terletak pada sisi batas jalan sehingga tidak memberikan fungsi perlindungan yang optimal. Jalur hijau belum secara optimal mengendalikan iklim mikro, meskipun secara teknis cukup
Estetis Penataan Jalur Hijau • Jarak penanaman sebagian masih tidak beraturan • Peletakan pohon banyak yang tidak sesuai (rapat dengan selokan,dsb) • Peletakan jalur hijau masih mengganggu perkakas jalan
107
Jalur Hijau
Sungai
Rel KA
SUTT
Persoalan Teknis Fisik tumbuhan • • Sebagian pepohonan kering dan mati karena kemarau dan umur pohon yang sudah tua • Perakaran mengganggu fondasi di sebagian ruas jalan • Umur sebagian pepohonan sudah tua • Kurangnya pemeliharaan terutama pemangkasan
Ekologis memenuhi kriteria Jarak penanaman pada tikungan masih terlalu rapat
Pemanfaatan dan Ketersediaan Lahan • Lebar sempadan sangat kurang bahkan ada yang tidak memiliki sempadan • Pada umumnya tidak ditemui jalur hijau • Pemanfaatan lahan sempadan oleh bangunan permanen dan permukiman Pemanfaatan dan Ketersediaan Lahan • Lebar sempadan masih belum memenuhi kriteria dan belum seragam pada bagian kiri dan kanan • Pemanfaatan sempadan rel oleh permukiman kumuh
Perlindungan terhadap erosi Tidak terdapat tumbuhan pelindung yang perakarannya dalam untuk mencegah erosi
Pemanfaatan dan Ketersediaan Lahan • Lebar sempadan masih belum memenuhi kriteria dan belum seragam pada bagian kiri dan kanan • Pemanfaatan lahan oleh permukiman dan perdagangan sehingga cukup membahayakan
Penyangga
Fisik tumbuhan • Tinggi tumbuhan masih melebihi batas maksimal (3m) sehingga dapat membahayakan gardu SUTT. Sumber : Hasil Analisis, 2007
Penyangga Meskipun secara teknis cukup memenuhi kriteria namun fungsi penyangga masih belum optimal karena sempadan yang masih kurang
Belum terciptanya fungsi penyangga yang optimal
•
Estetis (kabel listrik dan telefon) Pepohonan jalur hijau belum secara optimal memberikan fungsi pengarah jalan terkait dengan fungsi teknis jarak penanaman yang belum terpenuhi
Kontinuitas Penanamn Kontinuitas penanaman sebagai indikator estetis masih belum terlihat karena kurangnya jalur hijau
108
5.2
Kesimpulan Dari studi ini dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain lebar sempadan
terutama pada jalur hijau jalan pada umumnya sudah memenuhi kriteria. Namun sangat minim dari segi ukuran sehingga peruntukan sempadan tersebut masih menjadi hal yang dilematis antara peruntukan trotoar dan jalur hijau. Peletakan jalur hijau banyak yang menumpuk dengan trotoar. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan baru karena jalur hijau yang diletakkan di tengah-tengah trotoar dapat mengganggu pejalan kaki.
Dilihat dari keadaan di lapangan, maka
disimpulkan bahwa pemerintah sepertinya memprioritaskan kepentingan jalan dibandingkan dengan jalur hijau. Hal ini dikarenakan sempadan jalan memang diprioritaskan untuk kepentingan jalan sehingga jika ada pelebaran jalan jalur hijau tidak segan untuk dikorbankan. Keberadaan jalur hijau yang belum optimal juga ditandai oleh belum sesuainya jalur hijau dengan kriteria ekologis. Lebar sempadan untuk jalur hijau lain yaitu sungai, Rel KA, dan SUTT pada umumnya tidak memenuhi kriteria (sangat minim atau bahkan tidak ada). Hal tersebut menunjukkan bahwa perhatian terhadap keberadaan jalur hijau non jalan sangat minim dan timpang dibandingkan dengan jalur hijau jalan. Hal tesebut juga diperkuat dengan minimnya literatur dan peraturan teknis mengenai jalur hijau non jalan. Meskipun dalam RTRW Kota Bandung dan RDTRK WP Bojonegara sudah disebutkan mengenai pentingnya keberadaan jalur hijau dan rencana
peningkatannya
baik
secara
kualitas
maupun
kuantitas,
pada
kenyataannya hal tersebut belum terwujud sama sekali. Keterbatasan lebar sempadan ini berkaitan erat dengan ketersediaan lahan bagi jalur hijau. Sempadan yang sangat minim pada jalur hijau non jalan berdampak pada ketidakberadaan jalur hijau tersebut. Hal ini membuktikan bahwa sempadan yang memenuhi kriteria merupakan hal yang penting bagi pengadaan jalur hijau sekaligus merupakan persoalan yang paling sering muncul. Pemanfaatan lahan yang ilegal seperti PKL di jalur hijau jalan dan permukiman kumuh di jalur hijau rel KA merupakan permasalahan yang cukup mengganggu, terutama secara estetis. Selain itu dari segi fisik tumbuhan maka keberadaan PKL bisa saja mengganggu pertumbuhan fisik pohon dengan
109
penggunaan pohon sebagai sarana perdagangan. Jarak yang terlalu dekat antara permukiman kumuh pada rel KA juga sudah melanggar fungsi jalur hijau sebagai penyangga atau pembatas dengan aktivitas masyarakat. Tidak adanya jalur hijau jalan di kawasan-kawasan komersial merupakan hal yang cukup membutuhkan perhatian. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh pelebaran jalan yang dilakukan atau penebangan pohon yang dilakukan oleh pihak toko. Sempadan yang ada juga cenderung lebih dimanfaatkan untuk trotoar dan sempadan jalan biasanya langsung berbatasan dengan toko (tidak ada halaman toko). Hal ini cukup memprihatinkan mengingat kawasan komersial yang cenderung padat dengan aktivitas manusia tentunya membutuhkan unsur penyeimbang seperti RTH. Fungsi penyangga yang sangat penting terutama pada jalur hijau non jalan juga belum berfungsi dengan baik. Hal ini tentunya berkaitan dengan keterbatasan lahan untuk jalur hijau ditambah dengan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap arti dari penyangga itu sendiri. Penyangga ini sebenarnya bertujuan untuk melindungi keselamatan masyarakat dari bahaya seperti rel KA dan SUTT. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat juga terkait dengan batas dari sempadan yang tidak jelas, terutama pada jalur hijau SUTT. Karena tidak adanya batas yang tegas dan jelas baik dari pihak pemerintah dan PLN, maka lahan di sempadan SUTT cenderung akan lebih mudah dimanfaatkan masyarakat untuk permukiman atau komersial. Peraturan yang kurang tegas ini juga terjadi di rel KA padahal PT. KAI sebagai pengelola sehausnya memiliki kewenangan dalam mengatur pemanfaatan lahan.
5.3
Rekomendasi Rekomendasi yang akan disampaikan terkait dengan peraturan yang
berhubungan dengan keberadaan jalur hijau, terutama jalur hijau non jalan. Karena jalur hijau ini kondisinya sangat memprihatinkan dan tidak ada peraturan yang detail dan tegas tentang pengadaannya Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dengan instansi yang terkait seperti PT. KAI dan PLN dalam merumuskan kebijakan dan peraturan tentang jalur hijau, karena instansi-instansi
110
tersebut memiliki kewenangan khusus dalam pengelolaan KA dan SUTT. Selain itu dinas yang terkait juga selayaknya juga memberikan perhatian lebih terhadap jalur hijau non jalan karena jenis jalur hijau sudah secara tegas disebutkan dalam undang-undang dan pedoman yang seharusnya menjadi tanggung jawab dinas tersebut. Dalam aspek pemeliharaan, dinas terkait seharusnya dapat lebih intensif dalam memelihara dan merawat pepohonan jalur hijau. Bukan hanya dalam hal penebangan, namun juga pemangkasan cabang-cabang pohon yang dapat membahayakan. Penanaman kembali pepohonan juga perlu diperhatikan mengingat ada ketentuan jarak penanaman dan kemungkinan untuk tidak merusak fasilitas jalan. Selain itu, perlu adanya kebijakan mengenai pemanfaatan lahan jalur hijau mengingat banyak pemanfaatan lahan yang menyimpang dan merugikan bagi pengadaan jalur hijau. Selain itu, perlu adanya kebijakan yang mengatur pembebasan lahan untuk jalur hijau agar ketersediaan lahan untuk jalur hijau dapat meningkat. Berikut adalah rekomendasi secara rinci terhadap permasalahan jalur hijau
TABEL V.3 REKOMENDASI Jalur Hijau Jalan
Aspek Teknis
Ekologis
Persoalan Ketersediaan dan pemanfaatan lahan • Sempadan untuk jalur khusus • Pemanfaatan lahan oleh PKL • Penyediaan jalur hijau Fisik tumbuhan Pemeliharaan Pepohonan yang sudah tua dan kering Perakaran mengganggu fondasi Perlindungan
Lembaga
Dinas PU Dinas Tata Kota Distankam
Distankam Distankam Distankam
Letak jalur hijau
Distankam
Pengendali iklim mikro
Distankam
Rekomendasi • Penyediaan jalur khusus jalur hijau dan pada kawasan komersial • Pembebasan pemanfaatan lahan oleh PKL Peningkatan pemeliharaan pepohonan secara lebih intensif termasuk pemangkasan, penebangan dan penghijauan kembali Peletakan jalur hijau diusahakan di tepi jalan yang berbatasan dengan trotoar
111
Jalur Hijau
Aspek Estetis
Sungai
Rel KA
Persoalan Penataan jalur hijau Jarak penanaman
Distankam
Peletakan pepohonan
Distankam
Fungsi pengarah jalan
Distankam
Mengganggu perkakas jalan
Distankam
Ketersediaan dan pemanfaatan lahan Sempadan
Dinas Pengairan, Dinas tata kota
Penyediaan jalur Hijau
Ekologis
Pemanfaatan lahan permukiman Tumbuhan pelindung erosi
Dinas Pengairan, Dinas tata kota, Distankam Dinas Tata Kota Distankam
Estetis
Kontinuitas penanaman
Distankam
Teknis
Ketersediaan dan pemanfaatan lahan Sempadan
Teknis
Pemanfaatan lahan oleh permukiman kumuh SUTT
Lembaga
Teknis
Ketersediaan dan pemanfaatan lahan Sempadan Pemanfaatan lahan oleh permukiman dan perdagangan Fisik Tumbuhan Tinggi tumbuhan
Sumber : Hasil Analisis,2007
Dinas Tata Kota, PT. KAI Dinas Tata Kota, PT. KAI
Dinas Tata Kota, PLN Dinas Tata Kota, PLN Distankam Distankam
Rekomendasi • Jarak penanaman diatur kembali • Peletakan pepohonan tidak boleh mengganggu perkakas jalan dan tidak membahayakan bagi pertumbuhan fisik pohon. • Fungsi pengarah jalan lebih dioptimalkan terutama pada jalan arteri • Penyediaan sempadan dengan kerjasama dinas tata kota dan dinas pengairan • Penyediaan jalur hijau dengan distankam
Penanaman tumbuhan berakar dalam Penanaman tumbuhan yang kontinyu Penyediaan lahan sempadan dengan kerjasama dinas tata kota dan PT. KAI
Penyediaan lahan sempadan dengan kerjasama dinas tata kota dan PT PLN
Pemeliharaan jalur hijau dengan pemangkasan dan pemilihan tanaman yang tepat
112
5.4
Kelemahan Studi Dalam studi ini ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan, yaitu :
•
Titik Observasi dari masing-masing jenis jalur hijau masih kurang mewakili, terutama untuk jalur hijau sungai, Rel KA, dan SUTT yang terbatas. Hal ini dikarenakan keterbatasan aksesibilitas dan waktu untuk mengobservasi keseluruhan jalur.
•
Kriteria masih belum sempurna karena sulitnya literatur dan peraturan perundang-undangan. Peraturan yang cukup lengkap baru berkisar pada jalur hijau jalan, sedangkan untuk jalur hijau lain masih sangat minim. Literatur yang adapun pada umumnya hanya membahas RTH secara umum dan terbatas pada jalur hijau jalan
•
Penelitian hanya dilakukan pada satu WP, karena lingkup Kota Bandung cukup luas dan adanya keterbatasan waktu
5.5
Saran Penelitian Lanjutan Beberapa saran studi lanjutan yang dapat dilakukan dari studi ini antara lain : 1. Mengetahui seberapa besar kontribusi jalur hijau dalam peningkatan RTH perkotaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas 2. Studi tentang kesesuaian jalur hijau yang lebih spesifik setiap jenisnya di Kota Bandung 3. Penyusunan pedoman penataan jalur hijau di perkotaan selain jalur hijau jalan.