BAB V KESIMPULAN
5.1 Simpulan Berdasar tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya serta hasil penelitian maka disusun simpulan penelitian sebagai berikut. Penekanan pimpinan pada orientasi pasar didukung berpengaruh positif terhadap semua dimensi orientasi pasar pada instansi pemerintahan daerah, kecuali pada dimensi rancangan tanggapan. Semakin tinggi penekanan pimpinan instansi pemerintah daerah terhadap pentingnya orientasi pasar maka pengembangan intelijen pasar, penyebaran intelijen pasar, dan implementasi tanggapan terhadap hasil intelijen pasar akan semakin tinggi. Hasil studi ini mengkonfirmasi penelitian Jaworski dan Kohli (1993), Cervera et al., (2001), Kuada dan Buatsi (2005), Kirca et al.(2005), Zebal dan Goodwin (2011) dan Dwairi (2012). Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara faktor penekanan pimpinan pada orientasi pasar terhadap orientasi pasar adalah tangguh. Faktor pimpinan organisasi yang kedua adalah penghindaran risiko pimpinan instansi. Meskipun hanya terdukung sebagian, hasil studi menunjukkan bahwa penghindaran risiko pimpinan berpengaruh negatif terhadap dimensi pengembangan intelijen pasar dan rancangan tanggapan terhadap intelijen. Dapat disimpulkan bahwa jika tingkat penghindaran risiko pada instansi pemerintah tinggi maka tingkat pengembangan intelijen pasar dan rancangan tangggapan pada instansi pemerintah akan rendah. Dengan demikian penghindaran risiko pimpinan didukung sebagai anteseden orientasi pasar pada instansi pemerintah daerah meskipun terdukung sebagian. Hasil studi ini mengkonfirmasi temuan studi dari Jaworski dan Kohli (1993), Kirca et, al. (2005), Kuada dan Buatsi (2005), Haver dan Gresham (2008), Zebal dan Goodwin (2011), Dwairi et al. (2012) dan Nair (2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik antar bagian pada instansi pemerintah daerah tidak terbukti berpengaruh terhadap semua dimensi orientasi pasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa konflik berpengaruh negatif terhadap orientasi pasar tidak didukung. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi beberapa studi
sebelumnya antara lain dari Kuada dan Buatsi (2005), Zebal dan Quazi (2011), Dwairi et al. (2012), dan Nair (2013), Dengan demikian, pada setting studi pemerintah daerah, konflik antar bagian tidak didukung sebagai anteseden orientasi pasar. Berkaitan dengan variabel keterhubungan antar bagian, hasil penelitian menunjukkan bahwa keterhubungan antar bagian berpengaruh positif terhadap dimensi penyebaran intelijen. Semakin tinggi tingkat keterhubungan antar bagian dalam instansi pemerintah maka penyebaran intelijen pasar ke dalam seluruh bagian organisasi akan meningkat. Meskipun keterhubungan terbukti berpengaruh signifikan terhadap dimensi rancangan tanggapan terhadap intelijen pasar, namun arah hubungan negatif berlawanan dengan yang dihipotesiskan. Berarti semakin tinggi tingkat keterhubungan antar bagian dalam instansi, justru akan menurunkan tingkat rancangan tanggapan instansi terhadap hasil intelijen pada instansi pemerintah. Temuan ini bertentangan dengan sebagian besar temuan studi sebelumnya. Namun demikian, studi yang dilakukan oleh Zebal dan Quazi (2011) juga menunjukkan bahwa keterhubungan tidak terdukung secara penuh sebagai anteseden orientasi pasar. Dapat disimpulkan bahwa pada setting instansi pemerintah keterhubungan antar bagian terdukung sebagian sebagai anteseden orientasi. Sebagaimana ditunjukkan hasil studi dari Jaworski dan Kohli (1993) dan dikonfirmasi temuan studi dari Dwairi et al. (2012), hasil penelitian ini juga tidak memberikan bukti bahwa formalisasi berpengaruh terhadap orientasi pasar pada instansi pemerintah daerah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa formalisasi tidak terdukung sebagai anteseden orientasi pasar pada instansi pemerintah daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sentralisasi tidak terdukung sebagai anteseden orientasi pasar pada instansi pemerintah daerah kecuali pada dimensi rancangan tanggapan terhadap hasil intelijen pasar. Temuan studi menunjukkan bahwa sentralisasi terbukti signifikan berpengaruh positif terhadap rancangan tanggapan pada hasil intelijen pasar. Meskipun berpengaruh signifikan, namun arah hubungan pengaruhnya berlawanan dengan yang dihipotesiskan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pada instansi pemerintah daerah, sentralisasi justru berpengaruh positif pada rancangan tanggapan pada intelijen. Temuan studi ini mengkonfirmasi hasil analisis meta dari Kirca, Jayachandran, dan Bearden (2005) serta studi yang dilakukan Kuada dan Buatsi (2005) di Ghana. Sistem pemberian penghargaan berdasar kinerja pelayanan terbukti berpengaruh positif signifikan pada orientasi pasar di instansi pemerintah daerah, khususnya pada dimensi rancangan
tanggapan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika pemberian penghargaan di
pemerintah daerah didasarkan pada kinerja pelayanan, maka rancangan tanggapan terhadap hasil intelijen akan semakin besar. Hasil studi ini memberikan dukungan pada studi Kuada dan Buatsi (2005) dan Dwairi et al, (2012), bahwa sistem pemberian penghargaan berdasar kinerja pelayanan didukung sebagai anteseden orientasi, meskipun hanya terdukung sebagian. Persepsi pimpinan tentang turbulensi pasar tidak terbukti berpengaruh terhadap orientasi pasar pada setting studi instansi pemerintah. Penelitian ini tidak memberikan dukungan pada temuan studi dari Cervera et al., (2001). Dapat disimpulkan bahwa persepsi pimpinan terhadap turbulensi pasar tidak didukung sebagai anteseden orientasi pasar. Persepsi pimpinan instansi tentang tinggi rendahnya intensitas bersaing antar pemerintah daerah akan menentukan orientasi pasar instansi pemerintah. Jika pimpinan mempersepsikan tingkat bersaing antar pemerintah daerah tinggi, maka tingkat orientasi pasar organisasi juga akan meningkat. Hasil studi menunjukkan bahwa persepsi pimpinan terhadap intensitas bersaing terbukti berpengaruh signifikan terhadap dimensi penyebaran intelijen dan rancangan tanggapan terhadap intelijen. Temuan studi ini mendukung temuan Cervera et al., (2001), meskipun hanya sebagian. Berkaitan dengan persepsi pimpinan terhadap turbulensi teknologi, hasil studi menunjukkan bahwa turbulensi teknologi terbukti tidak berpengaruh terhadap orientasi pasar pada instansi pemerintah daerah. Konsekuensi positif yang diharapkan atas penerapan orientasi pasar dalam organisasi adalah meningkatnya komitmen organisasional, esprit de corps, dan peningkatan kinerja keseluruhan organisasi. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pengembangan intelijen, penyebaran intelijen, dan rancangan tanggapan terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional, kecuali untuk variabel pengembangan intelijen yang arah pengaruhnya berlawanan dengan yang dihipotesiskan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penyebaran intelijen pasar dan rancangan tanggapan pada hasil intelijen pasar berpengaruh positif signifikan terhadap esprit de corps. Berarti jika penyebaran intelijen ke dalam seluruh bagian organisasi meningkat, maka esprit de corps juga akan meningkat. Demikian juga jika rancangan tanggapan terhadap intelijen pasar pada instansi meningkat maka esprit de corps karyawan akan meningkat, Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa peningkatan orientasi pasar, khususnya dimensi penyebaran intelijen pasar dan rancangan tanggapan pada intelijen pasar akan menghasilkan konsekuensi positif pada esprit de corps karyawan. Hasil penelitian ini memberikan dukungan pada hasil studi dari Jaworski dan Kohli (1993) dan Provitera et al. (2002). Kinerja organisasional terdukung sebagai konsekuensi orientasi pasar pada setting penelitian instansi pemerintah daerah meskipun hanya terdukung sebagian. Hasil studi menunjukkan bahwa dimensi penyebaran intelijen pasar dan rancangan tanggapan atas hasil intelijen pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasional instansi pemerintah daerah. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar penyebaran intelijen pasar ke dalam seluruh bagian organisasi, maka kinerja organisasional akan meningkat. Demikian juga jika rancangan tanggapan terhadap hasil intelijen pasar meningkat maka kinerja organisasional akan meningkat. Hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa antara orientasi pasar dan kinerja organisasional memiliki hubungan yang tangguh. Dengan demikian hasil studi ini memberikan dukungan pada studi sebelumnya bahwa orientasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan (Kohli dan Jaworski, 1993; Cano, Carrillat, Jaramillo, 2004; Kara, Spillan, DeShields Jr., 2004; 2005; Vieira, 2010; Ogbonna dan Ogwo, 2013).
5.2 Implikasi Riset 5.2.1 Implikasi Teoritis Hasil studi ini secara umum memberikan dukungan meskipun sebagian pada hasil penelitian sebelumnya dan memberikan justifikasi untuk ketangguhan satu variabel anteseden orientasi pasar yaitu variabel penekanan pimpinan pada orientasi pasar.
Dari faktor personal
pimpinan, kedua variabel yang diuji yaitu variabel penekanan pimpinan pada orientasi pasar dan penghindaran risiko didukung secara empiris berpengaruh signifikan terhadap orientasi pasar meskipun hanya sebagian. Temuan ini menguatkan keyakinan bahwa pimpinan organisasi memegang peran utama dalam membentuk nilai-nilai dan budaya organisasi untuk berorientasi pasar. Berbagai studi tentang pengaruh karakteristik
pimpinan, menyiratkan pentingnya
pimpinan untuk bisa membawa seluruh organisasi berkinerja tinggi dan memiliki keunggulan yang terus menerus. Berbagai karaktersistik pimpinan yang telah diteliti sebagai anteseden
orientasi pasar selain faktor penekanan pimpinan pada orientasi pasar dan sikap penghindaran risiko dari pimpinan adalah sikap profesional (Bhuian, 1992; Wood dan Bhuian, 1993), sikap terhadap pemasaran (Bhuian, 1992; Wood dan Bhuian, 1993), pelatihan manajemen (Harris dan Piercy, 1997), pendidikan formal di bidang pemasaran (Zebal dan Goodwin, 2011), serta kewirausahaan (Haver dan Gresham, 2008) yang hasilnya menguatkan peran sentral dari pimpinan organisasi. Hasil studi ini mengkonfirmasi penelitian Cervera et al. (2001), Kuada dan Buatsi (2005), Kirca et al. (2005), dan Dwairi (2012). Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
faktor personal pimpinan terhadap orientasi pasar adalah tangguh. Meskipun hanya
terdukung sebagian sebagai anteseden orientasi pasar, variabel penghindaran risiko pimpinan berpengaruh terhadap pengembangan intelijen pasar dan rancangan tanggapan pada intelijen pasar. Dengan demikian temuan ini mendukung hasil studi Jaworski dan Kohli (1993), Kirca et al., (2005), Zebal dan Goodwin (2011), Dwairi et al., 2012) dan Nair (2013). Berkaitan dengan faktor organisasional, sebagaimana temuan studi sebelumnya, hasil penelitian tidak menunjukkan dukungan yang mencukupi. Sebagian hasil studi sebelumnya juga menunjukkan temuan yang tidak konsisten. Konflik antar bagian tidak terbukti berpengaruh terhadap orientasi pasar. Demikian juga dengan variabel sistem pemberian penghargaan berdasar kinerja pelayanan, terbukti berpengaruh hanya terhadap rancangan tanggapan dan tidak pada dimensi orientasi pasar yang lain (Kuada dan Buatsi, 2005; Dwairi, 2012). Hasil studi menunjukkan bahwa persepsi pimpinan atas intensitas bersaing berpengaruh positif terhadap penerapan penyebaran intelijen pasar dan rancangan tanggapan atas intelijen pasar, tetapi tidak pada dimensi orientasi pasar yang lain. Temuan ini memberikan dukungan sebagian pada studi Cervera (2001) bahwa persepsi pimpinan terhadap faktor lingkungan eksternal organisasi akan menentukan tingkat orientasi pasar organisasi. Semakin tinggi persepsi organisasi terhadap turbulensi lingkungan maka orientasi pasar akan semakin kuat. Jaworski dan Kohli (1993) dan dirujuk oleh Kirca et al.. (2005) menguji faktor eksternal sebagai pemoderasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja organisasional, namun temuannya tidak memberikan dukungan. Dengan demikian hubungan antara variabel eksternal lingkungan dengan orientasi pasar belum menghasilkan keputusan yang kuat. Kunci menariknya orientasi pasar bagi peneliti maupun praktisi adalah pandangan bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh potensial pada kinerja organisasi. Para peneliti
mengidentifikasi bahwa orientasi pasar merupakan kunci untuk bisa beradaptasi dan mengakomodasi perubahan lingkungan yang terjadi dengan cepat (Dwairi, 2012). Sejumlah studi diberbagai negara memberikan dukungan bahwa orientasi pasar memiliki korelasi yang positif terhadap orientasi pasar (Ellis, 2006; Baker dan Sinkula, 2009; Vieira, 2010; Taleghani et al., 2015; Joseph et al., 2015). Kinerja organisasi dipandang tangguh sebagai dampak dari orientasi pasar. Penelitian yang telah dilakukan pada berbagai area studi menunjukkan dukungan yang kuat bahwa kinerja organisasi merupakan konsekuensi dari orientasi pasar (Kirca et al., 2005; Ellis, 2006; Vieira, 2010; Dwairi, 2012; Taleghani, 2013). Hasil penelitian ini mendukung kesimpulan
bahwa kinerja organisasi sebagai konsekuensi dari orientasi pasar. Komitmen
organisasional dan esprit de corps dalam studi ini terdukung sebagai konsekuensi orientasi pasar. Temuan ini memberikan justifikasi pada studi Jaworski dan Kohli (1993), Kirca et al., (2005), dan Vieira (2010). Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada beberapa anteseden orientasi pasar yang tidak didukung secara empirik berpengaruh terhadap orientasi pasar. Beberapa variabel tersebut adalah konflik antar bagian, formalisasi,
turbulensi pasar, dan turbulensi
teknologi. Berdasar pengujian hipotesis yang dilakukan, hanya delapan belas dari lima puluh dua hipotesis yang didukung secara empirik (34,6 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. Dengan demikian belum dihasilkan simpulan studi yang konklusif tentang anteseden dan konsekuensi orientasi pasar pada instansi pemerintah daerah. Oleh karena itu penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menghasilkan simpulan yang intersubjectively certiviable. Meskipun demikian delapan belas hipotesis yang didukung secara empirik memberikan justifikasi pada beberapa penelitian sebelumnya. Variabel yang terdukung secara empirik berpengaruh pada orientasi pasar adalah penekanan pimpinan pada orientasi pasar. Dengan demikian simpulan bahwa antara penekanan pimpinan pada orientasi pasar dan orientasi pasar memiliki hubungan yang tangguh didukung.
5.2.2 Implikasi Praktis Temuan penelitian mengindikasikan bahwa penekanan pimpinan pada orientasi pasar memiliki peran penting terhadap orientasi pasar. Pimpinan instansi harus mampu memberikan
keteladanan dan sinyal-sinyal perilaku yang jelas yang menunjukkan pentingnya orientasi pasar. Organisasi yang berorientasi pasar harus mampu memahami dengan baik apa yang dibutuhkan dan diinginkan publiknya. Oleh karena itu pimpinan organisasi harus banyak melakukan kajian tentang kebutuhan masyarakat dan mampu mendengarkan dengan baik tentang keinginan masyarakat, serta terus memantau lingkungan eksternal yang terus mengalami perubahan dengan cepat. Keberanian mengambil risiko diperlukan ada pada para pimpinan instansi sehingga ide-ide kreatif pengembangan pelayanan baru berdasar kebutuhan dan kondisi masyarakat dapat dikembangkan. Sistem pemberian penghargaan (reward system) merupakan faktor yang sangat sensitif dalam mempengaruhi kesetiaan pegawai pada organisasi. Reward system yang
baik harus
memenuhi kriteria fair, adil, dan berkaitan dengan kinerja. Pemberian penghargaan ini juga merefleksikan persepsi manajemen terhadap kontribusi pegawai terhadap instansi dalam mencapai tujuan oganisasi dan dapat mempengaruhi dan mengkondisikan perilaku individu. Oleh karena itu instansi pemerintah perlu merancang sistem pemberian penghargaan yg dikaitkan dengan kinerja layanan dan kepuasan pelanggan. Studi menunjukkan bahwa persepsi pimpinan akan adanya intensi persaingan antar pemerintah daerah justru berimplikasi positif pada orientasi pasar. Dengan dirasakannya persaingan antar daerah antara lain dalam menarik investor akan mendorong instansi mengembangkan sistem intelijen yang baik. Perancangan program-program akan didasarkan pada hasil intelijen yang terus mendeteksi dan memantau perubahan lingkungan dan kebutuhan publik yang terus mengalami perubahan dengan cepat. Penelitian orientasi pasar ini dimaksudkan untuk mengisi kesenjangan sejumlah studi tentang model anteseden dan konsekuensi orientasi pasar yang hasilnya belum konklusif. Studi dilakukan di Indonesia pada instansi pemerintah kabupaten dan kota khususnya di Jawa Tengah dengan pertimbangan studi pada area ini belum pernah dilakukan. Pertimbangan lain adalah terjadinya perubahan paradigma baru dalam sistem organisasi pemerintahan yang bergeser dari paradigma administrasi publik ke paradigma new public management dan akhirnya menjadi new public services (Denhart dan Denhart, 2003). Perubahan paradigma ini diwujudkan oleh pemerintahan negara Republik Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 diperbarui dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, yang menegaskan tentang sistem otonomi daerah. Dengan paradigma baru ini, penerapan konsep bisnis yang berorientasi pasar menjadi tantangan untuk dilakukan. Karena adanya perbedaan mendasar antara organisasi bisnis dengan organisasi pemerintahan dalam hal tujuan organisasinya, maka dibutuhkan kerangka baru tentang konsepkonsep bisnis yang cocok bagi organisasi pemerintahan. Hasil pengujian hipotesis tentang pengaruh faktor-faktor organisasional terhadap orientasi pasar menunjukkan bahwa variabel keterhubungan antar bagian, sentralisasi, dan persepsi pimpinan tentang intensitas bersaing memiliki pengaruh signifikan terhadap orientasi pasar, meskipun sebagian. Dengan demikian keterhubungan antar bagian harus terus ditingkatkan. Instansi perlu membangun sistem komunikasi yang baik sehingga antar bagian dapat melakukan hubungan dan koordinasi dengan intensif dan cepat. Hasil studi menunjukkan bahwa sentralisasi justru memberi pengaruh positif terhadap orientasi pasar khususnya pada rancangan tanggapan dalam instansi pemerintah. Temuan ini positif bagi instansi pemerintah, karena secara struktur organisasi, instansi pemerintah bersifat hirarkhis sehingga melekat di dalamnya sifat sentralisasi. Instansi pemerintah juga perlu menerapkan sistem pemberian penghargaan berdasar kinerja pelayanan dan kepuasan pelanggan karean hasil penelitian faktor sistem penghargaan ini berpengaruh positif pada rancangan tanggapan pada intelijen pasar. Variabel komitmen organisasional merupakan variabel yang sangat penting bagi kelangsungan hidup organisasi. Tidak ada yang bisa menggantikan dedikasi dan komitmen manusia bagi organisasi. Sangat pentingnya aspek komitmen karyawan bagi organisasi tersirat dalam pernyataan Mintzberg (1996) bahwa tidak ada yang bisa menggantikan dedikasi manusia dalam organisasi. Organisasi tanpa dedikasi dan komitmen manusia di dalamnya bagaikan orang tanpa jiwa. Oleh karena itu upaya membangun dedikasi dan komitmen anggota organisasi merupakan keharusan bagi organisasi. Instansi pemerintahan merupakan organisasi pelayanan publik, sehingga manusia merupakan faktor penentu yang paling utama. Hasil penelitian ini memberikan dukungan yang kuat bahwa komitmen organisasional merupakan konsekuensi dari orientasi pasar. Esprit de corps merupakan variabel yang menunjukkan kekompakan dan rasa persaudaraan yang kuat diantara karyawan sebagai satu keluarga besar dalam organisasi. Sama dengan komitmen organisasional, esprit de corps juga didukung secara empirik sebagai konsekuensi dari orientasi pasar dalam instansi pemerintahan. Sejalan dengan temuan studi
sebelumnya bahwa kinerja keseluruhan organisasi merupakan konsekuensi yang tangguh dari orientasi pasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja organisasi di instansi pemerintah daerah dipengaruhi oleh penyebaran intelijen pasar ke dalam seluruh bagian organisasi dan rancangan tanggapan terhadap hasil intelijen yang dikembangkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, meskipun terdukung sebagian, orientasi pasar berpengaruh positif signifikan pada komitmen organisasional, esprit de corps, dan kinerja organisasi secara keseluruhan. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan orientasi pasar dengan memperhatikan faktorfaktor penentu orientasi pasar harus terus dilakukan di instansi pemerintah daerah.
5.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan pertama adalah
ukuran
sampel yang relatif kecil sedangkan parameter yang diuji relatif banyak. Hal ini memiliki implikasi pada hasil pengujian hipotesis yang sebagian besar menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Keterbatasan kedua adalah bahwa pengukuran dampak orientasi pasar dilakukan dengan metode self report, sehingga kemungkinan terjadinya common method bias cukup besar. Kelemahan selanjutnya adalah bahwa dalam pengujian kualitas data, banyak indikator yang tidak memenuhi kriteria validitas data sehingga cukup banyak item indikator yang gugur. Kelemahan ini kemungkinan besar terkait dengan ukuran sampel yang relatif kecil dibanding jumlah parameter dalam model. Kemungkinan lain adalah format kuesioner kurang dirumuskan dengan baik. Selanjutnya data penelitian ini bersifat cross-sectional sehingga perkembangan perubahan organisasi sebagai dampak penerapan orientasi pasar tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. Dalam penelitian ini satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai unit analisis tidak dibedakan antara SKPD yang banyak berinteraksi langsung dengan masyarakat dan SKPD yang tidak melakukan kontak langsung dengan publik. Kelemahan studi berikutnya berasal dari sumber informasi yang hanya dari internal organisasi pemberi pelayanan (supply side) bukan dari publik penerima pelayanan (demand side). Kondisi ini memiliki peluang untuk menghasilkan data yang bias. Kelemahan yang lain adalah bahwa dampak atau konsekuensi orientasi pasar bagi instansi pemerintah diukur secara subyektif dan bersifat internal organisasi, tidak secara ukuran-ukuran obyektif dan berdasar penilaian dari pihak eksternal.
5.4 Arahan Riset Mendatang Memperhatikan beberapa keterbatasan dari penelitian ini maka pada penelitian yang akan datang direkomendasikan untuk dilakukan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, ukuran sampel perlu diperbesar dan diperluas, baik dalam hal jumlah sampel responden, wilayah penelitian, dan sumber informasi ditambahkan dari sisi penerima pelayanan. Kedua, pengukuran
kinerja
organisasional dilakukan dengan menggunakan data penilaian dari instansi lain, antara lain dari penilaian kinerja nasional dan dari masyarakat penerima layanan (indeks kepuasan masyarakat, kualitas hidup, dan sebagainya), sehingga peluang terjadinya common method bias bisa diperkecil. Ketiga, karena dalam kegiatan pelayanan tidak semua SKPD memiliki frekuensi interaksi langsung dengan masyarakat atau publik yang dilayaninya dengan tingkat yang sama, maka perlu dilakukan penelitian secara terpisah antara SKPD yang banyak berinteraksi secara langsung dengan masyarakat ( rumah sakit umum daerah , badan investasi daerah, dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas perijinan, dan sebaginya) dengan SKPD yang relatif jarang berinteraksi secara langsung dengan masyarakat (dinas kehutanan, dinas pertamanan dan pemakaman, dinas kesbanglinmas, satuan polisi pamong praja, unit perpustakaan daerah, dan lain sebaginya). Keempat, dilakukan penelitian dengan menggunakan data longitudinal sehingga perubahan sebagai dampak dari implementasi orientasi pasar dalam organisasi dapat diidentifikasi. Kelima, direkomendasikan untuk menguji beberapa variabel anteseden dan konsekuensi orientasi pasar yang belum diteliti dalam penelitian ini sehingga dapat dilakukan justifikasi studi yang lebih luas. Variabel anteseden orientasi pasar yang perlu diidentifikasi lebih lanjut antara lain pendidikan pemasaran formal, sikap profesional, budaya organisasi, pelatihan manajemen, dan sebagainya (tabel 2.2). Sedangkan variabel konsekuensi orientasi pasar antara lain kepuasan dan loyalitas, kepuasan terhadap pekerjaan, keinovatifan, dan sebagainya (tabel 2.3).