BAB V KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN A. PENDIDIKAN Permasalahan kemiskinan merupakan vicious circle yang sangat sulit dicari ujung pangkalnya. Namun ada beberapa pendapat ahli yang menyatakan bahwa untuk memecahkan rantai permasalahan
tersebut adalah dengan
memutuskan
masalah pendidikan rendah. Seperti telah disampaikan dalam bab sebelumnya. Miskin pendidikan akan berpengaruh terhadap kemiskinan pada aspek yang lainnya, seperti pada akses terhadap pekerjaan, politik dan pengambilan keputusan. Perempuan yang tidak mempunyai sumberdaya pribadi berupa pendidikan dengan sendirinya akan sangat sulit untuk mengakses pekerjaan terutama di sektor formal yang relatif berupah tinggi. Wilayah pekerjaan mereka biasanya terbatas pada sektor informal yang berupah rendah seperti buruh kasar atau pembantu rumah tangga. Secara rinci vicious circle kemiskinan bisa ditunjukkan pada gambar 1.1 berikut ini : Kemiskinan
Pendapatan rendah
MPC mendekati 1 (MPS mendekati 0)
Pendidikan rendah
Kesehatan rendah
Peluang meraih kesempatan rendah
Investasi rendah
Kesempatan rendah
Pengangguran tinggi
Kemiskinan
Gambar 5.1 Vicious Circle kemiskinan keluarga
76
Dari diagram tersebut bisa dilihat bahwa ketika sebuah keluarga miskin yang ditandai dengan rendahnya pendapatan maka akan sulit baginya untuk melakukan tabungan karena seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi, pemenuhan kebutuhan dasar sehari – hari, ditunjukkan dengan MPC sama dengan 1. Hal ini akan menyebabkan ketiadaan dana yang digunakan untuk memberikan pendidikan layak kepada anak-anaknya. Dengan pendidikan yang rendah, skill rendah maka kesempatan kerjanya juga rendah, sehingga akhirnya justru mencetak pengangguran baru. Apabila kondisi ini terus berlangsung maka akan menyebabkan kemiskinan yang tidak berujung pangkal.
B. PARADIGMA BARU PENDIDIKAN Pendidikan di Indonesia dapat diarahkan untuk mewujudkan dan mendukung lahirnya sebuah peradaban baru Indonesia. Oleh karena itu pembaharuan pendidikan lebih ditekankan pada upaya membangun Indonesia baru yang benar-benar demokratis dan berperadaban, sehingga betul-betul menjadi Indonesia baru yang melahirkan kominitas masyarakat madani dan bersatu padu (integrated). Pendidikan Nasional juga merupakan sarana strategis untuk mengasuh, membesarkan serta mengembangkan warga negara yang demokratis dan memiliki peradaban yang menjadi acuan karakteristik paling utama (Azra 2002, XV). Membangun peradaban adalah suatu pendekatan kualitatif yang tidak bias diterjemahkan dengan alat ukur atau teminologi yang bersifat eksak. Sebab ukuran mencapai peradaban adalah pencapaian kebahagiaan umat manusia (termasuk tatanan individualisme), sehingga dikembangkan sebuah pendekatan yang padat nilai (value ended). Ukuran pencapaian kebahagiaan umat manusia erat sekali dengan etika dan moral yang berhubugan dengan masalah nilai-nilai hidup manusia. Nilai hidup bukanlah seperangkat aturan (rule) tetapi lebih merupakan apresiasi atau lebih tepat dinyatakan sebagai “iluminasi” yang mendalam dan memuat garis batas antara adil dan tidak adil, baik dan buruk, benar dan salah. Alat dan tujuan atau bisa juga antara hak dan kewajiban. Sedangkan nilai-nilai merupakan sistem yang “ditakrifkan” sebagai keberdayaan atau tepatnya sebuah peradaban (Agua Salim 2004, 394)
77
Pendidikan dituntut untuk mampu memperkenalkan nilai-nilai yang diperlukan pada masa depan, mengajarkannya dan mengembangkannya dalam diri anak didik begitu rupa sehingga mereka kelak tidak saja mampu berdiri sendiri dalam hidupnya, tetapi secara bersama-sama mampu membentuk dan mengembangkan nilai-nilai tersebut menjadi modal sosial (social capital). Modal sosial selalu terkait dengan praktek dari interaksi antara berbagai nilai seperti “shared knowledge, shared trust responsibility associability, mutual understanding dan cooperative learning”. Melalui poses pendidikan, sejak dari anak-anak diajak untuk menghasilkan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi demi membangun sebuah peradaban bersama. Pendidikan adalah suatu proses membuat murid memiliki rasa kemanusiaan, berkeadilan dan sekaligus menebarkan kearifan dalam beradaban. Sehingga pendidikan menjadi syarat nilai-nilai yang kelak menjadi modal sosial memungkinkan seorang nak dapat tumbuh dewasa. Pendidikan tidak mungkin memakai acuan selain nilai-nilai peradaban (bagian dari keberdayaan manusia) karena membangun satu dunia berarti di dalamnya membuat setiap orang hidup bahagia). Berkaitan dengan masalah pendidikan, prinsip-prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada kandungan proses dan manajemen serta teknologi berkembang secara pesat dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pengaturan sistem pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, antara lain
mengenai
pembaharuan
kurikulum
yang
dilakukan
dengan
cara
diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi daerah yang beragam, diversifikasi jenis pendidikan yang dilakuakn secara professional penyusunan standar pendanaan pendidikan untuk setiap satuan pendidikan serta sesuai dengan prinsip pemerataan keadilan, pelaksanaan manajemen pendidikan
berbasis
penyelenggaraan
sekolah
pendidikan
dan
otonomi
dengan
sistem
perguruan terbuka
dan
tinggi,
serta
multimakna.
Pembaharuan sistem pendidikan juga meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat, serta pembedaan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk watak,
78
mental dan kepribadian suatu bangsa Kualitas sumber daya manusia akan terukur dan tercermin dari tingkat pendidikan yang dimilikinya. Menurut WHO ( 1997 ) kecakapan hidup merupakan interaksi antara pengetahuan dan pemahaman yang meliputi berbagai ketrampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya sehari – hari. Pendidikan kecakapan hidup dibagi menjadi 5 kelompok yaitu : 1. Kecakapan mengenal diri (
Self awareness ) atau kecakapan pribadi (personal
skill ) 2. Kecakapan sosial ( social skill ) 3. Kecakapan berpikir ( thinking skill ) 4. Kecakapan akademik ( academic skills ) 5. Kecakapan kejuruan ( vocational skill ) Untuk memperoleh kecakapan – kecakapan tadi
diperlukan adanya
pembelajaran yang intens dan berkesinambungan. Dalam rangka pemerataan pendidikan dilaksanakan program wajib belajar bagi anak usia 7-15 tahun dengan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Pembangunan
meningkatkan
pendidikan
pelaksanaan
dan
kurikulum,
kebudayaan pemberayaan
selama
ini
tenaga
telah
pengajar,
meningkatkan sarana praasarana pendidikan, dan pembinaan kesiswaan. Beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan khusunya yang berkaitan dengan pendidikan antaria lain kondisi sarana dan prasarana yang belum memadai, sumber daya manusia tenaga kependidikan yang masih belum memadai, terbatasnya alat peraga alat laboratorium dan perpustakaan guna menunjang proses belajar mengajar, kurang memadainya apresiasi pada kebudayaan daerah.
C. HASIL PENELITIAN MENGENAI KAITAN PENDIDIKAN DENGAN KEMISKINAN Salah satu cara untuk memutus mata rantai kemiskinan ini adalah dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat miskin. Pada tahun 2006, Kementrian Kesejahteraan Rakyat bekerjasama dengan Universitas
Sebelas
79
Maret melakukan kajian mengenai
Efisiensi Pemanfaatan Dana Bantuan
Langsung bagi Rumah Tangga Miskin. Penelitian yang dilakukan di Propinsi Jawa Tengah tersebut, memberikan hasil seperti dalam box berikut :
BOX 5.1 1. Temuan dari sisi pendidikan a. RTM sangat miskin mempunyai tingkat pendidikan yang sangat rendah, 699 kepala keluarga RTM atau 92,1%, hanya menamatkan SD bahkan tidak tamat SD. Hal yang sama juga terjadi pada RTM miskin, di mana 220 atau 91,29% hanya tamat SD atau bahkan tidak mampu menamatkan SDnya b. Temuan pertama dari sisi pendidikan tersebut memberikan imbas pada temuan yang kedua yaitu dari sisi pekerjaan, dengan tingkat pendidikan yang rendah maka 77,4% RTM responden hanya mampu bekerja menjadi buruh tani dan tidak bisa meningkatkan kapabilitasnya.
Bertitik tolak dari kedua temua tersebut di atas, maka pendidikan harus menjadi prioritas utama khususnya pendidikan dasar 9 tahun. Penerima SLT perlu diberikan bantuan atau kemudahan untuk ikut dalam kejar paket A,B atau bahkan C, agar mampu membuka wawasan dan juga memperbaiki beberapa metode dalam mencari nafkah ( untuk di Jawa Tengah khususnya dalam bercocok tanam) sehingga tehnologi tepat guna yang disediakan oleh berbagai pihak bisa dimanfaatkan dengan baik. Dalam hal pendidikan juga diperlukan adanya perbaikan generasi sehingga untuk anak – anak dari penerima dana SLT perlu untuk mendapatkan fasilitasi pendidikan khususnya dasar. Memang dalam BOS disebutkan adanya SPP gratis, namun sarana pendidikan lain yang tidak kalah penting juga harus diperhatikan misalnya ketersediaan buku – buku dan peralatan sekolah yang lain. Untuk itu diperlukan adanya beasiswa secara khusus dan selektif bagi anak usia sekolah 6 – 15 tahun yang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Hasil penelitian tersebut
memberikan
rekomendasi terkait dengan
pendidikan, pemberdayaan perempuan dan keluarga, kesehatan dan nutrisi serta peningkatan modal usaha produktif. ( Laporan Kajian Efisiensi Pemanfaatan Subsidi
80
Langsung Tunai, 2006 ). Secara detail rekomendasi hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
81
Rekomendasi untuk bidang pendidikan 1. Dalam bidang pendidikan, Latar belakang dari usulan program ini adalah temuan di lapangan yang kedua di mana pendidikan menjadikan faktor penting yang mendorong kemiskinan Tabel 5.1. Rekomendasi Kajian Pemanfaatan SLT dari sisi pendidikan Tujuan Dalam
rangka
Bentuk Program
meningkatkan
Syarat Penerima
• Anggota RTM yang tidak huruf
warga di desa – desa miskin (semacam menjadi
media
yang lulus melek
belum melek huruf
diperlukan adanya kelompok belajar
yang
Jangka waktu
• RTM usia 15 – 55 tahun yang Insentif bagi RTM 3 – 6 bulan
HDI Kejar Paket A
khususnya pada melek huruf maka Program melek huruf
SKB)
Besaran Dana
atamt SD
bagi
masyarakat miskin untuk berdiskusi Dalam
rangka
kemampuan
praktis
memberikan Pendidikan untuk hidup
memproduksi barang atau jasa bagi anak anak , remaja putus sekolah, atau dengan
(Lifeskills) putus pelatihan
pemuda usia produktif yang masih dilanjutkan menganggur.
ketrampilan bagi
sekolah yang dengan
pemberian modal usaha
• Anak putus sekolah • Pemuda
menganggur
Disesuaikan
1 tahun
dan dengan kebutuhan
setengah pengangguran (15 – 35 tahun) • Anak
miskin
yang
tidak
sekolah • Kepala atau anggota RTM
82
yang
belum
kemampuan
mempunyai khusus
yang
dimanfaatkan
untuk
peningkatan
pendapatan
keluarga Dalam
rangka
meningkatkan Beasiswa
partisipasi anak miskin usia sekolah miskin
bagi
yang
anak
menempuh
khususnya pada pendidikan dasar 9 pendidikan dasar 9 tahun. tahun
sehingga
diharapkan
memutus mata rantai kemiskinan
akan Dana
BOS
Operasional
(Bantuan Sekolah
)
• Anak
9 tahun
sampai dengan kebutuhan
pendidikan dasar 9 tahun (7 – buku, dan
17 tahun)
transport uang
jajan
• Anak RTM yang berprestasi sehingga diperoleh perlu
mengcover
semua
samapi
kebutuhan
sekolah anak Sehingga
yang Disesuaikan
RTM
bersekolah
selama ini belum dapat
di luar SPP.
dari
diberikan dengan
beasiswa a. Transport tingkat
lanjut/SLTA atau lebih
Rp
2.000,00 per hari b. Makan
Rp
1.000,00 per hari
dengan beasiswa tersebut
Sehingga beasiswa
akan
Rp
dapat
membantu
75.000,00
anak miskin untuk terus
bulan
berpartisipasi
Uang
sekolah.*)
dalam
buku
50.000
per
Rp per
semester.
83
Untuk mengetahui dan mengakses Penyusunan
data
dan Anak miskin usia sekolah dasar Disesuaikan
data terkait dengan data kemiskinan sistem informasi mengenai dan menengah. bagi siswa yang termasuk miskin.
kemiskinan
di
Setiap tahun
dengan kebutuhan
setiap
sekolah. *) Kasus anak yang bunuh diri karena tidak mampu membayar biaya tugas ketrampilan sekolah di Tegal bisa menjadi contoh acuan dibutuhkannya dana beasiswa .
84