BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 20 orang sampel, dengan dua jenis perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan konvensional yaitu alat yang dipergunakan secara manual selama ini, dan melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan otomatis yang ergonomis. Karakteristik subjek meliputi umur, pengalaman kerja, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh dan tebal paha disajikan pada Lampiran 8. Hasil analisis data karakteristik subjek dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Perajin Midang No. Variabel
Rerata
1 2 3 4 5 6
46,90 17,95 156,20 48,2 19,76 10,93
Umur (th) Pengalaman kerja (th) Tinggi badan (cm) Berat Badan (kg) Indeks Massa Tubuh Tebal paha (cm)
Simpang baku 4,701 9,66 0,894 3,22 1,32 0,29
Subjek penelitian sebanyak 20 orang, berpendidikan SD 13 orang, SMP lima orang dan SMK dua orang. Semuanya berjenis kelamin perempuan. Rerata umur subjek 46,90 ± 4,701 tahun. Rerata pengalaman kerja subjek sebagai perajin midang adalah 17,95 ± 9,66 tahun. Berat badan subjek dengan rerata 48,2 ± 3,22 kg, sedangkan tinggi badan subjek dengan rerata 156,20 ± 0,894 cm. Indeks 97
98
massa tubuh dengan rerata 19,76 ± 1,32 kg/m 2 kondisi status gizinya masih dalam batas normal. Data antropometri subjek pada posisi duduk digunakan sebagai dasar untuk menrancang bangun bidang kerja alat pemidangan otomatis yang ergonomis. Data antropometri pada posisi duduk yang diukur adalah tebal paha untuk menentukan tinggi bidang kerja perajin, dengan rerata tebal paha adalah 10,93 ± 0,29 cm, sehingga berdasarkan antropometri perajin ditentukan tinggi bidang kerja dengan menggunakan persentil 95. 5.2 Karakteristik Rancang Bangun
Alat Pemidangan Otomatis Yang
Ergonomis Rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis adalah perancangan dan pembuatan suatu alat pemidangan otomatis yang meliputi rangkaian catu daya berupa transformator berfungsi untuk memberikan suplay tegangan, motor DC 24 Volt untuk menggerakan gear sebagai penggerak bingkai. Sensor infra red akan membaca pergerakan bingkai, sensor ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya suatu objek. Bila objek berada di depan sensor dan dapat terjangkau oleh sensor maka output rangkaian sensor akan berlogika “1” atau “high” yang berarti objek “ada”. Sebaliknya jika objek berada pada posisi yang tidak terjangkau oleh sensor maka output rangkaian sensor akan bernilai “0” atau “low” yang berarti objek “tidak ada”. Sensor infra red menjadi input pada mikrokontroler.
Mikrokontroler
akan
mengendalikan
seluruh
rangkaian,
memberikan perintah kepada motor DC 5 volt untuk bekerja menggerakkan
99
sensor optocoupler yang bergerak memperhitungkan setiap perpindahan dan penumpukan benang. Seluruh perangkat atau komponen yang digunakan dalam perancangan alat pemidangan ini tersusun seperti pada blok diagram Gambar 5.1.
Transformator Perajin Motor DC 5 Volt
Motor DC 24 Volt Mikrokontroler Sensor infra red
Sensor optocoupler
Gambar 5.1 Blok Diagram Sistem Pemrograman
Untuk mengetahui program sudah berjalan sesuai dengan acuan yang dipergunakan saat penelitian pada alat pemidangan ini dilakukan uji coba program. Uji coba alat pemidangan ini bertujuan untuk mengetahui alat tersebut sudah dapat dipergunakan sesuai dengan panduan atau rumus yang dipergunakan oleh perajin saat penelitian. Hasil uji coba alat pemidangan sebanyak 10 kali percobaan dengan motif yang dipergunakan saat penelitian (2x5) AIS, 30 sawa, dan 60 bulihan disajikan pada Tabel 5.2.
100
Tabel 5.2 Hasil Uji Coba Rancang Bangun Alat Pemidangan Otomatis Yang Ergonomis Variabel yang diuji
Rumus panduan
Hasil rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
H8
H9
H10
Penumpukan
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Pengulangan
5
4
3
5
5
4
5
5
5
5
5
Bulihan
60
30
60
50
60
60
60
40
60
60
60
Rerata
22,3
12
21,7
19
22,3
22
22,3
15,7
22,3
22,3
22,3
SD
32,7
15,6
33,2
26,9
32,7
32,9
32,7
21,1
32,7
32,7
32,7
H1,2,…10 = hari pertama s/d hari ke 10, SD = standar deviasi Tabel 5.2 memaparkan uji coba selama 10 hari, sebagai acuannya adalah rumus yang dipergunakan saat pembuatan motif waktu penelitian berlangsung, untuk mengartikan bahwa input dari mikrokontroler pada alat pemidangan otomatis yang ergonomis sudah berjalan dengan benar. 5.3 Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang diukur adalah suhu basah, suhu kering, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, intensitas suara. Statistik deskriptif rerata kondisi lingkungan disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Berdasarkan uji normalitas data (Shapiro-Wilk test) pada Lampiran 16 diketahui uji beda kondisi lingkungan dengan hasil disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa kondisi linkungan suhu basah, suhu kering, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya pada periode satu dan periode dua adalah tidak berbeda bermakna dengan p > 0,05.
101
Tabel 5.3 Analisis Deskriptif Kondisi Lingkungan Periode I dan Periode II Periode I
Periode II
Rerata
Rerata
Variabel Suhu basah (oC) Suhu kering (oC) Kelembaban (%) Kecepatan angin (m/s) Intensitas cahaya (lux) Intensitas suara (dB)
25,75 (0,32) 31,05 (0,33) 67,18 (1,86) 0,71 (0,36) 1006,4 (18,09) 85,89 (0,90)
25,65 (0,30) 30,88 (0,35) 67,68 (2,33) 0,95 (0,43) 997,25 (14,7) 79,86 (0,71)
z/t
p
-1,504 -1,276 0,806 -1,842 1,70 31,25
0,133a 0,202a 0,420a 0,081b 0,106b 0,000b
p = Signifikansi untuk uji beda. a : Uji Wilcoxon b : Uji t-paired Intensitas suara
menunjukkan hasil yang bermakna dengan p < 0,05,
hal ini berarti dengan menggunakan rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat mengurangi intensitas suara dari alat pemidangan yang konvensional. 5.4 Kelelahan Kelelahan diukur dengan melakukan pengisian kuesioner 30 item kelelahan dengan empat skala Likert. Sebelum dilakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji statistik yang akan digunakan. Statistik
deskriptif rerata skor kelelahan sebelum dan sesudah bekerja pada
periode satu dan periode dua disajikan pada
Lampiran 11, hasil analisisnya
disajikan pada Tabel 5.4. Sebelum dilakukan uji kemaknaan karena efek perlakuan, perlu diuji terlebih dahulu komparabilitas kondisi awal kelelahan perajin yang memang benar karena efek perlakuan bukan karena dipengaruhi faktor lain. Hasil analisis uji
102
statistik rerata kelelahan sebelum bekerja baik pada periode satu maupun pada periode dua, disajikan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Analisis Uji Statistik Rerata Kelelahan Sebelum dan Sesudah Bekerja Periode I & Periode II Variabel Kelelahan
Periode I
Periode II
Mean
Mean
31,77(0,82)
31,62 (0,75)
Beda rerata 0,15
53,07 (4,83)
44,02 (1,22)
9,05
t
p
0,596
0,558
7,510
0,000
sebelum bekerja Kelelahan sesudah bekerja
Uji t paired menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna dengan nilai p > 0,05 berarti tidak ada perbedaan secara signifikan di mana nilai t = 0,596 dan p = 0,558
keadaaan ini menunjukkan bahwa kelelahan sebelum bekerja antara
periode satu dan periode dua dapat dianggap sama. Hasil analisis perbedaan rerata kelelahan setelah bekerja pada periode satu dan periode dua, pada Tabel 5.4, diperoleh nilai signifikansinya dengan p < 0,05, artinya terdapat penurunan rerata kelelahan yang bermakna setelah
bekerja
midang pada periode satu dan periode dua. 5.5 Keluhan Muskuloskeletal Keluhan muskuloskeletal adalah tingkat keluhan pada otot anggota tubuh perajin kain endek pada proses midang, dengan melakukan pengisian kuesioner Nordic Body Map yang diberikan skor dari satu sampai dengan empat. Data hasil kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui adanya keluhan muskuloskeletal pada
103
perajin sebelum dan sesudah bekerja yang dilakukan pada kondisi periode satu dan periode dua. Statistik
deskriptif rerata skor keluhan muskuloskeletal sebelum dan
sesudah bekerja pada periode satu dan periode dua disajikan pada Lampiran 12. Hasil analisis uji normalitas data dilakukan dengan Shapiro-Wilk test, disajikan pada Lampiran 18. Hasil analisis uji statistik disajikan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Analisis Uji Statistik Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Bekerja Periode I dan Periode II Variabel Keluhan Muskuloskeleta
Periode I
Periode II
Mean
Mean
30,10 (0,47)
55,33 (5,90)
29,92 (0,37)
Beda rerata 0,18
t 1,330
35,85 (1,04)
19,48
13,808
p 0,199
sebelum bekerja Keluhan Muskuloskeletal
0,000
sesudah bekerja
. Hasil analisis rerata keluhan muskuloskeletal sebelum bekerja pada periode satu dan periode dua pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa keluhan muskuloskeletal sebelum bekerja pada periode satu dan periode dua adalah tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p > 0,05. Hasil analisis perbedaan skor keluhan muskuloskeletal setelah bekerja pada periode satu dan periode dua pada Tabel 5.5 diperoleh nilai signifikansinya dengan p < 0,05, artinya terdapat penurunan rerata keluhan muskuloskeletal yang bermakna setelah bekerja pada periode satu dan periode dua.
104
5.6 Produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antara jumlah luaran (out put) dengan masukan (input) dalam periode waktu tertentu. Keluaran (output), adalah hasil dari proses midang yang dihasilkan, masukan (input), adalah rerata nadi kerja yang didapat dari selisih rerata denyut nadi kerja dikurangi rerata denyut nadi istirahat, dikalikan waktu kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas midang selama tujuh jam kerja setiap hari kerja. Rerata Produktivitas kerja disajikan pada Lampiran 13. Analisis uji statistik rerata produktivitas disajikan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Analisis Uji Statistik Produktivitas Kerja Perajin Kain Endek Pada Proses Midang Periode I dan Periode II
Variabel Produktivitas kerja
Periode I
Periode II
Beda
Mean
Mean
rerata
t
p
0,044 (0,008)
0,102 (0,016)
0,058
-21,49
0,000
Produktivitas yang diperoleh dari perbandingan hasil midang dengan beban kerja dikalikan waktu pengerjaan (420 menit) setiap hari kerja pada periode satu dan dua. Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk data produktivitas disajikan pada Lampiran 19. Uji perbedaan produktivitas pada kondisi periode satu dan periode dua dengan uji t paired pada Tabel 5.6 menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan p <0,05, artinya terdapat peningkatan yang bermakna produktivitas kerja pada
105
periode satu dan periode dua. Dengan demikian alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat meningkatkan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gerakan-gerakan tidak efektif pada periode satu dan periode dua yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja perajin. Artinya semakin banyak atau lama waktu terbuang akibat gerakan tidak efektif tersebut, dapat mengurangi jam kerja sehingga produktivitas perajin menurun. Rerata waktu gerakan tidak efektif periode satu dan periode dua, disajikan pada Lampiran 14. Uji normalitas disajikan pada Lampiran 20 dan hasil analisisnya disajikan pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Analisis Uji Statistik Lamanya Gerakan Tidak Efektif Perajin Kain Endek Pada Proses Midang Periode I dan Periode II (detik) Median Variabel
Periode I
Periode II
14,39 (0,00-142,52)
3,85 (0,00-16,23)
z
p
-4,432
0,000
Gerakan tidak efektif (detik)
Tabel 5.7 menunjukkan hasil analisis uji perbedaan gerakan tidak efektif pada periode satu dan periode dua, ada penurunan secara bermakna dengan nilai p < 0,05. Berarti adanya penurunan atau pengurangan dalam melakukan gerakan tidak efektif yang dilakukan perajin pada periode satu dengan periode dua, sehingga banyak waktu yang bisa dipergunakan untuk melakukan pekerjaan pokoknya.
106
Hasil analisis rerata gerakan tidak efektif perajin selama bekerja pada periode satu dan periode dua dapat dilihat pada Gambar 5.2. Adanya istirahat pendek yang diberikan pada periode dua diantara istirahat makan siang yaitu pada pukul 10.30-10.45 wita dan sore hari pukul 15.00-15.15 wita.
Gambar 5.2 Rerata Gerakan Tidak Efektif Perajin Selama Bekerja Pada Periode I dan Periode II
5.7 Penghasilan Perajin Kain Endek Pada Proses Midang Penghasilan perajin dihitung berdasarkan hasil per bingkai dari proses midang dinilai sebesar
Rp. 5.000/bingkai selama tujuh jam kerja, statistik
deskriptifnya penghasilan perajin pada periode satu dan dua disajikan pada Lampiran 13, hasil analisisn uji statistik disajikan pada Tabel 5.8.
107
Tabel 5.8 Analisis Uji Statistik Penghasilan Perajin Kain Endek Pada Proses Midang Periode I dan Periode II Median Variabel
Penghasilan perajin
Periode I Rp.
Periode II Rp.
(Ribuan)
(Ribuan)
450 (400 -500)
900 (825-950)
z
-39,43
p
0,000
Hasil uji normalitas penghasilan perajin dengan Uji Shapiro Wilk disajikan pada Lampiran 21. Tabel 5.8 menunjukkan hasil analisis kemaknaan dengan uji Wilcoxon, diperoleh nilai p<0,05, dengan demikian dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan penghasilan yang bermakna antara penggunaan alat pemidangan konvensional dengan penggunaan hasil rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis.