BAB V HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sediaan dalam bentuk ekstrak etanol 70% batang sarang semut. Saat ini, di pasaran sarang semut dijumpai dalam bentuk kapsul yang mengandung ekstrak etanol 70% batang sarang semut, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan di masyarakat. Penelitian menggunakan 28 ekor mencit C3H yang dibagi menjadi 4 kelompok (Kontrol (K), dosis 4 mg/hari (P1), dosis 8 mg/hari (P2) dan dosis 16 mg/hari (P3)). Untuk menumbuhkan sel adenokarsinoma mamma pada hewan coba, digunakan metode inokulasi (penanaman sel adenokarsinoma mamma dari mencit C3H donor). Pada tiap-tiap kelompok setelah muncul tumor sebelum diberi perlakuan ekstrak sarang semut diambil satu tikus yang kemudian diterminasi dan diperiksa tumor tersebut secara mikroskopis guna memastikan bahwa tumor yang muncul tersebut adalah adenokarsinoma mamma. Sehingga jumlah mencit C3H pada tiap-tiap kelompok setelah dimulainya perlakuan ekstrak sarang semut adalah 6 ekor. Tidak ada mencit C3H yang mati selama penelitian dari awal pemberian perlakuan ekstrak sarang semut hingga minggu ketiga atau akhir penelitian. Data hasil pengamatan pada kelompok kontrol dan ketiga kelompok uji yang masing-masing diberikan ekstrak sarang semut dengan dosis P1 (4 mg/hari) , P2 (8 mg/hari), P3 (16 mg/hari) per oral selama 3 minggu berturut-turut dapat digambarkan sebagai berikut :
47
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambarr 5.1 (a) Kellompok konttrol (b) Kellompok P1 (c) Keloompok P2 (d) Kellompok P3 Gambaaran mikrosskopis sam mpel adenoccarsinoma mamma m pada mencitt C3H masinng-masing kelompok k koontrol dan peerlakuan yanng ditermiinasi sebelum m pemberiann ekstrak sarrang semut (HE,40X)
5.1. Volum me tumor paada minggu ke 1, 2, dan n 3. Penggukuran pannjang dan lebar tumoor dilakukann setiap miinggu dengan menggunakan kaliper (m mm). untuk pengukurann volume tum mor menggunnakan rumus : 2 l x 0,5)..45 (panjang x lebar
48
Tabel 5.1. Volume tumor pada minggu ke 1, 2 dan 3 pada tiap-tiap kelompok percobaan.
Kelompok Percobaan
Minggu I Mean SD 44,30 13,97 34,35 42,62 5,10 23,48 9,34 30,74
Kontrol Perlakuan 1 (4 mg/hari) Perlakuan 2 (8 mg/hari) Perlakuan 3 (16 mg/hari) P# 0,146 Ket. : # ANOVA minggu I p>0,05 ANOVA minggu II p>0,05 ANOVA minggu III p<0,05
Volume (mm3) Minggu II Mean SD 229,13 106,43 175,07 39,58 35,23 113,2 151,66 110,04
Minggu III Mean SD 472,00 103,28 402,68 109,29 269,18 90,92 334,00 130,63
0,131
0,026
Pengukuran volume tumor pada minggu 1, 2 dan 3 memberikan hasil sebagai berikut : Pada minggu 1, kelompok kontrol 44,3 mm3 + 13,97 ; dosis 4 mg/hari 42,6 mm3 + 34,35 ; dosis 8 mg/hari 23,5 mm3 + 5,10 ; dan dosis 16 mg/hari 30,7 mm3 + 9,34. Pada minggu kedua, terjadi peningkatan volume tumor, kelompok kontrol 229,1 mm3 + 106,43 ; dosis 4 mg/hari 175,1 mm3 + 39,58 ; dosis 8 mg/hari 113,3 mm3 + 35,23 dan dosis 16 mg/hari 151,7 mm3 + 110,04. Pada minggu ketiga, volume tumor tetap meningkat yaitu pada kelompok kontrol 472,0 mm3 + 103,28 ; dosis 4 mg/hari 402,7 mm3 + 109,29 ; dosis 8 mg/hari 269,2 mm3 + 90,92 ; dan dosis 16 mg/hari 334,0 mm3 + 130,63.
49
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 1
2
3
Minggu Kontrol
P1
P2
P3
Gambar 5.2. Rerata volume tumor pada minggu 1, 2 dan 3 pada mencit C3H kelompok kontrol dan kelompok uji yang mendapat ekstrak sarang semut (* p < 0,05)
Tabel 5.2. Uji normalitas volume tumor tiap kelompok percobaan pada minggu 1, 2 dan 3
Trans Volume Tumor Minggu 1
Trans Volume Tumor Minggu 2
Trans Volume Tumor Minggu 3
Perlakuan Kontrol P1 P2 P3 Kontrol P1 P2 P3 Kontrol P1 P2 P3
Statistic 0,920 0,968 0,973 0,958 0,901 0,855 0,903 0,63 0,903 0,893 0,948 0,928
Shapiro-Wilk df 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Sig 0,571 0,875 0,910 0,801 0,377 0,173 0,394 0,198 0,389 0,332 0,724 0,561
Uji normalitas data volume tumor minggu 1, 2 dan 3 menggunakan uji Saphiro Wilk, menunjukkan bahwa data berdistribusi normal setelah ditransformasi.
50
Tabel 5.3. Uji homogenitas varian volume tumor tiap kelompok percobaan pada minggu 1, 2, 3
Trans Volume Tumor Minggu 1 Trans Volume Tumor Minggu 2 Trans Volume Tumor Minggu 3
Levene Statistic 1,737
df1
df2
Sig
3
20
0,192
0.715
3
20
0,555
0,450
3
20
0,720
Uji homogenitas juga memberikan hasil data homogen pada kelompok kontrol dan uji. Analisis varian menggunakan uji Anova yang memberikan hasil tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05) pada kelompok kontrol dan ketiga kelompok uji untuk volume tumor minggu pertama dan kedua sedangkan pada minggu ketiga berbeda secara bermakna p = 0,026 (p < 0,05)
Tabel 5.4 Hasil uji beda rerata volume tumor minggu ketiga antar kelompok pada semua mencit Antar kelompok K-P1 K-P2 K-P3 P1-P2 P1-P3 P2-P3 LSD test
P ,286 ,004 ,041 ,047 ,290 ,317
Perbedaan rerata volume tumor pada minggu ketiga kelompok kontrol dengan kelompok uji terletak pada uji kedua (8 mg/hari) dan ketiga (16 mg/hari) yang berbeda secara bermakna.
51
Gambar 5.3 Volume tumor mencit antar kelompok
5.2. Berat badan mencit pada minggu 1, 2 dan 3 Berat badan mencit yang diamati tiap minggu menunjukkan terjadinya fluktuasi berat badan pada tiap minggunya. Pada minggu pertama dan kedua hampir semua mencit mengalami peningkatan berat badan. Pada minggu ketiga, hampir semua mencit mengalami penurunan berat badan.
52
Tabel 5.5. Berat mencit pada minggu ke 1, 2 dan 3 pada tiap-tiap kelompok percobaan.
Kelompok Percobaan
Minggu I Mean SD 16,65 1,34 1,30 17,01 1,39 18,78 2,09 19,88
Kontrol Perlakuan 1 (4 mg/hari) Perlakuan 2 (8 mg/hari) Perlakuan 3 (16 mg/hari) P# 0,006 Ket. : # ANOVA minggu I p<0,05 ANOVA minggu II p=0,05 ANOVA minggu III p>0,05
Berat Mencit (g) Minggu II Mean SD 1,77 17,73 1,52 17,23 1,56 18,75 2,25 20,16 0,050
Minggu III Mean SD 1,67 16,63 2,03 16,71 3,06 16,60 1,94 17,11 0,976
Pada minggu 1, kelompok kontrol 16,7 gram + 1,34 ; dosis 4 mg/hari 17,0 gram + 1,30 ; dosis 8 mg/hari 18,8 gram + 1,39 ; dan dosis 16 mg/hari 19,9 mm3 + 2,09. Pada minggu kedua, terjadi peningkatan berat badan mencit, kelompok kontrol 17,7 gram + 1,77 ; dosis 4 mg/hari 17,2 gram + 1,52 ; dosis 8 mg/hari 18,8 gram + 1,56 dan dosis 16 mg/hari 20,2 gram + 2,25. Pada minggu ketiga, berat badan mencit sebagian besar menurun yaitu pada kelompok kontrol 16,6 gram + 1,67 ; dosis 4 mg/hari 16,7 gram + 2,03 ; dosis 8 mg/hari 16,6 gram + 3,06 ; dan dosis 16 mg/hari 17,1 gram + 1,94.
53
20.5000 20.0000 19.5000 19.0000 18.5000 18.0000 17.5000 17.0000 16.5000 16.0000 1
2
3
Minggu Kontrol
P1
P2
P3
Gambar 5.4. Rerata berat badan mencit pada minggu 1, 2 dan 3 kelompok kontrol dan kelompok uji yang mendapat ekstrak sarang semut (* p < 0,05) Uji normalitas data berat badan mencit minggu 1, 2 dan 3 menggunakan uji Saphiro Wilk, menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Tabel 5.6. Uji normalitas berat mencit tiap kelompok parcobaan pada minggu 1, 2 dan 3
Berat mencit Minggu 1
Berat Mencit Minggu 2
Berat Mencit Minggu 3
Perlakuan Kontrol P1 P2 P3 Kontrol P1 P2 P3 Kontrol P1 P2 P3
Statistic 0,851 0,951 0,793 0,935 0,841 0,989 0,802 0,889 0,957 0,938 0,907 0,804
Shapiro-Wilk df 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Sig 0,159 0,748 0,051 0,616 0,134 0,987 0,061 0,315 0,798 0,643 0,416 0,064
Uji homogenitas juga memberikan hasil data homogen pada kelompok kontrol dan uji.
54
Tabel 5.7. Uji homogenitas varian berat mencit tiap kelompok percobaan pada minggu 1, 2, 3
Berat Mencit Minggu 1 Berat Mencit Minggu 2 Berat Mencit Minggu 3
Levene Statistic 0,987
df1
df2
Sig
3
20
0,419
0.661
3
20
0,586
1,326
3
20
0,294
Analisis varian menggunakan uji Anova yang memberikan hasil berbeda secara bermakna p = 0,06 (p < 0,05) pada kelompok kontrol dan ketiga kelompok uji pada minggu pertama, sedangkan pada minggu kedua dan ketiga memberikan hasil tidak berbeda secara bermakna p = 0,05 dan 0,976 (p > 0,05).
Tabel 5.8. Hasil uji beda rerata berat mencit antar kelompok minggu I Antar kelompok K-P1 K-P2 K-P3 P1-P2 P1-P3 P2-P3 LSD test
P ,689 ,029 ,002 ,065 ,005 ,238
Kelompok kontrol pada minggu pertama berbeda secara bermakna dengan uji P2 (8 mg/hari) dan P3 (16 mg/hari).
55
5.3. Nilai AgNOR Sediaan-sediaan yang telah dipulas dengan AgNOR diperiksa secara manual menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 1000 kali yang ditetesi minyak emersi. Tidak dilakukan penghitungan pada daerah nekrosis, peradangan atau daerah dengan pulasan yang tidak adekuat. Penghitungan butir AgNOR dilakukan pada 100 inti sel tumor secara acak kemudian dihitung nilai rerata AgNOR dalam setiap sediaan.
Tabel 5.9. Nilai AgNOR pada tiap-tiap kelompok percobaan. Nilai AgNOR Kelompok Percobaan Mean SD 0,51 5,84 Kontrol 1,40 3,17 Perlakuan 1 (4 mg/hari) 0,52 3,15 Perlakuan 2 (8 mg/hari) 1,06 4,58 Perlakuan 3 (16 mg/hari) P# 0,002 # Ket. : Kruskal Wallis p<0,05 Penghitungan butir AgNOR pada kelompok kontrol diperoleh nilai AgNOR 5.8 + 0,51, sedangkan pada kelompok uji dosis 4 mg/hari 3,2 + 1,40 ; dosis 8 mg/hari 3,2 + 0,52 dan dosis 16 mg/hari 4,6 + 1,06. data tersebut dapat dilihat pada lampiran 9 dan gambar 5.5. Gambaran proliferasi dengan menggunakan pulasan AgNOR dapat dilihat pada gambar 5.6.
56
Tabel 5.10. Uji normalitas nilai AgNOR tiap kelompok parcobaan pada minggu 1, 2 dan 3
Perlakuan Kontrol P1 P2 P3
Nilai AgNOR
Shapiro-Wilk df 6 6 6 6
Statistic 0,961 0,856 0,981 9,05
Sig 0,827 0,175 0,956 0,405
Uji normalits data nilai AgNOR dengan uji Saphiro Wilk menunjukkan bahwa data terdistribusi normal.
Tabel 5.11.
Uji homogenitas varian nilai AgNOR tiap kelompok percobaan pada minggu 1, 2, 3 Levene Statistic 7,653
Trans2 AgNOR
df1 3
df2 20
Sig 0,001
Uji homogenitas memperlihatkan data tidak homogen. Analisis yang digunakan adalah Kruskal Wallis menunjukkan hasil yang bermakna antara kelompok kontrol dan ketiga kelompok uji dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05). 7.0000 6.0000 5.0000 4.0000 3.0000 2.0000 1.0000 0.0000 Kontrol
P1
P2
P3
Kelompok
Gambar 5.5. Rerata nilai AgNOR pada mencit C3H kelompok kontrol dan kelompok uji yang mendapat ekstrak sarang semut (* p < 0,05)
57
Tabel 5.12. Hasil uji beda nilai AgNOR antar kelompok Antar kelompok K-P1 K-P2 K-P3 P1-P2 P1-P3 P2-P3 Mann-whithney test
P ,004 ,004 ,025 ,873 ,054 ,037
Rerata nilai AgNOR pada kelompok P1 adalah lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok K (p=0,004) dan hal yang sama didapatkan pada perbandingan antara kelompok P2 dengan K (p=0,004), kelompok P3 dengan kelompok K (p=0,025) serta kelompok P3 dibandingkan P2 (p=0,037). Didapatkan perbedaan tidak bermakna pada kelompok P1 dengan P2 (p=0,873) dan kelompok P1 dengan P3 (p=0,054).
Gambar 5.6.
Pulasan AgNOR pemeriksaan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 1000 kali.
58
Pada parameter proliferasi sel tumor yaitu nilai AgNOR menunjukkan bahwa terdapat daya hambat ekstrak sarang semut terhadap proliferasi sel tumor kelenjar susu mencit C3H pada dosis 4 mg/hari, 8 mg/hari dan 16 mg/hari selama 3 minggu berturut-turut setelah transplantasi tumor.
5.4. Indeks apoptosis Pemeriksaan dilakukan secara acak dengan menggunakan mikroskop fluorescent pembesaran 40 kali. Sel yang mengalami apoptosis dihitung pada 100 sel tumor dalam 1 lapang pandang, sebanyak 5 lapang pandang. Indeks apoptosis dihitung menggunakan rumus : IA = (sel apoptosis/ total sel tumor) x 100%. 43 Tabel 5.13. Rerata Indeks apoptosis pada tiap-tiap kelompok percobaan. Indeks Apoptosis Kelompok Percobaan Kontrol Perlakuan 1 (4 mg/hari) Perlakuan 2 (8 mg/hari) Perlakuan 3 (16 mg/hari) P# # Ket. : ANOVA p<0,05
Mean 1,63 2,90 3,23 2,90
SD 0,55 0,46 0,19 0,35
0,000
Penghitungan indeks apoptosis memberikan hasil pada kelompok kontrol diperoleh indeks apoptosis sebesar 1,6 + 0,55 sedangkan kelompok uji dosis 4 mg/hari 2,9 + 0,46 ; dosis 8 mg/hari 3,2 + 0,196; dosis 16 mg/hari 2,9 + 0,35.
59
3.5000 3.0000 2.5000 2.0000 1.5000 1.0000 0.5000 0.0000 Kontrol
P1
P2
P3
Kelompok
Gambar 5.7. Rerata indeks apoptosis pada mencit C3H kelompok kontrol dan kelompok yang mendapat ekstrak sarang semut (*p < 0,05)
Secara histopatologis terlihat lebih banyak sel yang mengalami apoptosis pada kelompok P1, P2, dan P3 dibandingkan kontrol (gambar 5.8). Sel yang mengalami apoptosis berwarna hijau dan dihitung dari sel tunggal, tidak berada pada daerah nekrosis dan tidak berada pada jaringan penunjang seperti fibroblas.
60
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 5.8. (a) Tunel kelompok P1 skor 5 (b) Tunel kelompok P2 skor 5 (c) Tunel kelompok P3 skor 3 (d) Tunel kelompok kontrol skor 1 Pemeriksaan menggunakan mikroskop fluorescent dengan pembesaran 400 kali.
Tabel 5.14. Uji normalitas indeks apoptosis tiap kelompok parcobaan pada minggu 1, 2 dan 3
Indeks Apoptosis
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig 0,200 6 0,191 0,200 6 0,190 0,094 6 0,320 0,090 6 0,303
Perlakuan Kontrol P1 P2 P3
61
Uji normalitas data indeks apoptosis dengan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal antara kelompok kontrol dengan kelompok uji.
Tabel 5.15. Uji homogenitas varian indeks apoptosis tiap kelompok percobaan pada minggu 1, 2, 3
Indeks apoptosis
Levene Statistic 2,165
df1 3
df2 20
Sig 0,124
Uji homogenitas menunjukkan data homogen. Analisis varian yang dilakukan dengan uji Anova satu arah memberikan hasil terdapat perbedaan bermakna p = 0,000 (p < 0,05) diantara kelompok penelitian, selanjutnya dilakukan uji LSD untuk mengetahui kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan bermakna. Tabel 5.16. Hasil uji beda indeks apoptosis antar kelompok Antar Kelompok K-P1 K-P2 K-P3 P1-P2 P1-P3 P2-P3 LSD test
P ,000 ,000 ,000 ,181 1,000 ,181
Rerata indeks apoptosis pada kelompok P1 adalah lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok K (p=0,000), hal yang sama didapatkan pada perbandingan antara kelompok P2 dengan K (p=0,000) dan kelompok P3 dengan K
62
(p=0,000). Didapatkan perbedaan tidak bermakna pada kelompok P1 dengan P2 (p=0,181), P1 dengan P3 (p=1,000) dan P2 dengan P3 (P=0,181). Hal ini memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak sarang semut per oral selama 3 minggu berturut-turut setelah transplantasi tumor, memacu terjadinya apoptosis pada tumor kelenjar susu mencit C3H.
5.5. Perbandingan indeks apoptosis dengan nilai AgNOR Sebelum dilakukan analisa perbandingan indeks apoptosis dengan nilai AgNOR pada kelompok percobaan, dilakukan eksplorasi data terlebih dahulu dengan hasil sebagai berikut: Tabel 5.17. Perbandingan indeks apoptosis dengan nilai AgNOR pada tiap-tiap kelompok percobaan. Indeks Apoptosis / Nilai AgNOR Kelompok Percobaan Mean SD 0,11 0,28 Kontrol 0,66 1,14 Perlakuan 1 (4 mg/hari) 0,13 1,04 Perlakuan 2 (8 mg/hari) 0,19 0,66 Perlakuan 3 (16 mg/hari) P# 0,001 Ket. : #Kruskal Wallis p<0,05 Bila besarnya indeks apoptosis dibandingkan dengan proliferasi (nilai AgNOR), maka diperoleh data kelompok kontrol 0,3 + 0,11; pada kelompok uji ekstrak sarang semut dosis 4 mg/hari 1,1 + 0,66 ; dosis 8 mg/hari 1,0 + 0,13 ; dosis 16 mg/hari 0,7 + 0,19.
63
Tabel 5.18. Uji normalitas perbandingan indeks apoptosis dengan nilai AgNOR tiap kelompok percobaan Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig 0,144 6 0,283 0,200 6 0,253 0,200 6 0,252 0,069 6 0,312
Perlakuan Indeks Apoptosis / Kontrol Nilai AgNOR P1 P2 P3
Uji normalitas data perbandingan indeks apoptosis dengan nilai AgNOR menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal antara kelompok kontrol dengan kelompok uji.
Tabel 5.19. Uji homogenitas varian perbandingan indeks apoptosis dengan nilai AgNOR tiap kelompok percobaan Levene Statistic Trans Indeks apoptosis / 5,940 Nilai AgNOR
df1 3
df2 20
Sig 0,005
Uji homogenitas menunjukkan data tidak homogen. Analisis varian yang digunakan adalah Kruskal Wallis memberikan hasil terdapat perbedaan bermakna p = 0,001 (p < 0,05) antara kelompok kontrol dengan ketiga kelompok uji.
64
Tabel 5.20. Hasil uji beda perbandingan indeks apoptosis dengan nilai AgNOR tiap kelompok percobaan Antar kelompok P K-P1 ,004 K-P2 ,004 K-P3 ,004 P1-P2 ,873 P1-P3 ,197 P2-P3 ,015 Mann-whithney test
Perbedaan rerata perbandingan indeks apoptosis dengan nilai AgNOR tiap kelompok percobaan secara bermakna terjadi antara kelompok kontrol dengan ketiga kelompok uji P1 (4 mg/hari), P2 (8 mg/hari) dan P3. (16 mg/hari).
5.6. Uji Delta perubahan berat badan mencit Sebelum dilakukan analisa dilakukan eksplorasi data terlebih dahulu. Pada eksplorasi data perubahan berat badan mencit, uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk didapatkan bahwa berat badan mencit minggu 1 dan berat badan mencit minggu 3 tumor distribusi datanya normal.
65
Tabel 5.21. Uji normalitas berat mencit tiap kelompok percobaan pada minggu 1 dan 3
Perlakuan Kontrol P1 P2 P3 Kontrol P1 P2 P3
Berat Mencit Minggu 1
Berat Mencit Minggu 3
Statistic 0,851 0,951 0,793 0,935 0,957 0,938 0,907 0,804
Shapiro-Wilk df 6 6 6 6 6 6 6 6
Sig 0,159 0,748 0,051 0,616 0,798 0,643 0,416 0,064
Pada pengujian homogenitas kelompok variabel dependen dengan Levenes Test didapatkan bahwa data adalah homogen.
Tabel 5.22.
Uji homogenitas varian berat badan mencit tiap kelompok percobaan pada minggu 1 dan 3
Berat Mencit Minggu 1 Berat Mencit Minggu 3
Levene Statistic 0,987
df1
df2
Sig
3
20
0,419
1,326
3
20
0,294
Penelitian ini dilakukan pada 6 sampel, dilakukan analisa statistik dengan uji delta terhadap variabel dependen perubahanan berat badan mencit. Tabel 5.23. Hasil uji delta pada variabel perubahan berat badan mencit Kelompok Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Minggu I mean SD 16,7 1,34 1,30 17,0 1,39 18,8 2,09 19,9
Minggu III mean SD 16,6 1,67 2,03 16,7 3,06 16,6 1,94 17,1
66
t
p
0,354 0,736 2,557 8,251
0,698 0,495 0,051 0,000
Hasil uji delta perubahan berat badan mencit didapatkan perubahan yang tidak bermakna pada kelompok kontrol (p=0,698), perlakuan 1 (p = 0,495) dan perlakuan 2 (p = 0,051), sedangkan pada perlakuan 3 terdapat perubahan yang bermakna (p < 0,001) .
67