Tugas Akhir
BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1
Analisa Penerapan Pengandalian Kualitas 5.1.1 Analisa Penerapan Pengendalian Kualitas Produk Bihun Jagung Six sigma sebagai salah satu alternatif dalam prinsip-prinsip pengendalian kualitas, dengan metode six sigma memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa dengan terobosan yang aktual. Six sigma merupakan alat penting
bagi
manajemen
produksi
untuk
menjaga,
memperbaiki,
mempertahankan kualitas produk dan terutama untuk mencapai peningkatan kualitas menuju zero defect. Dalam penelitian ini penerapan pengendalian kualitas yang digunakan adalah dengan metode Six Sigma yang melalui lima tahapan analisis yaitu define, measure, analyze, improve, dan control. Analisis hasil penelitian menggunakan metode six sigma yang terdiri dari lima tahap yaitu define, measure, analyze, improve, dan control pada PT
Universitas Mecubuana
74
75 Tugas Akhir Subaood Pangan Jaya Tangerang pada produk bihun jagung cap Tanam Jagung 320 gr adalah sebagai berikut : 1) Pendefinisian (Define)
Define merupakan tahap pendefinisian masalah kualitas dalam produk akhir Tanam jagung 320 gr, pada tahap ini yang menjadikan produk mengalami cacat didefinisikan penyebabnya. Dengan berdasarkan pada permasalahan yang ada, 3 penyebab produk cacat tertinggi dapat didefinisikan yaitu: cacat gramasi (43.84%), cacat seal ( 23.30% ) serta cacat bihun basah (14.08%) 1.
Mendefinisikan mendefinisikan
masalah-masalah
standar
penyebab-penyebab
defect
kualitas yang
atau
menjadi
penyebab paling potensial dalam menghasilkan produk akhir jenis Tanam jagung 320 gr. Tiga penyebab paling potensial dalam menghasilkan produk akhir jenis bihun jagung cap tanam jagung 320 gr diidentifikasikan sebagai berikut: a. Cacat gramasi Sumber penyebab kecacatan yang berasal dari mesin, ekstruder
dikarenakan
ketidakmampuan
mesin
untuk
menghasilkan gramasi yang stabil selama proses kerja berlangsung.
Faktor-faktor
utama
yang
mengakibatkan
kurang optimalnya proses ekstruder adalah sebagai berikut :
Universitas Mercubuana
76 Tugas Akhir 1) Karakteristik bahan baku yang berubah-ubah, 2) Proses
pemasakan
adonan
diproses
di
mesin
steaming yang tidak homogen, 3) Proses feeding bahan ekstruder tidak continous Untuk mengatasi hal tersebut sudah dilakukan penimbangan di
area
Packaging
dengan
toleransi
gramasi
yang
diperbolehkan sebanyak 3%.
b. Cacat Seal Packaging yaitu cacat yang diakibatkan kondisi kemasan rusak. Hal ini dikibatkan karena adanya gangguan pada saat proses pengemasan produk. Beberapa hal yang bisa memicu terjadinya kerusakan pada kemasan adalah sebagai berikut : 1) Bentuk produk bihun yang tidak standard ( dimensi terlalu besar ) 2) Penataan produk di conveyor mesin packaging tidak rapi 3) Setting suhu mesin yang tidak disesuaikan dengan sifat plastic kemasan serta kecepatan proses sealing, 4) Kondisi plastik kemasan yang sudah rusak sebelum digunakan ( rusak dari pemasok )
Universitas Mercubuana
77 Tugas Akhir c. Cacat bihun basah adalah kondisi cacat yang diakibatkan kadar air yang terkandung pada bihun terlalu tinggi ( diatas 12% ). Produk dengan kondisi basah akan mengakibatkan terjadinya kerusakan ketika dilakukan penyimpanan digudang akibat timbulnya jamur. Bihun basah diakibatkan oleh pengaturan suhu dan kecepatan mesin dryer yang tidak sesuai dengan kebutuhan. 2.
Mendefinisikan
rencana
tindakan
yang
harus
dilakukan
berdasarkan hasil observasi dan analisis penelitian adalah: 1) Melakukan perbaikan mesin yang kurang optimal dalam produksi dan peyetelan mesin secara pas. 2) Menetapkan suatu standard kerja untuk masing-masing stasiun proses kerja sehingga mempermudah operasi mesin, 3) Peningkatan kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan. 4) Menetapkan standard yang ketat terhadap bahan baku yang akan digunakan pada saat proses produksi 3. Menetapkan sasaran dan tujuan peningkatan kualitas six sigma berdasarkan hasil observasi : mengurangi atau menekan produk
Universitas Mercubuana
78 Tugas Akhir cacat dari 1.6787 % menjadi 0%. Terbukti dengan adanya total produk cacat tertinggi sebesar 1.7609% dan terendah 1.6021% berdasarkan persentase terendah sebenarnya PT Subafood Pangan Jaya Tangerang dapat menekan produk cacat hingga 0%. Berdasarkan permasalahan adanya produk cacat yang disebabkan oleh cacat gramasi, seal packaging dan bihun basah yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan maka perusahaan melakukan sesuatu perencanaan yang stategis dalam pengoperasionalnya dengan menekan produk cacat menjadi 0% dengan tindakan yang tepat.
2) Measure
Measure merupakan tahap pengukuran yang dibagi menjadi dua tahap: 1. Analisis Diagram Kontrol (P-Chart ) Data diambil dari PT. Subafood Pangan Jaya Tangerang, yaitu pengawasan kualitas yang diukur dari jumlah produk akhir. Pengukuran dilakukan dengan Statistical Quality Control jenis PChart terhadap produk akhir dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2011 yaitu ukuran sempel sebesar 20. jenis bihun jagung yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Tanam Jagung 320 gr. Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan Januari sampai dengan April 2011 untuk produk Tanam Jagung 320
Universitas Mercubuana
79 Tugas Akhir gr sebanyak 497712 pack, dan diketemukan produk cacat sebanyak 8355 pack. Banyaknya 8355 pack produk cacat diduga produk cacat yang berasal dari tiga penyebab utama kecacataan adalah sebesar 6786 pack ( 81.22 % ). Dari data tersebut dihitung mean (CL) atau rata-rata produk akhir yaitu:
Juga dihitung proporsi produk akhir mingguan (P), yaitu produk akhir (np) dibagi sampel (n). proporsi produk akhir minggu pertama bulan Januari 2011 dengan n = 42450, dan np = 495, adalah:
Selanjutnya menentukan batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL). Karena jumlah produksi bervariasi, maka batas kendali dihitung per periode. Minggu pertama bulan Januari (n = 42450):
Universitas Mercubuana
80 Tugas Akhir
Minggu pertama bulan Februari ( n = 27905 )
Minggu pertama bulan Maret ( n= 19702 )
Universitas Mercubuana
81 Tugas Akhir Minggu pertama bulan April ( n = 7447 )
Berikut lembar pengukuran dengan mengambil sampel pada bulan Januari sampai dengan April untuk menetapkan nilai UCL (Upper Control Limit) dan LCL (Lower control Limit) untuk bihun jagung cap Tanam Jagung 320 gr. Tabel 5.1 Perhitungan nilai UCL, P, CL, LCL BULAN MINGGU Periode
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
Universitas Mercubuana
I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
n 42450 35969 31848 29609 27905 34160 35348 41082 6010 19702 32062 46681 11442 7447 18472 36125 20672 20728
Np 495 477 429 318 351 480 510 564 78 243 459 630 165 93 294 528 333 339
P 0.011661 0.013261 0.013470 0.010740 0.012578 0.014052 0.014428 0.013729 0.012978 0.012334 0.014316 0.013496 0.014421 0.012488 0.015916 0.014616 0.016109 0.016355
UCL 0.020451 0.020839 0.021137 0.021321 0.021475 0.020964 0.020880 0.020526 0.026714 0.022439 0.021120 0.020239 0.024188 0.025812 0.022630 0.020828 0.022299 0.022291
CL 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634 0.013634
LCL 0.006817 0.006430 0.006132 0.005948 0.005794 0.006305 0.006388 0.006742 0.000555 0.004830 0.006149 0.007030 0.003081 0.001457 0.004638 0.006441 0.004969 0.004977
82 Tugas Akhir Sebagai rule of thumb (Prawirosentono, 2002) digunakan criteria sebagai berikut: 1. Jika P < LCL, berarti sampel melompat ke bawah diluar batas daerah terima (LCL) maka periksa penyebabnya. 2. Jika LCL < P> UCL, berarti semua sampel berada dalam daerah terima disebut sampel berprilaku normal atau kapabilitas proses baik. 3. Jika P > UCL, berarti sampel melompat ke atas diluar daerah terima (UCL) atau dapat dikatakan kapabilitas proses rendah maka periksa penyebabnya dan ambil tindakan perbaikan melalui peningkatan kinerja dalam kegiatan proses produksi. 0.030000
0.025000
0.020000 P
0.015000
UCL CL
0.010000
LCL
0.005000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
(0.005000)
Gambar 5.1 Control p-Chart Bihun Jagung cap Tanam jagung 320 gr periode Januari s.d April 2011
Universitas Mercubuana
83 Tugas Akhir Dari diagram P Chart tersebut dilihat bahwa proporsi produk ditolak untuk tiap minggu dimulai dari bulan Januari hingga April 2011 masih dalam tahap kendali. Tetapi perlu diperhatikan bahwa tingkat terjadinya product cacat di minggu ke 15 sampai dengan minggu ke-18 terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor umur mesin yang sudah tua sehingga banyak komponen yang aus dan setingan mesin yang berubah saat mesin beroperasi karena intensitas yang sangat tinggi, dimana untuk menyeting kembali mesin tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, faktor kelelahan, konsentrasi yang menurun dan kurang disiplinya karyawan juga mengakibatkan peningkatan product cacat.
2. Tahap pengukuran tingkat sigma dan Defect Per Million Opportunities (DPMO) Berdasarkan pengambilan sampel pada bulan Januari, sampai dengan April 2011 untuk produk Tanam Jagung 320 gr, maka dapat diperhitungkan nilai Defect Per Million Oportunities sebagai berikut:
Universitas Mercubuana
84 Tugas Akhir Tabel 5.2 Pengukuran Tingkat sigma dan Defect Per Million Oportunitas (DPMO) Januari-April 2011
BULAN
JANUARI
MINGGU
JUMLAH PRODUKSI
TOTAL PRODUK CACAT
IV
41082
V
6010
96
I
19702
300
II
32062
783
III
46681
672
IV
11442
180
I
7447
129
II
18472
318
III
36125
558
IV
20672
369
V
20728
390
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
497712
8355
3
I
42450
735
II
35969
576
III
31848
525
IV
29609
405
I
27905
600
II FEBRUARI III
34160
555
35348
543 621
MARET
APRIL
BANYAK CTQ
JUMLAH RATA-RATA
DPMO
SIGMA
5,771.50 5,337.93 5,494.85 4,559.42 7,167.17 5,415.69 5,120.52 5,038.70 5,324.46 5,075.63 8,140.48 4,798.53 5,243.84 5,774.14 5,738.41 5,148.79 5,950.08 6,271.71
4.03 4.05 4.04 4.11 3.95 4.05 4.07 4.07 4.05 4.07 3.90 4.09 4.06 4.03 4.03 4.07 4.01 4.00
101371.84 5,631.77
4.04
Diketahui bahwa proses industri memiliki kapabilitas proses yang baik. Nilai DPMO dari bulan Januari sampai bulan April adalah 101371.84 dapat diinterprestasikan bahwa dari sejuta kesempatan yang ada akan terdapat 101371.84 kemungkinan bahwa proses produksi itu tidak mampu memenuhi toleransi yang ditetapkan perusahaan. Hal ini menunjukkan pola DPMO dan pencapaian sigma yang konsisten, yang menunjukkan bahwa pola produksi telah dikelola dengan tepat.
Universitas Mercubuana
85 Tugas Akhir
3) Analisis (Analyze) 1. Diagram Pareto Data yang diolah untuk mengetahui persentase jenis produk ditolak dihitung dengan rumus:
Jenis kecacatan yang sering terjadi adalah sebagai berikut : Cacat gramasi kurang dari standard, jumlah 3663 pack
Cacat kondisi seal kemasam rusak, jumlah 1947 pack
Cacat Bihun basah, jumlah 1176 pack
Cacat Kondisi kemasan rusak, jumlah 579 pack
Cacat HP A/B Terpacking, jumlah 489 pack
Universitas Mercubuana
86 Tugas Akhir
Cacat Hasil panel dibawah standard, jumlah 270 pack
Cacat Kode produksi rusak, jumlah 156 pack
Cacat kelengkapan produk, jumlah 75 pack
Hasil perhitungan dapat digambarkan dalam diagram pareto yang ditunjukkan pada gambar sebagai berikut:
2500 2000
81.22%
97.24%99.10% 94.00% 88.15%
67.15%
1500 1000
43.84%
500 0
Gambar 5.2 Diagram Pareto cacat produksi
Universitas Mercubuana
100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
87 Tugas Akhir Dari gambar tersebut dapat diklasifikasi kerusakan produk bihun jagung cap Tanam Jagung 320 gr yang terjadi di PT Subafood Pangan Jaya Tangerang periode Januari sampai dengan April 2011, yaitu sebagai berikut : Tabel 5.3 Klarifikasi Kerusakan Produk Tanam Jagung 320 gr No
Jenis Kecacatan
Penyebab
1
Cacat Gramasi ( 43.84%
1) Karakteristik bahan baku yang
)
berubah-ubah, 2) Proses
pemasakan
adonan
diproses di mesin steaming yang tidak homogen,
3) Proses feeding bahan ekstruder tidak continous
2
Cacat Seal (23.3%) dan
1) Bentuk produk bihun yang tidak
cacat kondisi packaging
standard ( dimensi terlalu besar )
(6.93%)
2) Penataan produk di conveyor mesin packaging tidak rapi 3) Setting suhu mesin yang tidak disesuaikan dengan sifat plastic kemasan serta kecepatan proses sealing, 4) Kondisi plastik kemasan yang sudah rusak sebelum digunakan ( rusak dari pemasok )
5) Handling yang salah ketika proses penataan di produk jadi
Universitas Mercubuana
88 Tugas Akhir Lanjutan tabel 5.3 Klarifikasi kerusakan produk Tanam jagung 320 gr
No 3
Jenis Kecacatan Cacat
bihun
basah
(14.08%)
Penyebab 1) Setting suhu dan kecepatan pemanasan dryer tidak sesuai dengan standard, 2) Bentuk bihun tidak standard sehingga
produk
yang
dihasilkan kekeringannya tidak merata, 3) Kondisi cuaca yang berubahubah
4) Tekanan
steam
sebagai
pemanas element dryer
tidak
stabil.
4
Cacat HPA/B terpacking (5.85%)
1) Produk logam
tercampur dari
dengan
gesekan
tyang
terjadi di mesin ekstruder 2) Kontaminasi
dari
pelumas
mesin yang kering di rantai net steaming
box,
cutting
serta
dryer
3) Karyawan kurang teliti ketika melakukan
sortir
diproses
packaging
5
Cacat Hasil panel tidak standard (3.23%)
1) Karakteristik bahan baku yang berubah-ubah, 2) Proses steaming
yang tidak
sempurna sehingga adonan yang dihasilkan kurang matang,
Universitas Mercubuana
89 Tugas Akhir Lanjutan tabel 5.3 Klarifikasi kerusakan produk Tanam jagung 320 gr
No 6
Jenis Kecacatan Cacat
kode
produksi
Cacat
1) Sensor mesin coding rusak atau begeser,
rusak (1.87%) 7
Penyebab
kelengkapan
1) Karyawan kurang teliti ketika melakuakn proses packaging,
produk (0.9%)
2. Analisis Diagram Sebab-Akibat Berkaitan dengan pengendalian kualitas produk secara statistik, diagram sebab-akibat digunakan untuk mengetahui faktorfaktor yang menyebabkan
adanya
masalah
kualitas.
Faktor
utama
yang
mempengaruhi adanya produk akhir seperti cacat gramasi,seal, kode produksi adalah karena mesin mengalami kesalahan-kesalahan. Kemampuan kerja mesin sangat diandalkan untuk memproses serat kapas menjadi benang. Mesin menjadi kendala utama dalam proses produksi karena mesin harus bekerja 24 jam per hari, sehingga hampir tidak istirahat. Servis dan perawatan terhadap mesin sudah dilakukan untuk memperkecil kesalahan, tetapi tidak dilakukan setiap hari. Saat melakukan proses produksi, mesin disetting agar bekerja sesuai standard. Tetapi karena ada beberapa mesin yang didatangkan dari china dengan spesifikasi yang berbeda-beda, sehingga proses permesinan tersebut sering tidak tepat dimana setiap mesin memiliki kinerja yang tidak sama dalam proses produksi.
Universitas Mercubuana
90 Tugas Akhir Proses akhir juga dipengaruhi kinerja karyawan di bagian produksi khususnya pada jam kerja malam yang cenderung menurun. Kondisi kerja pada malam hari mengurangi pengawasan mereka terhadap jalannya kegiatan produksi padahal karyawan dan pengawas dari bagian Quality Control tentu saja tidak bekerja di malam hari. Jaminan dan tunjangan yang memadai yang diperoleh dari perusahaan ikut berpengaruh, hal ini dikarenakan karyawan hampir di setiap lini menjadi terlena pada komitmen untuk bekerja dengan sungguh-sungguh saat menjalankan tugas dan tanggung jawab masingmasing Metode pengawasan kualitas yang ditetapkan oleh bagian Quality Control, yaitu bahwa tidak semua bagian proses produksi menerima inspeksi. Proses yang kurang diawasi yaitu di mesin extrusion, drying dan Cutting, Karena pengawasan bagian ini kurang maka mesin melakukan menghasilkan produk dengan kondisi gramasi, bentuk serta tingkat kadar air yang tidak standard. Perusahaan juga belum memiliki parameter operasi yang jelas sehingga sering menimbulkan permalahan ketika setting awal mesin. Faktor bahan baku adalah sebab lain pembentuk produk akhir. Namun pemeriksaan dan pengujian kualitas bahan baku sudah dilakukan perusahaan sebelum bahan diproses, sehingga kualitas bahan baku hanya sedikit berpengaruh terhadap kualitas produk jadi. Jadi, faktor mesin,
Universitas Mercubuana
91 Tugas Akhir karyawan, metode pengawasan, dan bahan baku berpengaruh pada proses penciptaan produk apakah sesuai kualitas atau mengalami kesalahan dan menjadi akhir. Berikut digambarkan pengaruh faktor-faktor tersebut pada prodak akhir dalam bentuk diagram sebab akibat
Gambar 5.3 Diagram sebab-akibat cacat produksi produk Tanam jagung 320 gr Seperti ditampilkan pada gambar di atas, faktor sebab utama mesin terletak paling dekat yang artinya mesin paling mempengaruhi terjadinya produk akhir, kondisi mesin produksi akan sangat mempengaruhi mutu produk akhir, dengan kondisi kerja berintensitas tinggi serta spesifikasi mesin yang berbeda-beda memerlukan proses maintenance yang baik, sehingga mampu menghasilkan produk dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan.
Universitas Mercubuana
92 Tugas Akhir Faktor bahan baku adalah salah satu faktor utama pembentuk produk akhir. Hal ini dikarenakan proses kerja mesin harus menyesuaikan dengan karakteristik bahan baku yang digunakan terutama pada kandungan kadar air dan viscositas bahan. Produk akhir juga akibat dari kinerja karyawan yang kurang di perusahaan, meliputi pengetahuan tentang proses kerja, disiplin serta tingkat ketelitian karyawan. Kemudian faktor metode pengawasan kualitas yang diterapkan bagian Quality Control, yaitu bahwa tidak semua bagian produksi menerima inspeksi sehingga pengendalian kualitas belum maksimal. Serta belum adanya standard parameter yang pasti untuk operasi mesin juga sangat berpengaruh pada performa produk akhir yang dihasilkan.
4) Improve
Merupakan rencana tindakan untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six sigma: 1. Pengukuran a) Peluang : menurunkan jumlah produk cacat dengan menerapkan sistem control yang lebih teliti.
Universitas Mercubuana
93 Tugas Akhir b) Kerusakan : dari 497712 pack produk yang dihasilkan pada bulan Januari sampai dengan April 2011 terdapat produk cacat sebesar 8355 pack. c) Proses kapabilitas saat ini Tabel 5.4 Tabel konversi nilai DPMO ke nilai sigma berdasarkan konsep Motorola
BULAN
MINGGU
I JANUARI
II III IV I II
FEBRUARI
III IV V I
MARET
II III IV I II
APRIL
III IV V
JUMLAH RATA-RATA
DPMO
SIGMA
5,771.50 5,337.93 5,494.85 4,559.42 7,167.17 5,415.69 5,120.52 5,038.70 5,324.46 5,075.63 8,140.48 4,798.53 5,243.84 5,774.14 5,738.41 5,148.79 5,950.08 6,271.71
4.03 4.05 4.04 4.11 3.95 4.05 4.07 4.07 4.05 4.07 3.90 4.09 4.06 4.03 4.03 4.07 4.01 4.00
101371.84 5,631.77
4.04
2. Rekomendasi ulasan perbaikan a) Perbaikan mesin yang rusak serta melakukan perawatan terhadap mesin dilakukan lebih intensif dan terus menerus.
Universitas Mercubuana
94 Tugas Akhir b) Melakukan
setting
mesin
secara
berkala
dan
selalu
mengeceknya, kemudian menyusun standard parameter operasi mesin c) Menyusun
standard
penenerimaan
bahan
baku
untuk
mengendalikan kualitas bahan baku yang digunakan dalam proses produksi d) Pengawasan dan pelatihan karyawan bagian produksi. e) Mengelompokkan produk cacat berdasarkan jenis dan mesin untuk setiap hari melakukan proses produksi oleh masingmasing karyawan tiap bagian. f) Pengamatan hasil perbaikan setiap minggu.
3. Hasil analisis a) Mesin adalah faktor utama penyebab kecacatan produk dikarenakan kurangnya perbaikan dan perawatan mesin. b) Kurangnya pengawasan terhadap pemilihan bahan baku dan karyawan bagian produksi. c) Pengamatan produk cacat kurang detail setiap hari produksi. d) Control cacat tidak dapat dilakukan dengan baik oleh supervisor. e) Skill dan kesadaran operator produk cacat kurang.
Universitas Mercubuana
95 Tugas Akhir 4. Tindakan perbaikan yang dilakukan a) Pengawasan kualitas pada proses produksi mencangkup mesin Mixer dibagian awal proses, mesin steaming, mesin extruder, mesin cutting, mesin dyer dan terakhir mesin packaging. i.
Pada
proses
Mixer,
perlu
diperhatikan
komposisi
penambahan air pada Corn Starch sehingga adonan yang dihasilkan
mampu
diproses
dengan
baik
ditahap
berikutnya. Untuk mempermudah operasi dan setting mesin diberikan peralatan tambahan seperti : table penambahan air, alat angkat elektrik serta parameter setting mesin. ii.
Proses Steaming juga memiliki peranan penting untuk menghasilkan produk yang baik. Untuk itu dilakukan tindakan berupa menjadwalkan pemeriksaan rutin terhadap alat ukur suhu dan tekanan supaya proses pengukusan yang dilakukan tepat dan mampu menghasilkan produk dengan tingkat kematangan yang seragam,
iii.
Untuk meningkatkan performa diproses extrusion maka dilakukan adaptasi teknologi Twin Screw Extruder untuk menggantikan teknologi Single Screw Extruder dengan tujuan meningkatkan kestabilan dan kapasitas stasiun
Universitas Mercubuana
96 Tugas Akhir proses tersebut. Diharapkan dengan dilakukan perubahan tersebut tingkat cacat gramasi dapat ditekan seminimal mungkin. iv.
Proses Cutting termasuk proses yang menentukan kualitas produk akhir juga, karena di stasiun proses ini dilakukan proses pemotongan sehingga bihun terbentuk dengan ukuran yang sesuai dengan standard. Untuk meningkatkan performa mesin ini ditambah dengan alat penimbangan yang berfungsi sebagai control terhadap penyimpangan gramasi dan bentuk. Dan perlu dipertimbangkan untuk melakukan modifikasi konstruksi pisau potong sehingga mudah pada saat setting mesin untuk pergantian produk.
v.
Di
stasiun
mesin
dryer
bihun
mengalami
proses
pengeringan, jadi proses ini sangat mempengaruhi jumlah produk cacat bihun basah.Untuk meningkat performa mesin ini sudah dilakukan modifikasi berupa penambahan blower yang berjumlah 5 unit, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat aliran udara dalam dryer menjadi lebih terarah sehingga pengeringan yang terjadi pada bihun dapat merata.
Universitas Mercubuana
97 Tugas Akhir vi.
Proses Packaging merupakan stasiun proses yang paling banyak mengahasilkan produk cacat, hal ini bisa dilihat bahwa cacat seal ( 23.3%), cacat inner (6.93%), Cacat HPA/B terpacking (5.85%) serta cacat kode produksi dan kelengkapan produk (2,77%) terjadi diproses ini. Oleh karena itu diperlukan pengawasan yang baik terhadap mesin, personel serta standard kerja yang dilakukan diproses ini.
b) Bahan baku Corn starch yang diterima dari supplier diuji agar kualitas produk
yang dihasilkan terpenuhi sesuai keinginan
konsumen. Bahan baku tersebut harus memenuhi syarat-syarat kualitas baik dari segi kadar air, warna maupun Viscositas. Sedangkan bahan baku pembantu yang digunakan yaitu plastic packaging
dengan bahan dasar PE sebagai kemasan dalam,
kantung plastic PE bening atau karton untuk membungkus luar, semuanya harus cukup baik dan tidak memiliki kecacatan yang berarti. c) Dibuat check sheet pendataan produk catat berdasarkan jenis dan mesin atas pertanggungjawaban supervisor.
Universitas Mercubuana
98 Tugas Akhir d) Supervisor
bertanggungjawab
terhadap
produk
cacat
masingmasing area sebagai hasilnya untuk dilaporkan kepada manajer produksi. 5) Control Merupakan tahap analisis terakhir dari proyek six sigma yang menekankan pada pendokumentasian dan penyebarluasan dari tindakan yang telah dilakukan meliputi: a) Melakukan perawatan mesin dan perbaikan mesin secara berkala. b) Melakukan pengawasan terhadap bahan baku dan karyawan bagian produksi agar mutu barang yang dihasilkan lebih baik. c) Melakukan pencatatan dan penimbangan produk catat setiap hari dari masing-masing jenis dan mesin, yang dilakukan oleh karyawan masing-masing bagian. d) Melaporkan hasil penimbangan produk cacat berdasarkan type produk catat kepada supervisor. e) Total produk cacat dicantumkan dalam Daily Scondary SPV yang dilakukan oleh karyawan bagian Finising. f) Total produk cacat dalam periode satu bulan dicantumkan dalam montly manager Scorecard atas pertanggungjawaban manajer produksi untuk dilaporkan presiden direktur.
Universitas Mercubuana
99 Tugas Akhir 5.1.2
Pengaruh Jumlah Produksi Terhadap Produk Cacat Pada Jenis Produk Tanam jagung 320 gr 1) Analisis Regresi linier Untuk menguji pengaruh jumlah produksi terhadap produk cacat maka digunakan analisis regresi linier menggunakan program SPSS 15.0 for windows, untuk lebih jelasnya lihat pada tabel 5.5 Tabel 5.5 Analisis Regresi Linier
Universitas Mercubuana
100 Tugas Akhir Dari tabel 5.5 dapat disusun persamaan regresi linier: Jumlah Cacat = 34,424 + 0.016Jumlah Produksi Dari persamaan dapat dijelaskan sebagai berikut: Koefisien jumlah produksi sebesar 0.016 artinya bahwa setiap perusahaan memproduksi satu juta produk maka akan terdapat produk cacat sebesar 16.034 pack.
2) Analisis Uji t Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan uji t terlebih dulu diajukan hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternative (Ha). Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sementara hipotesis alternatif menyatakan bahwa tiap-tiap variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian dua sisi dengan menggunakan uji statistik t dan tingkat signifikan 5%, maka keputusan dapat diambil dengan syarat : a) Menolak Ho apabila t hitung > t tabel . Artinya tiap-tiap variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Universitas Mercubuana
101 Tugas Akhir b) Menerima Ho apabila t hitung < t tabel . Artinya bahwa tiap-tiap variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan regresi dapat dilihat pada tabel 5.5 diketahui bahwa t hitung diperoleh sebesar 9.273 sementara t tabel sebesar 2.101 dengan derajat signifikansi 5%. Ini berarti bahwa t
hitung
> t
tabel .
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya variabel jumlah produksi berpengaruh secara signifikan terhadap produk cacat.
3) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien korelasi antara varibel independen dan dependen dari Tabel 5.5 diperoleh sebesar 0.918 (R = 91.80%), yang berarti bahwa tingkat keeratan hubungan antara variabel independen dan dependen adalah 91.80%. Untuk mengetahui besarnya persentase variasi variable dependen yang dijelaskan oleh variasi variabel independen, maka dicari nilai R2. Dari Tabel 5.5 diperoleh nilai R2 sebesar 0.843 koefisien ini menunjukkan bahwa 84.30% variasi produk cacat dapat dijelaskan oleh variabel jumlah produksi.
Universitas Mercubuana
102 Tugas Akhir 5.2 Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Produk Cacat. 5.2.1 Faktor-faktor penyebab produk cacat Kelemahan dan penyimpangan yang terjadi pada proses ditelusuri dari sumber-sumber
penyebab
produk
menjadi
cacat,
sumber-sumber
itu
diantaranya adalah mesin, karyawan, metode dan bahan baku. Faktorfaktor yang mempengaruhi kelemahan proses sehingga menimbulkan adanya produk akhir cacat pada jenis produ Tanam jagung 320 gr di PT Subafood Pangan Jaya. berdasarkan gambar 7 diagram sebab akibat untuk jenis benang Tanam Jagung 320 gr adalah sebagai berikut: 1) Mesin Jam kerja mesin untuk memproses corn starch menjadi bihun adalah 24 jam per hari 7 hari seminggu. Intensitas penggunaan mesin yang hampir tidak istirahat mengakibatkan mesin menjadicepat lelah. 2) Bahan Baku Perusahaan mengambil bahan baku berupa corn starch dari local maupun beberapa
negara
lain
dengan
kualitas
berbeda.
Sehingga
ikut
mempengaruhi kualitas benang yang diproses. 3) Karyawan Karyawan bagian produksi bekerja tiga shift per hari dengan tiap shiftnya 8 jam. Jika karyawan mendapat bagian jam malam (pada 15.00 -23.00
Universitas Mercubuana
103 Tugas Akhir wib dan 23.00 – 07.00 WIB), maka konsistensi pada saat bekerja cenderung berkurang karena kelelahan.
4) Metode Belum adanya standard parameter mesin yang tepat sehingga sering terjadi personel kesulitan untuk menentukan cara operasi mesin yang sesuai. Dan dari seluruh rangkaian sistem pengawasan kualitas proses produksi, masih ada bagian yang tidak dikenakan inspeksi secara intensif, yaitu dari steaming serta extrusion
5.2.2 Pembahasan faktor-faktor penyebab cacat Berdasarkan analisis pengendalian kualitas produk Tanam jagung 320 gr dengan menggunakan metode six sigma diperoleh hasil bahwa yang menyebabkan kecacatan produk yang paling utama adalah mesin, bahan baku, karyawan dan metode 1. Mesin Intensitas penggunaan mesin yang hampir tidak istirahat mengakibatkan mesin menjadi cepat lelah. Tetapi dikarenakan kebutuhan market yang terus meningkat maka hal tersebut terpaksa dilakukan. Untuk mengantisipasi kondisi peningkatan market serta menjaga kualitas produk yang dihasilkan
Universitas Mercubuana
104 Tugas Akhir maka ada beberapa langkah strategis yang perlu diambil oleh manajemen ataupun manajer lini yang bertanggung jawab, antara lain : 1) Menyusun suatu program perencanaan perawatan serta pemeliharaan yang teratur terhadap mesin produksi. Dalam artian menyiapkan waktu secara khusus dalam satu minggu proses produksi untuk melakukan perawatan mesin yang optimal. 2) Melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap system penyediaan spareparts mesin sehingga penanganan terhadap kerusakan mesin dapat dikukan secara cepat dan efisien 3) Merencanakan proses modifikasi mesin atau penerapan teknologi baru yang mungkin bisa memperbaiki performa mesin 4) Menambah line produksi baru sehingga mengurangi beban kerja line produksi lama. Hal ini diharapkan mempu membantu mengurangi tingkat kecacatan produk yang dihasilkan oleh mesin produksi sebagai akibat dari kerusakan mesin yang terjadi.
2. Bahan Baku Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa perusahaan mengambil bahan baku berupa cornstarch dari beberapa negara dengan kualitas berbeda. Sedangkan untuk produksi diperlukan bahan baku dengan spesifikasi khusus yaitu kandungan air maksimal 13 %, viskositas 1500 s.d 3200 Cps, Kadar
Universitas Mercubuana
105 Tugas Akhir abu maksimal 0.07% serta whiteness 88.5 s.d 90%. Dengan spesifikasi bahan baku yang tidak sesuai maka proses produksi akan terganggu hal ini tentu saja akan menghasilkan cacat di produk akhirnya. Sedangkan bahan baku pembantu yang digunakan yaitu plastic packaging dengan bahan dasar PE sebagai kemasan dalam, kantung plastic PE bening atau karton untuk membungkus luar harus memiliki warna, ketebalan dan ukuran sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Memperhatikan hal tersebut maka perlu dilakukan pengendalian proses penerimaan bahan baku secara lebih teliti, adapun beberapa tindakan yang sudah dilakukan untuk memperbaiki kualitas bahan baku adalah sebagai berikut : 1) Menerapkan prosedur pemeriksaan kedatangan barang dengan inspeksi secara sampling kemudian melakukan analisa terhadap kualitas bahan baku pada saat itu juga. 2) Memberikan informasi yang detail kepada para pemasok agar menyediakan bahan baku serta bahan pembantu sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan untuk proses produksi. 3) Melakukan control dan pemeriksaan terhadap proses penyimpanan bahan baku di gudang, untuk menghindari adanya kerusakan bahan baku akibat penyimpanan.
Universitas Mercubuana
106 Tugas Akhir Pengaruh faktor-faktor tersebut diperbaiki dan dicegah sedini mungkin agar di masa yang akan datang dapat mengurangi atau sebisa mungkin dihilangkan.
2. Karyawan Kinerja karyawan yang kurang maksimal akan berpengaruh pada penanganan proses produksi untuk menciptakan benang berkualitas. Oleh sebab itu motivasi pada diri karyawan harus dipupuk dan dibina sejak awal rekrutmen. Pengawasan kualitas produk yang dilakukan oleh bagian Quality Assurance ( QA ) juga harus melibatkan karyawan produksi. Dalam melibatkan pekerja, mereka perlu diberi pelatihan. Prosedur yang harus dijalankan harus mudah dimengerti dengan tetap menempel peringatanperingatan di mesin, atau bagian lain di pabrik. Bagian QA sendiri mengambil sampel harian tiap shift untuk menguji mutu (kualitas) benang dalam proses. Kemudian bersama bagian Inspector ikut menginpeksi produk akhir. Namun demikian, tidak hanya karyawan di bagian produksi dan QA, karyawan
di
semua
lini
organisasi
perusahaan
seharusnya
ikut
bertanggungjawab untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan. Jaminan dan tunjangan yang diterima karyawan seharusnya mampu meningkatkan komitmen untuk bekerja lebih baik. Demikian halnya etos kerja karyawan bagian produksi pun berkurang dalam hal kepatuhan dan
Universitas Mercubuana
107 Tugas Akhir ketelitian untuk meningkatkan pengawaan kualitas produk. Kepedulian pimpinan untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab terhadap jaminan kualitas pada produk sangat diperlukan, sehingga setiap karyawan akan melakukan tugasnya sebaik mungkin dalam setiap pekerjaan.
3. Metode Tim produksi beserta research and development harus bekerja sama untuk menentukan parameter yang digunakan untuk proses produksi kemudian melakukan sosialisasi untuk penerapannya dip roses produksi. Dengan langkah ini diharapkan personel tidak kesulitan untuk melakukan pengendalian kerja di masing-masing stasiun mesin. Dan dari seluruh rangkaian sistem pengawasan kualitas proses produksi, masih ada bagian yang tidak dikenakan inspeksi secara intensif. Metode pengawasan yang melewatkan salah satu bagian produksi, ikut mempengaruhi penciptaan produk berkualitas. Perusahaan tidak boleh meremehkan begitu saja. Meski hanya terjadi beberapa kali saja, ternyata hal ini ikut ambil bagian saat produk ditolak pada inspeksi produk jadi dan masuk kategori akhir.
Jadi untuk memperbaiki kemampuan proses, perusahaan perlu mengambil langkah dengan meningkatkan intensitas pengawasan pada operasional mesin,
Universitas Mercubuana
108 Tugas Akhir meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan, memperbaiki metode kerja dan inspeksi, dan tentunya tetap mengawasi kualitas bahan baku. Berdasarkan hasil analisis regresi degan SPSS for windows diperoleh persamaan regresi sederhana Y = 34,424 + 0.016Jumlah Produksi . Sebagai contoh, di minggu pertama perusahaan akan memproduksi produk Tanam jagung 320 gr sebanyak 10.000 pcs maka akan terdapat produk cacat sebanyak 194 pcs. Koefisien korelasi antara varibel independen dan dependen diperoleh sebesar 0.918 (R = 91,8%), yang berarti bahwa tingkat keeratan hubungan antara variabel independen dan dependen adalah 91,80%. Untuk mengetahui besarnya persentase variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi variabel independen, maka dicari nilai R2. Dari data diperoleh nilai R2 sebesar 0.843 koefisien ini menunjukkan bahwa 84,30% variasi produk cacat dapat dijelaskan oleh variabel jumlah produksi. Dengan adanya pengujian analisis regersi tentang pengaruh jumlah produksi terhadap produk cacat dapat digunakan oleh: 1. Manajemen Perusahaan Untuk memprediksi tingkat kecacatan produksi di masa yang akan datang sehingga manajemen perusahaan dapat mengendalikan tingkat kecacatan produk.
Sebagai
contoh
pada
minggu
pertama
perusahaan
akan
memproduksi produk Tanam jagung 320 gr sebanyak 10.000 pack, maka akan terdapat produk cacat sebanyak 194 pcs, seandainya terdapat produk
Universitas Mercubuana
109 Tugas Akhir cacat melebihi 194 pack berarti pengendalian kualitas produksi perusahaan berjalan melebihi control perusahaan, sebaliknya jika terdapat produk cacat kurang dari 194 maka dinilai oleh manajemen produksi yang dijalankan sudah sesuai standar dan pengendalian kualitas produksi sudah dilakuakan dengan baik 2. Karyawan Pengujian analisis regresi pengaruh jumlah produksi terhadap produk cacat dapat
digunakan
oleh
karyawan
untuk
meningkatkan
kinerjanya,
dikarenakan karyawan adalah penentu kualitas produk dan penyebab terjadinya produk cacat.
Penelitian yang dilakukan peneliti masih mempunyai keterbatasan, yaitu: 1) Sistem pengendalian kualitas produksi PT Subafood Pangan Jaya tangerang adalah sistem yang dinamis dan selalu diperbaiki, oleh karena itu hasil akhir ini tidak bersifat tetap dan dapat dimungkinkan berbeda untuk penelitian sejenis pada kesempatan yang lain. 2) Penelitian ini hanya terbatas pada jenis produk Tanam Jagung 320 gr, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk semua jenis produk akhir perusahaan. 3) Penelitian ini bersifat studi kasus pada PT Subafood pangan jaya tangerang sehigga tidak dapat di generalisasikan untuk perusahaan sejenis yang lain
Universitas Mercubuana